Anda di halaman 1dari 9

Nama : Agung Aprian Ramadiaz

Nim : 2231321002

Mata Kuliah : Fonologi Bahasa Indonesia

GRAFEM FONEM BAHASA INDONESIA

Fonologi adalah suatu kajian bahasa yang berusaha mengkaji bunyi ujaran yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi ujaran yang dimaksud adalah pembentukan fonem-
fonem yang disatukan menjadi sebuah kata.
Oleh fonologi, bunyi-bunyi ujaran ini dapat dipelajari dengan dua sudut pandang.
Pertama, bunyi-bunyi ujaran dipandang sebagai media bahasa semata. Kedua, bunyi-bunyi
ujaran dipandang sebagai bagian dari sistem bahasa. Bunyi-bunyi ujaran adalah unsur bahasa
terkecil yang merupakan bagian dari struktur kata yang sekaligus berfungsi untuk membedakan
makna. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujaran sebagai bagian dari sistem bahasa
disebut fonemik (Muslich, 2008: 2).

Di dalam materi fonologi terdapat beberapa sub-sub materi yang mengkaji tentang tata
ilmu kebahasaan, salah satunya adalah grafemik . Grafemik merupakan salah satu ilmu
yang di dalamnya mempelajari bunyi-bunyi bahasa yang telah disepakati. Artinya, grafemik
mempelajari bunyi-bunyi bahasa sesuai dengan sistem dan aturan ejaan yang berlaku. Dalam hal
bahasa Indonesia tentu menurut aturan yang disepakati dalam pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
yang disempurnakan.

Apa itu Gramfem?

PEMBAHASAN
A. Pengertian Grafem
Grafem (bahasa Yunani: γράφω, gráphō, "menulis") adalah satuan unit terkecil sebagai
pembeda dalam sebuah sistem aksara. Contoh grafem antara lain adalah huruf alfabet, aksara
Tionghoa, angka, tanda baca, serta simbol dari system penulisan lain.
Satu grafem dapat dipetakan tepat pada satu fonem, meskipun cukup banyak sistem ejaan
yang memetakan beberapa grafem untuk satu fonem (misalnya grafem <n> dan <g> untuk fonem
/ŋ/) atau sebaliknya, satu grafem untuk beberapa fonem (misalnya grafem <e> untuk fonem /e/
dan /ə/).
Grafem adalah system pelambangan bunyi alih-alih disebut system kata, pada dasarnya
grafem adalah huruf. Grafem ada dua macam, Yaitu grafem yang mengikuti system
fonetis dan grafem yang mengikuti sistem fonemis. Grafem yang mengikuti sistem fonetis
lebih populer disebut kata fonetis ini hal bunyi-bunyi yang diucapkan penutur dalam huruf.
Oleh karena itu, jumlah bunyi yang dilambangkan relatif lebih banyak dari jumlah huruf yang
terdapat dalam alphabet. Sementara itu, grafem yang mengikuti system fonemi lebih populer
disebut kata fonemi ini hal fonem-fonem bahasa tertentu dalam bentuk huruf . Jadi,
pelambangan disesuaikan dengan bunyi-bunyi yang membedakan makna.

Grafem Fonem Bahasa


Indonesia
1. GRAFEM FONEM BAHASA INDONESIA

Menurut pedoman EYD grafem-grafem untuk fonem-fonem bahasa Indonesia


adalah sebagai berikut :

a. Grafem fonem vokal


Contoh
Fonem Alofon Grafem Awal Tengah Akhir
[i]
/i/ <i> i.tu a.pik a.pi
[I]
[e]
/e/ <e> e.kor mo.nyet sa.te
[ɛ]
/∂/ [∂] <e> e.mas ke.ra ka.de
[u]
/u/ <u> u.ji da.pur la.gu
[U]
[o]
/o/ <o> o.bat e.kor bak.so
[‫]ﬤ‬
/a/ [a] <a> a.pi pi.sah lu.pa

b. Grafem fonem diftong

Contoh
Fonem Grafem Awal Tengah Akhir
/aw/ <au> au.la _ pu.lau
/ay/ <ai> _ _ lan.dai
/oy/ <oi> _ _ se.koi
/ey/ <ei> _ _ sur.vei

c. Grafem fonem konsonan

Fonem Alofon Grafem Contoh


Awal Tengah Akhir
[b]
/b/ <b> ba.ku re.but ja.wab
[p]
/p/ [p] <p> pa.ku ba.pak si.kap
/m/ [m] <m> mu.ka a.man da.lam
<w> wa.ris a.wan _
/w/ [w]
<u> _ _ li.mau
<f> fa.sih si.fat ak.tif
/f/ [f]
<v> vi.ta.min av.tur _
[d]
/d/ <d> da.ta a.dat a.bad
[t]
/t/ [t] <t> ta.ri ba.tik de.kat
/n/ [n] <n> na.si ta.nam ja.lan
/l/ [l] <l> la.ri ma.lam ba.tal
/r/ [r] <r> ra.sa ke.ras be.nar
/z/ [z] <z> za.kat ra.zia a.ziz
/s/ [s] <s> sa.kit a.sap ba.las
/ʃ/ [ʃ] <sy> sya.hid a.syar a.rasy
/ñ/ [ñ] <ny> nya.la ba.nyak _
/j/ [j] <j> ja.la a.jal _
/c/ [c] <c> ca.ri a.car _
<y> ya.tim a.yun _
/y/ [y]
<i> _ _ la.lai
/g/ [g] <g> gi.la la.gu _
[k] <k> _ _ gu.dek
/k/ [k] <k> ki.ra a.kal ja.rak
/ᶇ/ [ᶇ] <ng> nga.nga a.ngin a.bang
/x/ [x] <kh> Khas a.khir ta.rikh
/h/ [h] <h> ha.bis ba.hu su.dah
<k> _ nik.mat ba.pak
/?/ [?]
<Ø> _ sa.at _

2. Fonem

Fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan
makna. Perlu di ingat bahwa karena fonem merupakan penamaan system bunyi yang
membedakan makna, maka jumlah fonem tentu lebih sedikit dari bunyi-bunyi yang ada.
Bahkan,jumlah dan variasi bunyi bahasa Indonesia yang tak bias dipastikan jumlahnya
itu, sebenarnya merupakan realisasi dari system fonem yang terbatas jumlahnya.
Berdasarkan hasil penelitian,fonem bahasa Indonesia berjumlah sekitar 6 fonem vocal
dan 22 fonem konsonan. Dikatakan “sekitar” karena jumlahnya masih bias berubah. Hal
ini sangat tergantung pada korpus data.

Fonem merupakan satuan bahasa terkecil yang bersifat abstrak dan mampu
menunjukkan kontras makna atau abstraksi dari satu atau sejumlah fon, entah vokal
maupun konsonan. Karena bersifat abstrak, fonem bukanlah satuan bahasa yang tidak
nyata, bukan maujud yang dapat diindera.

Memang banyak versi mengenai definisi atau konsep fonem. Namun, intinya adalah
satu kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata. Bagaimana kita tahu
sebuah bunyi adalah fonem atau bukan fonem. Banyak cara dan prosedur telah
dikemukakan oleh berbagai pakar. Namun, intinya adalah kalau kita ingin mengetahui
sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, kita harus mencari yang disebutpasangan
minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang bunyinya mirip dan hanya
sedikit berbeda. Umpamanya kita inginmengetahui bunyi [p] fonem atau bukan, maka
kita cari, misalnya pasangan kata paku dan baku. Kedua kata ini mirip sekali. Masing-
masing terdiri dari empat bunyi. Kata paku terdiri dari bunyi [p], [a], [k], dan
[u]; sedangkan kata baku terdiri dari bunyi [b], [a], [k], dan [u]. jadi,
pada pasangan paku dan baku terdapat tiga buah bunyi yang sama, yaitu bunyi kedua,
ketiga dan keempat. Yang berbeda hanya bunyi pertama, yaitu bunyi [p] pada kata paku
dan bunyi [b] pada kata baku.

Dengan demikian, kita sudah dapat membuktikan bahwa bunyi [p] dalam bahasa
Indonesia adalah sebuah fonem. Mengapa? Karena kalau posisinya diganti oleh bunyi
[b], maka maknanya akan berbeda. Sebagai sebuah fonem, bunyi [p] itu ditulis di antara
dua garis miring menjadi /p/.

Apakah bunyi [b] pada pada pasangan kata paku dan baku itu juga sebuah fonem?
Dengan sendirinya, bunyi [b] itu juga adalah sebuah fonem, karena kalau posisinya
diganti oleh bunyi [p] atau bunyi [I] menjadi laku, maknanya juga akan berbeda.

Untuk membuktikan sebuah bunyi adalah fonem atau bukan dapat juga digunakan
pasangan minimal yang salah satu angotanya “rumpang”. Artinya,
jumlah bunyi pada anggota pasangan yang rumpang itu kekurangan satu bunyi dari
anggota yang utuh. Misalnya, untuk membuktikan bunyi [h] adalah fonem atu bukan
kita dapat mengambil pasangan [tuah] dan [tua]. Bentuk [tuah] memiliki empat buah
bunyi, sedangkan bentuk [tua] hanya memiliki tiga buah bunyi. Maka, kalau bunyi [h]
itu ditanggalkan, makna kata itu akan berbeda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bunyi
[h] adalah sebuah fonem [h].
Bahasa Indonesia secara umum menggunakan system Grafem Latin. Grafem Latin
memiliki 26 Alpabeta lepas. Jumlah Alpabeta latin yang dianut bahasa Indonesia dan
fonem yang dimiliki bahasa Indonesia tidak sama. Bahasa Indonesai menganut system
Grafem Latin dengan 26 Alpabeta, tetapi dari hasil penelitian ditumukan 32 buah fonem
sebagai unit terkecil bunyi yang berfungsi membedakan arti.
32 Fonem resmi bahasa Indonesia :

• 6 buah fonem vokal : /a/, /i/, /u/, /e/,/o/, /?/.

• 3 buah fonem diftong : /oy/, /ay/, dan /ou/.

• 23 buah fonem konsonan : /p/, /b/, /m/, /t/, /d/, /n/, /c/, /j/, /n/, /k/, /g/, /n/, /y/,
/r/, /l/, /w/, /s/, /s/, /t/, /f/, /h/, /x/, dan /?/.

Selanjutnya, fonem-fonem ini akan membentuk satuan, yaitu saku kata. Suku kata
dapat diidentifikasi dengan jalan mengidentifikasi vokalnya karena fonem vokal
merupakan puncak sonoritas (kenyaringan).

A. Fonem-fonem resmi bahasa Indonesia

a. Fonem Vokal

Nama-nama fonem vokal yang ada dalam bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut:

1. /i/ vokal depan, tinggi, tak bundar

2. /e/ vokal depan, sedang, atas, tak bundar

3. /a/ vokal depan, rendah, tak bundar

4. /∂/ vokal tengah, sedang tak bundar

5. /u/ vokal belakang, atas, bundar

6. /o/ vokal belakang, sedang, bundar

Status fonem-fonem vocal ini dapat dibuktikan dengan pasangan minimal. Sebagai berikut ini :

Fonem Awal Tengah


Posisi dalam kata Akhir
/i/ ikan x akan makin x makan dari x dara
/e/ enak x anak raket x rakit sate x satu
/a/ alam x ulam alih x alah para x pari
/∂/ ∂raŋ x araŋ k∂ra x kira -
/u/ udaŋ x adaŋ kasur x kasar labu x laba
/o/ onak x anak kaloŋ x kalaŋ toko x tokoh

b. Fonem Diftong

Fonem diftong yang ada dalam bahasa Indonesia adalah fonem diftong /ay/, diftong
/aw/ dan diftong /oy/. Ketiganya dapat dibuktikan dengan pasangan minimal.

/ay/ gulai x gula (gulay x gula)

/aw/ pulau x pula (pulaw x pul )

/oi/ sekoi x seka (s koy x seka)

c. Fonem Konsonan

Nama-nama fonem konsonan bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. /b/ konsonan bilabial, hambat, bersuara

2. /p/ konsonan bilabial, hambat, tak bersuara

3. /m/ konsonan bilabial, nasal

4. /w/ konsonan bilabial, semi vokal

5. /f/ konsonan labiodentals, geseran, tak bersuara

6. /d/ konaonan apikoalveolar, hambat, bersuara

7. /t/ konsonan apikoaveolar, hambat, tak bersuara

8. /n/ konsonan apikoaveolar, nasal

9. /t/ konsonan apikoaveolar, sampingan

10. /r/ konsonan apikoaveolar, getar

11. /z/ konsonan laminoalveolar, geseran, bersuara


12. /s/ konsonan laminoalveolar, geseran, tak bersuara

13. /∫/ konsonan laminopalatal, geseran, bersuara

14. /ñ/ konsonan laminopalatal, nasal

15. /j/ konsonan laminopalatal, paduan, bersuara

16. /c/ konsonan laminopalatal, paduan, tak bersuara

17. /y/ konsonan laminopalatal, semivokal

18. /g/ konsonan dorsevelar, hambat, bersuara

19. /k/ konsonan dorsevelar, hambat, tak bersuara

20. /ŋ/ konsonan dorsevelar, nasal

21. /x/ konsonan dorsevelar, geseran, bersuara

22. /h/ konsonan laringal, geseran, bersuara

23. /?/ konsonan glottal, hambat

3. Alofon

Alofon adalah pembedaan realisasi pelafazan fonem karena posisi yang berbeda
dalam kata. Misalnya fonem /b/ dalam bahasa Indonesia dilafazkan pada posisi awal
("besar") dan tengah ("kabel") berbeda dengan fonem ini pada posisi akhir ("jawab").

Bunyi vokal [i] dan vokal [I] dua buah fonem atau sebuah fonem. Kalau kita
menggunakan cara dengan mencari pasangan minimal untuk kedua bunyi vokal itu
dalam bahasa Indonesia ternyata sampai saat ini tidak ada. Yang menjadi kenyataan
adalah bahwa kedua vokal itu, [i] dan [I] memiliki distribusi yang berbeda. Vokal [i]
menempati posisi pada silabels (suku kata) terbuka, silabel yang tidak memiliki koda,
sedangkan vokal [I] menempati silabel yang mempunyai koda. Simak:

Vokal [i] pada kata [ini]; [titi]; dan [isi]

Vokal [I] pada kata [b∂nIh]; [batik]; dan [tasIk]

Vokal-vokal yang menjadi anggota dari sebuah fonem, seperti [u] dan [U] untuk
fonem /u/ disebut dengan istilah alofon. Dengan demikian kalau dibalik, bisa dikatakan
alofon adalah anggota dari sebuah fonem atau varian dari sebuah fonem.
Dari pembicaraan tentang fonem dan alofon diatas, dapat dikatakan bahwa fonem
merupakan konsep abstrak karena kehadirannya dalam ujaran dia diwakili oleh alofon
yang sifatnya konkrit, dapat diamati (didengar) secara empiris.

4. Fonem, Alofon, dan Ejaan

Kini akan kita bicarakan bagaimana hubungan fonem dan alofon dengan ejaan yang
berlaku sekarang yang disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Pada dasarnya ejaan tidak lain dari konvensi grafis, yakni “perjanjian” di antara para
penutur suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya. Artinya, bunyi-bunyi bahasa yang
seharusnya diujarkan, diganti dengan lambang-lambang grafis, yang disebut huruf, dan
dilengkapi dengan tanda baca.

Bahasa Indonesia sama dengan kebanyakan bahasa-bahasa di dunia, menggunakan


huruf latin atau abjad latin untuk menuliskan bahasanya. Tentunya dengan sistem dan
aturan-aturan tersendiri, yang tidak sama dengan sistem aturan- aturan bahasa lain,
meskipun sama-sama menggunakan abjad latin.

5. Manfaat Fonemik untuk Ejaan

Pengkajian bunyi bahasa dari segi fonemik yaitu dapat mengenali fonem- fonem
yang ada dalam suatu bahasa, baik fonem segmental maupun fonem supresegmental.
Dengan mengenali fonem-fonem bahasa yang dimaksud dapat bermanfaat dalam
perkembangan ejaan atau tatatulis bahasa bersangkutan, terutama bagi bahasa yang
menganut sistem tatatulis fonemis seperti bahasa Indonesia.

Sistem tatatulis fonemis yaitu sistem pelambangan atau penandaan satu fonem
dengan satu huruf. Perlu pembaca ketahui bahwa bahasa-bahasa di dunia saat ini
memiliki sistem tata tulis yang berbeda. Di antaranya saat ini ada empat macam sistem
tatatulis yang dikembangkan, yaitu sistem piktograf, ideograf, silaba, dan fonemis.
Paling awal simbol tulisan digunakan adalah bentuk piktograf, yaitu model
pelambangan bahasa dengan menggunakan gambar-gambar yang melukiskan suatu
kejadian atau peristiwa. Model sistem penulisan ini digunakan oleh orang-orang Indian
Mexico. Dalam bahasa Indonesia pun ada digunakan model piktograf, seperti rambu-
rambu lalu lintas. Perkembangan selanjutnya muncul simbol tulisan yang berbentuk
ideograf atau logograf, yaitu model pelambangan bahasa dengan bentuk lambang atau
tanda yang mewakili satu kata (satu pengertian), model ini digunakan dalam
melambangkan bahasa-bahasa Tionghoa. Dalam bahasa Indonesia digunakan seperti
dalam melambangkan bilangan (1,2,3, dan seterusnya). Kemudian, sistem pelambangan
bahasa berikutnya yaiu menggunakan bahasa silabis, yaitu pelambangan bahasa dengan
menggunakan satu lambang yang mewakili satu suku kata, misalnya digunakan
dalam penulisan bahasa Jepang dan bahsa Arab. Perkembangan yang terakhir sistem
pelambangan bahasa adalah menggunakan bentuk fonemis, yaitu sistem pelambangan
dengan menggunakan satu lambang huruf untuk satu bunyi. Model terakhir ini
digunakan dalam pelambangan tulisan bahasa Yunani, Latin, Jerman, dan lain-lain.
Bahasa Indonesia menganut sistem penulisan fonemis.

Karena tatatulis atau ejaan bahasa Indonesia menganut sistem fonemis maka hasil
kajian fonemik seperti diatas sangat berguna dalam perkembangan ejaan. Seperti hasil
pengenalan terhadap fonem segmental sangat berguna dalam menetapkan lambang atau
huruf-huruf yang akan digunakan, seperti yang dharapkan untuk satu lambang mewakili
satu fonem. Walau kenyataanya prinsip satu lambang untuk satu fonem yang dikenal
dengan sebutan sistem fonemis ini tidak bisa dilakukan secara penuh, karena ada
pertimbangan praktis dan ekonomi.

Hasil pengenalan terhadap fonem supragsegmental dalam bahasa Indonesia dapat


digunakan sebagai dasar penetapan kebakuan penggunaan tanda-tanda diakritik. Untuk
menandai tekanan digunakan tanda penulisan dimiringkan, ditebalkan, atau penggunaan
tanda kutip. Untuk nada digunakan tanda titik(.) jika nada berita, tanda tanya(?) jika
nada tanya, dan tanda seru (!) jika nada perintah. Demikian untuk pemberhentian atau
jeda digunakan tanda koma(,) atau tanda titik koma(;).

Kesimpulan :
Di dalam kajian grafemik, terdapat beberapa sub-sub materi, yaitu : Grafem
Fonem Bahasa Indonesia, Fonem, Alofon, dan Ejaan. Grafem adalah system
pelambangan bunyi alih-alih disebut system ejaan,pada dasarnya grafem adalah huruf.
Fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna.
Grafem-grafem untuk fonem-fonem bahasa Indonesia yaitu grafem fonem vokal,
grafem fonem diftong, dan grafem fonem konsonan. Pembagian fonem di dalam
bahasa Indonesia yaitu : fonem vokal, fonem, diftong, dan fonem konsonan. Alofon
adalah pembedaan realisasi pelafazan fonem karena posisi yang berbeda dalam kata.
Misalnya fonem /b/ dalam bahasa Indonesia dilafalkan pada posisi awal (“besar”) dan
tengah (“kabel”) berbeda dengan fonem ini pada posisi akhir (“jawab”). Penerapan
kaidah kajian grafemik yaitu sesuai dengan ejaan yang berlaku sekarang yang disebut
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Karena tatatulis atau ejaan bahasa
Indonesia menganut sistem fonemis maka hasil kajian fonemik sangat berguna dalam
perkembangan ejaan.

Anda mungkin juga menyukai