Anda di halaman 1dari 2

Narasi 1

Sebagai negara yang kaya akan seni dan budaya, Indonesia dihuni berbagai macam suku yang
menetap di segala pelosok nusantara. Kearifan lokal serta adat istiadatnya menjaga
kelestarian alam Indonesia hingga mampu terjaga dengan baik dan bersinergi dengan alam.

Narasi 2

Nama Baduy terlesip diantara banyaknya suku yang ada di Indonesia. Kelompok etnis Sunda
ini hidup bersama alam di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar,
Kabupaten Lebak, Banten. Suku Baduy terbagi dalam dua golongan yang disebut dengan
Baduy Dalam dan Baduy Luar. Perbedaan yang paling mendasar dari kedua suku ini adalah
dalam menjalankan pikukuh atau aturan adat saat pelaksanaannya.

Narasi 3

Mata pencaharian mayarakat Suku Baduy umumnya berladang dan bertani. Alamnya yang
subur dan berlimpah mempermudah suku ini dalam menghasilkan kebutuhan sehari-hari.
Hasil berupa kopi, padi, dan umbi-umbian menjadi komoditas yang paling sering ditanam
oleh masyarakat Baduy.

Narasi 4

Suku Baduy percaya, mereka keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau
batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam
sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, warga Kanekes mempunyai
tugas untuk menjaga harmoni dunia. Kepercayaan ini disebut juga dengan Sunda Wiwitan.
Kepercayaan yang memuja nenek moyang sebagai bentuk penghormatan.

Narasi 5

Tokoh adat suku Baduy Dalam, Ayah Mursyid, bercerita cara menjaga alam. Hutan, gunung,
lembah beserta isinya menjadi paru-paru alam. Bagi suku Baduy, menjaga alam dijadikan
prinsip tiap orang di Baduy. Selain itu, ada pembagian mana alam hutan yang bisa digunakan
sebagai garapan, mana hutan sebagai 'paniisan' (hutan yang menjadi sumber air), dan mana
hutan larangan. Selain itu, ada pembagian mana alam hutan yang bisa digunakan sebagai
garapan, mana hutan sebagai 'paniisan' (hutan yang menjadi sumber air), dan mana hutan
larangan.

Narasi 6

Kang Sardien yang merupakan masyarakat asli baduy luar mengatakan “ada pembagian mana
alam hutan yang bisa digunakan sebagai garapan, mana hutan sebagai 'paniisan' (hutan yang
menjadi sumber air), dan mana hutan larangan. Kami Baduy punya prinsip dan ada tugas
untuk menjaga melestarikan keseimbangan-keseimbangan alam, terutama hutan. Ada riwayat
kami hutan harus dijadikan hutan, harus dijaga bukan untuk garapan, ada hutan yang memang
sudah disiapkan untuk lahan”
Narasi 7

Namun adat, aturan, dan kepercayaan yang selama ini mereka pegang hancur seketika ketika
pertambangan emas ilegal masuk dan menghancurkan hutan larangan masyarakat baduy yang
terletak di Gunung Liman. Lokasi itu masih masuk hutan titipan leluhur Baduy. Hutan
tersebut merupakan sumber mata air yang sangat dijaga oleh masyarakat suku Baduy. Di sana
terdapat sumber aliran sungai-sungai penting di Kabupaten Lebak dan Banten, yakni Sungai
Cibarani, Ciliman, Ciujung, dan Sungai Cibaso.

Narasi 8

Kerusakan hutan larangan tersebut memang tidak memiliki efek jangka pendek terhadap
kehidupan dalam aspek pangan dan bencana diwilayah masyarakat baduy. Namun jika hal
tersebut terus menerus dibiarkan ini akan menjadi hal yang sangat besar yang langsung
menyinggung terhadap bencana lingkungan khususnya di tanah ulayat suku baduy. Bahkan
Perusakan hutan larangan ini telah dianggap mencela kepercayaan dan keyakinan yang
selama ini telah dijaga oleh masyarakat baduy.

Baduy merupakan salah satu suku adat yang berperan besar dalam menjaga
kelestarian lingkungan Indonesia. Bersinergi dengan alam dengan menjaga aturan
adat.

Anda mungkin juga menyukai