“SHOLAT”
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Olanda
NPM. 20010008
FAKULTAS TEKNIK
2020/2021
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Sholat”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kulliah
Studi Islam II di Universitas Muhammadiyah Lampung. Dalam penulisan makalah
ini, penulis mengharapkan agar makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan para pembacanya. Namun, penulis juga merasa masih banyak kekurangan,
mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
3.1 Kesimpulan....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah diharapkan kita dapat
mengetahui dan memahami sholat sesuai dengan HPTM (Himpunan Putusan
Tarjih Muhammadiyah).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Alasan Allah Mewajibkan Sholat
Allah Swt. berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 36:
ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ هّٰللا
ـار ِذىِ ِك ۡي ِن َوال َجFر ٰبى َواليَ ٰتمٰ ى َو ال َم ٰسFۡ Fُ ِذى القFِانًا َّوبFد َۡي ِن اِ ۡح َسFِه َش ۡيــًٔـا ؕ َّوبِال َوالFٖ Fِاعبُدُوا َ َواَل تُ ۡش ِر ُك ۡوا ب
ۡ َو
َانFFانُ ُكمۡ ؕ اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحبُّ َم ۡن َكFFا َملَـ َك ۡت اَ ۡي َمFFبِ ۡي ِل ۙ َو َمFالس ِ ب بِ ۡال َج ۡۢـن
َّ ب َو ۡاب ِن ِ ُـار ۡالجُـن
ِ ب َوالصَّا ِح ۡ ۡ
ِ القُ ۡر ٰبى َوال َج
ُم ۡختَااًل فَ ُخ ۡو َرا
Di dalam ayat ini terdapat sepuluh hak yang wajib kita tunaikan. Oleh
karena itu, ayat ini disebut dengan “huquuqul ‘asyroh” (hak-hak yang
berjumlah sepuluh), yaitu hak Allah Ta’ala, hak kedua orang tua, dan
seterusnya sampai dengan hak hamba sahaya (budak). Dalam ayat ini,
Allah Ta’ala memulai dengan menyebutkan hak-Nya, yaitu (yang
artinya), ”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu pun.” Ini adalah bukti bahwa tauhid merupakan perintah
Allah Ta’ala yang pertama kali diserukan kepada seseorang dan
merupakan kewajiban terbesar seorang hamba dalam sepanjang
hidupnya, sebelum menunaikan kewajiban yang lainnya.
4
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala juga memulai dengan perintah bertauhid.
Dan sekali lagi, hal ini menunjukkan bahwa tauhid adalah perintah Allah
Ta’ala yang terbesar.
Untuk lebih jelasnya mengenai alasan Allah Swt. mewajibkan untuk
sholat, berikut akan penulis jabarkan:
a) Shalat adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat
syahadat dan merupakan salah satu rukun islam.
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Islam itu
dibangun di atas lima perkara, yaitu: bersaksi bahwa tiada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya
Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan
zakat, mengerjakan haji ke Baitulloh, dan berpuasa pada bulan
Romadhon.”
5
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ ِ َما تَقُو ُل َذل، يَ ْغتَ ِس ُل فِي ِه ُك َّل يَوْ ٍم َخ ْمسًا، ب َأ َح ِد ُك ْم
الُوا الَ يُ ْبقِىFFَ ق. » ك يُ ْبقِى ِم ْن َد َرنِ ِه ِ َأ َرَأ ْيتُ ْم لَوْ َأ َّن نَهَرًا بِبَا
يَ ْمحُو هَّللا ُ بِهَا ْالخَ طَايَا، س
ِ ت ْال َخ ْم
ِ صلَ َواَّ قَا َل « فَ َذلِكَ ِم ْث ُل ال. » ِم ْن َد َرنِ ِه َش ْيًئا
“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang
di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali,
menurut Anda, apakah itu akan menyisakan kotorannya ? Para sahabat
menjawab, ‘Tidak menyisakan sedikit pun kotorannya.’ Beliau bersabda,
‘Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah
menghapuskan dosa-dosa (hamba-Nya)” (HR. Bukhari no. 528 dan Muslim
no. 667).
Selain itu, jika shalat dilakukan dengan baik maka bisa mencegah
pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar. Sesuai dengan firman-Nya dalam
QS. Al-‘Ankabut ayat 45:
6
karena itu, Allah Ta’ala memuji para Nabi dan Rasul Shallallahu’alaihi
Wasallam dengan sifat mulia ini, yang mereka adalah hamba-hamba-Nya yang
memiliki keimanan yang sempurna dan selalu bersegera dalam kebaikan.
Allah Ta’ala berfirman:
َت َويَ ْد ُعوْ نَنَا َر َغبًا َّو َرهَب ًۗا َو َكانُوْ ا لَنَا ٰخ ِش ِع ْين
ِ اِنَّهُ ْم َكانُوْ ا ي ُٰس ِر ُعوْ نَ فِى ْالخَ ي ْٰر
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka (selalu) berdoa
kepada Kami dengan berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang
yang khusyu’ (dalam beribadah).” (QS. Al-Anbiya’:90)
Selain khusyu’ ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan sebagai
akhlak dalam sholat yaitu shalat yang dikerjakan harus dengan sungguh-
sungguh, dengan melengkapi syarat dan rukunnya serta melaksanakannya
dengan penuh keikhlasan, kerendahan hati, dan kekhusyukan melalui
memahami makna-makna yang terkandung baik dalam ucapan atau gerakan-
gerakan di dalam shalat. Karena di dalam ucapan dan gerakan-gerakan shalat
tersebut terdapat nilai-nilai akhlak yang tinggi, yang apabila kita
menghayati damn memahaminya dalam shalat maka akan mampu mencegah
pelakunya dari perbuatan keji dan munkar. Dan yang paling penting dalam hal
ini adalah menghadirkan hati dalam shalat. Karena tujuan shalat adalah untuk
mengingat Allah. Jadi apabila seseorang yang shalat, tetapi hatinya berpaling
dari Allah, maka Alah juga tidak akan memperhatikan shalat orang
tersebut.
Jadi tidak adanya pengaruh pada pelaku shalat untuk menjauhi
perbuatan keji dan munkar, karena ia hanya melakukan shalat, tidak
mendirikan shalat dalam arti hanya melakukan bentuk lahiriah shalat, dan
melalaikan aspek yang terpenting dalam shalat yaitu bentuk batiniah shalat.
7
Orang yang mengerjakan shalat berarti menjalankan perintah
Allah, maka ia pantas mendapatkan cinta dan keridhoan Allah. Allah
Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah (wahai muhammad):
“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah
mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)
8
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya laki-
laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang
mu’min,
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki
dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, ampunan dan pahala
yang besar.” (QS. Al Ahzab: 35).
9
Sehingga dapat diartikan bahwa spiritual sebagai sesuatu yang mengacu
pada apa yang terkait dengan dunia ruh atau jiwa, dekat dengan Illahi. Maka
jika kita berbicara spiritual shalat maka dapat dipastikan kita akan
menemukan makna spiritual shalat itu dalam setiap ucapan dan gerakan yang
ada dalam shalat.
Seorang yang shalat berarti melakukan hubungan langsung dengan
Allah SWT. Dengan demikian, tercipta rasa aman, tenang, damai, indah,
sejuk, dan lapang di dada, seperti yang dilukiskan Allah dalam ayat,
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati
menjadi tenteram." (QS Ar-Rad:29). Selain itu setiap gerakan shalat juga
memiliki makna spiritual yang luar biasa. Dimulai dari takbiratul ihram
dan diakhiri salam semuanya memiliki nilai spiritualitas yang tinggi.
1. Takbiratul Ihram (Awal)
Pengawalan segala sesuatu, seperti hidup diawali dengan
kelahiran dan sesuatu yang ada pasti ada awalnya. Dengan
keimanan kita yakin bahwa semua berawal dari Allah. Dengan
takbir kita kembalikan segala aktivitas, rutinitas kita hanya kepada
Allah.
3. Ruku’ (Penghormatan)
Ruku’ adalah sebuah ajaran kembali Sang Pencipta. Segala
sesuatu tidak pernah kita miliki secara pribadi. Semua yang berasal
dari Sang Pencipta akan kembali kepada Sang Pencipta. Semua yang
dimiliki manusia hanya ujian. Itu tandanya bahwa Sang
Penciptalah yang menjadi dasar acuan hidup kita dan kita benar-benar
mengembalikan urusan akhir kepada Sang Pencipta. Sedang
penghormatan yang dimaksud adalah sebagai ungkapan terima kasih
10
kita bahwa kita telah dikenalkan Allah melalui Nabi, Rasul dan
Malaikat.
8. Salam (Penutup)
Salam merupakan ucapan yang mengakui bahwa manusia
sebagai makhluk social yang bermasyarakat dan tidak bisa hidup
11
sendiri, sehingga kita hendaknya selalu menebar salam dan berkah
kepada sesama untuk saling bahu-membahu menegakkan kehidupan
yang harmonis dan tegaknya kedamaian, kesejahteraan, dan
keselamatan di bumi Allah.
b) Kasus Kedua
Meninggalkan shalat dengan menganggap gampang dan tidak
pernah melaksanakannya. Bahkan ketika diajak untuk
melaksanakannya, malah enggan. Maka orang semacam ini berlaku
hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan
kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Inilah pendapat Imam
Ahmad Ishaq, mayoritas ulama salaf dari shahabat dan tabi’in. Contoh
12
hadits mengenai masalah ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat.
Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir .”
c) Kasus Ketiga
Tidak rutin dalam melaksanakan shalat yaitu kadang shalat dan
kadang tidak. Maka dia masih dihukumi muslim secara zhohir (yang
nampak pada dirinya) dan tidak kafir. Inilah pendapat Ishaq bin
Rohuwyah yaitu hendaklah bersikap lemah lembut terhadap orang
semacam ini hingga dia kembali ke jalan yang benar. Wal ‘ibroh
bilkhotimah (Hukuman baginya dilihat dari keadaan akhir hidupnya).
d) Kasus Keempat
Meninggalkan shalat dan tidak mengetahui bahwa
meninggalkan shalat membuat orang kafir. Maka hukum bagi orang
semacam ini adalah sebagaimana orang jahil (bodoh). Orang ini
tidaklah dikafirkan disebabkan adanya kejahilan pada dirinya yang
dinilai sebagai faktor penghalang untuk mendapatkan hukuman.
e) Kasus Kelima
Mengerjakan shalat hingga keluar waktunya. Dia selalu rutin
dalam melaksanakannya, namun sering mengerjakan di luar waktunya.
Maka orang semacam ini tidaklah kafir, namun dia berdosa dan
perbuatan ini sangat tercela sebagaimana Allah berfirman (yang
artinya), “ Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya. ” (QS. Al-Ma’un/ 107 : 4-5).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari apa yang telah penulis susun dalam makalah ini, maka dapat kita
simpulkan bahwa shalat merupakan rahmat Allah yang dianugerahkan kepada
hamba-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka untuk bisa
melaksanakannya dan memperkenalkannya sebagai rahmat bagi mereka dan
kehormatan bagi mereka, supaya dengan shalat tersebut mereka memperoleh
kemulian dari-Nya dan keberuntungan karena dekat dengan-Nya.
Shalat merupakan sebuah kewajiban bahkan shalat disebut dengan
tiang agama, maka apabila meninggalkannya rusak pula ibadah-ibadah yang
lainnya. Dalam mengerjakan shalat juga harus memperhatikan akhlak-akhlak
dalam mengerjakannya agar tujuan dari shalat tersebut bisa terlaksana.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal, 1998. Kunci ibadah. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Suparta, Mundzier, 2006. Pendidikan agama islam fiqih MA Kelas X. Semarang: PT.
Karya Toha Putra.
Rifa’i, Mohammad, 2004. Risalah tuntutan shalat lengkap. Semarang: PT. Karya
Toha Putra.
15