Anda di halaman 1dari 7

Form.

2
Format Penulisan Proposal Penelitian

Proposal Penelitian

BELAJAR DARI SUKU BADUY YANG HIDUP


BERSELARAS DENGAN ALAM
Bidang Penelitian:
1. Ilmu Sosial dan Humaniora
Latar Belakang Masalah (Maksimal 450 kata)
Tak terpikir oleh kami kalau akhirnya membuat sebuah karya ilmiah. Kami tidak pernah
berada dalam satu kelas yang sama mulai dari kelas VII, VIII, ataupun IX. Namun kami bisa
bersatu karena memiliki kegemaran yang sama yaitu suka dengan segala sesuatu yang bersifat
unik dan alami. Kami memiliki satu acara televisi favorit yang sama yaitu National
Geographic. Ketika menyaksikan acara di Televisi National Geographic dan saat itu yang
kami lihat adalah kehidupan Suku Baduy yang unik, alami dan hidup berselaras dengan alam
maka muncul ide untuk menulis sebuah karya ilmiah mengenai Suku baduy tersebut.

Suku baduy merupakan satu dari sekian banyak suku yang ada di Indonesia. Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku bangsa yang memiliki ciri khas
budaya dan adat yang berbeda-beda. Suku bangsa tersebut tersebar dari sabang sampai
marauke. Keragaman budaya tersebut merupakan sebuah potensi besar yang dapat
dimanfaatkan untuk mampu menjawab semua tantangan kehidupan dimasa kini.

Perkembangan zaman yang terus bergerak maju tidak sedikitpun menyentuh suku baduy.
Mereka sangat mandiri dengan tetap mampu menyediakan sandang, pangan, papan sendiri
tanpa terpengaruh modernisasi. Untuk sandang, pakaian dan sejenisnya Suku Baduy pandai
menenun sendiri secara tradisional. Untuk pangan, mereka tekun bercocok tanam sehingga
mampu menghasilkan pangan khusus bagi sukunya. Sedangkan untuk papan, bangunan
rumah dan sejenisnya mereka sanggup membangunnya dan terkesan unik, antik serta mampu
menjadi tempat berteduh dan berlindung dari panas dan hujan. Inilah gambaran sekilas Suku
baduy yang tetap bertahan, mandiri, dan eksis serta tidak terpengaruh perkembangan zaman.

Merekalah Suku Baduy yang bertempat tinggal di wilayah Banten, yang mungkin sangat
terjangkau jika akan melaksanakan penelitian secara langsung. Bahagianya jika bisa langsung
bertatap muka, wawancara dan langsung menginjakkan kaki di wilayah tanah baduy tersebut.
Namun dengan kondisi pandemi seperti ini otomatis penelitian ini tidak dapat langsung ke
Suku Baduy. Maka dengan didampingi oleh guru pembimbing kami, penelitian dilaksanakan
melalui studi pustaka yaitu dengan cara mencari buku-buku dan sumber lainnya yang
menunjang penulisan karya ilmiah tersebut.

Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian


Rumusan masalah:
1. Bagaimana kehidupan suku Baduy?
2. Bagaimana cara mereka bertahan hidup?

Tujuan penelitian:
1. Untuk mengetahui kehidupan sehari-hari masyarakat suku baduy
2. Untuk mengetahui cara masyarakat suku baduy bertahan hidup

Manfaat penelitian
1. Menambah wawasan kami sebagai siswa dalam mempelajari kebudayaan dan mengenal
berbagai suku dan adat istiadatnya
2. Menjadikan masyarakat suku baduy contoh nyata yang sampai hari ini mampu dan terus
hidup berselaras dengan alam

Kajian Teori (Maksimal 250 kata)


Orang Baduy merupakan suatu kelompok masyarakat adat sunda yang terletak di wilayah
kabupaten lebak, Banten. Sebutan “Baduy” merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk
luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang
agaknya mempersamakan mereka dengan kelompk Arab Badawi yang merupakan masyarakat
yang berpindah-pindah “nomaden”.

Kemungkinan lain ialah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian
utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau
“orang kenekes” sesuai dengan nama wilayah mereka atau sebutan yang mengacu kepada nama
kampung mereka seperti Urang Cibeo (Garna, 1993).

Urang Kanekes, Orang Kanekes atau orang Baduy/Badui adalah suatu kelompok masyarakat adat
sub-etnis Sunda di wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0”
LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT (Permana, 2001). Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan
Kendeng di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten-Rangkasbitung,
Banten.

Berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung, wilayah yang merupakan bagian dari
Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300-600 m di atas permukaan laut (DPL) tersebut
mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata mencapai
45%, yang merupakan tanah vulkanik (di bagian utara), tanah endapan (di bagian tengah), dan
tanah campuran (di bagian selatan), suhu rata-rata 20 °C. Perkampungan masyarakat baduy pada
umumnya terletak di daerah pedalaman Jawa Barat. Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000
orang, dan merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain itu mereka
juga memiliki keyakinan tabu untuk difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam.

Tinjauan Pustaka / Penelitian Terdahulu (Maksimal 500 kata)


Suku Baduy tidak mau tergantung kepada orang lain atau orang luar, ini dibuktikan dengan,
menolak bantuan luar. Kemandirian mereka dibuktikan dengan kegiatan merajut, bertanam dan
berpikir ke depan dengan otak jernih, jujur dan tulus. Baduy hidup tenang dan tentram, tidak ada
keributan sesama mereka di sana. Tak ada saling iri, dengki dan culas di tengah mereka. Mereka
juga begitu patuh pada adat, ritual dan agama yang mereka anut.
Suku Baduy tinggal di pedalaman Jawa Barat. Desa terakhir yang bisa di jangkau oleh kendaraan
adalah Desa Ciboleger (jawa barat). Dari desa ini kita baru bisa memasuki wilayah suku baduy
luar. Tetapi sebelum kita masuk ke wilayah suku baduy kita harus melapor dulu dengan pimpinan
adatnya yang di sebut Jaro.

Secara fisik dan bahasa suku baduy mirip dengan orang-orang Sunda pada umumnya yang
membedakan adalah sistem kepercayaan dan cara hidup mereka. Orang Kanekes menutup diri
dari pengaruh dunia luar dan secara ketat menjaga cara hidup mereka yang tradisional, sedangkan
orang Sunda lebih terbuka kepada pengaruh asing dan mayoritas memeluk Islam.

Komunitas Adat Terpencil Baduy menurut Adimihardja (2007) komunitas adat sebagai bagian
dari masyarakat Indonesia adalah kelompok masyarakat yang terisolasi, baik secara fisik,
geografi, maupun sosial budaya. Sebagian besar komunitas ini bertempat tinggal di daerah
terpencil dan sulit dijangkau. Pranata sosial dalam komunitas adat ini umumnya bertumpu pada
hubungan kekerabatan yang sangat terbatas dan homogen. Kehidupan mereka sehari-hari masih
didasarkan pada interaksi tradisional yang bersifat biologis darah dan ikatan tali perkawinan.

Abdullah (2004) berpendapat kelompok masyarakat inilah yang dikategorikan sebagai komunitas
adat yang masih hidup terpencil. Keterpencilan itu ada 2 (dua) aspek yaitu secara eksternal: pihak
luar belum atau sulit memberikan akses pelayanan sosial dasar pada mereka. Secara internal:
mereka belum dan atau sulit mendapatkan akses pelayanan sosial dasar. Pengertian Komunitas
Adat Terpencil (KAT) dalam surat Keputusan Presiden No 111 tahun 1999, adalah kelompok
sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan
dan pelayanan baik sosial, ekonomi maupun politik. Berdasarkan pengertian tersebut, maka
kelompok masyarakat tertentu dapat dikategorikan sebagai Komunitas Adat Terpencil jika
terdapat ciri-ciri umum yang berlaku universal sebagai berikut: (a) Berbentuk komunitas kecil,
tertutup dan homogen. (b) Pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan. (c) Pada
umumnya lokasinya terpencil secara geografis dan relatif sulit dijangkau. (d) Pada umumnya
masih hidup dengan sistem ekonomi sub-sistem. (e) Peralatan teknologinya sederhana, sangat
tradisionil (f) Ketergantungan pada lingkungan hidup dan sumber daya alam setempat relatif
tinggi. (g) Akses terhadap pelayanan sosial, ekonomi, dan politik terbatas.
Dengan demikian maka berdasarkan pengertian, dan gambaran ciri-ciri KAT dalam Keppres No.
111 Tahun 1999, Komunitas Adat Terpencil dapat dikelompokkan berdasarkan habitat, dan atau
lokalitas sebagai berikut: (a) Dataran tinggi / pegunungan; (b) Dataran rendah; Daerah rawa;
Daerah aliran sungai (c) Daerah pedalaman; Daerah perbatasan; (e) Di atas perahu; Pantai dan di
pulau-pulau kecil.

Hipotesis (Jika ada)


Metode Penelitian (Maksimal 500 kata)
1. Metode yang Digunakan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Kami
mengumpulkan dan mempelajari berbagai teori dan konsep dasar yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Teori dan konsep dasar tersebut
kami peroleh dengan cara membaca dan menelaah berbagai macam bacaan.
Melalui metode studi pustaka dapat memberikan gambaran dan keterangan secara
jelas, objektif, analisis dan kritis mengenai suku baduy.

2. Subjek Penelitian (Populasi dan Sampel)


Populasi atau sampel dalam penelitian studi pustaka lebih tepat disebut sumber data pada
situasi sosial tertentu yang menjadi subjek penelitiannya adalah benda, hal atau orang yang
padanya melekat data tentang objek penelitian. Penentuan sumber data pada penelitian ini
ditentukan dengan menyesuaikan pada tujuan penelitian atau tujuan tertentu (Sugiyono 2016).
Objek penelitian ini adalah kehidupan dan cara bertahan suku baduy yang berselaras dengan
alam.

3. Teknik dan Alat Pengumpul Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian ini, karena
tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data. Data yang diperoleh melalu studi
pustaka berupa data-data kepustakaan yang telah dipilih, dicari, disajikan dan dianalisis.
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan buku-
buku tentang suku baduy, sekaligus memanfaatkan sumber-sumber pustaka untuk memperoleh
data penelitian, kemudian dipilih, disajikan, dan dianalisis serta diolah supaya ringkas dan
sistematis.

4. Rencana Analisis Data


Analisis data merupakan serangkaian proses dalam rangka pengelompokan, membuat suatu
urutan, serta meringkas data sehingga mudah dibaca dan diberikan arti pada data tersebut.
Berdasarkan sumber dan jenis data yang dikumpulkan, kemudian data dianalisis dan ditelaah
untuk mendapatkan informasi yang dapat dipercaya.

Jadwal Penelitian
NO Jenis Kegiatan Juli 2021 Agustus 2021 September 2021
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Pengumpulan dan Analisis Data
4 Penyusunan Karya Ilmiah

Daftar Pustaka
Abdullah, Natsir, 2004. Penanganan Komunitas Adat Terpencil di Indonesia
Metode dan Pendekatan. Jakarta Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus
dan Tertinggal BAPPENAS.

Adimiharja, Kusnaka. 2007. Dinamika Budaya Lokal. Bandung: CV.Indra


Prahasta dan Pusat Kajian LBPB.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif R&D. Bandung:


Alfabeta.
Keppres No. 111 Tahun 1999
https://id.wikipedia.org/wiki/Urang_Kanekes
http://www.bukukita.com/.../106223-Suku-Pedalaman-Banten-Indonesia-:-Baduy,-Real-Gre
7

Anda mungkin juga menyukai