Anda di halaman 1dari 10

SOSIAL DAN

BUDAYA
SUKU BADUY
Presented By Group 2
PENDAHULUAN
Pada era modern dan digitalisasi, nilai-nilai kearifan lokal di
banyak desa tergerus oleh perubahan budaya modern, namun
Suku Baduy tetap mempertahankan peradaban nenek moyang
mereka dan menolak perubahan. Masyarakat Baduy hidup
dengan sederhana, bersahabat dengan alam, dan memiliki
semangat kemandirian. Mereka mempertahankan adat istiadat
mereka dengan kuat, yang tercermin dalam artefak, keyakinan,
dan asumsi dasar budaya mereka.
PEGELOMPOKKAN SUKU
BADUY
1. Tangtu (yang paling ketat mengikuti adat yaitu warga yang tinggal di
Cibeo,Cikertawarna da Cikeusik)

2. Panamping (yang tinggal diberbagai kampung yang tersebar mengelilingi


wilayah Baduy Dalam,seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot,Gajeboh,Cisagu
dsb)

3. Dangka (apabila kenekes dalam dan Kenekes Luar tinggal di wilayah


Kenekes maka “Kenekes Dangka” tinggal diluar wilayah Kenekes,dan pada
saat ini tinggal 2 kampung yang tersisa yaitu Padawara(cibengkung) dan
sirahdayeuh (cihandam)
PEMIMPIN SUKU BADUY CATATAN :

Pu'un memiliki kekuasaan besar dalam Dalam sistem pemerintahannya,


pemerintahan adat Baduy, didukung oleh Jaro pemimpin adat tertinggi dalam
dalam urusan sehari-hari. Masyarakat Baduy taat masyarakat Kanekes adalah “Pu’un”
tangtu. Tangtu menurut pengertian
pada aturan dan larangan mereka. Mereka masyarakat Baduy dapat diartikan
mempertahankan nilai-nilai adat turun-temurun, dan sebagai masyarakat pendahulu atau cikal
pelanggarannya bisa berujung pada hukuman adat, bakal, terdiri atas tiga kampung, yaitu:
bahkan pengusiran. Masyarakat Baduy hidup
dengan prinsip "Panjang tidak boleh dipotong, 1.Cikeusik atau disebut juga tangtu Para
pendek tidak boleh disambung" untuk menjaga Ageung,
keseimbangan alam. Mereka juga mengikuti prinsip
"Rak-rak, Rik-rik, Ruk-ruk" yang mengajarkan
tentang kerja keras, hidup sederhana, dan tidak 2.Cibeo atau disebut juga tangtu
menyusahkan orang lain sepanjang hidup mereka Parahiyang, dan
dan turunannya.
3. Cikartawana atau disebut juga tangtu
Kujang.
HASIL OBSERVASI
KARAKTERISTIK SUKU BADUY DALAM DAN
BADUY LUAR
Suku baduy pada dasarnya hanya satu yaitu suku Baduy yang menganut adat kepu’unan dan
memiiki kepercayaan sunda wiwitan. Kepercayaan sunda wiwitan adalah kepercayaan atas roh
nenek moyang, seperti animisme. Namun kini kepercayaan Sunda Wiwitan sudah mulai
terpengaruhi oleh agama Islam dan kristen, karena sudah banyak masyarakat suku baduy yang
berpindah keyakinan menjadi muslim dan ada juga juga yang berpindah ke agama kristen.
Selain itu ada juga suku baduy yang keluar adat kepu’unan namun tetap menganut kepercayaan
sunda wiwitan.
Adapun mereka yang keluar dari adat kepuunan atau keluar dari keyakinan sunda wiwitan maka
tidak dianggap suku baduy lagi karena keluar dari tradisi adat dan kepercayaan yang dianut.
Namun demikian secara kekeluargaan mereka yang telah keluar dari adat dan keyakinan masih
tetap dianggap saudara karena memiliki kaitan darah dan merupakan satu nenek moyang yang
sama. Oleh karena itu karakteristik masyarakat suku baduy menjadi beragam
BADUY DALAM ATAU DISEBUT
DENGAN BADUY TANGTU
Baduy dalam (Baduy Tangtu) yaitu suku baduy yang paling taat mengikuti
peraturan adat kepu’unan. Mereka merupakan kelompok masyarakat Baduy
yang sangat teguh memegang adat istiadat leluhur atau pikukuh pu’un yang
isinya tentang pantangan-pantangan yang harus dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Mereka juga sangat menolak teknologi dan modernisasi, sehingga
kehidupan mereka masih tradisional. Suku baduy Dalam ini menempati tiga
kampung yaitu cibeo, cikertawana dan cikeusik. Ciri khasnya mereka selalu
mengenakan pakaian yang berwarna putih serta mengenakan ikat kepala putih
yang ditenun sendiri. Warna putih melambangkan kesucian, dimana orang Baduy
Dalam (baduy Tangtu) belum terpengaruh dengan budaya luar, sehigga aktivitas
baduy dalam masih fanatik terhadap kepercayaannya. Selama hidupnya tidak
pernah jauh meninggalkan kampung halamannya, dari rumah ke ladang, dari
rumah ke pasar, mengerjakan pekerjaan ladang, mengerjakan kerajinan,
memperbaiki rumah, membuat pelupuh bilik, mengayam atap, menyadap nira
aren, mencari rotan di hutan dan sebagainya.
BADUY LUAR ATAU DISEBUT
BADUY DANGKA DAN
PANAMPING
Baduy Luar, juga dikenal sebagai Baduy Dangka dan Panamping, merupakan kelompok
yang keluar dari adat istiadat Baduy, tetapi masih memegang kepercayaan Sunda Wiwitan.
Mereka telah sedikit terpengaruh oleh budaya luar dan sering melakukan perjalanan panjang
ke luar daerah, walaupun ada yang sudah menggunakan kendaraan. Mereka
mempertahankan penampilan khas dengan seragam hitam atau putih, lengkap dengan ikat
kepala dan perbekalan tradisional seperti sirih. Kelompok Baduy Luar merupakan kelompok
terbesar secara jumlah dan tersebar di banyak kampung. Meskipun telah terpengaruh oleh
budaya modern, mereka masih menjalani kehidupan dengan aturan adat yang lebih longgar
dibandingkan Baduy Dalam.
Meskipun Baduy memiliki keragaman, baik Baduy Dalam, Luar, maupun Muallaf,
hubungan kekerabatan dan kekeluargaan mereka tetap terjaga. Mereka saling mendukung
dalam acara-acara penting seperti pernikahan, khitanan, dan kematian. Meskipun beberapa
anggota keluar dari adat atau kepercayaan yang dianut, mereka tetap rukun dan saling
menghormati keyakinan masing-masing. Prinsip hidup dalam kebersamaan dan menjunjung
tinggi nilai persaudaraan merupakan dasar yang menjaga keutuhan masyarakat Baduy
hingga saat ini.
KESIMPULAN
Suku baduy pada dasarnya hanya satu yaitu suku Baduy yang menganut adat
kepu’unan dan memiiki kepercayaan sunda wiwitan, hanya saja ada sekelompok
suku baduy yang sudah sedikit terpengaruh oleh budaya dari luar dan kehidupan
modern, sehingga mereka disebut baduy luar. Oleh karena itu sebutan suku
baduy menjadi suku baduy dalam dan suku Baduy luar. Baduy Dalam disebut
dengan Baduy Tangtu, sedangkan Baduy Luar disebut Baduy Dangka dan
panamping.

Terkait dengan perkembangan di era digital, masyarakat adat Baduy pada


prinsipnya masih memegang adat istiadat dan nilai-nilai kearifan lokalnya.
Namun terdapat perbedaan yang terjadi pada dua kelompok masyarakat tersebut
yaitu pada masyarakat Baduy luar, sudah adanya pengaruh modernisai misal
penggunaan alat komunikasi seluler, mengenal sosial media, melibatkan diri
dalam politik pemerintahan pusat, sedangkan pada masyarakat Baduy dalam,
lebih terjaga kuat nilai adat istiadat dan menolak total modernisasi (tidak terlibat
dalam politik nasional dan tidak menerima sistem pendidikan formal).
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai