Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MAKALAH HELLO FISIP 2019

KEBUDAYAAN DALAM SUKU BADUY

Rahmah Andisa Qurrota’ain


NIM : 1910411111

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2019
ABSTRAK

Indonesia memiliki berbagai macam suku dari Sabang sampai Merauke, salah
satunya adalah Suku Baduy. Suku Baduy adalah suku pedalaman yang orng-orangnya asli dari
masyarakat Desa Kanekes di wilayah Banten. Suku ini terbagi menjadi 2 yaitu Baduy luar dan
Baduy dalam. Masyarakat Baduy memiliki keunikan tersendiri dalam kehidupan dan
kebudayaannya. Mereka sangat melestarikan dan melindungi alam karena itu masyarakat
disana menggunakan bahan bangunan untuk rumah dengan bahan yang dapat terurai oleh tanah
dan untuk penerangan hanya menggunakan lilin atau lampu minya. Selain itu, kebudayaan
yang ada disana juga cukup unik dan menarik untuk kita ketahui seperti masih adanya tradisi
penjodohan terhadap perempuan yang telah berumur 14 tahun, tidak menggunakan alas kaki
saat berjalan kaki, dan masih banyak lagi.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budaya adalah suatu pola hidup yang tumbuh dan berkembang pada sekelompok
manusia yang mengatur agar setiap individu mengerti apa yang harus dilakukan, dan untuk
mengatur tingkah laku manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Indonesia
sendiri dikenal dengan sebagai negara kepulauan yang memiliki keberagaman budaya.
Setiap pulau, provinsi maupun daerah memiliki budaya yang berbeda termasuk suku-suku
yang ada. Indonesia sendiri memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di
Indonesia, salah satunya Suku Baduy yang ada di wilayah Banten.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Suku Baduy ?
2. Bagaimana kehidupan Suku Baduy ?
3. Apa saja kebudayaan Suku Baduy ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui lebih dalam apa itu Suku Baduy.
2. Mengetahui aktivitas masyarakat Suku Baduy dari berbagai aspek.
3. Mengetahui budaya-budaya yang ada di Suku Baduy

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan ini adalah kita sebagai warga negara Indonesia bisa lebih mengenal
suku-suku pendalaman yang ada di Indonesia. Dengan itu mereka yang ada di pedalaman
tidak terlupakan oleh kita yang berada di perkotaan karena mereka juga bagian dari bangsa
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Suku Baduy


Suku Baduy adalah suku yang berada di wilayah Banten tepatnya di Desa Kanekes.
Kepercayaan Baduy berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang atau yang biasa
kita kenal dengan animisme yang pada perkembangan selanjutnyajuga dipengaruhi oleh
agama Budha, Hindu, dan Islam.
Kelompok masyarakat Baduy secara umum terbagi menjadi dua kelompok yaitu
tangtu dan panamping. Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy
Dalam yang paling ketat mengikuti adat, mereka adalah warga yang tinggal di tiga
kampung: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Ciri khas orang Baduy Dalam adalah
pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih. Kelompok
masyarakat panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Baduy Luar yang tinggal di
berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam, seperti Cikadu,
Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Masyarakat Baduy Luar
berciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam.
Lingkungan tempat tinggal mereka tidak dijangkau oleh transportasi modern, dan
terpencil di tengahtengah bentangan alam pegunungan, perbukitan rimbun, serta hutan
lengkap dengan sungai dan anak sungai, juga hamparan kebun dan ladang (huma).

2.2 Kehidupan Masyarakat Baduy

Masyarakat baduy tentunya juga seperti kita yang dimana melakukan berberbagai
aktivitas sehari-hari. Pada struktur pemerintahan Suku Baduy mereka mengenal dua sistem
pemerintahan, yaitu sistem nasional yang mengikuti aturan NKRI dan sistem adat yang
mengikuti adat istiadat yang dipercaya masyarakat. Secara nasional penduduk Kanekes atau
suku Baduy dipimpin oleh kepala desa yang disebut sebagai jaro pamarentah, sedangkan secara
adat tunduk pada pimpinan adat Kanekes yang tertinggi yaitu “puun”. Jabatan tersebut
berlangsung turun-temurun dan jangka waktu jabatannya pun tidak ditentukan.

Pada pembangunan rumah mereka membuat dengan model rumah panggung,


bagian paling bawah dari rumah adalah batu sebagai penopang tiang-tiang utama rumah yang
terbuat dari kayu. Tetapi, tidak seperti rumah pada umumnya, masyarakat Baduy tidak
menggali tanah untuk pondasi. Batu hanya diletakan di atas tanah. Jika kontur tanah tidak rata,
maka bukan tanah yang menyesuaikan sehingga diratakan, tetapi batu dan tiang kayu yang
menyesuaikan. Jadi, panjang pendeknya batu mengikuti kontur tanah. Selain itu mereka
menggunakan bahan-bahan yang dapat terurai oleh tanah sebagai bahan bangunan untuk
rumah. Pembangunan rumah mereka mengarah ke selatan sebagai kiblatnya. Dalam memasak
pun suku Baduy tetap memperhatikan ketentuan dan tradisi yaitu memasak dengan
menggunakan tungku dari batu yang dialasi tanah liat, karena bagi suku Baduy memasak
dengan api langsung di atas tanah akan menyakiti bumi tempat mereka tinggal. Pada saat
malam hari masyarakat Baduy tidak menggunakan listrik dan alat teknologi yang lain sebagai
penerangan

Aktivitas ekonomi suku Baduy untuk menunjang kehidupan perekonomiannya


adalah bertani. Menurut suku Baduy sistem berladang yang mereka kerjakan sesuai dengan
kepercayaan serta ideologi hidup mereka yaitu untuk tidak membuat perubahan secara besar-
besaran pada alam karena justru akan menimbulkan ketidakseimbangan alam. Dengan sistem
berladang mereka tidak melakukan. Di bidang pertanian, penduduk Baduy Luar berinteraksi
erat dengan masyarakat luar, misalnya dalam sewa menyewa tanah, dan tenaga buruh.
Perdagangan yang pada Salah satu mata pencaharian suku Baduy yaitu membuat gula kawung.
Hasil pertanian suku Baduy ada yang di jual dan ada yang digunakan untuk keperluan pribadi.
Hasil pertanian yang berupa padi hanya untuk kepentingan sendiri, mereka tidak menjualnya.

2.3 Kebudayaan Suku Baduy


Setiap suku pasti memiliki kebudayaannya masing-masing. Tentunya suku Baduy
memiliki beberapa kebudayaan yang berbeda, seperti :
1. Masyarakat Baduy melihat kekayaan sesorang tidak dari besarnya rumah karena
semua rumah suku Baduy memiliki ukuran yang sama. Uniknya mereka melihat
kekayaan seseorang melalui tembikar yang mereka miliki. Semakin banyak tembikar
ada berarti semakin kaya orang itu.
2. Masih adanya perjodohan. Perempuan yang berusia 14 tahun akan dijodohkan dengan
laki-laki dari suku Baduy juga dan mereka tidak bisa menolak perjodohan tersebut.
3. Orang Baduy gemar berjalan kaki saat bepergian kemana saja. Mereka kan tetap
berjalan kaki saat mengunjungi keluarga mereka di kota atau sekedar ke kota untuk
menjual hasil panen.
4. Suku Baduy masih setia dengan kesederhanaan, hidup menggunakan penerangan lilin
atau lampu minyak (lampu templok). Tidak ada sentuhan modernisasi disana, segala
sesuatunya sederhana dan dihasilkan oleh mereka sendiri, seperti makan, pakaian,
alat-alat pertanian dan sebagainya. Meskipun arus modernisasi mereka tetap
menghormati kehidupan modern yang ada disekitarnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suku Baduy merupakan masyarakat asli Desa Kanekes yang ada di wilayah Banten.
Suku ini memiliki kebudayaan tersendiri yang cukup unik, seperti masih adanya
perjodohan bagi perempuan yang sudah berumur 14 tahun, masyaraktnya berjalan
kaki dengan tanpa alas kaki, melihat kekayaan orang dari sudut pandang yang
berbeda, dan masih menggunakan lampu minyak ataupun lilin. Masyarakat Baduy
juga sangat menjaga kelestarian alam yang ada apalagi di lingkungan tempat
tinggalnya.

3.2 Saran
Masyarakat Indonesia sebagian besar mungkin tidak tau dan tidak peduli dengan
keberadaan suku-suku pedalaman. Tapi kita sebagai bangsa Indonesia harus tetap
memerhatikan keberadaan mereka dan tidak melupakannya begitu saja. Dengan
membaca makalah ini, pembaca diharapkan dapat ikut serta dalam melestarikan aneka
ragam suku yang ada di Indonesia karena mereka termasuk ke dalam kebudayaan
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Ita Suryani, “MENGGALI KEINDAHAN ALAM DAN KEARIFAN LOKAL SUKU BADUY”, Jurnal, diakses
pada ejournal.uin-suka.ac.id

Johan Iskandar, “Masyarakat Baduy”, Jurnal, diakses pada staffnew.uny.ac.id

Anda mungkin juga menyukai