MASYARAKAT PLURALISME
Disusun Oleh :
CICIH SURYATI(210386)
IYATU KHOIRI SEPTIYANA(210410)
KARMILA(210254)
NUROTUL MAESAROH(210245)
RIKA KOMALASARI(210389)
SIFA NAFSIAH(211126)
UMAR FARUK ABDUILLAHI(210975)
FAKULTAS FKIP
PROGRAM STUDI PGSD
UNIVERSITAS PRIMAGARAHA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan....................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................5
A. PENGERTIAN PLURALISME.................................................................................5
C. SEJARAH PLURALISME........................................................................................6
BAB 3 PENUTUP................................................................................................................14
A. KESIMPULAN........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15
2
BAB 1
PEMBAHASN
A. LATAR BELAKANG
Kita tidak dapat mengabaikan fakta kalua provinsi banten adalah daerah yang
pluralis ` saat ini banten adalah suatu provinsi yang terletak di ujung barat Pulau
Jawa. Provinsi Banten adalah suatu tempat yang menyimpan berbagai macam cerita
dan sejarah yang amat mahal yang tidak dapat di nilai dengan uang atau apapun.
Banten saat ini dan Banten era kesultanan dahulu sangatlah jauh berbeda bila di nilai
dari berbagai sisi. Pada perjalanannya, Banten telah beberapa kali berganti
pemerintahan, di mulai dari abad 10 SM sampai abad 1 M di era pra-sejarah yang di
diami oleh orang purba Banten yang pada saat itu menganut animism.
Menurut sejarah, Banten di zaman purba adalah suatu tempat yang di diami
oleh suatu kelompok orang yang menganut animisme. Orang-orang itu adalah yang
kita kenal saat ini dengan sebutan Suku Baduy yang menetap di Kelurahan Kanekes,
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak yang sampai akhir khayatnya tetap setia
menjaga tanah nenek moyangnya.
Bagi masyarakat Kota Serang, pluralitas demikian merupakan kekayaan yang
tiada ternilai harganya jika dapat dipelihara dengan baik, sehinga tidak menimbulkan
ekses-ekses negatif. Jika kita merujuk pada aturan illahi atas alam semesta, niscaya
tidak akan ada benturan satu sama lain. Alam semesta yang ada di bawah aturan illahi
berjalan demikian teratur, masing-masing berjalan di atas garis edarnya, sehinga tidak
menimbulkan perbenturan. Oleh sebab itu, tugas manusia sebagai khalifah Allah tidak
lain adalah bagaimana bisa memelihara keteraturan, dan juga membuat peraturan-
peraturan lanjutan yang lebih jelas; lebih dari itu adalah memberikan pengertian yang
dapat menumbuhkan kesadaran guna
Provinsi Banten memang dinyatakan sebagai salah satu provinsi dengan
tingkat kerukunan antar umat beragama yang tinggi. Ini terbukti dari
dianugrahkannya provinsi ini Amal Bhakti oleh Kementerian Agama. Gubernur
Banten, Ratu Atut Chosiyah menegaskan selama ini pihaknya memang terus
membangun kebersamaan dan kerukunan umat beragama sehingga tidak ada kejadian
gangguan keamanan yang berkaitan dengan Suku Agama Ras dan antargolongan
(SARA). ―Kerukunan umat beragama di Banten sudah terbangun sejak zaman
3
kesultanan.Hal ini bisa dibuktikan dengan sejumlah bangunan tempat ibadah yang
saling berdekatan,‖ kata Atut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pluralisme?
2. Apa pengertian pluralisme agama?
3. Apa faktor pendorong pluralisme?
4. Bagaimana sejarah pluralisme?
5. Bagaimana pluralisme yang ada di banten?
C. TUJUAN PENELITIAN
4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PLURALISME
Pluralisme berasal dari kata dua kata “plural” dan “isme”, plural yang berarti jamak
(banyak). Sedangkan isme berarti paham. Jadi pluralisme adalah suatu paham atau teori
yang menganggap bahwa realitas itu terdiri dari banyak substansi.
Salah satu sisi problematis dari keragaman tersebut adalah adanya potensi konflik.
Tentu ini terasa aneh, karena ajaran agama mana pun selalu menekankan pada kesamaan
dan kesetaraan manusia. Ini merupakan visi perenial semua agama. Semua umat beragama
memiliki kewajiban mengimplementasikan ajaran dasar agama-agama itu di dalam
kehidupan sehari-hari.
Secara etimologis, pluralisme agama berasal dari dua kata, yaitu “pluralisme”
dan “agama”. Dalam bahasa Arab “ al-ta’addudiyyah al- diniyyah” dan dalam bahasa
Inggris “religious pluralis”. Oleh karena istilah pluralisme agama berasal dari bahasa
Inggris, maka untuk mendefinisiskannya secara akurat harus merujuk pada kamus
bahasa Inggris tersebut.
5
Pluralisme adalah sebuah asumsi yang meletakkan kebenaran agama- agama
sebagai kebenaran yang relatif dan menempatkan agama-agama pada posisi setara,
apapun jenis agama itu. Pluralisme agama meyakini bahwa semua agama adalah jalan-
jalan yang sah menuju Tuhan yang sama. Atau, paham ini menyatakan, bahwa agama
adalah persepsi manusia yang relatif terhadap Tuhan yang mutlak, sehingga karena
kerelatifannnya, maka seluruh agama tidak boleh mengklaim atau meyakini bahwa
agamanya yang lebih benar dari agama lain atau meyakini hanya agamanya yang benar.
Realitas itu majemuk dan tak terbatas. Tidak ada dua hal yang ada di dunia ini
yang sama persis (kembar identik). Sama halnya dengan keyakinan dan agama yang
dianut manusia. Agama merupakan hal yang paling prinsip bagi kehidupan manusia,
sehingga banyaknya agama adalah sebanyak manusia itu sendiri. Akan tetapi, jika agama
itu dilembagakan dalam bentuk komunitas, tentu tidak akan sebanyak jumlah manusia
yang ada. Sebagaimana perkataan Paulus II yang dikutip oleh Syafa’tun Elmirzanah,
sebagai berikut; “Agama itu banyak dan bermacam-macam. Semuanya merefleksikan
keinginan manusia baik itu laki-laki maupun perempuan sepanjang abad untuk masuk
dalam perjumpaan dengan Wujud yang Absolut (Tuhan).
C. Sejarah Pluralisme
Pluralisme agama diyakini oleh beberapa teolog pluralis, telah berkembang sejak
kelahiran agama Hindu Veda sekitar 2500 SM, diikuti bangkitnya agama Buddha sekitar
500 SM dan berikutnya pada masa kekuasaan kesultanan Islam. Pada abad ke 8 SM
Zoroastrianisme. mulai menanamkan pengaruhnya di India ketika para penganut
agama melarikan diri dari tanah kelahirannya untuk mencari perlindungan. Kemudian
pada zaman Imperium Romawi Kuno yang mengakui adanya banyak Tuhan, memandang
agama tradisional Roma sebagai salah satu pilar utama bagi Negara Republik Roma.
Mereka menilai bahwa kebijakan Romawi sebagai faktor pengikat yang amat penting
bagi imperium yang multi etnis tersebut. Sebagai bangsa yang mengakui akan adanya
banyak Tuhan, bangsa Romawi tidak keberatan jika bangsa-bangsa yang ditaklukannya
terus melanjutkan menyembah Tuhan-tuhan mereka, sejauh mereka juga mau mengakui
6
Tuhan bangsa Romawi.
Pluralisme yang dimaksud pada abad-abad tersebut bukan sebagai suatu kerangka
pemikiran pluralisme yang secara utuh memiliki konsep teologis, metodologis dan
filosofis, tetapi lebih kepada dogma dan keyakinan yang bersifat praktis. Pluralisme
sebagai kerangka berpikir yang utuh, metodologis, teologis dan filosofis baru pada abad
ke-18 oleh para teolog- teolog Kristen dan katholik Eropa. Diyakini oleh para teolog,
pluralisme lahir ketika abad 17 M di Eropa dengan diadakannya Perjanjian Westphalia
1648,yang mana perjanjian tersebut sebagai tanda kemunculan ide-ide kebebasan
beragama, yang memunculkan beberapa tokoh seperti John Lock dan Thomas Paine yang
mendorong untuk terwujudnya sikap toleransi dan sikap moderat dalam beragama.
Tetapi menurut Nurcholish Madjid, kaum Eropa boleh berbangga diri dengan
memunculkan ide-ide pluralisme beragama yang metodologis, teologis dan filosofis.
Namun menurutnya, pluralisme yang terjadi di Eropa hanya terjadi dikalangan umat
Kristen saja, karena hingga abad 20 M yaitu dengan adanya konsili II Vatikan, gereja
baru mengakui adanya keselamatan diluar gereja.Tetapi di dalam Islam sendiri
pluralisme merupakan sesuatu yang tertanam dan menjadi hal yang biasa. Hal ini
dibuktikan dengan secara historis Islam tidak pernah mengenal perang secara agama
(disebabkan oleh agama), tetapi lebih kepada kepentingan politik. Berbeda halnya dengan
umat Kristen yang melakukan perang dengan menyebutnya perang agama yang
berlangsung antara 80 tahun hingga seratus tahun lebih. Jadi dapat disimpulkan
mengenai sejarah pluarlisme masih mengalami berbagai perdebatan, dikarenakan
pemahaman tentang pluralism diantara tokoh-tokoh tersebut multiperspektif.
Sedangkan menurut Anis Malik Thoha dengan bukunya yang berjudul Tren
Pluralisme Agama disebutkan bahwa, pemikiran pluralisme agama muncul pada masa
yang disebut Pencerahan (elinghtenment) Eropa, tepatnya pada abad ke-18 Masehi. Di
7
mana masa yang disebut dengan masa permulaan bangkitnya gerakan pemikiran modern.
Yaitu masa yang diwarnai dengan wacana-wacana baru pergolakan pemikiran manusia
yang berorientasi pada akal (rasio), dan pembebasan akal dari kungkungan agama. Di
tengak pergolakan pemikiran di Eropa yang timbul sebagai konsekuensi logis dari
konflik-konflik yang terjadi antara gereja dan kehidupan nyata di luar gereja, maka
muncullah suatu paham yang dikenal dengan “liberalisme”34. Paham liberalisme adalah
paham yang mempunyai komposisi utama yaitu kebebasan, toleransi, persamaan dan
keragaman atau pluralisme.
Ketika memasuki abad ke-20, gagasan pluralisme agama telah semakin kokoh
dalam wacana pemikiran filsafat dan teologi Barat. Tokoh yang tercatat sebagai pada
barisan pemula muncul dengan gigih mengedepankan gagasan pluralisme agama adalah
seorang teolog Kristen Liberal yaitu, Ernst Troeltsch (1865-1923) dalam sebuah
makalahnya yang berjudul The Place Of Christianity Among the World religions (Posisi
Agama Kristen Di Antara Agama-agama di Dunia).36 Selama dua dekade terakhir abad
ke-20, gagasan pluralisme agama telah mencapai fase kematangannya. Pada akhirnya,
menjadi sebuah diskursus pemikiran tersendiri pada dataran teologi modern.
Jika ditelusuri lebih jauh dalam peta sejarah peradaban agama-agama di dunia,
kecenderungan sikap beragama yang pluralistik, dengan pemahaman yang dikenal
sekarang, sejatinya bukan barang baru. Cikal bakal pluralisme agama ini muncul di India
pada akhir abad ke-15 dalam gagasan-gagasan Kabir (1469-1518) dan muridnya yaitu
Guru Nanak (1469-1538) pendiri agama “Sikhisme”. Hanya saja, pengaruh gagasan ini
belum mampu menerobos batas-batas geografis regional, sehingga popular di anak benua
India.
Beberapa peneliti dan sarjana Barat, seperti Parrinder dan Sharpe, justru
menganggap bahwa pencetus gagasan pluralisme agama adalah tokoh- tokoh dan pemikir
yang berbangsa India. Rammohan Ray (1772-1833) pencetus gerakan Brahma Samaj
yang semula pemeluk agama Hindu, telah mempelajari konsep keimanan terhadap Tuhan
dari sumber-sumber Islam, sehingga ia mencetuskan pemikiran Tuhan satu dan
persamaan antar agama. Sri Rahma Krishna (1834-1886), seorang mistis Bengali, setelah
mengarungu pengembaraan spiritual antar agama, dari agama Hindu ke Islam,
kemudian ke Kristen dan akhirnya kembali ke Hindu lagi, juga menjelaskan bahwa
8
perbedaan-perbedaan dalam agama-agama sebenarnya tidaklah berarti. Karena
perbedaan tersebut sebenarnya hanya masalah ekspresi. Bangsa Bangal, Urdu dan Inggris
pasti akan mempunyai ungkapan yang berbeda- beda dalm mendiskripsikan “air”, namun
hakikat air adalah air.
Kemudian di lain pihak gagasan pluralisme agama ini menembus dan menyusup
ke wacana pemikiran Islam melalui karya-karya pemikir-pemikir mistik Barat muslim
seperi Rene Guenon (Abdul wahid Yahya), dan Frithjof Schoun (Isa Nuruddin
Ahmad)41. Karya-karya mereka mereka ini menjadi pemikiran dan gagasan sebagai
inspirasi dasar bagi tumbuh kembangnya wacana pluralisme agama di kalangan Islam.
Kesatuan Transenden Agama-agama adalah salah satu teori besar dalam wacana
Pluralisme Agama. Tokoh utamanya adalah Frithjof Schuon, seorang cendekiawan
berkebangsaan Jerman yang oleh Seyyed Hossein Nasr dianggap sebagai orang yang
paling otoritatif dalam masalah ini. Dengan teorinya itu Schuon yang kelahiran Basel,
Swiss, tanggal 18 Juni 1907 ini berkeyakinan bahwa sekalipun pada tataran luarnya
agama berbeda-beda, namun pada hakikatnya semua agama adalah sama. Dengan kata
lain, kesatuan agama-agama itu terjadi pada level transenden.
Schuon yang telah berganti nama Muhammad Isa Nurrudin semenjak ia menjadi
muslim, dengan sungguh-sungguh mencari titik temu agama- agama itu dengan
membawa konsep eksoterik dan esoterik. Sebagaimana perkataan Schoun yang pernah
dikutip oleh Huston Smith, “Bila tidak ada persamaan pada agama-agama, kita tidak akan
menyebutnya dengan nama yang sama ‘agama’. Bila tidak ada perbedaaan diantaranya,
9
kita pun tidak akan menyebutnya dengan kata majemuk ‘agama-agama’.” Menurut
Schoun, titik persamaan antara agama-agama itu terletak pada sisi esoterik-nya (hakikat),
dan letak perbedaannya terletak pada aspek eksoterik (bentuk luar, syari’at).
Jika pemahaman manusia akan keanekaragaman agama hanya dilihat dari sisi
eksoterik-nya saja sudah barang tentu yang didapati hanyalah perbedaan belaka, karena
sudah sangat jelas sekali bahwa penerapan syari’at tiap-tiap agama berbeda.
Tetapi yang jelas pluralisme muncul sebagai lawan dari fundamentalisme agama
disertai dengan manifestasinya yang salah adalah racun berbahaya yang sedang
berkembang luas. Walaupun demikian, saat ini pluralisme agama sebagai ”lawannya”
juga menjelma menjadi virus yang cepat menular. Pluralisme agama kenyataannya makin
populer di kalangan orang-orang yang beragama maupun tidak beragama, berpendidikan
tinggi maupun rendah, teolog maupun kaum awam. Di kalangan muslim, walaupun
Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) sudah menyatakan pluralisme agama sebagai ajaran
yang haram untuk dianut, tetapi perkembangannya tampaknya terus melaju. Ada banyak
faktor yang mendorong orang untuk mengadopsi pluralisme agama. Beberapa faktor
yang signifikan adalah Iklim Demokrasi, Pragmatisme Relativisme dan Perenialisme
10
Salah satu bukti tingginya pluralisme di banten adalah adanya vihara di
Kawasan Banten Lama di Kota Serang, Provinsi Banten telah memberikan contoh
wujud toleransi dan pluralisme sesungguhnya antara umat Islam dan umat Buddha
sejak abad 17.
Di tengah kondisi Indonesia yang terus digerus isu intoleransi antar umat
beragama, tak jauh dari Ibu Kota Jakarta terdapat sebuah bentuk toleransi antar umat
beragama. Toleransi tersebut sudah berlangsung selama ratusan tahun sampai saat
ini.
Kawasan Banten Lama merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Banten yang
berdiri sejak abad 16 Masehi oleh Sultan Maulana Hasanuddin, putra salah satu
Wali Songo, Sunan Gunung Jati.
Bukti lain adalah keberadaan Masjid Pecinan, yang diarsiteki dan dibangun
warga Tionghoa beragama Islam. Reruntuhan masjid itu terletak sekira 500 meter ke
arah barat dari Masjid Agung Banten atau 400 meter ke arah selatan dari Benteng
Spelwijk Dan juga ada nya gereja yang bersampingan denga masjid agung serang
adalah bukti lain tinnginya pluralisme di banten dan di kota serang khususnya
11
Banten sebagai wilayah multiagama dan multietnis paling aman di Indonesia. “Di
Banten ini paling aman bagi yang berbeda agama dan berbeda budaya karena dari
dulu kita sudah diajarkan (toleransi),” katanya.
Menurut MUI Kota Serang, bahwa tiap pemeluk agama di tuntut tercapainya
hubungan yang rukun antara pemeluk agama dengan agama lain. Bagi masyarakat
Kota Serang, kerukunan hidup bermasyarakat antarumat beragama bukanlah perkara
baru. Masyarakat telah mengenal, mengajarkan, dan mempraktikkan keberagaman
agama ddengan sikap toleransi, sejak ratusan tahun sebelum Indonesia merdeka.
Hingga kini, toleransi antarumat beragama dalam kehidupan kemasyarakatan terus
dijaga dan dilestarikan dengan baik oleh masyarakat Kota Serang. Demikian
dinyatakan Ketua Majelis Ulama Indoesia (MUI) Propinsi Banten Romly dalam
Dialog Pengembangan Wawasan Multikultural antara Pemuka Agama Daerah dan
Pusat di Propinsi Banten.
12
Kota Serang sebagai pusat kerukunan antarumat beragama, dan bisa saja semua
penduduk pindah ke Kota Serang, karena sikap toleransi yang telah terbina, dengan
taatnya keagamaan dan pluralitas yang tinggi akan menciptakan keamanan dan
kerukunan intern/antar umat beragama.
Lebih dari itu, bukti akan sikap keberagaman agama masyarakat Kota Serang
terlihat juga dengan adanya bangunan gereja yang mengelilingi alun-laun Kota
Serang. Hal ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Kota
Seranng, karena pada umumnya alun-alun sepulau Jawa yang mengelilingi alun-alun
itu bukan gereja melainkan masjid. Sedangkan kenyataannya di Kota Serang Sendiri
bangunan tempat ibadah yang mengelilingi alun-alun adalah gereja-gereja seperti
Gereja Bheatel Indonesa, Gereja Kaltolik Raja Kristus, Sekolah Marcibuana Kristen.
13
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pluralisme berasal dari kata dua kata “plural” dan “isme”, plural yang berarti jamak
(banyak). Sedangkan isme berarti paham. Jadi pluralisme adalah suatu paham atau teori yang
menganggap bahwa realitas itu terdiri dari banyak substansi.
Pluralisme agama diyakini oleh beberapa teolog pluralis, telah berkembang sejak
kelahiran agama Hindu Veda sekitar 2500 SM, diikuti bangkitnya agama Buddha sekitar 500
SM dan berikutnya pada masa kekuasaan kesultanan Islam
Provinsi Banten terdiri dari 4 Kabupaten dan 4 Kota, diantaranya: Kabupaten Serang,
Kabupaten Tangerang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kota Serang, Kota
Cilegon, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Mayoritas penduduk Provinsi Bnaten
memiliki semangat religious ke-Islaman yang kuat dengan tingkat toleransi yang tinggi.
Sebagian besar anggota masyarakat memeluk agama Islam, Islam (96,6%), Kristen (1,2%),
Katolik (1%) Budha (0,7%) Hindu (0.4%) tetapi pemeluk agama lain dapat hidup
berdampingan dengan damai, Provinsi yang masyarakatnya menjunjung tinggi akan konsep
pluralisme agama dengan saling toleransi, antar umat beragama. Hal ini terbukti dengan
terjalinnya hubungan yang rukundan harmonis dan sampai saat ini terjaga akan
kerukunannya. Serta peran penting sebagai pemuka agama da tokoh masyarakat adalah upaya
memberikan tauladan dan pemahaman yang baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ruth Abbey, “Timely Meditations in an Untimely Mode“ dalam Ruth Abbey, ed., Charles
Taylor, Cambridge: Cambridge University Press, 2004, 1
Sopia, S. Dita. 2017. “Masjid Dan Vihara: Simbol Kerikunan Hubungan Antara Islam Dan
Buddha (Studi Kasus Di Kelurahan Banten Kecamatan Kota Serang Provinsi Banten)”
Suryana, T. (2011). “Konsep dan Aktualisasi Kerukunan antar Umat Beragama” . Jurnal
Pendidikan Agama Islam- ta’lim Vol. 9 No. 2 -2011
Valenijn, F. (1858). “Valentijn, Beschrijving van Groot Djava, ofte Java Major, Amsterdam,
1796” . Ludwig Bachhofer, India Antiqua (1947:280), (253-3)
15
Ali, Yunarsil. Sufi dan Pluralisme. Jakarta: Gramedia, 2012.
Gaus, Ahmad. Dialog Agama: Kekuatan Yang Membisu?, dalam Nur Achmad, ed.
Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman. Jakarta: Buku Kompas, 2001.
16