Anda di halaman 1dari 7

Nama : Radit Dwi Ginanta

No : 16
Kelas : X5

SUKU BARE’E DI SULAWESI TENGAH

I. ASAL-USUL

Suku Bare’e (To Bare’e, Tau Bare’e, atau Orang Bare’e) adalah suatu Suku di provinsi
Sulawesi Tengah; asal usul Suku Bare’e yaitu berasal dari sejarah berdirinya kerajaan
Tojo tahun 1770 dengan raja pertama kerajaan Tojo yaitu Pilewiti.
Awal sejarah terbentuknya Kerajaan Tojo bermula dari penjemputan bakal raja Pilewiti
setelah mendapatkan ijin dari Tinja Pata Sulapa oleh orang yang bernama Talamoa yaitu
orang dari langit atau dalam Bahasa Bare’e-nya disebut “To lamoa, Bare’e-nya orang
dari langit” dari Sausu menuju Tanjung Pati-pati, Tinja Pata Sulapa (Bare’e, Tiang
Empat Sudut) adalah penguasa di wilayah Sausu sampai Tanjung Pati-pati.
Dikisahkan dalam perjalanan dari Pombalowo sekitar tahun 1770 bersama pengawalnya
40 pasang laki-laki dan perempuan menuju Tanjung Pati-pati dengan menggunakan
perahu Sampan Batang. Ringkas cerita dalam perjalanan terjadi dialog dan tanya jawab
antara Talamoa dengan Pilewiti yang menanyakan semua sungai yang dilewati dari
Sausu sampai dengan Tanjung Pati-pati yang pada akhirnya Pilewiti menunjuk sungai
Tojo sebagai tempat untuk mendirikan suatu kerajaan, karena menurut beliau tempat
tersebut (Tojo) adalah tempat yang terbaik bagi pusat pemerintahan Suku Bare’e, tempat
yang dipilih nantinya akan berdiri sebuah kerajaan dari semua tempat yang di lewatinya
dari Sausu hingga Tanjung Pati-pati, sehingga Tojo ditetapkan sebagai pusat kerajaan,
dan dari sejarah berdirinya Kerajaan Tojo maka dapat diketahui Suku Bare’e itu ada.

II. KEPERCAYAAN
Sebelum mengenal Allahuta’ala, Masyarakat Suku Bare’e yang mendirikan Kerajaan
Tojo tahun 1770 mengenal beberapa Macam Agama Kepercayaan Nenek Moyang Suku
Bare’e, yaitu :
1. Kepercayaan Pue Mpalaburu (PueMpalaburu)
2. Kepercayaan Lamoa
3. Kepercayaan To Lamoa
4. Kepercayaan Roh-Roh dan
5. Kepercayaan Dunia Atas dan Dunia Bawa.

III. RUMAH ADAT

Rumah adat suku bare’e di sebut Lobo, Lobo ialah Rumah adat Suku Bare’e yang
terbuat dari kayu hitam Eboni (Ebony), dan beberapa jenis kayu jati.
Lobo berfungsi sebagai Tempat Ritual Adat, dan Sembahyang kepada Pue Mpalaburu
tuhannya Suku Bare’e, yang disetiap sudut dari Rumah adat Lobo tersebut diterangi
oleh lampu damar, Lobo pada era moderen digunakan sebagai Rumah adat bagi Suku
Bare’e.
Lobo disebut dalam bahasa Belanda ialah Dorptemple Lobo , atau terjemahannya ialah
Lobo Rumah Roh atau Lobo Tempat Sembahyang. Rumah adat Lobo berwarna Hitam
dan Coklat Kayu.
IV. PAKAIAN ADAT
Pakaian Adat Suku Bare’e terbuat dari serat kayu disebut INODO, dan inodo terbuat
dari pohon beringin putih, pohon beringin biasa, dan pohon beringin jenis kayu ivo.
Warna utama dari Baju Inodo adalah Merah dengan Rok yang berlapis berwarna hitam.
Pakaian Adat Suku Bare’e yang dipakai oleh Wanita (Vea) Suku Bare’e disebut
INODO, dan dipakai juga sedikitnya oleh beberapa Laki-Laki (Langkai) dari Suku
Bare’e, ada 2 macam atau jenis, yaitu INODO dengan menggunakan lilitan kain
dipundak dan tanpa kain dipundak, hal ini tergantung selera dan keperluan dari si
pemakai Baju Inodo tersebut.
Kedua jenis pakaian inodo tersebut jika dipakai oleh wanita dari Suku Bare’e dengan
menggunakan kain ikat kepala berwarna merah yang terbuat dari ruas bambu yang
dibungkus kain yang dirajut yang disebut Tali Bonto.

Kain Kulit kayu yang diproduksi oleh kerajaan


Tojo yang dipakai oleh suku bare'e

V. SENJATA ADAT

Salah satu senjata tradisional Suku Bare’e disebut pasatimpo yaitu sejenis keris yang
bilah kerisnya panjang dan bentuk Sarungnya besar seperti tabung yang ujungnya
tumpul.
Sarung dan gagang senjata pasatimpo bukan hanya terbuat dari kayu tetapi sarung
pasatimpo terbuat dari campuran kayu dengan berbagai macam logam seperti emas,
besi, perunggu, kuningan,dll. dan berbentuk tumpul
VI. TRADISl/KEBUDAYAAN LOKAL
 Molupi

Waktu Pelaksanaannya Budaya molupi adalah pada saat pesta panen Moraa atau
Padungku sebagai tanda kesyukuran atas keberhasilan panen sekaligus Silaturrahmi
antar warga masyarakat, dan dilaksanakan secara bergiliran perkelurahan yang ada di
Tana bare'e dan tidak dilaksanakan secara bersamaan di hari yang stumpu

 Pesta panen padungku mora’a

Terdiri dari dua kata yaitu Padungku dan Mora’a , Padungku adalah Pesta Panen Rakyat
Suku Bare’e biasanya setelah panen raya, dan Mora’a adalah diambil dari istilah
Bahasanya Suku Bare’e yaitu Meneteskan darah hingga terpancar, dan jika dihubungkan
dengan Padungku maka Mora’a tersebut adalah Meneteskan darah kurban hingga
terpancar diatas tumpukan tandan padi dari hasil panen, dulunya Mora’a pada Acara
Padungku adalah manusia dan dengan masuknya Agama Islam ke daerah Suku Bare’e
maka Kurban Manusia diganti Ayam.
 Raba Puru

Raba Puru bagi sang istri yang hamil 7 bulan anak pertama, merupakan acara adat dalam
rangka peristiwa adat kelahiran yang telah baku pada masyarakat Suku Bare’e. Istilah
Raba Puru merupakan Logatnya Orang Bare’e yang tinggal di Poso, Puru artinya Perut.

 Tari mokanta

Tari Mokanta, adalah tarian untuk menyambut tamu dari Suku Bare’e, tarian mokanta
dilakukan oleh 2 (dua) orang saja dengan memakai semua alat perang seperti tombak,
parang, memakai tameng, dan juga tangan kosong. Tarian Mokanta bisa dilakukan Laki-
laki maupun wanita yang semuanya yaitu kedua orang penari mokanta tersebut
memakai alat-alat perang atau juga tangan kosong berdiri didepan dan menghadap tamu
undangan yang berjalan masuk ke tempat acara.

VII. HUBUNGAN DENGAN MASYARAKAT LAIN


Jika dilihat pada Desa Pasokan, Sulawesi Tengah penduduk masyarakat aslinya secara
sepintas tidak diketahui lagi dikarenakan jumlah pendudk etnis yang satu dengan yang
lainnya tidak ada yang mendominasi antara satu etnik dengan yang laiinya. Ini terlihat
dengan banyaknya etnik yang ada di desa Pasokan pendatang dan masyarakat asli tidak
diketahui lagi. Etnik-etnik yang ada di desa Pasokan yakni Bugis, Kaili, Saluan, Bare’e.
Keadaan masyarakat di desa Pasokan memiliki latar belakang etnis dan agama yang
berbeda, pasti akan mengalami gejolak dalam masyarakat, karena inilah resiko hidup
dalam masyarakat yang berbeda latar belakangnya.

VIII. MAKANAN ADAT

 JEPA (SAGU BAKAR),


Jepa Sagu bakar, Di Wilayah Suku BareE dari Poso Lage sampai To Ampana di
kenal dengan nama “Jepa”.

 KUE BUAH BODI


Kue tepung berbentuk bulat-bulat yang disajikan dengan kuah dari gula merah
sangat sering disajikan dan dibuat oleh masyarakat suku bare'e
DAFTAR PUSTAKA
Asn, 2021. Pakaian adat suku bare’e. https://budaya-indonesia.org/inodo-suku-baree
Anon, 2020. Gambar tari mokanta.
https://pdbifiles.nos.jkt1.neo.id/files/2020/12/01/kakday_tarimokanta-1_1606841268.jpg
Anon, 2020, Suku Bare’e – Prov. Sulawesi Tengah.
https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/suku-suku/sulawesi/suku-baree-prov-
sulawesitengah/
Anon, 2023. Hubungan dengan masyarakat lain. http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2014-2-
169201-281410089-bab1-19012015055743.pdf
Asn, 2021. Rumah adat suku bare’e. https://budaya-indonesia.org/lobo-suku-baree

Anda mungkin juga menyukai