Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TERSTRUKTUR

KEARIFAN LOKAL DARI JAKARTA

“ROTI BUAYA”

Oleh :
Nama : Kevin Wibisono
Kelas :B
NIM : E1A018082
Dosen : Rochati,S.H.,M.Hum.

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun pokok bahasan yang dikaji dalam
makalah ini adalah tentang “Kearifan Lokal Dari Jakarta” yang bertujuan dalam rangka
memperdalam pemahaman kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya kebudayaan Betawi

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Rochati,S.H.,M.Hum.selaku dosen


pengampu, serta dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya sehingga kami dapat menyusun makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami menyadiri masih banyak


kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikaan manfaat serta menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………...……………………….…………..2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………............3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4

A. Latar Belakang.................................................................................................................4
BAB II SEJARAH DAN ASAL MULA............................................................................... ......4

A. Sekilas Tentang Betawi....................................................................................................4


B. Roti Buaya Sebagai Simbol Pernikahan Adat Betawi......................................................5
C. Asal Mulanya Roti Buaya Menjadi Simbol Pernikahan Adat Betawi..............................6
BAB III PERMASALAHAN.......................................................................................................7

A. Eksistensi Roti Buaya Di Masa Dahulu, Masa Sekarang, Masa Depan..........................7


B. Dampak Roti Buaya Di Masyarakat Betawi.....................................................................9
C. Upaya Melestarikan Budaya Indonesia..........................................................................10
BAB IV NARASUMBER..........................................................................................................11

A. Narasumber.....................................................................................................................11
B. Perbedaan Analisis..........................................................................................................11
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................12

A. Kesimpulan................................................................................................................ .....12
B. Saran................................................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Disetiap daerah mempunyai simbol pernikahan yang beranekaragam jenis dan bentuknya
dan pastinya memiliki arti tersendiri serta kepercayaan dari masing-masing adat dan kebudayaan.
Kita pasti tahu apa arti dari simbol pernikahan, yang dimaksud dengan simbol pernikahan adalah
sesuatu hal atau barang yang menjadi ciri khas atau identik dari setiap perayaan atau resepsi
pernikahan dan selalu ada dalam acara pernikahan tersebut. Banyak yang berangapan bahwa dari
suatu jenis atau macam dari simbol pernikahan itu pasti berbeda-beda dari kebudayaan ke
budaya lainnya. Dalam hal ini yang menjadi simbol pernikahaan adat betawi yaitu menggunakan
roti buaya. Alasan masyarakat Betawi menggunakan simbol buaya adalah kalau dilihat dari
sejarahnya bahwa buaya laki itu hanya setia pada satu pasangan buaya perempuan sampai
mereka mati itulah yang menjadi dasar dari simbol roti buaya tersebut.
Yang menjadi pertanyaan adalah kalau kita sering mendengar atau melihat buaya itu
identik dengan hal yang negative contohnya buaya darat istilah ini di identikan dengan orang
yang suka mempermainkan orang lain tapi masyarakat Betawi menganggap roti buaya itu
sebagai lambang kesetiaan. Biasanya roti buaya yang dibawa pada saat pernikahaan masyarakat
Betawi umumnya adalah tiga roti, yang pertama itu roti buaya jantan, yang kedua roti buaya
perempuan dan ditambah dengan roti buaya anakan. Sehingga simbol inilah yang menjadi ciri
khas sebagai symbol pernikahaan masyarakat betawi saat melakukan resepsi pernikahan.Rroti ini
memiliki makna tersendiri bagi warga Betawi, yakni sebagai ungkapan kesetiaan pasangan yang
menikah untuk sehidup-semati.

BAB II
Sejarah dan Asal Mula
A.   Sekilas Tentang Betawi
Pada tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul
sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953
jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu. Kesadaran sebagai orang Betawi pada
awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari,

4
mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti
orang Kemayoran, orang Senen, atau orang Rawabelong. Pengakuan terhadap adanya orang
Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang
lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh
masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula
segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.
Ada juga yang berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup masyarakat
campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda tapi juga mencakup penduduk di
luar benteng tersebut yang disebut masyarakat proto Betawi. Penduduk lokal di luar benteng
Batavia tersebut sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang
kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional. Hal ini terjadi karena pada abad ke-6, kerajaan
Sriwijaya menyerang pusat kerajaan Tarumanagara yang terletak di bagian utara Jakarta
sehingga pengaruh bahasa Melayu sangat kuat disini. Selain itu, perjanjian antara Surawisesa
(raja Kerajaan Sunda) dengan bangsa Portugis pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis
untuk membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran
antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Dari
komunitas ini lahir musik keroncong.
Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara
biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah
campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belandake Batavia. Apa yang disebut
dengan orang atau Suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis
ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta,
seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa.

B.   Roti Buaya Sebagai Simbol Pernikahan Adat Betawi


Setiap acara pernikahan yang mengusung adat Betawi, pasti tak pernah meninggalkan roti
buaya. Biasanya roti yang memiliki panjang sekitar 50 sentimeter ini dibawa oleh mempelai
pengantin laki-laki pada acara serah-serahan. Selain roti buaya, mempelai pengantin laki-laki
juga memberikan uang mahar, perhiasan, kain, baju kebaya, selop, alat kecantikan, serta
beberapa peralatan rumah tangga. Dari sejumlah barang yang diserahkan tersebut, roti buaya
menempati posisi terpenting. Bahkan, bisa dibilang hukumnya wajib. Sebab, roti ini memiliki

5
makna tersendiri bagi warga Betawi, yakni sebagai ungkapan kesetiaan pasangan yang menikah
untuk sehidup-semati.
Selain itu masyarakat Betawi telah turun temurun menggunakan roti buaya sebagai
simbolisasi disetiap pernikahan adat Betawi. Kenapa bentuknya  buaya, tapi kita sering
mendengar bahwa ada istilah Buaya Darat alias mata keranjang? Persepsi ini yang perlu
dijelaskan. Buaya adalah hewan yang panjang umur dan paling setia kepada pasangannya, buaya
itu hanya kawin sekali seumur hidup, sehingga orang Betawi menjadikannya sebagai Lambang
Kesetiaan dalam rumah tangga. Selain itu buaya termasuk hewan perkasa & hidup di dua alam,
ini juga bisa dijadikan lambang dari harapan agar rumah tangga menjadi tangguh & mampu
bertahan hidup di mana aja. Roti Buaya ini dibuat sepasang, yang betina ditandai dengan roti
buaya kecil yg diletakan di atas punggungnya atau di samping. Maknanya adalah kesetiaan
berumah tangga sampai beranak cucu. Peningset ini harus dijaga sepanjang jalan, supaya tetap
mulus hingga sampai ke tangan penganten perempuan. Selain itu, roti memiliki makna sebagai
lambang kemapanan, karna ada anggapan bahwa roti merupakan makanan orang golongan atas.
Pada saat selesai akad nikah, biasanya roti buaya ini diberikan pada saudara yang belum nikah,
hal ini juga memiliki harapan agar mereka yang belum menikah bisa ketularan dan segera
mendapatkan jodoh.

C.   Asal Mulanya Roti Buaya Menjadi Simbol Pernikahan Adat Betawi
Asal mula adanya roti buaya ini, konon terinspirasi perilaku buaya yang hanya kawin
sekali sepanjang hidupnya. Dan masyarakat Betawi meyakini hal itu secara turun temurun.
Selain terinspirasi perilaku buaya, simbol kesetiaan yang diwujudkan dalam sebuah makanan
berbentuk roti itu juga memiliki makna khusus. Menurut keyakinan masyarakat Betawi, roti juga
menjadi simbol kemampanan ekonomi. Dengan maksud, selain bisa saling setia, pasangan yang
menikah juga memiliki masa depan yang lebih baik dan bisa hidup mapan.  Karenanya, tak heran
jika setiap kali prosesi pernikahan, mempelai laki-laki selalu membawa sepasang roti buaya
berukuran besar, dan satu roti buaya berukuran kecil yang diletakkan di atas roti buaya yang
disimbolkan sebagai buaya perempuan. Ini mencerminkan kesetian mempelai laki-laki kepada
mempelai perempuan sampai beranak-cucu. Tradisi ini masih berlangsung sampai sekarang.
Meski saat ini banyak warga Betawi yang merayakan pernikahan secara modern, tapi
mereka masih memakai roti buaya sebagai simbol kesetiaan. Karena roti buaya sudah

6
membudaya bagi warga Betawi. Adat kite ntu kagak ilang. Masih banyak nyang pake. Kite ambil
contoh di kawasan Condet, Palmerah sampe ke Tanggerang. Sayangnya, saat ini roti buaya tidak
mudah dijumpai di toko-toko roti. Untuk itu, bagi pasangan yang akan menikah harus pesan dulu
ke tukang roti. Dan harganya juga bervariasi tergantung ukuran yang dipesan, yakni mulai dari
50 ribu hingga ratusan ribu rupiah. Itu sudah termasuk rasa roti, keranjang, dan asesoris
pelengkapnya.

BAB III

PERMASALAHAN

A. Eksistensi Roti Buaya Di Masa Dahulu, Masa Sekarang, Masa Depan

1. Roti buaya dimasa lampau


Dalam upacara pernikahan Betawi, roti buaya selalu hadir sebagai bagian kelengkapan.
Roti tawar berbentuk sepasang buaya ini mengandung makna kesetiaan. Karena itu pula roti ini
disimpan oleh pengantin. Tidak dimakan apalagi dibagikan pada tamu.Buaya sendiri telah
menjadi hewan yang dianggap suci oleh orang Betawi sejak zaman leluhur.Menurut orang
Betawi seekor buaya hanya mempunyai satu pasangan seumur hidupnya. Atas kepercayaan
inilah, orang Betawi menggunakan buaya sebagai perlambang kesetiaan. Dalam perikahan
diharapkan agar pasangan saling setia.
Sayang, pernikahan adat Betawi dulu dan sekarang jauh berbeda. Dulu, roti buaya
sengaja dibuat sekeras mungkin, semakin keras roti, semakin baik kualitas roti tersebut. Tujuan
sebenarnya dari pembuatan roti buaya ini bukan untuk dimakan.roti buaya akan dipajang di
tengah-tengah ruangan hingga acara pernikahan selesai. Setelah itu, roti tersebut akan ditaruh di
atas lemari pakaian di kamar pengantin. Karena roti buaya tersebut keras dan tidak punya rasa,
roti ini pun akan tahan lama.Kualitas roti buaya yang tahan lama dilihat dari keras tidaknya roti.
Roti buaya akan dibiarkan hingga hancur dan berbelatung di atas lemari. Inilah yang menjadi
perlambang bahwa dua roti buaya simbol suami istri tersebut hanya bisa dipisahkan oleh maut,
oleh raga yang sudah berbelatung

2. Roti buaya Dimasa Sekarang

7
Kalau zaman dulu roti buaya dibuat sekeras mungkin agar bertahan lama, kalau zaman
sekarang filosofi seperti ini sudah mulai ditinggalkan. Jika kalian memesan roti buaya, yang
membuat malah balik bertanya, mau isi cokelat atau keju. Padahal hal ini sudah menyalahi adat
sebenarnya.
Roti buaya zaman sekarang teksturnya jauh lebih lembut, juga ditambah dekorasi
tempelan cokelat atau kismis. Padahal dulu roti buaya sangat berat seperti batu dan polos begitu
saja.Roti buaya di pernikahan Betawi zaman sekarang akan dibagi-bagikan kepada para tamu
apabila acara pernikahan sudah selesai. Sedangkan kedua mempelai tidak membawa roti tersebut
ke kamar tidur mereka. Para tamu yang datang juga akan menikmatinya dengan mencelupkannya
ke dalam sirop.Hal ini sudah keliru, tapi tetap dibiarkan. Simbol kesetiaan itu sebenarnya tidak
boleh sama sekali dimakan, mengingat buaya adalah hewan suci. Hingga sekarang, masih ada
beberapa orang yang nganca, atau menganca, yaitu memberikan sesajen kepada leluhur buaya di
kali atau sungai di Jakarta.
Untuk masalah eksistensi roti buaya sejauh ini masih terus berlangsung di acara adat
orang Betawi khususnya untuk acara perhelatan perkawinan.Orang-orang Betawi masih
menganggap roti buaya perlu dalam acara perkawinan karena mereka beranggapan jika ada roti
buaya pernikahan mereka dapat langgeng dan juga karena budaya leluhur-leluhur mereka
sehingga harus mereka lestarikan.

3. Roti Buaya Dimasa Yang Akan Datang

Menurut saya sebagai penulis roti buaya harus tetap ada dan harus dilestarikan oleh
orang-orang betawi karena ini adalah suatu kebudayaan dan juga sebagai kekayaan Indonesia
kita sebagai warga Indonesia sudah seyogyanya harus melestarikan adat yang telah dibuat dan
diturunkan oleh leluhur kita.Kalau dilihat roti buaya dari segi bentuk di zaman dahulu dan zaman
sekarang saja sudah berubah dulu sangat keras,sekarang dibuat lembut dan dimakan.Dimasa
yang akan dating menurut saya tidak boleh ada perubahan dalam suatu adat dengan alasan
mengikuti perkembangan zaman,menurut saya adat memang harus unik dan lain daripada yang
lain jika adat tersebut terus di perbarui dirubah-rubah,bukan tidak mungkin disuatu saat nanti
adat roti buaya lama-lama bias menghilang.Oleh karena itu kita harus tetp melestarikan yang ada

8
jangan merubahnya bahkan kalua perlu kita harus kembali ke roti buaya yang pertama kali dibuat
leluhur orang Betawi yaitu rotinya dibuat sekersa mungkin agar tahan lama dan sampai habis
dimakan belatung. Sunggu menurut saya itu filosofis yang sangat bagus dimana itu
melambangkan kedua mempelai akan selalu bersama tidak terpisahkan sampai ajal yang
memisahkan mereka.

Berbicara tentang adat menurut data yang saya kutip dari website kompas setidaknya ada
20 adat Indonesia yang telah musna dan yang diakui negara lain seperti contoh batik, angklung,
reong Ponorogo, lagu Rasa Sayange dan masih banyak lagi.Kita tidak boleh begini terus merasa
tidak peduli dengan adat kita sendiri sampai di akuisisi oleh negara lain adat istiadat adalah
kekayaan terbesar suatu bangsa kita tahu Indonesia dapat disegani dan dipuja oleh bangsa bangsa
lain itu karena kekayaan akan adat istiadatnya oleh karena itu sudah sepantasnya kita sebagai
generasi penerus bangsa wajib mempertahankan dan melestarikan adat istiadat negara Indonesia.

B. Dampak Roti Buaya Di Masyarakat Betawi

Dari segi budaya dengan adanya tradisi di Betawi yaitu saat melangsungkan perkawinan
harus menggunakan roti yang berbentuk buaya sebagai simbol kesetiaan menurut saya
masyarakat Betawi sangat menerima hal itu karena bagi mereka karena nilai yang terkandung
didalamnya sangat filosofis yaitu diharapkan kedua mempelai akan tetap setia pada pasangannya
sama seperti buaya yang setia dan hanya menikah satu kali sepanjang hidupnya.

Dari segi ekenomis masyarakat Betawi maupun yang diluar Betawi menjadi sangat
diuntungkan karena setiap kali ada acara perkawinan para pedagang dan pembuat roti menjadi
sangat diuntungkan karena pesanan roti khususnya roti buaya sangat akan sangat banyak
sehingga dapat menguntungkan para pedagang roti.

Dari segi sosial masyarakat yang bukan asli Betawi juga akan merasakan suatu
kebanggaan karena mereka dapat melihat kekayaan dan keunikan budaya yang ada diIndonesia.

C. Upaya Melestarikan Budaya Indonesia

9
bentuk upaya yang dapat kita lakukan untuk melindungi dan melestarikan budaya
Indonesia. Diantaranya:

1. Menjadikan sebuah budaya yang telah kita miliki menjadi suatu bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Kita harus mempunyai rasa memiliki dan menjaga
kebudayaan tersebut. 

Sebagai masyarakat Indonesia kita harus senantiasa mengagumi budaya bangsa sendiri.
Tetapi tidak hanya kagum saja, kita juga harus bisa melestarikan budaya-budaya tersebut agar
tidak pindah tangan atau diklaim oleh negara lain. Misalnya : sebagai orang Jawa kita hendaknya
melestarikan budaya tari daerah dan gamelan Jawa. Hal ini dapat dilakukan dengan diadakan
pelatihan tari daerah dan menabuh gamelan Jawa. Lalu adat roti buaya yang saya bahas ini juga
harus kita lestarikan contoh pelestariannya dengan menjual roti roti buaya di pasaran,menggelar
festival budaya

2. Untuk melindungi budaya Indonesia, harus ada perlindungan budaya yang lebih jelas
maka diperlukan sebuah Undang-undang yang khusus untuk perlindungan karya budaya
tradisional. Seperti yang tercantum dalam UU No.19 Tahun 2003 tentang hak cipta telah
menjamin perlindungan hak kekayaan intelektual komunal ataupun personal serta peraturan lain
yang telah dibuat untuk melindungi kebudayaan asli Indonesia.

3. Melakukan promosi kebudayaan bangsa Indonesia ke negara lain dengan pementasan


seni budaya. Dengan begitu masyarakat internasional mengenal dan mengetahui bahwa
kebudayaan tersebut berasal dari Indonesia. Upaya tersebut juga dapat dilakukan dengan
mengadakan pertukaran budaya antar daerah di Indonesia. Sehingga kebudayaan bangsa
Indonesia dapat dilestarikan. 

4. Selain itu, untuk melestarikan budaya Indonesia dapat dilakukan dengan tidak
menganak tirikan provinsi lain, bagi sama rata hak mereka, jangan pernah membedakan suku-
suku yang lain, beri pendidikan yang layak, transportasi, ekonomi dan usut tuntas pelanggaran
hak. Dengan adanya usaha tersebut, akan mempererat persatuan dan kesatuan Indonesia,
sehingga bangsa kita akan makmur sentosa dan dengan sendirinya kebudayaan dapat kita jaga.

10
BAB IV

NARASUMBER

A. Narasumber
Makalah ini banyak saya kutip dari buku “Saudagar Baghdad dari Betawi” karya Alwi
Shahab dan juga sumber-sumber yang lainnya seperti
Ardan, S. M., Sjafi’ie, Irwan. H., Saputra, Andi, Yahya (2000). Siklus Betawi: upacara
dan adat istiadat, Lembaga Kebudayaan Betawi bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Propinsi
DKI Jakarta.
Liliweri, Alo, Dr, M, S. (2002). Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya,
Jakarta: LKiS Yogyakarta.
Simbolisasi Roti Buaya diPernikahan
Betawi,From:http://kosmo.vivanews.com/news/read/70568-
simbolisasi_roti_buaya_di_pernikahan_betawi.

B. Perbedaan Analisis

Yang membedakan pembahasan makalah yang saya buat dengan narasumber yang saya
jadikan refrensi adalah

Makalah yang saya buat :


1. Makalah yang saya buat lebih menjelaskan sejarah roti buaya
2. Makna roti buaya dalam perkawinan
3. Eksistensi-nya roti buaya di masa dahulu,sekarang dan masa depan
4. Cara melestarikan budaya
5. Dampak roti buaya di masyarakat betawi

Narasumber:

1. Narasumber yang saya jadikan refrensi lebih menjelaskan perkawinan adat betawi yang
salah satunya dengan roti buaya

11
2. Lebih mendeskripsikan tentang masyarakat Betawinya seperti bahsanya, seninya,
perilakunya, kepercayaanya dan yang lainnya

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan
Setiap acara pernikahan yang mengusung adat Betawi, pasti tak pernah meninggalkan roti
buaya. Biasanya roti yang memiliki panjang sekitar 50 sentimeter atau tergantung yang memesan
ini dibawa oleh mempelai pengantin laki-laki pada acara serah-serahan. Buaya adalah hewan
yang panjang umur dan paling setia kepada pasangannya, buaya itu hanya kawin sekali seumur
hidup, sehingga orang Betawi menjadikannya sebagai Lambang Kesetiaan dalam rumah tangga.
Selain itu buaya termasuk hewan perkasa & hidup di dua alam, ini juga bisa dijadikan lambang
dari harapan agar rumah tangga menjadi tangguh & mampu bertahan hidup di mana aja.
Roti Buaya ini dibuat sepasang, yang betina ditandai dengan roti buaya kecil yg diletakan
di atas punggungnya atau di samping. Maknanya adalah kesetiaan berumah tangga sampai
beranak cucu. Peningset ini harus dijaga sepanjang jalan, supaya tetap mulus hingga sampai ke
tangan penganten perempuan. Selain itu, roti memiliki makna sebagai lambang kemapanan,
karna ada anggapan bahwa roti merupakan makanan orang golongan atas. Pada saat selesai akad
nikah, biasanya roti buaya ini diberikan pada saudara yang belum nikah, hal ini juga memiliki
harapan agar mereka yang belum menikah bisa ketularan dan segera mendapatkan jodoh.
Hal inilah yang membudaya sehingga keberadaan roti buaya sebagai simbol pernikahan
ada Betawi tidak bisa lepas dan hal ini sudah turun temurun dilakukan olah masyarakat Betawi.
Selain roti buaya yang menjadi symbol dari pernikahan ada Betawi pasti masih banyak lagi
symbol-simbol pernikahan ada lainnya. Oleh karena itu kita harus bisa melestarikan dan menjaga
kebudayaan yang kita miliki sehingga kebudayaan kita bisa dipertahankan dan dikenal oleh
bangsa lain, nilai-nilai itulah yang perlu ditanamkan oleh generasi muda sekarang.
B.   Saran
Kebudayaan Indonesia itu banyak sekali sudah seharusnyalah kita berbangga dan
menghargai kebudayaan kita ini. Dari Sabang sampai Merauke puluhan budaya Indonesia tidak

12
bisa terkira dan ternilai harganya. Kita sebagai generasi muda sudah seharusnya bisa
membudayakan dan melestarikan kebudayaan asli Indonesia dan jangan hanya atau bisa
mencontoh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma atau nilai adat ke-timur-timuran.
Umumnya masyarakat Indonesia lebih bangga terhadap budaya asing yang lebih mengedepankan
budaya yang bermewah-mewah dan lebih gaya tapi melupakan budaya asli. Setelah diklaim oleh
bangsa lain barulah kita rebut dan ingin mempertahankannya. Hal inilah yang membuktikan
bahwa masih kurangnya penghargaan dan juga penghormatan kepada budaya asli Indonesia
sehingga setelah hak kekayaan intelektualnya diakui oleh orang atau bangsa lain kita tidak bisa
berbuat apa-apa lagi.
Sudah saatnya kita bangkit dan melestarikan budaya kita, walaupun Negara kita ini
menggunakan asas demokrasi akan tetapi ada nilai-nilai yang perlu kita hormati dan junjung
tinggi yaitu nilai budaya yang tidak ternilai harganya. Bangsa lain saja bisa menghargai
keberanekaragaman budaya kita bahkan mereka mengakui itu tapi kenapa kita tidak bisa
menghargai dan juga mempertahankanya. Jangan sampai budaya asli kita kalah atau luntur
karena budaya asing yang masuk tapi juga harus bisa mempertahankan dan menjaga serta
mempromosikan budaya kita agar dikenal oleh bangsa lain. Oleh karena itu nilai kebanggaan
perlu kita tanamkan dan juga kita tegakkan agar kita bisa menjadi bangsa yang berbudaya dan
bisa menghargai budayanya.

13

Anda mungkin juga menyukai