Judul Penelitian
Disusun oleh :
Erik Mardiansyah
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, agar penelitian ini lebih terarah maka dibuat batasan-
batasan penelitian dengan membuat rumusan masalah. Sebagaimana rumusan masalah di
bawah ini diantaranya:
2. Bagaimana Peran Suku Baduy Dalam Melestarikan Nilai-Nilai Budaya dan Mengembangkan
Kearifan Lokal Tahun 2014-2017?
C. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini memiliki beberapa tujuan diantaranya:
BAB II
Tinjauan Pustaka
Rencana penelitian tentang “Peranan Suku Baduy Di Desa Kanekes
2014-2017” ini tidak semata-mata dibuat begitu saja tanpa melihat karya-karya
BAB III
Metode Penelitian
Pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan penelitian Kuantitatif
yaitu,
Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan.
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suku Baduy adalah kelompok etnis yang hidup di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes,
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.Suku ini dibagi menjadi dua yaitu Suku
Baduy Dalam dan Baduy Luar.Perbedaan mendasar kedua suku ini terlihat dari cara mereka
melaksanakan aturan adat.Suku Baduy Dalam masih memegang teguh adat dan menjalankan
aturan dengan baik.Sementara Suku Baduy Luar sudah terkontaminasi dengan budaya
luar.Seperti menggunakan barang elektronik dan sabun serta menerima tamu dari luar negeri
dan memperbolehkan mereka menginap.
BAB V
A. KESIMPULAN
Suku Baduy merupakan salah satu Suku yang mengasingkan diri yang terletak Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Banten. Suku Baduy ini mempunyai latar belakang yang sangat
unik, berbagai pendapat tentang asal usul Suku Baduy bermunculan di tengah publik dan
mengalami kesimpangsiuran. Mereka mengaku bahwa mereka sudah ada dari dahulu kala yang
merupakan keturunan dari manusia pertama yang diciptakan yang bernama Adam Tunggal.
Mereka diciptakan untuk memelihara keharmonisan dan keseimbangan alam semesta serta
sangat taat, ikhlas, kukuh pengkuh terhadap amanat leluhurnya. Kepercayaan mereka yaitu
Islam Sunda wiwitan. Suku Baduy ini memiliki banyak keanekaragaman budaya yang unik, mulai
dari seni musik, upacara adat, kebiasaan, dan berbagai macam karya seni rupa yang
diantaranya seperti koja, gantungan kunci, jarog, batik, kampret, tenun, dan sebagainya.
Menurut beberapa ahli purbakala, istilah pertenunan di Indonesia sudah dikenal sejak zaman
pra-sejarah. Begitu pula tenun Suku Baduy, terutama tenun selendangnya. Tenun selendang di
Suku Baduy Dalam dan luar memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya yaitu di bidang
fungsi,
amanat leluhur. Sedangkan perbedaannya yaitu dalam bidang warna, filosofi warna dan motif,
interaksi dengan orang luar/ kemitraan, dalam memproduksi tenun. Tenun selendang Baduy
hingga sekarang masih bisa bertahan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya penduduk
Suku Baduy sangat taat kepada amanat para leluhurnya, untuk memenuhi kebutuhan sandang,
faktor Keyakinan dan filosofi Baduy, faktor geografi, keterbatasan interkasi, identitastas. Pola
transmisi atau pewarisan tenun selendang Baduy yaitu menggunakan pola transmisi
tertutup/statis, pewarisan tegak dalam kasus, pewarisan budaya mendatar. Dalam bertenun
seseorang diharuskan mempunyai sifat: sabar, teliti, ekonomis, estetis, konsentrasi,
kontemplasi dan mampu memanfaatkan waktu, dan sebagainya.
B. SARAN
Atas dasar hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti ingin mengajukan
beberapa rekomendasi atau implikasi sebagai berikut. Transmisi itu sangat penting yaitu demi
kelangsungan hidup kebudayaan bersangkutan itu sendiri, di antaranya agar jumlah warga
masyarakat yang paham dan menguasai suatu khasanah budaya tersebut cukup bermakna
sebagai kekuatan penggerak yang mampu menjaga kelestariannya khasanah budaya tersebut,
perluasan apresiasi dan pemahaman hingga keluar dari masyarakat pemilik aslinya, niat ramah
untuk silaturahmi budaya dan berbagi dalam penikmatan suatu hasil budaya sampai kepada
maksud perluasan minat demi larisnya “keagungan” budaya bahkan sampai kepada niat
dominasi budaya. Mari kita jaga, pelihara dan lestarikan benda cagar budaya khususnya tenun
selendang Baduy sebagai warisan yang mempunyai nilai penting untuk ilmu pengetahuan
sejarah kebudayaan bangsa, warisan budaya itu sendiri serta kesadaran kepemilikannya, sangat
berguna bagi kependidikan, yaitu sebagai wahana dalam memupuk rasa kebanggaan nasional
dan memperkokoh kesadaran jati diri sebagai bangsa, serta untuk memperkaya pengetahuan
pada umumnya.