Anda di halaman 1dari 16

KEARIFAN LOKAL SIRI'NA PACCE

PADA MASYARAKAT
SUKU BUGIS MAKASSAR
 
Intan Sidauruk/2010394
Pendahuluan

Suku Bugis merupakan suku asli yang banyak mendiami daerah


Sulawesi Selatan. Bahasa Bugis juga paling banyak dituturkan di
provinsi ini.

Ciri khas suku Bugis adalah penggunaan pakaian adat yang


disebut baju Bodo. Baju ini terbuat dari bahan kain Muslin dengan
rongga dan jarak benang yang renggang, sehingga cocok
dikenakan di daerah tropis atau daerah beriklim panas.

Mayoritas orang suku Bugis menganut agama Islam yakni sekitar


99%. Islamisasi telah mengakar kuat, meski ada sebagian kecil
yang menganut kepercayaan tradisional Tolotang dan Kristen.
Suku bugis memiliki 5 gender

calabai, yakni kebalikannya dari calalai, di


mana seorang pria yang menyerupai wanita.
Pria (Urakne) Sama halnya seperti calalai, dimana seorang
calabai tidak dianggap sebagai wanita.
seorang calabai merupakan orang yang ahli
dalam mengatur pernikahan.

Wanita (Makkunrai)
Bissu merupakan perpaduan dari laki-laki
Calalai adalah seorang perempuan dan perempuan. Bissu merupakan sosok
yang mengambil peran sebagai pria spiritual yang dipercaya dapat
di dalam kesehariannya, misalnya menghubungkan manusia dan dewa.
berpakaian seperti pria hingga Untuk menjadi seorang bissu, seseorang
mengerjakan pekerjaan layaknya bisa saja terlahir sebagai laki-laki maupun
pria perempuan.
Suku Bugis sangat memegang teguh falsafah hidup mereka, dengan
Kearifan lokal Siri’na pace tujuan agar setiap karakter yang terbangun dalam suku tersebut
tetap terjaga. Dalam kehidupan suku Bugis terdapat sebuah
falsafah kehidupan, yaitu Siri’na pace. Siri’na pace ini adalah
sebuah budaya malu jika melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Asal kata Siri’na Pace


Siri (malu) na Pace (rasa iba)

Siri’na pacce yang merupakan konsep kesadaran hukum dan


falsafah masyarakat Bugis-Makassar adalah sesuatu yang dianggap
sakral.
Siri' Nipakasiri'
Adalah Siri’ yang berhubungan dengan harga diri pribadi,
serta harga diri atau harkat dan martabat keluarga. Siri’ jenis
ini adalah sesuatu yang tabu dan pantang untuk dilanggar
karena taruhannya adalah nyawa.

Istilah siri’na pacce/pesse merupakan


perpaduan antara kata siri’ yang berarti menjaga Siri’na pacce mengajarkan moralitas
rasa malu dan harga diri (martabat) dengan kesusilaan berupa anjuran, larangan, hak
tidak melakukan sesuatu perbuatan yang tercela dan kewajiban yang mengatur tindakan
dan terlarang, dan kata pacce (Makassar)/pesse untuk menjaga rasa malu dan
(Bugis) berarti kesadaran dan perasaan empati mempertahankan harga diri dan
individu terhadap penderitaan atau kesulitan kehormatan dengan tidak melakukan
yang dialami oleh anggota masyarakat perbuatan tercela dan terlarang.
Ada beberapa penyebab timbulnya siri’, misalnya: apabila
ada seorang pria dan wanita yang menikah tanpa persetujuan
keluarga mempelai wanita (kawin lari), maka hal tersebut
dianggap siri’ (memalukan/merusak harga diri keluarga); apabila
ada orang yang ditampar di depan umum, maka hal tersebut
Penyebab Siri’ termasuk siri’ (dipermalukan); apabila ada seorang yang pergi
merantau untuk memperbaiki kehidupannya, maka dia merasakan
malu (siri’) apabila harus pulang tanpa hasil (gagal); apabila ada
orang yang melanggar aturan agama (berzina), maka orang
tersebut telah melanggar siri’ (berbuat hal yang memalukan), dan
masih banyak contoh lainnya.
Nilai Siri’ orang Bugis dan Makassar juga sangat mirip dengan semangat
Bushido kaum Samurai Jepang. Kedua nilai tersebut mulai ditinggalkan namun
dengan tingkat emosi berbeda. Jepang dengan harakirinya memiliki fislosofi rasa
malu harus berakhir dengan kematian di tangan sendiri. Ini berbeda dengan Siri’
dari bugis-makassar yang berarti tidak selamanya harus mati, tapi masalah itu
harus tuntas setuntas tuntasnya, tidak ada kata pasrah, justru mereka pun
menganggap mati berarti pasrah dan tak mampu lagi mengatasi masalah.

Namun, jika ada pihak keluarga yang bertikai dak menemukan titik temu maka
jalan yang diambil adalah jalan adat yakni ritual sigajang laleng lipa’ (saling
tikam dalam sarung) Sigajang laleng lipa adalah sebuah tradisi masyarakat
Bugis untuk menyelesaikan sebuah masalah dan telah dilakukan pada masa
kerajaan beberapa tahun yang lalu. Tradisi Sigajang Laleng Lipa dilakukan oleh
dua orang yang berduel dalam satu sarung menggunakan badik/kawali (senjata
tradisional masyarakat bugis). Tradisi ini dilakukan ketika ada pihak yang
bertikai yang tidak bisa terselesaikan melalui musyawarah untuk mencapai
mufakat, walaupun nyawa jadi taruhannya
Pengaruh siri’( budaya malu)

Pentingnya Siri dalam masyarakat Bugis sangat


mempengaruhi kehidupan bermasyarakat, Bahkan siri ini sangat berarti bagi
sehingga ada pepatah bugis yang menyatakan masyarakat Bugis seperti dalam pepatah
bahwa hanya orang yang punya siri yang berikut “Siri Paranreng Nyawa Palao”,
dianggap sebagai manusia. Naia tau de’ gaga yang artinya : “Apabila harga diri telah
sirina, de lainna olokolo’e. Siri’ e mitu terkoyak, maka nyawa lah bayarannya”.
tariaseng tau (Barang siapa yang tidak punya
siri (rasa malu), maka dia bukanlah siapa-siapa,
melainkan hanya seekor binatang.
Jenis siri’ dalam kehidupan suku Bugis berdasarkan
penyebab timbulnya perasaan dan bentuknya terdiri dari:

 Siri’ yang dapat memberikan motivasi untuk


 Siri’ dalam hal pelanggaran kesusilaan. meraih sukses, misalnya bila orang lain mampu
Berbagai macam pelanggaran kesusilaan berhasil mengapa kita tidak, sehingga suku Bugis
yang dapat dikategorikan sebagai siri’, kadang merantau ke daerah mana saja dan
seperti kawin lari (silariang, nilariang, dan sesampainya di daerah tersebut mereka bekerja
erang kale), perzinahan, perkosaan, keras untuk meraih kesuksesan, sebab mereka akan
perbuatan salimarak. malu bila pulang ke kampung halaman tanpa hasil.

 Siri’ yang dapat berakibat kriminal. Siri’ Siri’ yang berarti malu-malu. Siri’ seperti ini
seperti ini, misalnya menempeleng sebenarnya dapat berakibat negatif bagi seseorang
seseorang di depan orang banyak, tapi ada pula positifnya, Sisi positif dari siri’-siri’
menghina dengan kata-kata yang tidak ini ialah apabila seseorang disuruh mencuri, maka
enak didengar dan sebagainya ia merasa siri’-siri’ untuk melakukannya, apalagi
bila ketahuan oleh orang.
Selain pembagian siri’ di atas, maka pacce dapat dibagi berdasarkan penyebab timbulnya perasaan (dorongan) dan berdasarkan jenis atau bentuknya
yakni:

Pacce yang memberikan Pacce yang dapat meningkatkan


Pacce akibat kriminal
dorongan untuk menolong motivasi untuk bekerja

Ketika melihat keluarga atau temannya


dipukul, maka timbul perasaan pedih Ketika melihat keluarga, tetangga Ketika keluarga dalam keadaan susah,
dan keinginan untuk membalas mengalami musibah, maka timbul maka timbul perasaan ingin bekerja
perlakuan tersebut, sehingga terjadi perasaan atau keinginan untuk untuk menghidupi keluarga tersebut.
perkelahian (kriminal). membantu.
Terdapat empat indikator yang termuat dalam budaya siri’na pacce, meliputi

01 02 03 04
Motivasi diri yakni
kesungguhan individu Loyalitas yakni
dalam bekerja secara Timbulnya rasa malu dan Kejujuran yaitu keselarasan
bersalah yang sangat kemampuan dalam menjaga antara pikiran, hati,
maksimal dengan
menggunakan potensi- mendalam karena tidak amanat yang telah perkataan, dan perbuatan
potensi yang ada pada mampu mentaati aturan dipercayakan dan sehingga selalu menjunjung
dirinya; yang berlaku dalam memegang teguh janji yang tinggi kebenaran .
masyarakat; telah diikrarkan dan
Budaya siri’na pacce/pesse telah diadopsi dan dijadikan slogan
dalam institusi pendidikan maupun birokrasi seperti, “aku malu” jika:
Perwujudan siri’ne Pacce dalam (1) datang terlambat dan pulang cepat; (2) melanggar peraturan; (3)
masyarakat berbuat salah; (4) bekerja/belajar tidak berprestasi; (5) tugas tidak
selesai tepat waktu; (6) tidak berperan aktif dalam mewujudkan
kebersihan lingkungan; (7) berperilaku dan berbicara tidak sopan; (8)
berpakaian tidak sesuai aturan yang berlaku; (9) tidak jujur; (10)
berbuat korupsi, kolusi dan nepotisme.
Video
Dalam pernikahan suku Bugis, biasanya diadakan ritual Sakral,
sesorang Bissu akan membacakan siri’na Pacce yang berisi nilai-nilai
Penjelasan Video tentang pandangan baik orang Bugis dalam pernikahan, yaitu tidak
boleh berzinah, selingkuh, dan memberikan yang terbia bagi keluarga.
Khususnya laki-laki akan menjaga dan menafkahi perempuan

Anda mungkin juga menyukai