MAKALAH
Di Susun Oleh :
PEMINATAN MANAJEMEN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya.
Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi sumber
kekayaan bagi bangsa Indonesia. Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang
sangat bernilai, karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga menjadi
lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia
mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah
pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai
jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu.
Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok
sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di
dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya
telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada
saat itu. Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti
yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia.
Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya
elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang lain
bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal
ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.
Masyarakat Baduy merupakan salah satu masyarakat sederhana di
Indonesia yang sekarang hidup bersahaja di wilayah Provinsi Banten. Secara
umum mereka masih mempertahankan adat tradisonalnya dengan ketat.
Pedoman hidup dalam perilaku mempertahankan adat mereka disebut
pikukuh. Pikukuh dianggap bernilai religius dan berlandaskan kepada agama
asli Baduy, yang disebut Sunda Wiwitan. Ketaatan dalam menjalankan pikukuh
serta ketaatan pada agama dan adat leluhur warisan nenek moyang terasa
jelas dalam pelaksanaan berbagai upacara ritual (Permana 2006: 38–39).
Dalam dinamika budaya masyarakat Baduy, pikukuh itu relatif bertahan
kuat pada masyarakat Baduy Dalam (tangtu), namun melonggar pada
masyarakat Baduy Luar (panamping). Pergulatan batin masyarakat Baduy Luar
ini menarik dikaji karena di satu sisi tetap berusaha mengikuti adat leluhur,
tetapi di sisi lain berusaha mengikuti perkembangan zaman dan lingkungan.
Dalam kaitannya dengan kesehatan, bila seseorang warga Baduy menderita
sakit, mereka dihadapkan pada dilema antara menggunakan pengobatan
”modern” yang aksesnya semakin mudah (berarti melanggar adat), dan
pengobatan tradisional yang pengetahuannya semakin sirna (berarti kesulitan
dalam pengobatan).
B. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah agar menambah pemahaman
mengenai aspek budaya masyarakat Baduy yang berhubungan dengan pengobatan
tradisional dalam menyelesaikan masalah kesehatan mereka tanpa melanggar adat
leluhur mereka.
BAB II
TINJAUAN ADAT ISTIADAT MASYAKAT BADUY DAN PENGOBATAN
BERBASIS TANAMAN
D. Implikasi Keperawatan
Pengkajian Transcultural Nursing didasari pada 7 komponen yang terdapat pada
Sunrise Model, yaitu :
1. Faktor Teknologi
Masyarakat Baduy sudah mengerti pentingnya kesehatan, dan mereka
memiliki pengetahuan dan kearifan lokal tentang pengobatan tradisional
khususnya yang berbasis tanaman yang diwariskan secara turun-temurun
sebagai obat untuk penyakit yang mereka derita, dan terpaksa
memanfaatkan jasa dokter atau Puskesmas jika menderita luka robek yang
besar atau menderita penyakit berat yang tidak kunjung sembuh oleh
penyembuh tradisional
2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup
Masyarakat Baduy menganut agama Sunda Wiwitan yang dipengaruhi
unsur Agama Hindu dan Agama Islam
3. Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga
Masyarakat Baduy memeliliki hubungan kekeluargaan, kekerabatan, gotong
royong, dan sangat menghindari konflik
4. Nilai-Nilai Budaya Dan Gaya Hidup
Masyarakat Baduy sangat memegang teguh adat istiadat leluhur
5. Faktor Kebijakan Dan Peraturan Yang Berlaku
1) Secara tradisional pemerintahan pada masyarakat Baduy bercorak
kesukuan yang disebut kapuunan, karena puun menjadi pimpinan
tertinggi. Puun di wilayah Baduy ini ada tiga orang, masing-masing
puun Cikeusik, puun Cibeo, dan puun Cikartawana. Puun-puun ini
merupakan ”tritunggal”, karena selain berkuasa di wilayahnya
masing- masing, juga secara bersama-sama memegang kekuasaan
pemerintah tradisional masyarakat Baduy. Walaupun merupakan satu
kesatuan kekuatan, ketiga puun tersebut juga mempunyai tugas dan
wewenang yang berlainan. Wewenang kapuunan Cikeusik
menyangkut urusan keagamaan dan ketua pengadilan adat, yang
menentukan pelaksanaan upacara-upacara (seren tahun, kawalu, dan
seba)2, dan memutuskan hukuman bagi para pelanggar adat.
Wewenang kapuunan Cibeo menyangkut pelayanan baik kepada
warga maupun tamu yang datang ke kawasan Baduy, termasuk
mengurus administrasi ketertiban wilayah, pelintasan batas, dan
hubungan dengan daerah luar. Sedangkan wewenang kapuunan
Cikartawana menyangkut urusan pembinaan warga, kesejahteraan,
keamanan, atau sebagai badan pelaksana yang langsung memonitor di
lapangan permasalahan yang berhubungan dengan kawasan Baduy
2) Masyarakat Baduy memberlakukan peraturan tidak boleh mengikuti
peradaban modern karena itu menodai kesucian adat dan budaya
leluhur
6. Faktor Ekonomi
Masyarakat Baduy menggantungkan hidupnya dari kegiatan berladang
dengan dengan cara membuka hutan dan memenuhi kebutuhan mereka
dengan menjual hasil dari ladang
7. Faktor Pendidikan
Banyak masyarakat Baduy yang masih buta hurup, karena mereka masih
menabukan tentang tulis menulis
Permana, R. Cecep Eka. 2006. Tata ruang masyarakat Baduy. Jakarta: Wedatama
Widya Sastra.