Anda di halaman 1dari 7

REPRESENTASI NILAI MORAL DALAM NOVEL “PRIDE AND PREJUDICE”

KARYA JANE AUSTEN

Roiyul Mufidah

NIM 190212614029

OFFERING EE

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengulas nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel
“Pride and Prejudice” karya Jane Austen. Novel “Pride and Prejudice” merupakan novel
yang terbit pada tahun 1813, karena itu novel ini tergolong sebagai cerita klasik. Karakter
tokoh-tokoh dalam novel memperlihatkan nilai-nilai moral kepada pembaca. Hal ini juga
yang menjadi alasan mengapa mengambil objek kajian. Tulisan ini menggunakan metode
kualitatif dalam mengumpulkan data. Teknik analisis menggunakan segi perilaku tokoh
dan penyampaian penulis secara ekplisit dalam cerita.
PENDAHULUAN

Sastra telah mengalami perkembangan dari masa ke masa, tidak hanya di Indonesia namun
di seluruh belahan dunia. Sastra yang kita kenal sekarang merupakan sastra yang
mengandung unsur-unsur modern di dalamnya. Namun sebelum itu, terdapat sastra yang
mengawali segala tulisan modern tersebut, atau yang dikenal sebagai sastra klasik.
Sastra klasik merupakan karya yang tercipta dan berkembang dengan ceritanya yang tidak
mengenal batas waktu. Oleh karena itu, sastra klasik bisa dinikmati sekarang atau seribu
tahun setelahnya. Isi cerita dalam sastra klasik selalu relevan terlepas dari siapa yang
membaca atau di mana cerita itu dipublikasikan.
Setiap karya sastra, khususnya prosa, mengandung nilai-nilai yang diambil dari
masyarakat, termasuk dalam karya sastra klasik maupun modern. Nilai-nilai tersebut dapat
diambil sebagai teladan untuk kehidupan.
Salah satunya terdapat dalam karya sastra klasik yaitu novel berjudul “Pride and
Prejudice” karya Jane Austen yang terbit pada 28 Januari 1813. Novel “Pride and
Prejudice” merupakan novel sopan santun yang mengangkat genre bertema satire. Novel ini
menceritakan tentang kisah cinta kelas menengah atas keluarga Inggris di akhir abad ke-19.
Jane Austen telah memberi kesan cerita yang berbeda tentang romansa, keluarga dan
persahabatan.

KAJIAN TEORI

Kata moral berasal dari bahasa Latin Moralis yakni –mos, moris yang berarti adat;
istiadat; kebiasaan; cara; tingkah laku; kelakuan. Secara etimologis, moral dimaknai sebagai
ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan
sebagainya.

Moralitas mencakup mematuhi aturan sosial dalam kehidupan sehari-hari dan aturan
personal seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Menurut teori penalaran moral,
moralitas terkait dengan jawaban atas pernyataan mengapa dan bagaimana orang sampai pada
keputusan bahwa sesuatu dianggap baik dan buruk. Moralitas pada dasarnya dipandang
sebagai pertentangan (konflik) mengenai hal yang baik di satu pihak dan hal buruk di pihak
yang lain.
Menurut The Advanced Leaner’s Dictionary of Current English, pengertian moral
mencakup tiga hal, yaitu: pertama, prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah.
Kedua, kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah. Ketiga, ajaran atau
gambaran tingkah laku yang baik. Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yaitu
segi batiniah dan lahiriah.

METODE ANALISIS

Analisis ini merupakan analisis yang menggunakan metode deskriptif kualitatif.


Metode deskriptif kualitatif bekerja dengan berbagai macam data termasuk wawancara yang
direkam, berbagai jenis teks. Penelitian kualitatif bermanfaat bagi peneliti yang bekerja
sendiri dan tidak mengganggu orang lain.

Adapun langkah-langkah yang di lakukan dalam menganalisis :

1. Pemahaman terhadap objek yang dianalisis dengan cara membaca dengan cermat
karya sastra;
2. Pengumpulan data terhadap nilai-nilai moral yang terdapat dalam karya sastra;
3. Penafsiran terhadap data-data yang didapat;
4. Pengaitan hasil penafsiran dengan berdasarkan nilai-nilai moral yang benar atau salah.

PEMBAHASAN
Karya sastra adalah cerminan kehidupan realistis dan kisah kehidupan manusia yang
penuh dengan lika-liku (Endeswara : 33). Karya sastra biasanya menceritakan tentang
pengalaman hidup seseorang dan nilai kehidupan yang dimilikinya. Nilai-nilai kehidupan
tersebut yang dapat diambil sebagai teladan untuk kehidupan
Moral berkaitan erat dengan disiplin, emosi, dan kecenderungan manusia dalam bersikap.
Moral menyangkut bidang kehidupan manusia, baik buruknya perbuatan. Nilai moral
dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia.
Nilai moral dapat ditemukan dalam sebuah karya sastra, salah satunya dalam karya sastra
klasik yaitu novel “Pride and Prejudice” oleh Jane Austen.
Berikut ini pembahasan nilai-nilai moral dalam novel “Pride and Prejudice” karya Jane
Austen.

1. Moral baik
a. Berprasangka baik
“Aku tahu itu, dan itulah yang membuatku heran. Dengan perasaan sebaik itu.
kau masih mudah buta akan kekonyolan dan omong kosong orang lain! Cukup
banyak orang yang berpura-pura baik—kita bisa menemukannya di mana-mana.
Tapi, yang berwatak tulus tanpa pamrih—hanya dirimu seorang. Berarti kau
juga menyukai adik-adik perempuannya juga, kan? Perangai mereka tidak sama
dengannya.” (halaman 24).
Kalimat tersebut merupakan perkataan Elizabeth kepada Jane saat pesta
dansa. Jane yang merasa senang karena Bingley memujinya dan mengajaknya
berdansa sebanyak lima kali. Namun, berbanding terbalik dengan Jane yang
bersikap biasa saja.
Kalimat tersebut mengandung nilai moral bahwa seharusnya jangan
menilai seseorang seperti memandang orang buruk lainnya. Dengan kata lain,
seharusnya berprasangka baik kepada orang lain merupakan perilaku yang terpuji.
Selain itu, dalam berbuat baik harus tulus dari hati, bukan karena ingin
mendapatkan sesuatu hal.

b. Peduli satu sama lain


Peduli adalah suatu tindakan yang didasari pada keprihatinan masalah orang
lain. Peduli dapat merujuk kepada lembaga swadaya masyarakat, partai politik,
atau yang terkecil yaitu teman dan keluarga.
Rasa peduli tercermin dari tokoh Elizabeth yang saat itu khawatir dengan
kakaknya, Jane, yang dikabarkan sedang sakit. Sedangkan Jane berada di tempat
lain. Karena merasa khawatir, akhirnya Elizabeth menghampiri Jane. Hal ini
dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.
Elizabeth, yang sangat cemas, bertekad untuk menengok kakaknya, meskipun
di tidak bisa memakai kereta, dan dia tidak lihai menunggang uda, berjalan
kaki adalah satunya pilihan…. (halaman 51)

c. Ketulusan
Ketulusan tidak melulu soal cinta, namun juga dalam hal maaf-memaafkan.
Sebagai manusia yang tidak sempurna sudah patutnya kita saling memaafkan.
Sehingga tidak timbul rasa benci dan tetap menjaga tali persaudaraan.
Sifat tulus tercermin dari Mr. Collins yang meminta maaf kepada keluarga
Bennet atas pertikaian mereka dengan almarhum ayahnya terkait ahli waris tanah.
Selain itu, Mr. Collins juga meminta maaf soal menyinggung kelima putrinya.
Walaupun Mrs. Bennet tidak merasa tidak tersinggung, namun Mr.Collins tetap
meminta maaf.
Dengan nada yang lebih lunak, Mrs.Bennet menyatakan bahwa dirinya sama
sekali tidak tersinggung, tapi Mr. Collins tetap meminta maaf hingga sekitar
seperempat jam kemudian. (halaman 103)

d. Pantang menyerah
Pantang menyerah berarti tidak mudah putus ada dalam melakukan sesuatu,
selalu bersikap optimis, dan mudah bangkit dari keterpurukan. Salah satu nilai
moral tersebut yang tercermin dari sifat Mr.Darcy dalam novel “Pride and
Prejudice”.
Mr. Darcy tidak pernah menyerah pada Elizabeth walaupun lamarannya
ditolak terang-terangan. Mr.Darcy merenungkan bagaimana selama ini ia bersikap
lalu memperbaiki diri, bersedia melihat keluarga Bennet lebih dalam -tidak hanya
dari Mrs. Bennet yang agresif mencari menantu kaya.
2. Moral Buruk
a. Keangkuhan
Keangkuhan merupakan salah satu sifat negatif yang dimiliki oleh manusia.
Secara etimologis, angkuh dimaknai dengan sifat suka memandang rendah kepada
orang lain. Sifat angkuh dapat berdampak negatif terhadap diri sendiri, seperti
dibenci, tidak dipercaya orang lain,sulit menerima bantuan dari orang lain.
Sifat angkuh tercermin dari sifat Mr. Darcy. Hal ini diungkapkan oleh Jane
Austen secara langsung.
Semua orang melontarkan tatapan kagum daripada Mr.Darcy sepanjang
malam, sampai sikapnya memancing kejengkelan yang kemudian
membalikkan popularitasnya; karena dia ternyata angkuh; sombong; dan sulit
dibuat senang… (halaman 18)
Oleh karena itu, manusia harusnya menjauhi sifat keangkuhan demi kebaikan
diri sendiri dan mudah dalam hidup dalam bermasyarakat.

b. Diskriminasi golongan
Diskriminasi merupakan tindakan membeda-bedakan seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu masyarakat (berdasarkan warna kulit, golongan,
suku, ekonomi, agama, dan sebagainya).Diskriminasi dapat berdampak buruk
tidak hanya pada satu individu namun juga orang-orang yang di sekitarnya.
Keluarga Mr. Bingley melakukan diskriminasi terhadap Elizabeth secara tidak
langsung. Mereka menertawai Elizabeth, sebagai golongan rendah, yang dikenal
baik namun kecil kemungkinan untuk dapat menikah dengan orang yang penting.
Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut.
“Kalaupun mereka punya cukup banyak paman untuk menghuni seluruh
Cheapside,” seru Bingley, “itu tidak akan mengurangi daya tarik mereka
secuil pun.”
“Tapi, secara materi, itu akan sangat mengurangi kesempatan mereka untuk
menikah dengan pria berkedudukan penting,” jawab Darcy.
Bingley tidak menanggapi komentar Darcy. Sebaliknya kedua saudarinya
tertawa terpingkal-pingkal dan selama beberapa saat membahas gurauan
lancang teman mereka.
(halaman 58)
KESIMPULAN
Sastra klasik merupakan karya yang tercipta dan berkembang dengan ceritanya yang
tidak mengenal batas waktu. Oleh karena itu, sastra klasik bisa dinikmati sekarang atau seribu
tahun setelahnya. Salah satunya karya sastra klasik yaitu novel berjudul “Pride and
Prejudice” karya Jane Austen yang terbit pada 28 Januari 1813.
Moral dimaknai sebagai ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Setiap karya sastra, khususnya prosa,
mengandung nilai-nilai yang diambil dari masyarakat, termasuk dalam karya sastra klasik
maupun modern.
Nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel “Pride and Prejudice” dapat dikatakan
cukup banyak. Nilai moral yang disampaikan jika dilihat dari segi bahasa cukup dimengerti
oleh pembaca, karena penulis menyampaikannya secara eksplisit. Selain itu, penjelasan
mengenai nilai moral yang buruk ikut serta dijelaskan dalam cerita. Hal tersebut juga menjadi
nilai tambah bagi novel “Pride and Prejudice” yang ditulis oleh Jane Austen ini.

DAFTAR PUSTAKA

Austen, Jane. 2014. Pride and Prejudice (terjemahan). Jakarta : Penerbit Qanita.

Nata, Abuddin. 2008. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT Raja Grafindo.

Calvino, Italo. 1993. Why Read The Classics? (terjemahan).

Wikipedia._______. Pride and Prejudice. (Dikutip dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Pride_and_Prejudice ). Diakses pada 8 Mei 2020.

Anda mungkin juga menyukai