Anda di halaman 1dari 3

Nama : Roni Lamhot Efendi Manullang

Ting/Jur : III-C/Teo

Mata Kuliah : Filsafat

Dosen : Dr. Tony Hutagalung

Ket. : Tugas Pribadi

Filosofis Cicak dan Gorga Dalam Hidup Masyarakat Batak Toba


BERWISATA ke Danau Toba tentu meninggalkan banyak cerita dan pelajaran penuh makna.
Salah satunya, saat berkunjung ke Samosir, sebuah pulau di tengah-tengah danau Toba.
Suasana permai. Alamnya pun mempesona. Baru saja tiba, kita langsung disajikan berjajar
rumah adat khas suku Batak. Mereka menyebutnya Rumah Bolon (Rumah Besar). Di sana
banyak pesan dan pelajaran hidup nenek moyang Suku Batak nan tersirat di beberapa
bentuk kesenian. Terutama, Gorga atau seni ukit maupun lukis khas Batak di dinding rumah
bolon. Beragam mode seni terpampang di dinding Rumah Bolon. Setiap karyanya pun
mengandung arti, nilai, dan fungsi tertentu. Misalnya jenis Gorga berbentuk payudara di
dinding rumah adat Batak Toba, merupakan perlambang kesuburan manusia. Begitu juga
dengan ukiran cicak memiliki arti sendiri. "Cicak merupakan binatang yang selalu ada
dimana-mana, termasuk di setiap rumah. Nah, orang Batak juga diharapkan bisa menjadi
seperti cicak, bisa ‘menempel’ dimana-mana, meskipun bukan di rumahnya sendiri,"

Ada cicak!” Kata-kata yang menegangkan bagi banyak orang. Cicak memang dianggap
sebagai hewan yang mengganggu bagi banyak orang. Bagaimana tidak, populasinya sangat
banyak dan ada hampir di setiap rumah orang. Namun bagi orang Batak, cicak memiliki
makna yang sangat mendalam. Cicak menjadi simbol bagi orang Batak untuk bertahan
hidup. akan tetapi dibalik hewan cicak ini bahwa banyak terdapat berbagai asumsi-asumsi
mengenai cicak ini dimana diantaranya ,bahwa mitos kejatuhan cicak bukanlah barang baru
di Indonesia. Pasalnya, hewan melata ini memang dikenal dalam berbagai kepercayaan
memancarkan energi negatif bagi manusia. Menurut kepercayaan Islam saja, cicak disebut
disunahkan untuk dibunuh karena hewan ini dianggap sebagai hewan fasik yang
memberikan dampak buruk bagi manusia.Selain itu, dalam kepercayaan primbon, kejatuhan
cicak adalah pertanda akan terjadi kesialan. Dalam kepercayaan Hindu, malah kejatuhan
cicak di kepala dipercaya sebagai tanda bahwa akan muncul seseorang yang akan
mengganggu ketenangan hidup. Kejatuhan Cicak Pertanda Kehilangan orang Tersayang
mitos kejatuhan cicak Jika anggota tubuhmu sampai kejatuhan cicak hal ini dipercaya
sebagai pertanda akan terjadi hal buruk pada orang-orang tersayang. Lebih parahnya, hal ini
juga diyakini sebagai pertanda akan datangnya berita kematian. Selain itu, orang yang
kejatuhan cicak juga diprediksi akan bertikai dengan orang terdekat seperti teman atau
bahkan pacar. Jika tidak waspada, bisa-bisa hubunganmu bisa kandas begitu saja.
Untungnya, kamu bisa menghindari kesialan ini dengan cara mengganti pakaian yang
terkena oleh cicak. Dan masih banyak lagi berbagai pandangan yang lain mengenai hewan
yang satu ini.

Namun dalam masyarakat Batak justru memaknai kehidupan mereka itu seperti
kehidupan cicak. Cicak bisa hidup di mana-mana dan memiliki kemampuan hidup yang baik.
Sebagai Suku Batak harus mampu beradaptasi dengan berbagai kehidupan dan harus bisa
bertahan dalam berbagai masalah hidup. Munculnya filosofi tersebut bermula dari
pengamatan leluhur masyarakat Suku Batak terhadap pola hidup cicak yang bisa
beradaptasi dengan lingkungannya. Cicak bisa hidup di lantai, di dinding, di lorong, di atap
dan di mana saja. Dalam cengkeraman kucing pun, cicak bisa meloloskan diri dengan
melepas umpan ekor pengelabu. Filosofi itu juga yang diterapkan dalam pergaulan
masyarakat Suku Batak. Harus dapat bergaul dengan siapa saja dan menyikapi dengan bijak
perbedaan-perbedaan yang ada dalam suatu lingkungan, sehingga pada akhirnya bisa hidup
di mana saja

Cicak adalah simbol orang batak Perlu diketahui juga bahwa pergaulan bangso Batak selalu
dilatarbelakangi oleh filosofi. Leluhur bangso batak yang meyakini cicak atau yang disebut
dengan boraspati sebagai simbol kebijaksanaan dan kekayaan bagi generasinya. Selain
sebagai dekorasi, gorga memiliki nilai filosofi bagi suku Batak. Salah satunya adalah ukiran
cicak atau disebut juga dengan ‘gorga boraspati’ yang merupakan simbol kebijaksanaan dan
kekayaan. Kalau kita perhatikan tiap ukiran cicak selalu menghadap ukiran 4 payudara
(adop-adop) dimana setiap adop-adop mempunyai artinya masing-masing. Adop-adop yang
pertama sebagai simbol kesucian, adop-adop yang kedua sebagai simbol kesetiaan. Adop-
adop yang ketiga sebagai simbol kesejahteraan, serta adop-adop yang keempat sebagai
simbol kesuburan wanita.

Dalam sistem hatiha (penanggalan) Batak, Boraspati adalah nama untuk hari kelima.
Diyakini sebagai hari baik untuk menyelengarakan pesta, membangun rumah baru, memulai
usaha, dan mencari pekerjaan.

Dalam khasanah kepercayaan asli dan perdukunan Batak, yang lazim dikenal adalah
Boraspati Ni Tano. Wujud biologisnya adalah bengkarung (Eutropis multifasciata), atau kadal
tanah. Dalam Bahasa Batak Toba, disebut ilik.

Di kemudian hari orang Batak memang membedakan tiga jenis Boraspati, yaitu Boraspati ni
Tano, Boraspati ni Ruma, dan Boraspati ni Huta. Cicak adalah Boraspati ni Ruma, sedangkan
(kemungkinan besar) tokek adalah Boraspati ni Huta.

Bukan adat namanya jika hanya mengandung nalai-nilai. Gorga juga memiliki fungsi-
fungsinya sendiri. Misalnya jenis gorga jorngom, singasinga atau ulu paung. Ketiga gorga
yang dipahat ini memiliki fungsi untuk menjaga rumah dan penghuninya dari gangguan
hantu jahat. Tidak heran bila ketiganya tampak menyeramkan. Selain itu, ada sebuah ukiran
yang sangat menarik di dinding rumah Bolon, yakni relief perahu. Gorga ini dipercayai
sebagai simbol dari kendaraan roh manusia untuk menuju surga. Gorga dalam pandangan
orang Batak menjelaskan tentang kekayaan sebagai bagian dari kearifan lokal masyarakat
Batak Toba. “Orang Batak Toba kaya akan gorga. Karena pada dasarnya hal itu bagian dari
peradaban mereka. Karena itu bisa dikatakan gorga adalah semiotika simbol peradaban dan
filosofi hidup masyarakat Batak Toba,”

Anda mungkin juga menyukai