Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

untuk memenuhi tugas ujian akhir semester ganjil Mata Kuliah Pancasila

Dosen Pembina

Hadiyanto A. Rachim, S.Sos.,M.I.Kom.

Oleh

Ali Alfatsyah Jihadillah


160110140037

UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PENDIDIKAN DOKTER GIGI
BANDUNG
2014
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UJIAN AKHIR SEMESTER 2014/2015

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila


Dosen : Hadiyanto A. Rachim, S.Sos.,M.I.Kom.
Sifat : Take-Home Exam
Pengumpulan : 17 Desember 2014

Ketentuan :
a. Tulis jawaban Saudara dalam bentuk paper A4 spasi 1.5;
b. Sertakan referensi untuk setiap jawaban soal;
c. Kerjakan dengan penuh kejujuran.

Naskah Soal :

1. Identitas bangsa Indonesia dibangun antara lain melalui nilai-nilai budaya


daerah. Coba Saudara mencari MAKNA nilai-nilai asli budaya dimana Saudara
dilahirkan dalam bentuk simbol rumah adat, pakaian adat, dan pepatah nasihat-
nasihat. Dari makna nilai-nilai tersebut, apa yang dapat anda ambil bagi
keberlangsungan profesi Saudara;
2. Pancasila berisi 5 nilai asas bagi pembentukkan karakter bangsa. Bagaimana ke-5
nilai asas itu diterapkan dalam profesi Saudara;
3. Coba anda cari nilai-nilai filosofis, nilai-nilai yuridis, dan nilai-nilai sosiologis,
latar belakang mengapa Undang-Undang tentang Kesehatan diadakan di
Indonesia; bagaimana keterkaitan UU tersebut dengan Pancasila dan UUD 1945;
dan bagaimana hubungannya dengan Kode Etik Ikatan Dokter Indonesia;
Naskah Jawaban

1. Identitas bangsa Indonesia dibangun antara lain melalui nilai-nilai budaya


daerah. Coba Saudara mencari MAKNA nilai-nilai asli budaya dimana Saudara
dilahirkan dalam bentuk simbol rumah adat, pakaian adat, dan pepatah nasihat-
nasihat. Dari makna nilai-nilai tersebut, apa yang dapat anda ambil bagi
keberlangsungan profesi Saudara;
Jawab:
PROVINSI DKI JAKARTA 

Lambang Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta berbentuk sebagai sebuah perisai
bersegi lima. Dalam perisai ini terlukis sebuah pintu gerbang atau gapura.
Kemudian di tengahnya ada gambar Monumen Nasional Indonesia yang di sisi
kiri dan kanan dilingkari dengan padi dan kapas. Lalu di bawahnya ada gambar
gelombang yang dilukiskan secara stilistis. Simbolika lambang Monumen
Nasional Indonesia adalah sebuah markah tanah Jakarta sehingga dilukiskan
pada lambang ini. Kemudian kapas dan padi melambangkan kemakmuran atau
usaha Jakarta yang bertekad mencukupi kebutuhan sandang dan pangan
warganya. Gambar gelombang melukiskan lokasi Jakarta di pesisir dan juga
Jakarta sebagai kota pelabuhan. Semboyan Jakarta memiliki semboyan Jaya
Raya yang artinya ialah lambang semangat kota Jakarta supaya tetap berjaya dan
besar.
Terbentuk sejak abad ke-17, Jakarta merupakan tempat bercampunya etnis, suku
bangsa, dan percampuran latar belakang sosial masyarakat yang berbeda, dimana
masyarakat aslinya menggunakan bahasa Betawi sebagai bahasa sehari-hari.
Masyarakat homogen yang terbentuk secara alamiah ini kemudian menjadi suku
bangsa yang disebut dengan Orang Betawi.

Nama “Betawi” sendiri berasal dari  nama yang diberikan Belanda, yakni
“Batavia”, dan mulai populer sebagai suku Betawi pada 1918 oleh Mohammad
Husni Tamrin ketika mendirikan perkumpulan “Kaum Betawi”.  Namun merunut
dari sejarahnya, Betawi atau Batavia ini menurut Bunyamin Ramto terbagi
menjadi dua bagian, yaitu bagian  Tengah dan Pinggiran.

Betawi bagian pinggiran atau yang lebih sering disebut sebagai Betawi Ora ini
juga terbagi dua, bagian uatara dan bagian selatan. Betawi Ora adalah
masyarakat Betawi yang didominsai oleh orang Jawa dan dihuni juga oleh suku
lainnya. Sebagian besar Betawi Ora ini adalah petani yang menanam padi, pohon
buah, dan sayur-mayur. Pada bagian utara, kawasan ini meliputi Jakarta Utara,
Barat, Tangerang yang juga dipenuhi oleh etnis Cina. Adanya etnis Cina di
wilayah ini berpengaruh pada kebudayaan daerah tersebut, terutama kesenian.
Bagian selatan meliputi daerah Jakarta Timur, Selatan, Bogor, dan Bekasi yang
pada daerah tersebut dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa dan Sunda.

Perbedaan dua bagian wilayah ini juga berpengaruh pada mata pencaharian
masyarakatnya. Orang-orang pada Betawi tengah secara umum bekerja sebagai
pedagang, pegawai pemerintah, pegawai swasta, buruh, tukang seperti meubel.
Sedangkan pada orang-orang Betawi pinggiran mayoritas bekerja sebagai petani,
pemelihara ikan, bahkan akhir-akhir ini banyak yang melamar jadi buruh pabrik.
Pluralisme yang terjadi pada masyarakat Betawi ini pula berdampak pada bahasa
yang digunakan. Sebagian besar penduduknya adalah orang Jawa, Sumatra,
Bugis, etnis Tionghoa, Belanda, Arab, Inggris, dan masih banyak lagi, sehingga
bahasa Betawi yang digunakan adalah campuran dari bahasa Indonesia dan
bahasa Melayu Sumatra atau Melayu Malaysia. Sten,

Masyarakat yang plural ini pada dasarnya menganut berbagai kepercayaan, mulai
dari Islam, Kriten,Protestan maupun Katolik, Hindu, ataupun Budha. Tetapi dari
sekian banyak agama yang ada di Betawai, Islam memiliki pengaruh yang besar
dan menjadi kepercayaan paling dominan disana. Hal ini bahkan terlihat dari tata
cara hidup masyarakat Betawi asli.

Betawi adalah suku yang multi kultural sehingga prinsip yang diusung pada
sistem kekerabatannya adalah adalah bilineal atau menarik garis keturunan
kepada pihak ayah dan pihak ibu. Saat melangsungkan adat pernikahan sekalipun
tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak akan menetap secara patriarki
atau matriarki. Meskipun secara umum masyarakat Betawi menyepakati sistem
yang patriarki.

Sebagai ibu kota dan pusat informasi, Betawi tengah maupun Betawi pinggiran
tidak pernah tertinggal dari informasi maupun perkembangan IPTEK. Sejak
dahulu saja masyarakat Betawi sudah ketergantungan pada alat yang diproduksi
Jepang dan negara penjajah lainnya, seperti senjata api, kapal laut, kompas,
teropong, bahkan peralatan pabrik dan alat bercocok tanam.Hal itu berlanjut
hingga kini, bahkan melalui IPTEK  ini pula muncul informasi dan inovasi baru
yang lahir dari masyarakat Betawi itu sendiri. Berada pada pusat pemerintahan,
memudahkan Betawi mengakses segala bentuk informasi dan alat-alat
pendukung yang berkaitan dengan teknologi. Betawi lahir menjadi suku yang
maju.
Rumah Adat Betawi :

Rumah Kebaya merupakan rumah adat Betawi dengan bentuk atap perisai landai
yang diteruskan dengan atap pelana yang lebih landai, terutama pada bagian
teras. Susunan atap tersebut apabila dilihat dari samping berlipat-lipat seperti
lipatan kebaya.

Bangunan Rumah Kebaya ada yang berbentuk rumah panggung dan ada pula
yang menapak di atas tanah dengan lantai yang ditinggikan. Masyarakat Betawi
lama memiliki adat untuk membuat sumur di halaman depan rumah dan
mengebumikan keluarga yang meninggal di halaman samping kanan rumah.

Lisplang Rumah Kebaya berupa papan yang diukir dengan ornamen segitiga
berjajar yang diberi nama gigi balang. Di bagian tengah sebagai ruang tinggal
dibatasi dinding tertutup, di luarnya merupakan teras-teras terbuka yang
dikelilingi pagar karawang rendah. Dinding bagian depan biasanya dibuat dari
panel-panel yang dapat dilepas saat pemilik rumah menyelenggarakan acara yang
membutuhkan ruang lebih luas. Tiang-tiang rumah lebih tampak jelas di bagian
teras, berdiri di atas lantai yang agak naik dari ketinggian tanah di halaman.
Terdapat tangga pendek dari batu-bata atau kayu untuk mencapai teras rumah.

Ruang-ruang terbagi dengan hirarki dari sifat publik di bagian depan menuju
sifat privat dan servis di bagian belakang. Beranda depan adalah tempat untuk
menerima tamu dan bersantai bagi keluarga yang diberi nama amben. Lantai
teras depan yang bernama gejogan selalu dibersihkan dan siap digunakan untuk
menerima dan menghormati tamu. Gejogan dihubungkan tangga yang
disakralkan oleh masyarakat Betawi dengan nama balaksuji, sebagai satu-
satunya lokasi penting untuk mencapai rumah. Ruang berikutnya adalah kamar
tamu yang dinamakan paseban. Setelah ruang tamu terdapat ruang keluarga yang
berhubungan dengan dinding-dinding kamar, ruang ini dinamakan pangkeng.
Selanjutnya ruang-ruang berfungsi sebagai kamar-kamar tidur dan terakhir
adalah dapur yang diberi nama srondoyan.

Secara umum arsitekturnya seperti monas yang terpotong bagian tugunya.


Rumah Kebaya juga melambangkan penduduk Jakarta yang terdiri dari berbagai
suku bangsa. Pada saat-saat tertentu, Rumah Kebaya sering digunakan untuk
mengadakan acara selamatan atau hajatan khas Betawi.

Baju Adat :

Ada banyak pakaian adat di Indonesia yang memiliki nilai sejarah dan nilai
pengetahuan yang penting. Salah satu dari banyak pakaian adat di Indonesia
yang memiliki makna sejarah, representasi sebuah komunitas pada zamannya
dan kemajuan sebuah peradaban adalah pakaian adat Betawi. Betawi adalah suku
yang berada di DKI Jakarta dan sekitarnya di daerah provinsi Jawa Barat dan
Banten. 
Nama Betawi berasal dari kata Batavia yang diberikan orang Belanda pada masa
penjajahan. Keberadaan masyarakat Betawi merupakan proses panjang dari
pembauran masyarakat di DKI Jakarta sehingga lahir kebudayaan Betawi. DKI
Jakarta adalah kota industri, dimana banyak saudagar-saudagar dari luar seperti
Arab, Portugis, Cina, Arab yang berdagang di Jakarta. Masyarakat luar Jakarta
juga banyak yang berdagang di Jakarta seperti Bali, Madura, Jawa, Sunda.
Keberadaan mereka yang secara langsung bersentuhan menciptakan kebudayaan
baru yaitu kebudayaan Betawi. Salah satu kebudayaan Betawi itu adalah
mengenai pakaian adat Betawi.
Pakaian adat Betawi banyak dipengaruhi oleh berbagai negara lain. Hal itu
dikarenakan Betawi adalah pencampuran budaya dari berbagai negara. Ada
beberapa macam pakaian Betawi yang ada saat ini diantaranya adalah pakaian
adat Betawi sehari-hari untuk laki laki adalah baju Koko atau disebut Sadariah.
Baju Koko Betawi berwarna polos, memakai celana batik berwarna putih atau
hitam, memakai selendang yang dipakai dipundak dan peci hitam sebagai
identitas Kebetawian. Pakaian adat untuk perempuan yang dipakai sehari-hari
yaitu baju kurung berlengan pendek, kain sarung batik, kerudung.

Selain itu, ada juga pakaian adat untuk pengantin laki-laki masyarakat Betawi
yang dipengaruhi oleh kebudayaan Arab, Melayu dan Cina yaitu Dandanan care
haji. Pakaian ini adalah jubah dan tutup kepala dan diadaptasi dari pakaian haji.
Jubah terbuat dari bahan beludru sedangkan tutup kepala terbuat dari sorban
yang disebut juga alpie. Untuk pakaian pengatin perempuan di Betawi disebut
rias besar dandanan care none pengantin cine. Pakaian ini juga sedikitnya mirip
dengan pakaian pengantin perempuan di Cina. Pakaian pengantin yang dipakai
oleh kalangan bangsawan di Cina.

Bahan pakaian pengantin perempuan rias besar dandanan care none pengantin
cine adalah baju yang dikenakan blus, bawahannya adalah rok berwarna gelap.
Pelengkap pakaian ini adalah bagian kepala dirias dengan tambahan kembang
goyang dengan motif hong dengan sanggul palsu dan cadar sebagai penutup
setengah wajah. Selain itu perhiasan juga menjadi asesoris pakaian pengantin
perempuan seperti manik-manik dan gelang.

Lisan Betawi :

Seperti pada kelompok-kelompok etnis lainnya di Nusantara, tradisi lisan Betawi


memiliki berbagai fungsi. Cerita rakyat, misalnya, banyak yang biasa digunakan
sebagai media pendidikan. Contohnya, untuk mendidik anak-anak agar tidak
suka menunda-nunda pekerjaan, didongengi cerita sekelompok monyet yang
waktu kedinginan diguyur hujan deras, merencanakan akan membangun sarang
bila cuaca sedang baik. Tetapi waktu keesokan harinya tidak turun hujan dan
matahari bersinar terang, monyet-monyet itu malah asyik bermain kejar-kejaran,
sepakat menunda pembuatan sarang yang mereka rencanakan itu sampai besok.
Waktu sore harinya hujan turun lagi dengan derasnya, kawanan monyet itu
kembali merencanakan membuat sarang bila hari sedang terang. Tetapi hari
esoknya kembali seperti sebelumnya, pembuatan sarang ditunda lagi. Dan
demikian pula hari-hari berikutnya, sehingga sampai sekarang monyet-monyet
tidak pernah punya sarang, karena suka menunda-nunda pekerjaan.
Antara lain, dengan cara-cara demikian anak-anak sejak dini dididik agar
pekerjaan yang dapat dilakukan hari ini, tidak ditunda sampai besok.
Tidak sedikit tradisi lisan Betawi yang dapat digunakan sebagai media
pendidikan budi pekerti, patriotisme, kepedulian terhadap sesama manusia,
kepedulian kepada lingkungan hidup dan keserasian kehidupan sosial
kemasyarakatan. Pendidikan keagamaan sudah mulai ditanamkan sejak di
ayunan, melalui pantunan pengantar tidur (lullaby), seperti contoh berikut:
Indung-indung kepala lindung
Ujan di udik di sini mendung
Anak siapa pake kerudung
Mata ngelirik kaki kesandung
Aduh-aduh Siti Aisyah
Mandi di kali rambutnya base
Kaga sembahyang kaga puase
Di dalem kubur dapetin sikse
Lahaula wala kuwata
Beduk subuh ampir siang
Dibangunin ibu suru sembahyang
Jadilah anak disayang
Pok ame ame
Belalang kupu-kupu
Ditepok biar rame
Bangun-bangun terus nyapu
Ungkapan dan peribahasa tradisional pun biasa pula digunakan oleh orang
Betawi untuk mengkritik seseorang yang menyimpang dari norma sopan-santun.
Contohnya, ungkapan kayak gedebong anyut (seperti batang pisang hanyut),
biasa digunakan untuk menyindir orang yang lewat di depan orang yang lain,
apalagi yang lebih tua, tanpa basa-basi layaknya orang berbudi, tidak seperti
batang pisang hanyut di kali. Peribahasa gunung diuruk selokan digali,
digunakan untuk menyatakan protes atas ketidak-adilan, misalnya ketidak-adilan
penguasa yang terlalu banyak memberikan fasilitas dan kesempatan kepada
orang kaya, sehingga kekayaannya semakin berlimpah, sedang orang-orang
miskin dikuras tenaganya dengan berbagai beban kewajiban, sehingga hidupnya
semakin menderita.
Sangat sedikit tradisi lisan Betawi yang murni lisan yang disajikan sebagai
contoh dalam tulisan ini. Masih sangat banyak bentuk-bentuk lainnya yang
belum disinggung, antara lain:
(1) kepercayaan, (2) adat istiadat, (3) kesenian, (4) upacara-upacara, (5)
arsitektur, (6) ragam hias, (7) pakaian dan perhiasan, (8) peralatan dan senjata,
(9) makanan dan minuman, dan (10) obat-obatan.

Dari makna nilai-nilai tersebut, yang dapat saya ambil untuk keberlangsungan
profesi saya, ialah :

Sebagai dokter gigi saya harus memiliki beberapa sikap yang berasal dari tanah
kelahiran saya sendiri, diantaranya adalah kejujuran, komitmen, kecerdasan,
kebijakan serta menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, prestasi,
mendahulukan kewajiban daripada hak, malu, memiliki solidaritas tinggi dan
berorientasi ke depan.

Selain itu, dengan pepatah-pepatah betawi tersebut saya lebih percaya diri untuk
menjadi yang lebih baik. 
Jadi, dengan menghubungkan beberapa makna-makna tersebut, sebagai dokter
gigi saya harus menjadi pemimpin yang baik. Baik pemimpin untuk saya sendiri,
pasien, rumah sakit, keluarga maupun klinik yang akan menjadi tempat saya
bekerja nanti. Tetapi, pemimpin bukan berarti sebagai orang yang berkuasa,
melainkan bisa mengatur segala sesuatu dengan baik dengan kejujuran,
kedisiplinan, dan sebagainya.

Referensi :

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1127/rumah-kebaya-betawi

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/976/pakaian-adat-betawi

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/954/suku-betawi

http://iimmucharam.blogspot.com/2009/02/tradisi-lisan-betawi-dan-beberapa.html

2. Pancasila berisi 5 nilai asas bagi pembentukkan karakter bangsa. Bagaimana ke-5
nilai asas itu diterapkan dalam profesi Saudara;
Jawab:
Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; menuntut setiap warga negara
mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik
dalam hati dan tutur kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari.
Konsekuensinya adalah Pancasila menuntut umat beragama dan kepercayaan
untuk hidup rukun walaupun berbeda keyakinan.
Pada sila yang pertama, untuk menjadi dokter gigi kita harus menerapkannya
karena menjadi dokter gigi ialah pekerjaan yang berkaitan dengan hidup
manusia. Untuk mengobati manusia, kita semata-mata bukan hanya untuk
mencari keuntungan untuk diri kita sendiri saja, tetapi kita harus
memprioritaskan kesehatan pasien kita. Karena kita percaya bahwa setiap
sesuatu yang kita lakukan itu akan selalu dipantau dan dinilai oleh Tuhan
Yang Maha Esa dan akan dibalas pada hari akhir nanti. Selain itu, di Negara
ini, tidak semua orang yang menjadi pasien kita nanti ialah orang yang
agamanya sama dengan kita, walaupun berbeda agama kita harus tetap
memperlakukan dengan perlakuan yang sama sesuai dengan hak mereka.
Maka dari itu kita harus mengakui Tuhan Yang Maha Esa.

Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab; mengajak masyarakat


untuk mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia
yang memiliki martabat mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi. Dengan
kata lain,  ada sikap untuk menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasinya
atau bertindak adil dan beradap terhadapnya.

Sebagai dokter gigi yang baik kita juga harus menjamin hak-hak pasien
dengan cara bertindak adil dengan tidak membedakan bangsa, ras, agama
maupun jenis kelamin. Maka dari itu kit harus menerapkan sila kedua ini
dalam profesi kedokteran gigi.

Sila Ketiga, Persatuan Indonesia;  menumbuhkan sikap masyarakat untuk


mencintai tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan
kepentingan-kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal
terhadap sesama warga negara.
Untuk mencintai tanah air, bangsa dan Negara Indonesia, kita harus
melakukan yang terbaik untuk tingkat kesehatan di Indonesia agar bangsa
bersatu dan tidak terpecah belah karena kesehatan.

Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawarahan/perwakilan;  mengajak masyarakat untuk bersikap peka
dan ikut serta dalam kehidupan politik dan pemerintahan negara, paling tidak
secara tidak langsung bersama sesama warga atas dasar persamaan tanggung
jawab sesuai dengan kedudukan masing-masing. Sebagai dokter gigi, kita
tidak hanya berhubungan dengan pasien saja, tetapi kita harus tetap
berhubungan dengan dunia luar apalagi pemerintahan.

Dokter gigi juga memiliki peraturan-peraturan yang harus dipatuhi, maka


dari itu kita sebagai rakyat Indonesia harus mematuhi peraturan-peraturan
yang ada, mengikuti jalannya pemerintahan dengan damai dan
mempertanggungjawabkan atas segala sesuatu yang telah kita buat.

Sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; mengajak


masyarakat aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan
kemampuan dan kedudukan masing-masing kepada negara demi
terwujudnya kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin
selengkap mungkin bagi seluruh rakyat.

Inilah yang menjadi kewajiban kita sebagai warga Negara, khususnya


sebagai dokter gigi. Demi terwujudnya kesejahteraan umum, kita harus
bersama-sama meningkatan kesehatan yang layak di Indonesia agar kita
hidup sejahtera dan damai.
Referensi :

http://www.pusakaindonesia.org/makna-lima-sila-dalam-
pancasila/comment-page-1/

3. Coba anda cari nilai-nilai filosofis, nilai-nilai yuridis, dan nilai-nilai sosiologis,
latar belakang mengapa Undang-Undang tentang Kesehatan diadakan di
Indonesia; bagaimana keterkaitan UU tersebut dengan Pancasila dan UUD 1945;
dan bagaimana hubungannya dengan Kode Etik Ikatan Dokter Indonesia;
Jawab:

Pembangunan Kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang


bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Wujud pembangunan kesehatan di Indonesia adalah SKN (Sistem Kesehatan
Nasional) yang diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1982 tentang
kesehatan. Undang-undang ini merupakan acuan dalam penyusunan berbagai
kebijakan, pedoman, dan arah pelaksanaan pembangunan kesehatan.

A. Nilai-nilai Filosofis

1. Dasar Pijakan

a. Kesehatan adalah hak asasi bangsa

b. Kesehatan sebagai investasi bangsa

c. Pembangunan kesehatan adalah tanggung jawab pemerintah dan


masyarakat
d. Prinsip kegiatan kesehatan yang nondiskriminatif, partisipatif dan
berkelanjutan.

2. Landasan konstitusionil : UUD 1945

a. Pasal 28 A, berbunyi : Setiap orang berhak hidup serta berhak


mempertahakan kehidupannya.

b. Pasal 28 B ayat 2, berbunyi : Setiap anak berhak atas kelangsungan,


tumbuh dan berkembang

c. Pasal 28 C ayat 1, berbunyi : Setiap orang berhak mengembangkan


diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan
pendidikan dan memperoleh manfaat dari pendidikan dimaksud

B. Nilai-nilai Sosiologis

Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut kehidupan fisik,


mental maupun sosial ekonomi yang dalam perkembangannya telah
terjadi perubahan orientasi baik tata nilai maupun pemikiran terutama
upaya pemecahan masalah kesehatan. Penyelenggaraan praktik
kedokteran didasarkan pada kewenangan yang diberikan karena
keahlian yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan
masyarakat. Praktik kedokteran merupakan kegiatan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus
ditingkatkan mutunya melalui registrasi, seritifikasi, akreditasi,
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan serta pemantauan terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dokter sebagai salah satu komponen utama pemberi layanan


kesehatan kepada masyarakat memiliki peran penting karena terkait
langsung dengan derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan
kompetensi , keahlian dan pendidikan yang dimilikinya. Dokter dalam
melakukan praktik juga berpegang pada hukum kedokteran serta etika
dokter.

C. Nilai-nilai Yuridis

Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Negara bertanggungjawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
yang layak sebagaimana tertuang dalam Pasal 34 ayat (3) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Beranjak dari
amanat tersebut, pemerintah sebagai kepanjangan tangan dari negara
berkewajiban untuk melakukan berbagai upaya dalam mewujudkan
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang merata kepada masyarakat.
Untuk itu, diperlukan ketersediaan tenaga kesehatan yang merata ke
seluruh wilayah sampai ke daerah terpencil sehingga memudahkan
masyarakat dalam memperoleh layanan kesehatan.

Pasal 16 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


mengatur bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan
sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh
masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Selanjutnya Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa Pemerintah
mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Penjelasan dari Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tersebut menjelaskan bahwa
pada prinsipnya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan
dan pengawasan mutu tenaga kesehatan ditujukan kepada seluruh tenaga
kesehatan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan
dapat dikelompokkan sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang
dimiliki, antara lain meliputi tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga
keperawatan, tenaga kesehatan masyarakat dan lingkungan, tenaga gizi,
tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga kesehatan
lainnya.

Selain itu, dalam Pasal 63 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan diatur:

1. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan


untuk mengembalikan status kesehatan, mengembalikan fungsi tubuh
akibat penyakit dan/atau akibat cacat, atau menghilangkan cacat.

2. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan


dengan pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan.

3. Pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan dapat dilakukan


berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain
yang dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya.

4. Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu


kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Keterkaitan UU Kesehatan dengan Pancasila dan UUD 1945 :

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan yang harus


diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus diwujudkan dalam bentuk
pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan
terjangkau. Dengan adanya Undang-Undang kesehatan diharapkan
tanggung jawab pelayanan kesehatan dalam rangka memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat terlaksana dengan
sebaik-baiknya

Pelayanan kesehatan yang bermutu memang sangat perlu ditunjang oleh


tenaga kesehatan yang berkualitas. Dengan tersedianya tenaga kesehatan
dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik maka tujuan
pembangunan kesehatan bisa terwujud. Selain itu, setiap kegiatan dan
upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya harus dilaksanakan dengan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang
sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia
Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta
pembangunan nasional karena tidak dapat dipungkiri bahwa kualitas
tenaga kesehatan sangat menentukan dalam bermutunya pelayanan
kesehatan yang diberikan.

Hubungan UU Kesehatan dengan Kode Etik Ikatan Dokter Indonesia :


Penjelasannya dari UU  kesehatan no. 36 thn 2009
adalah .“Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya
untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari
sebelumnya. Derajat kesehatan yang setinggi-tingginya mungkin dapat
dicapai pada suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta
kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat. Upaya
kesehatan harus selalu diusahakan peningkatannya secara terus
menerus agar masyarakat yang sehat sebagai investasi dalam
pembangunan dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis”

Dalam mewujudkan derajat masyarakat yang lebih baik dari sebelumnya


dibutuhkan campur tangan pelayanan dari pelayan kesehatan yang baik
pula. Salah satunya tentunya pelayanan dari seorang dokter. Seorang
dokter tentunya memahami dengan benar mengenai kode etik
kedokteran. Di dalam kode etik kedokteran Indonesia tercantum
pedoman bagi dokter dalam melaksanakan praktek kedokteran. Maka
hubungan UU Kesehatan dengan kode etik dokter adalah adanya
keselarasan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya kepada masyarakat. Dimana kode etik dokter yang mengatur
perilaku dokter dalam mewujudkan tujuan yang tercantum dalam UU
Kesehatan.

Referensi :

http://yonokomputer.com/2014/05/landasan-filosofis-sosiologis-dan-
yuridis-keperawatan/
Daftar Pustaka

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1127/rumah-kebaya-betawi

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/976/pakaian-adat-betawi

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/954/suku-betawi

http://iimmucharam.blogspot.com/2009/02/tradisi-lisan-betawi-dan-
beberapa.html

http://www.pusakaindonesia.org/makna-lima-sila-dalam-pancasila/comment-
page-1/

http://yonokomputer.com/2014/05/landasan-filosofis-sosiologis-dan-yuridis-
keperawatan/

Anda mungkin juga menyukai