PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul [Masalah Kewargaan Di Era Modern Dan Klasik
] tepat waktu.
Makalah [Masalah Kewargaan Di Era Modern Dan Klasik] disusun guna memenuhi tugas, Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
[topik makalah].
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Nama Penulis:
Dalam buku III yang berjudul The Theory of Citizenship and Constitutions, Aristoteles
menerangkan bahwa “citizenship is not determined by residence, or by merely having access to
the courts of of law. Rather a citizen is one who permanently shares in the administration of
justice and the holding of office” (Aristotle, 1995: 84). Kewarganegaraan tidak ditentukan oleh
tempat tinggal atau kemampuan seseorang di depan pengadilan. Lebih dari itu, warga negara
adalah seseorang yang secara permanen menjalankan pemerintahan yang adil dan memgang
jabatan. Definisi tentang kewarganegaraan yang dikemukakan oleh Aristoteles berlaku dalam
negara demokratis. Agar definisi tersebut dapat diterapkan, perlu untuk dilakukan modifikasi.
Kewarganegaraan muncul di Yunani selama zaman Archaic (776-479 S.M.) dan terus
berkembang di zaman klasik. Pada masa itu, ada dua kegiatan yang berkembang cukup pesat sebagai
akibat dari perkembangan status kewarganegaraan, yaitu pedagogis dan sastra. Individu sebagai warga
negara perlu belajar bagaimana harus bertindak dalam kehidupan. Pada abad kedelapan 2 BAB I
SEJARAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN sebelum Masehi, entitas sosial politik khas Yunani tidak lagi
kerajaan atau suku, melainkan dalam bentuk polis. Warga tinggal dalam polis, yaitu sebuah negara kota
(city state) yang memiliki wilayah dan jumlah penduduk terbatas
Bab 2
Siswa terlibat atau berkontribusi untuk bekerja secara sukarela atau membantu
organisasi sipil global. Organisasi sipil global tumbuh dan berkembang seiring dengan
banyaknya permasalahan global yang muncul di berbagai negara di dunia. Organisasi tersebut
membantu pemerintah dalam rangka menyelesaikan masalah global yang dialami hampir di
setiap negara. Organisasi sipil global bermacam-macam jenisnya, seperti yang bergerak di
bidang lingkungan hidup, hak asasi manusia. pemberantasan korupsi, pendidikan, pengentasan
kemiskinan, kesehatan, dan lain-lain. Siswa dapat memilih sesuai dengan kemampuan untuk
terlibat atau berkontribusi secara sukarela dalam organisasi sipil global.
Siswa terlibat dalam perilaku bermanfaat yang dapat memajukan agenda global. Ada
beberapa isu global yang perlu mendapatkan perhatian serius dari warga negara global. Isu-isu
global itu antara lain: kemiskinan dan kesenjangan global, lingkungan dan pemanasan global,
krisis pangan dunia, terorisme, hak asasi manusia, dan pemberantasan korupsi. Isu-isu global
tersebut menjadi agenda global yang mendesak untuk segera direalisasikan. Siswa dapat
memanfaatkan kesempatan untuk berpartisipasi mensukseskan agenda global. Melalui aktivitas
sebagai warga negara global, siswa dapat memainkan peran baik dalam skala lokal maupun
global.
BAB IV
Konsep natio berasal dari bahasa Latin, yang sama sekali berbeda dari pengertian
‘bangsa’. Definisi kuno konsep natio digunakan sama luasnya dengan ‘suku’ (Nairn &James,
2005: 10). Bangsa dalam pengertian istilah merupakan sesuatu yang baru dalam sejarah.
Bangsa adalah jiwa, suatu prinsip rohani. Ada dua hal yang sebenarnya satu, yaitu satu terletak
di masa lalu dan satu di masa kini (Bhabha, 2000: 19). Nasionalisme dan negara-bangsa
umumnya dianggap sebagai suatu fenomena modern yang terkait dengan bangkitnya Eropa
dan kapitalisme global. Bangsa muncul sebagai konsekuensi dari kombinasi intensifikasi
produksi, munculnya kapitalisme dan cita-cita Revolusi Perancis (King, 2002: 354).
PENUTUP