Anda di halaman 1dari 5

MASALAH KEWARGAAN DI ERA

MODERN DAN KLASIK

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul [Masalah Kewargaan Di Era Modern Dan Klasik

] tepat waktu.
Makalah [Masalah Kewargaan Di Era Modern Dan Klasik] disusun guna memenuhi tugas, Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
[topik makalah].

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada [Bapak Afriman Oktavianus


S.H,M.H] selaku [dosen mata kuliah PKN]. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Nama Penulis:

Nama : Umar Dani


Nim : 210258
Prodi : Informatika Ra.B
Bab 1

A. Pendidikan Kewarganegaraan Masa Yunani Kuno

Istilah kewarganegaraan (citizenship) sudah dikenal pada masa Yunani Kuno.


Kewarganegaraan pada masa itu, masih dalam tahap perkembangan yang sangat sederhana
sebagai bentuk status warga negara dari sebuah negara kota (city state). Aristoteles (384-322
SM) menjelaskan istilah kewarganegaraan dalam bukunya yang berjudul “Politics”. Buku ini
telah diterjemahkan oleh Ernest Barker tahun 1995 dan diterbitkan oleh Oxford University
Press.

Dalam buku III yang berjudul The Theory of Citizenship and Constitutions, Aristoteles
menerangkan bahwa “citizenship is not determined by residence, or by merely having access to
the courts of of law. Rather a citizen is one who permanently shares in the administration of
justice and the holding of office” (Aristotle, 1995: 84). Kewarganegaraan tidak ditentukan oleh
tempat tinggal atau kemampuan seseorang di depan pengadilan. Lebih dari itu, warga negara
adalah seseorang yang secara permanen menjalankan pemerintahan yang adil dan memgang
jabatan. Definisi tentang kewarganegaraan yang dikemukakan oleh Aristoteles berlaku dalam
negara demokratis. Agar definisi tersebut dapat diterapkan, perlu untuk dilakukan modifikasi.

Kewarganegaraan muncul di Yunani selama zaman Archaic (776-479 S.M.) dan terus
berkembang di zaman klasik. Pada masa itu, ada dua kegiatan yang berkembang cukup pesat sebagai
akibat dari perkembangan status kewarganegaraan, yaitu pedagogis dan sastra. Individu sebagai warga
negara perlu belajar bagaimana harus bertindak dalam kehidupan. Pada abad kedelapan 2 BAB I 
SEJARAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN sebelum Masehi, entitas sosial politik khas Yunani tidak lagi
kerajaan atau suku, melainkan dalam bentuk polis. Warga tinggal dalam polis, yaitu sebuah negara kota
(city state) yang memiliki wilayah dan jumlah penduduk terbatas
Bab 2

(a) Keterlibatan dalam Organisasi Kemasyarakatan

Siswa terlibat atau berkontribusi untuk bekerja secara sukarela atau membantu
organisasi sipil global. Organisasi sipil global tumbuh dan berkembang seiring dengan
banyaknya permasalahan global yang muncul di berbagai negara di dunia. Organisasi tersebut
membantu pemerintah dalam rangka menyelesaikan masalah global yang dialami hampir di
setiap negara. Organisasi sipil global bermacam-macam jenisnya, seperti yang bergerak di
bidang lingkungan hidup, hak asasi manusia. pemberantasan korupsi, pendidikan, pengentasan
kemiskinan, kesehatan, dan lain-lain. Siswa dapat memilih sesuai dengan kemampuan untuk
terlibat atau berkontribusi secara sukarela dalam organisasi sipil global.

(b) Aspirasi Politik

Siswa membangun aspirasi politik mereka dengan mensintesiskan pengetahuan dan


pengalaman global dalam domain publik. Siswa dapat berlatih dan belajar menyampaikan
aspirasi politik mereka melalui pembelajaran kewarganegaraan. Aspirasi dapat berbentuk kritik
terhadap kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah. Siswa dikembangkan kemampuan dan
pengalamannya baik dalam skala lokal maupun global. Pengalaman global yang dimiliki siswa
dapat dijadikan sebagai media untuk mengembangkan aspirasi politik.

(c) Aktivisme Warga Negara Global

Siswa terlibat dalam perilaku bermanfaat yang dapat memajukan agenda global. Ada
beberapa isu global yang perlu mendapatkan perhatian serius dari warga negara global. Isu-isu
global itu antara lain: kemiskinan dan kesenjangan global, lingkungan dan pemanasan global,
krisis pangan dunia, terorisme, hak asasi manusia, dan pemberantasan korupsi. Isu-isu global
tersebut menjadi agenda global yang mendesak untuk segera direalisasikan. Siswa dapat
memanfaatkan kesempatan untuk berpartisipasi mensukseskan agenda global. Melalui aktivitas
sebagai warga negara global, siswa dapat memainkan peran baik dalam skala lokal maupun
global.
BAB IV

PANCASILA DAN PENGEMBANGAN WAWASAN GLOBAL WARGA


NEGARA MUDA

A. Nasionalisme dalam Pusaran Globalisasi Istilah bangsa dan kebangsaan seringkali


muncul ketika membicarakan nasionalisme, meskipun istilah tersebut tidak mudah untuk
didefinisikan apalagi untuk dianalisis. Menurut Anderson (2006: 5) bangsa adalah sebuah
komunitas politik yang dibayangkan. Anggota dari suatu bangsa tidak akan pernah tahu
sebagian besar dari mereka, namun dalam pikiran mereka hidup citra persekutuan mereka.
Lebih lanjut, Anderson mencontohkan bahwa suatu desa di Jawa dapat terhubung dengan desa
lain di luar Jawa, padahal orang yang berada di Jawa belum pernah melihat dan tahu orang-
orang di luar wilayahnya. Sementara Billig (1995: 74) memandang bahwa bangsa lebih dari
sekadar komunitas yang dibayangkan, tanah air juga harus dibayangkan.

Konsep natio berasal dari bahasa Latin, yang sama sekali berbeda dari pengertian
‘bangsa’. Definisi kuno konsep natio digunakan sama luasnya dengan ‘suku’ (Nairn &James,
2005: 10). Bangsa dalam pengertian istilah merupakan sesuatu yang baru dalam sejarah.
Bangsa adalah jiwa, suatu prinsip rohani. Ada dua hal yang sebenarnya satu, yaitu satu terletak
di masa lalu dan satu di masa kini (Bhabha, 2000: 19). Nasionalisme dan negara-bangsa
umumnya dianggap sebagai suatu fenomena modern yang terkait dengan bangkitnya Eropa
dan kapitalisme global. Bangsa muncul sebagai konsekuensi dari kombinasi intensifikasi
produksi, munculnya kapitalisme dan cita-cita Revolusi Perancis (King, 2002: 354).

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai