Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“SHOLAT”

Diajukan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Studi Islam II

Dosen Pengampu:

Dr. Mukadi Adi Setiawan

Disusun Oleh:

Olanda

NPM. 20010008

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH LAMPUNG

2020/2021

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Sholat”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kulliah
Studi Islam II di Universitas Muhammadiyah Lampung. Dalam penulisan makalah
ini, penulis mengharapkan agar makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan para pembacanya. Namun, penulis juga merasa masih banyak kekurangan,
mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam makalah ini juga penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada dosen pengampu pada mata kuliah ini yaitu Bapak Dr. Mukadi
Adi Setiawan yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Penulis mohon maaf apabila masih terdapat
banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini karena penulis juga masih dalam
proses belajar.

Palembang, 20 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3

2.1 Hakikat Shalat.................................................................................................3


2.2 Alasan Allah Mewajibkan Shalat....................................................................4
2.3 Tujuan dan Fungsi Shalat...............................................................................5
2.4 Akhlak dalam Shalat.......................................................................................6
2.5 Hikmah Shalat.................................................................................................7
2.6 Makna Spiritual Shalat....................................................................................9
2.7 Ancaman Meninggalkan Shalat.....................................................................12

BAB III PENUTUP..................................................................................................14

3.1 Kesimpulan....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Shalat merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat muslim dan shalat
merupakan sarana komunikasi antara seorang hamba dengan Tuhannya
sebagai suatu bentuk ibadah yang di dalamnya terdapat sebuah amalan yang
tersusun dari beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul
ikhram dan diakhiri dengan salam, dan dilakukan sesuai dengan syarat
maupun rukun shalat yang telah ditentukan.
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam di Indonesia telah
membuat suatu pedoman pengerjaan shalat yang benar menurut HPTM
(Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah) disertai dalil dan hadist yang
dianggap paling shahih. Muhammadiyah hanya memilih hadist-hadist yang
Shahih atau yang kuat terutama dalam masalah ibadah termasuk dalam ibadah
shalat ini. Disamping itu Muhammadiyah juga tidak taklid terhadap satu
mahzab saja, sehingga terkadang Muhammadiyah mempunyai pendapat yang
sama dengan mahzab Syafi’i, terkadang Maliki, Hanafi maupun mahzab
Hambali. Berbeda dengan umat Islam di Indonesia umumnya yang hanya
berpegang dan terpaku pada mahzab Syafi’i saja.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat
merumuskan beberapa permasalahan, diantaranya:
a) Apa hakikat shalat?
b) Mengapa Allah mewajibkan shalat?
c) Apa tujuan dan fungsi shalat?
d) Bagaimana akhlak dalam shalat?
e) Apa hikmah shalat?
f) Apa makna spiritual shalat?
g) Apa ancaman bagi yang meninggalkan shalat?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah diharapkan kita dapat
mengetahui dan memahami sholat sesuai dengan HPTM (Himpunan Putusan
Tarjih Muhammadiyah).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Sholat


Secara bahasa shalat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti
“ibadah”. Sedangkan menurut istilah, shalat bermakna serangkaian kegiatan
ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri
dengan salam.
Ibnul Qoyyim rahimahullah menguraikan hakikat shalat dalam
bukunya yang berjudul “Dzauqush Shalah” halaman 8 , menurutnya tidak
dapat diragukan bahwa shalat merupakan perkara yang sangat
menggembirakan hati bagi orang-orang yang mencintainya dan merupakan
kenikmatan ruh bagi orang-orang yang mengesakan Allah, puncak keadaaan
orang-orang yang jujur dan parameter keadaan orang-orang yang meniti jalan
menuju kepada Allah.
Shalat merupakan rahmat Allah yang dianugerahkan kepada hamba-Nya,
Allah memberi petunjuk kepada mereka untuk bisa melaksanakannya dan
memperkenalkannya sebagai rahmat bagi mereka dan kehormatan bagi
mereka, supaya dengan shalat tersebut mereka memperoleh kemulian dari-Nya
dan keberuntungan karena dekat dengan-Nya. Allah tidak membutuhkan
mereka (dalam pelaksanaan shalat), namun justru (hakikatnya shalat tersebut)
merupakan anugerah dan karunia Allah untuk mereka.
Dengan shalat, hati seorang hamba dan seluruh anggota
tubuh beribadah. (Dalam shalat),Allah menjadikan bagian (anugerah)
untuk hati lebih sempurna dan lebih besar, yaitu berupa (hati bisa)
menghadap kepada Rabb nya Subhanahu, bergembira dan merasakan
kelezatan berdekatan dengan-Nya, merasakan nikmat dengan
mencintai-Nya, riang gembira menghadap kepada-Nya, tidak berpaling
kepada selain-Nya saat beribadah (shalat) serta menyempurnakan
hak-hak peribadatan kepada-Nya, sehingga ibadahnya sesuai dengan apa yang
Dia ridhoi”

3
2.2 Alasan Allah Mewajibkan Sholat
Allah Swt. berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 36:
ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ‫هّٰللا‬
‫ـار ِذى‬ِ ‫ ِك ۡي ِن َوال َج‬F‫ر ٰبى َواليَ ٰتمٰ ى َو ال َم ٰس‬Fۡ Fُ‫ ِذى الق‬Fِ‫انًا َّوب‬F‫د َۡي ِن اِ ۡح َس‬Fِ‫ه َش ۡيــًٔـا‌ ؕ َّوبِال َوال‬Fٖ Fِ‫اعبُدُوا َ َواَل تُ ۡش ِر ُك ۡوا ب‬
ۡ ‫َو‬
َ‫ان‬FF‫انُ ُكمۡ‌ ؕ اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحبُّ َم ۡن َك‬FF‫ا َملَـ َك ۡت اَ ۡي َم‬FF‫بِ ۡي ِل ۙ َو َم‬F‫الس‬ ِ ‫ب بِ ۡال َج ۡۢـن‬
َّ ‫ب َو ۡاب ِن‬ ِ ُ‫ـار ۡالجُـن‬
ِ ‫ب َوالصَّا ِح‬ ۡ ۡ
ِ ‫القُ ۡر ٰبى َوال َج‬
‫ُم ۡختَااًل فَ ُخ ۡو َرا‬

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua (ibu dan bapak),
karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu.” (QS.
An-Nisa:36)

Di dalam ayat ini terdapat sepuluh hak yang wajib kita tunaikan. Oleh
karena itu, ayat ini disebut dengan “huquuqul ‘asyroh” (hak-hak yang
berjumlah sepuluh), yaitu hak Allah Ta’ala, hak kedua orang tua, dan
seterusnya sampai dengan hak hamba sahaya (budak). Dalam ayat ini,
Allah Ta’ala memulai dengan menyebutkan hak-Nya, yaitu (yang
artinya), ”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu pun.” Ini adalah bukti bahwa tauhid merupakan perintah
Allah Ta’ala yang pertama kali diserukan kepada seseorang dan
merupakan kewajiban terbesar seorang hamba dalam sepanjang
hidupnya, sebelum menunaikan kewajiban yang lainnya.

Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Isra’ ayat 23:


َ ‫ك اَاَّل تَ ْعبُد ُْٓوا آِاَّل اِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن اِحْ ٰسنً ۗا اِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد‬
ٍّ‫ٓا اُف‬FF‫ك ْال ِكبَ َر اَ َح ُدهُ َمٓا اَوْ ِك ٰلهُ َما فَاَل تَقُلْ لَّهُ َم‬ ٰ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ضى َرب‬
‫َّواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَّهُ َما قَوْ اًل َك ِر ْي ًما‬
“ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
(QS. Al-Isra’:23)

4
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala juga memulai dengan perintah bertauhid.
Dan sekali lagi, hal ini menunjukkan bahwa tauhid adalah perintah Allah
Ta’ala yang terbesar.
Untuk lebih jelasnya mengenai alasan Allah Swt. mewajibkan untuk
sholat, berikut akan penulis jabarkan:
a) Shalat adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat
syahadat dan merupakan salah satu rukun islam.
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Islam itu
dibangun di atas lima perkara, yaitu: bersaksi bahwa tiada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya
Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan
zakat, mengerjakan haji ke Baitulloh, dan berpuasa pada bulan
Romadhon.”

b) Shalat merupakan pembeda antara muslim dan kafir.


Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya batasan antara
seseorang dengan kekafiran dan kesyirikan adalah shalat.
Barangsiapa meninggalkan shalat, maka ia kafir”. Salah seorang
tabi’in bernama Abdullah bin Syaqiq rahimahullah berkata, “Dulu
para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah
pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan
menyebabkan kafir kecuali shalat.”

c) Shalat adalah tiang agama dan agama seseorang tidak tegak


kecuali dengan menegakkan shalat.
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ”Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya
(penopangnya) adalah shalat.”

2.3 Tujuan dan Fungsi Shalat


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperumpamakan shalat
dengan perumpamaan yang sangat indah, yang menunjukkan bahwa ia
adalah sebuah kebutuhan dan kegembiraan hati orang-orang yang
beriman, karena dengannya Allah menghapuskan dosa hamba-Nya.

5
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ ِ‫ َما تَقُو ُل َذل‬، ‫ يَ ْغتَ ِس ُل فِي ِه ُك َّل يَوْ ٍم َخ ْمسًا‬، ‫ب َأ َح ِد ُك ْم‬
‫الُوا الَ يُ ْبقِى‬FFَ‫ ق‬. » ‫ك يُ ْبقِى ِم ْن َد َرنِ ِه‬ ِ ‫َأ َرَأ ْيتُ ْم لَوْ َأ َّن نَهَرًا بِبَا‬
‫ يَ ْمحُو هَّللا ُ بِهَا ْالخَ طَايَا‬، ‫س‬
ِ ‫ت ْال َخ ْم‬
ِ ‫صلَ َوا‬َّ ‫ قَا َل « فَ َذلِكَ ِم ْث ُل ال‬. ‫» ِم ْن َد َرنِ ِه َش ْيًئا‬
“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang
di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali,
menurut Anda, apakah itu akan menyisakan kotorannya ? Para sahabat
menjawab, ‘Tidak menyisakan sedikit pun kotorannya.’ Beliau bersabda,
‘Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah
menghapuskan dosa-dosa (hamba-Nya)” (HR. Bukhari no. 528 dan Muslim
no. 667).

Selain itu, jika shalat dilakukan dengan baik maka bisa mencegah
pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar. Sesuai dengan firman-Nya dalam
QS. Al-‘Ankabut ayat 45:

ُ ‫ ُر َۗوهّٰللا‬Fَ‫ ِذ ْك ُر هّٰللا ِ اَ ْكب‬Fَ‫ر َۗول‬F ۤ ٰ َّ ‫ ٰلو ۗةَ اِ َّن‬F‫الص‬


ِ F‫ا ِء َو ْال ُم ْن َك‬F‫لوةَ تَ ْن ٰهى َع ِن ْالفَحْ َش‬F‫الص‬ ِ ‫ك ِمنَ ْال ِك ٰت‬
َّ ‫ب َواَقِ ِم‬ َ ‫اُ ْت ُل َمٓا اُوْ ِح َي اِلَ ْي‬
َ‫يَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَعُوْ ن‬

“Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad)


dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan)
keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar
(keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”

Demikian penulis jabarkan tujuan dan fungsi shalat, namun masih


banyak lagi tujuan dan fungsi shalat yang lainnya seperti salah satunya adalah
untuk selalu mendekatkan diri dengan Allah dan senantiasa mengingat-Nya.
Shalat memang membuahkan ketakwaan, karena mendorong pelakunya untuk
senantiasa ingat Allah dari waktu ke waktu, di tengah-tengah kesibukannya
dengan dunia dan di tengah-tengah kelalaian serta kegersangan hatinya.

2.4 Akhlak dalam Sholat


Akhlak yang paling utama dalam sholat ialah khusyu’. Khusyu’ dalam
ibadah kedudukannya seperti ruh/jiwa dalam tubuh manusia, sehingga ibadah
yang dilakukan tanpa khusyu’ adalah ibarat tubuh tanpa jasad alias mati. Oleh

6
karena itu, Allah Ta’ala memuji para Nabi dan Rasul Shallallahu’alaihi
Wasallam dengan sifat mulia ini, yang mereka adalah hamba-hamba-Nya yang
memiliki keimanan yang sempurna dan selalu bersegera dalam kebaikan.
Allah Ta’ala berfirman:
َ‫ت َويَ ْد ُعوْ نَنَا َر َغبًا َّو َرهَب ًۗا َو َكانُوْ ا لَنَا ٰخ ِش ِع ْين‬
ِ ‫اِنَّهُ ْم َكانُوْ ا ي ُٰس ِر ُعوْ نَ فِى ْالخَ ي ْٰر‬
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka (selalu) berdoa
kepada Kami dengan berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang
yang khusyu’ (dalam beribadah).” (QS. Al-Anbiya’:90)

Selain khusyu’ ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan sebagai
akhlak dalam sholat yaitu shalat yang dikerjakan harus dengan sungguh-
sungguh, dengan melengkapi syarat dan rukunnya serta melaksanakannya
dengan penuh keikhlasan, kerendahan hati, dan kekhusyukan melalui
memahami makna-makna yang terkandung baik dalam ucapan atau gerakan-
gerakan di dalam shalat. Karena di dalam ucapan dan gerakan-gerakan shalat
tersebut terdapat nilai-nilai akhlak yang tinggi, yang apabila kita
menghayati damn memahaminya dalam shalat maka akan mampu mencegah
pelakunya dari perbuatan keji dan munkar. Dan yang paling penting dalam hal
ini adalah menghadirkan hati dalam shalat. Karena tujuan shalat adalah untuk
mengingat Allah. Jadi apabila seseorang yang shalat, tetapi hatinya berpaling
dari Allah, maka Alah juga tidak akan memperhatikan shalat orang
tersebut.
Jadi tidak adanya pengaruh pada pelaku shalat untuk menjauhi
perbuatan keji dan munkar, karena ia hanya melakukan shalat, tidak
mendirikan shalat dalam arti hanya melakukan bentuk lahiriah shalat, dan
melalaikan aspek yang terpenting dalam shalat yaitu bentuk batiniah shalat.

2.5 Hikmah Sholat


a) Mendapatkan cinta dan ridho Allah

7
Orang yang mengerjakan shalat berarti menjalankan perintah
Allah, maka ia pantas mendapatkan cinta dan keridhoan Allah. Allah
Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah (wahai muhammad):
“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah
mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)

b) Selamat dari api neraka dan masuk kedalam surga


Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Barangsiapa
menta’ati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab: 71).
Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi Rahimahullahu ta’ala berkata,
“Yang dimaksud dengan kemenangan dalam ayat ini adalah selamat
dari api neraka dan masuk kedalam surga”. Dan melaksanakan sholat
termasuk mentaati Allah dan Rasul-Nya.

c) Pewaris surga Firdaus dan kekal didalamnya


Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh beruntung
orang-orang yang beriman … dan orang-orang yang memelihara
sholatnya mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni)
yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (QS.
Al Mu’minun: 1-11).

d) Pelaku shalat disifati sebagai seorang muslim yang beriman dan


bertaqwa
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kitab (Al Quran) ini
tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan
shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan
kepada mereka.” (QS. Al Baqarah: 2-3)

e) Akan mendapat ampunan dan pahala yang besar dari Allah

8
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya laki-
laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang
mu’min,
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki
dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, ampunan dan pahala
yang besar.” (QS. Al Ahzab: 35).

f) Shalat tempat meminta pertolongan kepada Allah sekaligus ciri


orang yang khusyuk
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al
Baqarah: 45).

g) Shalat mencegah hamba dari perbuatan keji dan mungkar


Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al
Ankabut: 45).

2.6 Makna Spiritual Shalat


Allama Mirsa Ali Al-Qadhi dikutip dalam bukunya Dr. H.M. Ruslan,
M.A. mengatakan bahwa spiritualitas adalah tahapan perjalanan batin
seorang manusia untuk mencari dunia yang lebih tinggi dengan bantuan
riyadhat dan berbagai amalan pengekangan diri sehingga perhatiannya tidak
berpaling dari Allah semata-mata untuk mencapai kebahagiaan abadi.

9
Sehingga dapat diartikan bahwa spiritual sebagai sesuatu yang mengacu
pada apa yang terkait dengan dunia ruh atau jiwa, dekat dengan Illahi. Maka
jika kita berbicara spiritual shalat maka dapat dipastikan kita akan
menemukan makna spiritual shalat itu dalam setiap ucapan dan gerakan yang
ada dalam shalat.
Seorang yang shalat berarti melakukan hubungan langsung dengan
Allah SWT. Dengan demikian, tercipta rasa aman, tenang, damai, indah,
sejuk, dan lapang di dada, seperti yang dilukiskan Allah dalam ayat,
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati
menjadi tenteram." (QS Ar-Rad:29). Selain itu setiap gerakan shalat juga
memiliki makna spiritual yang luar biasa. Dimulai dari takbiratul ihram
dan diakhiri salam semuanya memiliki nilai spiritualitas yang tinggi.
1. Takbiratul Ihram (Awal)
Pengawalan segala sesuatu, seperti hidup diawali dengan
kelahiran dan sesuatu yang ada pasti ada awalnya. Dengan
keimanan kita yakin bahwa semua berawal dari Allah. Dengan
takbir kita kembalikan segala aktivitas, rutinitas kita hanya kepada
Allah.

2. Berdiri (Gerak Perjalanan)


Tegak memiliki arti bahwa kehidupan harus ditegakkan pada
ruang waktu. Iman, akhlaq, amalan pribadi dan amalan social juga
harus ditegakkan. Shalat adalah tiang agama jadi agama
didirikan/ditegakkan oleh shalat.

3. Ruku’ (Penghormatan)
Ruku’ adalah sebuah ajaran kembali Sang Pencipta. Segala
sesuatu tidak pernah kita miliki secara pribadi. Semua yang berasal
dari Sang Pencipta akan kembali kepada Sang Pencipta. Semua yang
dimiliki manusia hanya ujian. Itu tandanya bahwa Sang
Penciptalah yang menjadi dasar acuan hidup kita dan kita benar-benar
mengembalikan urusan akhir kepada Sang Pencipta. Sedang
penghormatan yang dimaksud adalah sebagai ungkapan terima kasih

10
kita bahwa kita telah dikenalkan Allah melalui Nabi, Rasul dan
Malaikat.

4. I’tidal (Puja –puji kepada Allah)


Pada gerakan I’tidal kita berdiri lagi untuk mengisi
perjalanan hidup dengan penuh puja dan puji kepada Allah serta
penuh syukur setiap saat sehingga tercipta kepatuhan dan ketaatan.

5. Sujud (Penyatuan Diri Dengan Kehendak Allah)


Sujud adalah simbol dari perjalanan hati (rohani). Dengan
sujud hati dan fikiran kita direndahkan serendah-rendahnya sebagai
tanda ketundukan total terhadap segala kehendak Allah.

6. Duduk Antara Dua Sujud (Permohonan)


Gerakan ini memiliki makna sebagai pengungkapan
berbagai permohonan kepada Allah untuk memberikan segala
kebutuhan yang diperlukan dalam bekal perjalanan menuju
pertemuan dengan Allah, serta permohonan perlindungan jasmani dan
rohani agar tetap berada pada jalan Allah.

7. Attahiyat (Pernyataan Ikrar)


Ini merupakan tahap pemantapan. Karena fitrah manusia tidak
lepas dari sifat lupa maka perlu pemantapan yang direfresh dan
diulang-ulang agar semakin kokoh. Yaitu Ikrar syahadat, dengan
symbol pengokohan ikrar melalui telunjuk kanan.
Bacaan shalawat menjadi pernyataan kebersediaan kuta
mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah Muhammad SAW. Dan
menempatkannya sebagai pemimpin perjalanan kita. Dan
penghormatan kepada Nabi Ibrahim yang menjadi bapak induk ajaran
tauhid.

8. Salam (Penutup)
Salam merupakan ucapan yang mengakui bahwa manusia
sebagai makhluk social yang bermasyarakat dan tidak bisa hidup

11
sendiri, sehingga kita hendaknya selalu menebar salam dan berkah
kepada sesama untuk saling bahu-membahu menegakkan kehidupan
yang harmonis dan tegaknya kedamaian, kesejahteraan, dan
keselamatan di bumi Allah.

2.7 Ancaman Meninggalkan Shalat


Perlu diketahui, para ulama telah sepakat bahwa dosa meninggalkan
shalat lima waktu lebih besar dari dosa-dosa besar lainnya. Ibnu Qayyim Al
Jauziyah rahimahullah mengatakan, ” Kaum muslimin bersepakat bahwa
meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling
besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang
lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang
meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta
mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”
Adapun berbagai kasus orang yang meninggalkan shalat, berikut akan
penulis jabarkan:
a) Kasus Pertama
Meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya
sebagaimana mungkin perkataan sebagian orang, ‘ Sholat oleh, ora
sholat oleh ’ (Kalau mau shalat boleh-boleh saja, tidak shalat juga
tidak apa-apa). Jika hal ini dilakukan dalam rangka mengingkari
hukum wajibnya shalat, orang semacam ini dihukumi kafir tanpa ada
perselisihan di antara para ulama.

b) Kasus Kedua
Meninggalkan shalat dengan menganggap gampang dan tidak
pernah melaksanakannya. Bahkan ketika diajak untuk
melaksanakannya, malah enggan. Maka orang semacam ini berlaku
hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan
kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Inilah pendapat Imam
Ahmad Ishaq, mayoritas ulama salaf dari shahabat dan tabi’in. Contoh

12
hadits mengenai masalah ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat.
Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir .”

c) Kasus Ketiga
Tidak rutin dalam melaksanakan shalat yaitu kadang shalat dan
kadang tidak. Maka dia masih dihukumi muslim secara zhohir (yang
nampak pada dirinya) dan tidak kafir. Inilah pendapat Ishaq bin
Rohuwyah yaitu hendaklah bersikap lemah lembut terhadap orang
semacam ini hingga dia kembali ke jalan yang benar. Wal ‘ibroh
bilkhotimah (Hukuman baginya dilihat dari keadaan akhir hidupnya).

d) Kasus Keempat
Meninggalkan shalat dan tidak mengetahui bahwa
meninggalkan shalat membuat orang kafir. Maka hukum bagi orang
semacam ini adalah sebagaimana orang jahil (bodoh). Orang ini
tidaklah dikafirkan disebabkan adanya kejahilan pada dirinya yang
dinilai sebagai faktor penghalang untuk mendapatkan hukuman.

e) Kasus Kelima
Mengerjakan shalat hingga keluar waktunya. Dia selalu rutin
dalam melaksanakannya, namun sering mengerjakan di luar waktunya.
Maka orang semacam ini tidaklah kafir, namun dia berdosa dan
perbuatan ini sangat tercela sebagaimana Allah berfirman (yang
artinya), “ Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya. ” (QS. Al-Ma’un/ 107 : 4-5).

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari apa yang telah penulis susun dalam makalah ini, maka dapat kita
simpulkan bahwa shalat merupakan rahmat Allah yang dianugerahkan kepada
hamba-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka untuk bisa
melaksanakannya dan memperkenalkannya sebagai rahmat bagi mereka dan
kehormatan bagi mereka, supaya dengan shalat tersebut mereka memperoleh
kemulian dari-Nya dan keberuntungan karena dekat dengan-Nya.
Shalat merupakan sebuah kewajiban bahkan shalat disebut dengan
tiang agama, maka apabila meninggalkannya rusak pula ibadah-ibadah yang
lainnya. Dalam mengerjakan shalat juga harus memperhatikan akhlak-akhlak
dalam mengerjakannya agar tujuan dari shalat tersebut bisa terlaksana.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal, 1998. Kunci ibadah. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Innayati, S, 2006. Fiqih kelas VII. Solo: Putra Kertonatan.

Suparta, Mundzier, 2006. Pendidikan agama islam fiqih MA Kelas X. Semarang: PT.
Karya Toha Putra.

Rifa’i, Mohammad, 2004. Risalah tuntutan shalat lengkap. Semarang: PT. Karya
Toha Putra.

15

Anda mungkin juga menyukai