Anda di halaman 1dari 16

ARTIKEL

SUKUBADUY BAGIAN DARI INDONESIA

ABSTRAK

Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang hidupnya mengasingkan diri di pedalaman


Banten Selatan. Masyarakat Baduy terkenal sebagai masyarakat yang mampu mengelola hutan
dan lingkungannyadengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi masyarakat
Baduy dan lingkungan serta bagaimana mereka memanfaatkannya dengan arif dan bijaksana.
Metode dasar yang digunakanadalah metode survey dengan beberapa teknik PRA. Penelitian
dilakukan di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Propinsi Banten. Data
yang dikumpulkan, baik data primer ataupun data sekunder, kemudian dianalisis dengan analisis
dekriptif kualitatif dan kuantitatif. Luas wilayah Baduy adalah 5.101,8 hektar, terdiri dari areal
budidaya seluas 2.570 hektar (50,4 %) dan areal perlindungan lingkungan seluas 2.532 hektar
(49,6 %). Jumlah penduduknya sebanyak 11.172 jiwa (2.948 KK). Seluruh penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani padi kering (huma) dengan sistem perladangan berpindah
yang diatur oleh adat. Areal perlindungan lingkungannya terdiri dari hutan lindungan kampung
dan hutan tutupan yang mutlak hanya untuk kawasan perlindungan. Dalam pengelolaan
lingkungannya, masyarakat Baduy berpegang pada aturan adat yang intinya adalah pengaturan
tata ruang yang tegas untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya.

(smbr. https://jurnal.ugm.ac.id/JML/article/view/18710)

ABSTRAC

Baduy community is people that lives in rural areas-in Banten Selatan  They are able to manage
the forest and the environment well. This study aims to identify Baduy society and the
environment and how they treat it with the wise and prudent. Basic method used is survey
method with several techniques PRA. Research is done in Desa Kanekes, Leuwidamar, Lebak.
Banten Province. Data was described qualitatively and quantitatively analyzed. The Baduy area
is 5101.8 hectares, consists of the cultivation area of 2,570 hectares (50.4%) and the area
environmental protection of 2532 hectares (49.6%). The population of 11,172 people (2,948
families). All the Baduy communities are farmers of dry rice (huma) with the shifting cultivation
system. The area of environmental protection consists of hutan tutupan and hutan lindungan
kampung. In the management of the environment, community Baduy hold on customary rules
which regulate the management of protected areas and cultivation areas

Rumusan Masalah.

 Penerapan nilai-nilai pancasila sejak zaman nenek moyang masyarakat suku baduy
 Belajar hidup dari masyarakat suku baduy
 Ritual yang dilakukan masyarakat suku baduy untuk mengusir covid 19
 Hal- hal positif yang dapat di pelajari dari suku baduy
 Masyarakat suku baduy dalam lintasan politik Indonesia
 Masyarakat suku baduy yang meminta agara UUD 1945 Di perkuat dan Kaitannya
kedalam sila pancasila yaitu pasal 2 dan 3

PENGANTAR

Masyarakat suku Baduy di Kabupaten Lebak, Banten mengaku sejak nenek moyang mereka
sudah menerapkan nilai-nilai Pancasila. Meskipun mereka tidak hafal Pancasila namun mereka
patuh terhadap ideologi negara tersebut.Jaro Saija mengaku, masyarakat suku baduy tidak pernah
mendapatkan Pendidikan secara formal, namun Pendidikan di dalam keluarga sangat melekat
dengan dasar norma-norma kesusilaan.“Mereka diajarkan untuk selalu memegang teguh ajaran
nenek moyang dengan sebutan pikukuh, tentang kehidupan bermasyarakat khususnya
berhubungan dengan alam”, ucapnya saat diwawancara .Kepala Desa Kanekes itu juga
menyebutkan di Suku Baduy Pancasila bukan sekedar ucapan dan lisan namun sudah tertanam
dalam kehidupan sehari-hari.“Pancasila di masyarakat Baduy-mah bukan sekedar ucapan dan
lisan tetapi sudah tertanam dalam kehidupan sehari-hari, seperti gotong royong, keadilan jeung
sajabana”, tegas Saija.Dalam kesempatan yang sama tokoh masyarakat suku Baduy dalam Ayah
Mursid mengaku, meski masyarakat suku Baduy patuh terhadap adat pu’un, tetapi mereka juga
memiliki jiwa nasionalisme dan patuh terhadap negara.“Walaupun masyarakat kiami (baduy)
bagaimana kolot, tapi kami-geh patuh kepada negara dan ikut berdemokrasi contoh pemilu,
pilkada jeung sajabana”, ucapnya.Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila (BPIP) DR. Drs. Yakob KM,. M.Si mengapresiasi terhadap masyarakat adat suku
Baduy.“Saya rasa ini sangat luar biasa, salah satu aset negeri ini dengan segala kesederhanaan
keterbatasan, tetapi mereka mampu menjaga dan merawat ideologi Negara kita yaitu Pancasila”,
ujarnya.Dirinya bahkan mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mengambil
contoh terhadap masyarakat suku Baduy.

METODOLOGI

Penelitian ini dimasudkan untuk mengetahui lingkungan hidup masyarakat suku baduy mengenai
gaya hidup yag dapat ditiru,kedisiplinan,kebiasaan,lintasan politik dalam masyarakat baduy
pengkaitan nilai pancasila dalam lintasan suku baduy.penelitian ini di lakukan secara online pada
hari tanggal 18-20 oktober 2021.

Metode yang dilakukan adalah metode pencarian artikel,buku,jurnal terkait suku baduy
kemudian di teliti dan dicermati demi kenyamanan para penulis dalam artikel ini menyertakan
sumber sumber yang menjadi acuan dalam membuat artikel ini.

HASIL DAN PEMBEHASAN

A. Belajar hidup dari masyarakat suku Baduy

Berikut adalah sifat dan kebiasaan masyarakat Baduy yang bisa menjadi contoh bagi masyarakat
modern terutama anak-anak milenial, dan Anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari: 
1. Gotong royong
Masyarakat suku Baduy dulu dikenal sebagai masyarakat nomaden atau biasa berpindah-pindah.
Mereka akan mencari lahan yang lebih subur untuk bercocok tanam. Saat berpindah tempat,
mereka akan bergotong royong agar lebih mudah dan cepat mereka sampai di tempat yang baru.
Kini, meski sudah tidak lagi berpindah tempat, masyarakat Baduy masih tetap melakukan
kebiasaan itu hingga sekarang.
2. Disiplin
Sifat disiplin dan patuh pada peraturan terlihat dari adat leluhur yang selalu dipegang teguh
masyarakat Baduy. Walau sudah banyak teknologi dan barang-barang modern, orang Baduy
tetap setia dan menaati peraturan adat. Masyarakat suku ini sangat patuh dalam menjaga aturan
yang ada, meskipun banyak wisatawan yang berkunjung. Disiplin dalam menjaga alam juga
selalu masyarakat Baduy tegakkan karena dari sanalah mereka mendapatkan bahan pangan.
3. Sederhana dan hemat
Masyarakat Baduy terutama Baduy Dalam memiliki tempat tinggal yang sama satu dengan yang
lain. Mereka tidak menampakkan kekayaan dengan memakai perhiasan atau rumah yang mewah.
Harta mereka berupa peralatan tembikar dari kuningan disimpan rapi di dalam rumah. Pakaian
mereka juga simple, tanpa embel-embel aksesoris berlebihan.  Ada banyak ayam di wilayah
Baduy, tetapi mereka jarang memakan hewan tersebut. Ayam hanya disajikan saat perayaan
tertentu, atau satu bulan sekali. Mereka juga gemar jalan kaki untuk berpergian. Jalan kaki
menjadi kebiasaan yang bisa Anda contoh agar lebih hemat dan membuat badan lebih bugar.
4. Melestarikan alam
Karena bergantung dengan hasil alam, masyarakat Baduy sadar betul untuk menjaga alam.
Mereka menghormati alam sebagai salah satu aspek kehidupan yang penting. Masyarakat
Baduy mengambil secukupnya, sesuai kebutuhan mereka. Tidak membuang sampah terutama di
sungai juga merupakan aturan yang selalu masyarakat Baduy pegang.  Banyak sungai yang
tercemar di kota-kota besar merupakan akibat dari masyarakat yang tidak mencintai dan
melestarikan alam. Dengan mencontoh sikap orang Baduy, alam akan lebih bersih dan terlihat
indah.

Selain itu juga menganjurkan masyarakat Baduy untuk bisa ngaji diri atau introspeksi diri
terhadap apa yang telah kita perbuat kepada sesama, apakah itu keburukan ataukah kebaikan.
Menariknya lagi adalah pak Ijom menuturkan bahwa akan terasa percuma jika kita mengaji kitab
setiap hari namun tidak bisa mengaji diri atas kesalahan/keburukan yang telah kita perbuat. Hal
ini mengingatkan pada perilaku masyarakat di kota. Di mana mereka mengaji kitab agamanya
setiap hari namun masih saja berbuat jahat, menyalahkan orang lain, timbul iri/dengki, sombong,
rakus bahkan membunuh, suka mengolok-olokan sesama atau umat agama lain sehingga
memunculkan konflik/perpecahan. Padahal isi dalam kitab atau agama yang dipercayai tidak
mengajarkan hal demikian. Semua agama menganjurkan umatnya untuk tidak hanya berbuat baik
atau saleh kepada Tuhan, melainkan juga harus berbuat baik kepada sesama ciptaanNya baik
sesama manusia, binatang, tumbuhan maupun alam, dan tentunya seisi dunia ini. Jadi alangkah
baiknya jika kita tidak hanya membaca kitab suci agama setiap hari saja, melainkan juga bisa
mengimplementasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
menimbulkan keseimbangan dalam ketaatan beragama dan memunculkan perilaku hidup benar
seperti yang telah dilakukan oleh masyarakat Baduy. 
 Suku Baduy tinggal di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Suku Baduy terdiri dari
dua bagian, yakni Baduy Luar dan Baduy Dalam. Terlepas menjadi warga Baduy Luar atau
Baduy Dalam, masyarakat Suku Baduy memegang teguh adat dan budaya turun-temurun.

Di masa pandemi Covid-19, Puskesmas Cisimeut, Kecamatan Leuwidamar, menyatakan tidak


ada kasus infeksi virus corona di Suku Baduy. "Selama sembilan bulan terakhir warga Baduy
nol kasus Covid-19," kata Iton Rustandi, petugas Puskesmas Cisimeut di Lebak, Minggu 24
Januari 2021. Suku Baduy tunduk kepada arahan pimpinan mereka, yang disebut dengan
"jaro". Para jaro mengimbau warga Baduy menerapkan protokol kesehatan dengan memakai
masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Tetua adat juga melarang masyarakat Baduy ke
luar daerah, terutama zona merah Covid-19. Bagi warga Baduy yang merantau dan akan
kembali ke rumah, maka dia harus memeriksakan diri dulu di puskesmas terdekat.

(smbr. http://pendidikan-sosiologi.fis.uny.ac.id/berita/belajar-hidup-benar-dari-masyarakat-
baduy.html)

B. Gelaran ritual masyarakat sukubaduy dalam pengusiran covid 19

Sekitar 2.000 pelaku ekonomi terancam gulung tikar juga penjualan aneka kerajinan yang
dijual di kawasan Baduy turun drastis. Omzet menurun karena tidak adanya wisatawan.
Menyikapi kondisi ini, masyarakat Baduy yang tinggal di Pegunungan Kendeng dengan luas
5.100 hektare tersebar di 65 perkampungan dan dihuni sekitar 11.600 jiwa di pedalaman Lebak,
Banten, merasa terpanggil untuk ikut berupaya meangkhiri wabah pandemi COVID-19. Pemuka
adat Baduy berkumpul untuk berdoa agar penyebaran wabah pandemi COVID-19 hilang di atas
bumi itu. "Kami berharap doa itu dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Tetua adat
Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes Kabupaten Lebak Jaro Saija. Pemuka lembaga adat
Baduy berkumpul di Hutan Cibongkok kawasan Baduy sambil memanjatkan doa-doa khusus
untuk keselamatan, kesejahteraan, keamanan dan kedamaian bangsa. Selain itu juga dibebaskan
dari wabah pandemi COVID-19 yang melanda bangsa Indonesia dan dunia. Acara itu dihadiri
pemuka adat Baduy seperti jaro tanggungan 12, sebagian paranormal, dangka siradayeuh, dangka
carungeun dan dangka singkalayeuh dengan doa khusyuk agar terkabulkan.

Masyarakat Baduy Dalam yang tersebar di Kampung Cibeo, Cikeusik dan Cikawartana
mulai 13 Februari hingga 14 Mei 2021 menutup diri dari wisatawan karena tengah melaksanakan
ritual Kawalu selama tiga bulan. Selama ritual Kawalu, mereka fokus pada ketenangan dan
ketentraman sehingga wisatawan tidak diizinkan berkunjung. Selain itu, warga Baduy Dalam
juga dilarang menggelar perkawinan, sunatan anak yang bisa menimbulkan keramaian. Selama
ritual Kawalu, dipanjatkan doa diiringi puasa agar bangsa Indonesia diberikan keselamatan,
kedamaian, kesejahteraan dan keamanan serta dijauhkan dari marabahaya, termasuk dibebaskan
dari penyebaran COVID-19. "Kami minta wisatawan dapat menghargai keputusan adat yang
melarang kawasan Baduy Dalam itu dikunjungi orang luar," kata tokoh Baduy Dalam Cibeo
Ayah Mursid. Penutupan kawasan Baduy Dalam itu berdasarkan keputusan adat Nomor
141.01/13-Ds.Kan-200I/2021, tertanggal 13 Februari 2021 yang ditandatangani Kepala Desa
Kanekes. Pemerintahan desa telah memasang peringatan di pintu gerbang Baduy di Ciboleger
agar wisatawan menaati hukum adat.

Tradisi Kawalu warisan nenek moyang sejak turun temurun dan wajib dilaksanakan
setiap tahun dan tiga kali selama tiga bulan dengan puasa seharian. Perayaan Kawalu merupakan
salah satu tradisi ritual yang dipercaya oleh warga Baduy Dalam. Dalam perayaan Kawalu itu,
masyarakat Baduy mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Hingga kini penyebaran
COVID-19 di kalangan Baduy belum ditemukan alias nol kasus sejak pemerintah menetapkan
wabah corona sebagai bencana nasional pada 13 April 2020. Mereka warga Baduy lebih ketat
dalam menerapkan protokol kesehatan dengan 5M guna mencegah penularan virus corona.
Lembaga adat setempat mengimbau masyarakat tidak ke luar daerah, terlebih dari daerah zona
merah penyebaran COVID-19. "Sampai saat ini warga Baduy masih nol kasus COVID-19," kata
Petugas Medis Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Cisimeut, Kecamatan Leuwidamar,
Kabupaten Lebak Iton Rustandi. Selama ini aktivitas masyarakat Baduy lebih banyak di rumah
dan ladang untuk mengembangkan pertanian.

Begitu juga warga Baduy yang merantau diminta untuk pulang dan sebelum masuk
pemukiman adat terlebih dahulu menjalani pengecekan kesehatan di Puskesmas setempat.
Puskesmas setempat terus berupaya mengendalikan pandemi COVID-19 dengan membagikan
ribuan masker di permukiman warga dan melakukan penyemprotan disinfektan. Selain itu, juga
menyiapkan wastafel di sepanjang jalan memasuki pemukiman Baduy. "Kami juga
mengoptimalkan edukasi tentang bahaya COVID-19 agar mereka mengetahui penyebaran
penyakit yang mematikan itu," katanya. Komandan Satgas COVID-19 Kabupaten Lebak, Anong
mengatakan selama masa PSBB kawasan wisata adat Baduy diperketat untuk pencegahan
penularan COVID-19 dan semua pintu masuk ke kawasan tanah hak ulayat adat disediakan
wastafel untuk mencuci tangan menggunakan sabun. Aparat kepolisian dan TNI serta aparatur
desa setempat melakukan penjagaan, tamu maupun wisatawan harus mematuhi aturan adat.
Wisatawan juga wajib menjaga kebersihan dan dilarang membuang sampah sembarangan,
terlebih sampah plastik. Pengetatan ini untuk pencegahan sejak dini agar warga Baduy tidak
tertular penyakit yang mematikan itu. (smbr. http://pendidikan-
sosiologi.fis.uny.ac.id/berita/belajar-hidup-benar-dari-masyarakat-baduy.html)

C. Hal-hal positif yang dapat di contoh dari masyarakat suku baduy

1.Gotong royong

Masyarakat suku Baduy dulu dikenal sebagai masyarakat nomaden atau biasa berpindah-
pindah. Mereka akan mencari lahan yang lebih subur untuk bercocok tanam. Saat berpindah
tempat, mereka akan bergotong royong agar lebih mudah dan cepat mereka sampai di tempat
yang baru. Kini, meski sudah tidak lagi berpindah tempat, masyarakat Baduy masih tetap
melakukan kebiasaan itu hingga sekarang.

2. Disiplin

Sifat disiplin dan patuh pada peraturan terlihat dari adat leluhur yang selalu dipegang teguh
masyarakat Baduy. Walau sudah banyak teknologi dan barang-barang modern, orang Baduy
tetap setia dan menaati peraturan adat.
3. Menjaga Alam Dengan Baik

Untuk menuju Kampung Wisata Marenggo, kamu harus hiking yang dimulai dari Terminal
Ciboleger. Hal yang pertama kali terlihat ketika kamu akan memasuki kampung ini adalah air
sungainya yang sangat jernih. Ditambah lagi, tidak adanya sampah plastik menjadikan sungai ini
semakin bersih dan enak dilihat.

4. Mempunyai keyakinan yang kuat dan taat terhadapat peraturan yang berlaku

5. Memanfaatkan Sumber Daya Alam


Rangka rumah panggung Suku Baduy terbuat dari kayu, lantai dan dindingnya terbuat dari
bambu, dan atap yang menaungi rumah tersebut terbuat dari susunan daun kelapa. Semuanya
diambil dari hasil alam sekitar.

6. Tidak Menggunakan Produk Berbahan Kimia


Untuk memasak, orang Suku Baduy Dalam hanya membumbui masaknnya dengan garam
atau gula. Tidak terlalu banyak menambahkan penyedap rasa ataupun bumbu-bumbu lainnya,
apalagi bumbu-bumbu tersebut dikemas dengan menggunakan bungkus plastik.

(smbr. https://yoursay.suara.com/news/2019/10/28/165029/5-hal-positif-yang-dapat-dipelajari-
dari-suku-baduy-dalam)

D. Masyarakat suku baduy dalam lintasan politik indonesia

Provinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang teguh adat tradisi yaitu
Suku Baduy yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, sekitar
46 KM ke arah selatan dari kota Rangkasbitung (pintu masuk dari Utara Ciboleger Desa
Bojongmenteng) dan untuk sampai Cibeo sebagai Pusat Pemerintahan ditempuh dengan jalan
kaki. Suku Baduy termasuk salah satu suku yang terisolir di Indonesia, yang komunitasnya
tersebar di berbagai wilayah. Suku Baduy bukan merupakan suku terasing melainkan suatu suku
yang mengasingkan diri dengan pola kehidupannya patuh terhadap hukum adat, hidup mandiri
dengan tidak mengharapkan yang sifatnya bantuan dari orang lain atau orang luar, menutup diri
dari pengaruh budaya yang akan masuk dari

Pada masyarakat Baduy ini dikenal dua sistem pemerintahan, yaitu sistem nasional dan sistem
tradisional (adat). Kedua system tersebut digabungkan atau diakulturasikan sedemikian rupa
sehinga tidak terjadi pembenturan. Secara Nasional penduduk kanekes dipimpin oleh kepala desa
yang disebut sebagi Jaro Pamarentah, yang ada di bawah camat, sedangkan secara adat tunduk
pada pemimpin data kanekes yang tertinggi, yaitu “puun” .

Dapat dibuktikan dengan prilaku sosial dan politik orang Baduy terhadap pemerintah Indonesia
yang dahulu (1945) dan sampai sekarang.Orang Baduy disetiap tahun menyatakan kebaktian dan
dukungan yang mendalam atas keberadaan Negara yang melindungi tumpah darahnya.

Upacara seba dengan mempersembahkan hasil tananaman seperti singkong, pisang, jengkol dan
buah buahan yang lain, adalah pernyataan simbolis terhadap penghargaan, kesetiaan dan
penghormatan masyarakat Baduy terhadap pemerintah dan Negara. Orang Baduy melakukan
upacara seba, bukan karena takut akan tindakan diluar nilai-nilai Baduy yang dilakukan oleh
pihak luar, akan tetapi kebaktian pada Negara menurut orang Baduy adalah bagian dari cara
hidup yang dianut.

Kemampuan orang Baduy untuk melakukan suatu tindakan politik seperti itu, dalam pelajaran
hukum adat menurut Prof.Djojodiguno dikenal istilah “orang sudah mandiri”, mampu secara
sosial untuk melakukan tindakan atau sebagai subyek hukum. Istilah ”kepurnaan jeneng” adalah
orang yang dianggap cakap berbuat dan bertindak untuk dirinya atau kelompoknya

(smbr. ORANG BADUY DALAM LINTASAN POLITIK INDONESIA


MOH. ALI B. DAHLAN
Rektor Universitas Gunung Rinjani
Selong-Lombok Timur
Email: alibd@univgunungrinjani.ac.id)

D. Masyarakat Baduy minta Pancasila dan UUD 45 Diperkuat

Akan di kaitkan dengan silam ke 2 dan 3

Mengutip dari artikel ANTARA News - Sejumlah masyarakat Suku Baduy yang tinggal di
pedalaman Kabupaten Lebak meminta Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 diperkuat
sebagai dasar ideologi bangsa Indonesia.

"Kami yakin Pancasila dan UUD 45 itu harga mati sebagai dasar ideologi negara," kata Santa
(50) seorang warga Badui saat dihubungi di Lebak, Kamis.
Selama ini, Pancasila dan UUD 45 bisa mempersatukan bangsa Indonesia yang cukup besar
mulai dari Sabang sampai Merauke.

Kehidupan masyarakat juga penuh kedamaian, kerukunan, ketentraman hingga saling toleransi di
tengah perbedaan agama, suku, budaya dan bahasa.

Karena itu, Pancasila dan UUD 45 dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan.

"Kami juga sebagai kelompok kecil di Indonesia merasakan kehidupan yang aman, nyaman dan
tenang," katanya.

Santa mengatakan, masyarakat Suku Baduy sangat mendukung terhadap nilai-nilai Pancasila
sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara.

Bahkan, warga dalam kehidupan sehari-hari melaksanakan Pancasila dan UUD 45 sangat
terlindungi.

Apalagi, masyarakat Badui berprofesi bertani ladang sangat merasakan kedamaian dan
kenyamanan tinggal di bumi Pancasila dan UUD 45.

"Kami berharap ideologi negara itu dijadikan sandaran hidup berbangsa dan bernegara dan
jangan sampai diubah dengan ideologi lain," katanya.

Ia menyampaikan TNI dan Polri agar tidak terprovokasi adanya isu-isu yang negatif sehubungan
munculnya polemik senjata.

TNI dan Polri agar bersikap sabar dan bekerja keras sesuai tujuan dan fungsi sebagai pelayan
mayarakat juga penjaga keamanan NKRI.

"Kami optimistis jika ideologi negara itu diperkuat maka akan membawa kesejehteraan bagi
seluruh rakyat," katanya.

Sementara itu, Pemuka Adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar
Kabupaten Lebak Saija mengatakan masyarakat suku Badui yang berpenduduk sekitar 11.600
jiwa menilai Pancasila sudah menjadi harga mati dan tidak bisa diganti.

Selama ini, Pancasila dan UUD 45 dapat mempersatukan keanekaragaman rakyat Indonesia
dengan perbedaan agama, suku, budaya dan bahasa.

Masyarakat suku Baduy juga sangat menghormati dan mencintai Pancasila itu bahwa hingga saat
ini, belum ada warga Baduy yang terlibat dalam kasus hukum. Bahwa, kehidupan masyarakat
Baduy lebih tertib dan rukun hingga kini belum pernah terjadi keributan, apalagi sampai
melakukan perlawanan terhadap pemerintah.
"Kami terus menjaga dan melaksanakan Pancasila dan UUD 45 sebagai sumber pedoman hidup
di Tanah Air," tegasnya.

Melihat dari topik diatas akan dikaitkan dengan Sila Pancasila yang ke-2 dan juga Sila
Pancasila yang ke-3.

Pada sila ke-2 Pancasila yang berbunyi "Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab" Menurut
Nurdiaman dan Setijo, Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung pengertian bahwa
bangsa Indonesia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya selaku mahluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, sama hak dan kewajibannya, tanpa
membeda-bedakan agama, suku, ras, dan keturunan.

Negara ingin menerapkan hukum secara adil berdasarkan supremasi hukum serta ingin
mengusahakan pemerintah yang bersih dan berwibawa, di samping mengembangkan budaya
IPTEK berdasarkan adab cipta, karsa, dan rasa serta karya yang berguna bagi nusa dan bangsa,
tanpa melahirkan primordial dalam budaya.

Pada saat ini masih penerapan sila kedua dari Pancasila di negara kita masih sangat kurang Hal
tersebut tercermin dari masih banyaknya kejahatan di bidang hak azasi manusia (HAM) dan
suasana yang berbau SARA, seperti kampanye dari kubu-kubu tertentu yang menggunakan isu-
isu SARA. (smbr. https://www.antaranews.com/berita/656663/masyarakat-badui-minta-
pancasila-dan-uud-45-diperkuat)

Anda mungkin juga menyukai