Anda di halaman 1dari 47

Analisis Teknikal Untuk Pemula

Pengertian Analisis Teknikal.............................................................. 2


Trading Plan ...................................................................................... 3
Candlestick ........................................................................................ 5
Candlestick Patterns ........................................................................... 6
Chart Patterns ................................................................................... 9
Menentukan Support dan Resistance ............................................... 10
Trend & Channel Line ....................................................................... 10
Moving Average .............................................................................. 14
Fibonacci ........................................................................................ 15
Breakout dan Breakdown ................................................................ 21
Indikator ......................................................................................... 23
Moving Average ............................................................................... 24
Volume ........................................................................................... 26
Stochastic Oscillator ......................................................................... 28
MACD ............................................................................................. 30
Strategi Entry & Exit ........................................................................ 34
Buy on Weakness............................................................................. 34
Buy on Breakout .............................................................................. 35
Sell on Strength ............................................................................... 36
Sell on Breakdown ........................................................................... 36
Mengetahui Likuiditas Saham .......................................................... 37
Pentingnya Cut Loss !! ..................................................................... 43
Pengertian Analisis Teknikal

Analisis Teknikal atau Technical Analysis adalah metode pembelian


saham dengan cara melihat grafik historis pergerakan harga suatu saham
dengan tujuan sebagai acuan untuk memprediksi tren atau arah pergerakan
kedepannya.

Analisis Teknikal tidak melihat hal-hal yang berkaitan dengan Kondisi


ekonomi makro, Manajemen perusahaan, Kondisi keuangan perusahaan, dan
Prospek perusahaan kedepannya. Analisis Teknikal hanya berfokus pada
grafik historis, pola-pola tertentu, dan data pasar. Apakah Analisis Teknikal
bersifat spekulatif?, Tentu saja tidak. Analisis Teknikal memiliki data, sedang-
kan spekulasi hanya menebak harganya akan naik atau turun.

Tetapi harus diingat tidak ada metode Analisis yang memiliki tingkat
akurasi 100%. Oleh karena itu, Anda harus memiliki rencana lain jika hasil
analisis Anda tidak sesuai ekspektasi. Bagaimana cara menyiasati jika suatu
saat Analisis Anda tidak sesuai harapan?, yaitu dengan memiliki Trading Plan
yang jelas.
Trading Plan

Trading Plan adalah sebuah perencanaan atau pedoman untuk


pengambilan keputusan dalam membeli saham yang kedepannya akan
membantu Trader mencapai tujuannya. Memiliki perencanaan yang baik
tentunya akan membuat Anda menjadi lebih disiplin dengan rencana tersebut.

Berikut ini beberapa contoh jika seorang trader tidak memiliki atau tidak
disiplin dalam Trading Plan :

 Ketika membeli suatu saham, harganya malah turun dalam


 Ketika menjual suatu saham, harganya malah naik tinggi
 Ketika menjual saham dengan keadaan profit, tetapi malah menyesal
karena setelah di jual harganya malah naik makin tinggi
 Ketika melakukan Averaging Down di suatu saham, harganya malah
turun lebih dalam lagi

Terus apa saja yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah Trading Plan:

1. Tentukan Strategi dan Gaya Trading

Setiap orang memiliki strategi dan gaya trading yang berbeda. Ada yang
agresif dalam melakukan pembelian saham, ada juga yang lebih santai dalam
melakukan pembelian. Mengapa hal ini menjadi sangat penting?, karena
kecocokan seseorang pada gaya trading tertentu biasanya akan
mempengaruhi performa trader ketika melakukan trading saham selanjutnya.
Ada beberapa gaya trading yang banyak dikenal orang, yaitu Scalping, Day
Trading, Swing Trading, dan Position Trading.

2. Tentukan titik Entry

Memahami tren saham, situasi pasar, dan sentimen pasar dapat


membantu Anda dalam menentukan kapan sebaiknya masuk di suatu saham.
Sebelum masuk di suatu saham Anda juga harus memperhatikan rasio
risk/reward-nya, Apakah sudah sesuai atau belum, karena hal tersebut bisa
meminimalisir risiko trading Anda.

3. Tentukan Risk/Reward Ratio

Risk/Reward Ratio harus diterapkan pada setiap saham yang akan Anda
beli. Rasio minimal dalam Risk/Reward adalah 1:2. Misalnya, Saham WXYZ
saat ini berada di harga 100 dengan titik support berada di 90 dan Resistance
di harga 120, maka secara risk/reward Saham WXYZ dapat dibeli di harga 100
dengan Stop Loss di harga 90(-10%) dan Target Profit di harga 120(+20%).

4. Tentukan titik Exit

Titik Exit seharusnya sudah ditetapkan sebelum masuk di suatu saham


sesuai dengan risk/reward yang sudah di bahas diatas. Sebaiknya jangan
menentukan titik Exit pada saat proses trading berlangsung, karena emosi
Anda cenderung ikut terlibat ketika melakukan trading tanpa Exit point yang
jelas. Dalam melakukan penjualan atau keluar dari suatu saham Anda
dihadapkan dua kondisi, yaitu jual dalam keadaan rugi atau Cut Loss dan jual
dalam keadaan untung atau Take Profit.
Candlestick
Candlestick pertama kali digunakan di Jepang sekitar abad ke-17 untuk
menghitung pergerakan harga beras. Chart ini dipelopori oleh Munehisa
Homma, seorang pedagang beras pada masa itu. Kemudian, metode ini
dipopulerkan oleh Steven Nison melalui buku “Japanese Candlestick Charting
Techniques”.

Candlestick merupakan Chart yang menampilkan pergerakan harga


mencakup keseluruhan aspek yang terjadi pada perdagangan di pasar berupa
harga pembukaan (Open), harga terendah (Low), harga tertinggi (High), dan
harga penutupan (Close).

Bentuk candle merefleksikan dampak yang sedang terjadi di pasar.


Secara Umum, Terdapat dua pola pergerakan harga, yaitu naik/Bullish dan
turun/Bearish. Candle Bullish berwarna hijau yang berarti harga mengalami
kenaikan, Sedangkan Candle Bearish berwarna merah yang berarti harga
mengalami penurunan.

Membaca candlestick merupakan hal terpenting agar dapat membantu


Anda dalam mengambil keputusan jual/beli dan tentunya untuk memperoleh
profit. Gambar dibawah ini merupakan langkah awal untuk mempelajarinya.
Candlestick Patterns
Pola candlestick dapat diaplikasikan dengan prinsip penawaran (supply)
dan permintaan (demand). Prinsip tersebut akan merepresentasikan kondisi
psikologis antara penjual dan pembeli.

Candlestick Patterns memiliki bentuk yang beraneka ragam, tetapi


secara keseluruhan pola ini terbagi menjadi tiga jenis kelompok, yaitu Single
Candle Patterns, Two Candle Patterns, dan Three or More Candle Patterns.

Memahami candlestick pattern merupakan salah satu cara agar dapat


memperoleh profit saat trading, tetapi metode ini bukanlah metode satu-
satunya melainkan harus dikombinasikan dengan metode lain.

Basic Patterns

Doji

Basic Doji Gravestone Dragonfly Long


Doji Doji Legged Doji

Doji, Tipe ini hanya memiliki bentuk seperti garis karena harga pembukaan
sama dengan harga penutupan. Doji belum bisa membantu dalam memberi
keputusan jual dan beli karena bentuknya hanya merefleksikan harga
tengah dimana kekuatan antara pembeli dan penjual seimbang.
Marubozu

White/Green Black/Red
Marubozu Marubozu

Marubozu, Tipe Candlestick yang memiliki badan/body panjang, yang


berarti saat itu pasar berada dalam jangkauan yang lebar antara harga
pembukaan dan harga penutupan. Biasanya bentuk candle ini memiliki
ekor/bayangan yang pendek atau tanpa ekor/bayangan, hal tersebut
menandakan bahwa harga bergerak naik atau turun tanpa perlawanan.

Bullish Patterns

Single Candle Patterns

Hammer Inverted Hammer


Hammer, memiliki bentuk candle menyerupai palu, Hal ini disebabkan
adanya tekanan jual yang kuat (penjual memiliki kekuatan yang lebih besar
daripada pembeli) kemudian pembeli berusaha melawan tekanan dari penjual
selama perdagangan sampai akhirnya harga penutupan dekat dengan harga
pembukaan atau lebih tinggi.

Inverted Hammer, memiliki bentuk candle menyerupai palu terbalik, Hal


ini disebabkan adanya kekuatan pembeli yang lebih besar daripada penjual
kemudian penjual melepas barangnya kepada pembeli secara besar selama
perdagangan berlangsung yang mengakibatkan harga bergerak turun
setelah awalnya bergerak naik.

Bearish Patterns

Single Candle Patterns

Hanging Man Shooting Star

Hanging Man, memiliki bentuk menyerupai seorang pria yang menggantung,


pola ini juga mirip seperti “Hammer”, bedanya Hanging Man terjadi saat harga
sedang naik/uptrend. Pola ini biasanya menandakan adanya pembalikan arah
harga yang awalnya tren naik menjadi tren turun.
Shooting Star, bentuk candle ini sekilas mirip dengan “Inverted Hammer”,
hal yang membedakan keduanya adalah candle ini terjadi pada kondisi harga
yang sedang naik/uptrend, sedangkan Inverted Hammer terjadi pada kondisi
harga yang sedang turun/downtrend. Pola ini sering dianggap trader sebagai
peringatan bahwa adanya potensi suatu harga untuk berbalik arah (reversal).

Chart Patterns
Chart Patterns adalah pola atau bentuk pergerakan harga yang biasanya
terjadi secara berulang sehingga pola tersebut dapat dijadikan sebagai acuan
untuk memprediksi harga kedepannya. Terdapat tiga jenis Chart Patterns,
yaitu Reversal Patterns, Continuation Patterns, dan Bilateral Patterns.

Reversal Patterns
Reversal Chart Patterns merupakan pola yang menandakan adanya tren
pembalikan arah harga, biasanya terdapat di puncak harga (top reversal) atau
di dasar harga (bottom reversal).

Continuation Patterns
Continuation chart patterns merupakan pola yang menandakan tren
akan melanjutkan arah pergerakan harganya.

Bilateral Patterns
Bilateral chart patterns merupakan pola yang memiliki dua arah tren yaitu
melanjutkan pergerakan harga (Continuation) atau bergerak melawan arah
(Reversal).

Sebenarnya masih banyak lagi pembahasan tentang Candlestick &


Chart Patterns, tetapi supaya tidak terlalu banyak maka akan Saya
buatkan E-Book khusus tentang “Memahami Candlestick & Chart
Patterns”. Silahkan Anda download disini
Menentukan Support dan Resistance

Support adalah batas bawah harga atau bisa diibaratkan sebagai lantai,
dimana pada zona atau level tersebut saham cenderung tidak bisa turun lebih
rendah lagi dan berpotensi terjadinya pembalikan arah. Trader biasanya
menggunakan titik Support ini sebagai momen yang tepat untuk masuk ke
suatu saham.

Sedangkan, Resistance adalah batas atas harga atau bisa diibaratkan


sebagai atap, dimana pada zona atau level tersebut saham cenderung tidak
bisa naik lebih tinggi lagi dan berpotensi terjadinya pembalikan arah. Trader
biasanya menggunakan titik Resitance ini sebagai momen tepat untuk
menjual suatu saham.

Konsep Support & Resistance

 Semakin sering harga menyentuh titik S/R, maka titik S/R tersebut akan
semakin kuat
 Support bila ditembus akan menjadi Resistance
 Resistance bila ditembus akan menjadi Support

Ada tiga cara untuk menentukan Support & Resistance, yaitu Trend & Channel
Line, Moving Average, dan Fibonacci Retracement.

Trend & Channel Line


Trend saham adalah kecenderungan arah pergerakan harga yang terjadi
di pasar. Secara umum, tren pergerakan harga saham dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu uptrend, downtrend, dan sideways.

Konsep Dasar Trend

 Harga akan cenderung bergerak di dalam trend/channel yang terbentuk,


sampai suatu saat trend tersebut patah atau berhasil di tembus.
 Ketika trend/channel berhasil ditembus maka akan terbentuk trend baru
dan harga akan bergerak mengikuti trend baru tersebut.

Channel Line

Channel Line merupakan dua buah garis yang digambarkan di bagian


atas harga (Resistance Channel) dan di bawah harga (Support Channel).

Berbagai pola Channel yang terbentuk diantaranya sebagai berikut :

Uptrend Channel

Harga saham akan membentuk titik puncak/resistance yang lebih tinggi


(Higher High) dan lembah/support yang lebih tinggi (Higher Low) dari waktu
ke waktu.

Contoh Uptrend Channel pada saham LINK

Downtrend Channel

Harga saham akan membentuk titik puncak/resistance yang lebih rendah


(Lower High) dan titik lembah/support yang lebih rendah (Lower Low) dari
waktu ke waktu.
Contoh Downtrend Channel pada saham UNVR

Sideways Channel

Harga bergerak relatif stagnan tidak membentuk titik puncak/resistance


dan titik lembah/support yang lebih tinggi (Higher High) atau lebih rendah
(Higher Low).

Contoh Sideways Channel pada saham SIDO


Trend Line

Trend Line merupakan sebuah garis yang dapat digunakan untuk


mengetahui arah pergerakan harga. Hal penting yang perlu diperhatikan
mengenai Trend Line yaitu dibutuhkan minimal 2-3 titik puncak (peak) atau
lembah (trough) untuk menarik garis tren yang valid.

Berikut ini merupakan cara menggambar Uptrendline dan Downtrendline pada


suatu saham.

Menggambar Uptrendline

Hubungkan antara titik lembah/support yang lebih rendah ke titik lem-


bah/support yang lebih tinggi (Minimal 2-3 titik).

Contoh Uptrendline pada saham TBIG

Menggambar Downtrendline

Hubungkan antara titik puncak/resistance yang lebih tinggi ke titik pun-


cak/resistance yang lebih rendah (Minimal 2-3 titik).
Contoh Downtrendline pada saham INKP

Moving Average
Moving Average selain digunakan untuk menentukan arah tren bisa juga
digunakan sebagai level support dan resistance yang dinamis. Hal yang perlu
diketahui bahwa semakin kecil MA yang digunakan, maka volatilitas pergera-
kan garisnya semakin besar, biasanya sering terdapat pada saham-saham
yang memiliki tingkat volatilitas yang sangat tinggi. Sedangkan semakin besar
MA yang digunakan, maka volatilitas pergerakan garisnya akan semakin kecil.

Contoh Moving Average pada saham TLKM


Pada gambar diatas, Saham TLKM sedang berada dalam trend bullish.
Hal tersebut ditandai oleh pergerakan harganya yang selalu diatas MA 20 dan
selalu mengalami rebound ketika menyentuh garis MA 60, dimana MA 60 ini
bisa dibilang sebagai level support yang cukup kuat. Sampai Akhirnya, garis
MA 20 memotong garis MA 60 dan garis MA 150 dari atas ke bawah (Death
Cross) serta harga bergerak dibawah garis MA 150 (Support/Resistance kuat)
yang menandakan adanya perubahan arah tren.

Selama dua bulan saham ini berada dalam fase Konsolidasi/Sideways


dengan garis MA 150 sebagai titik resistance kuatnya, Kemudian harga
berhasil naik menembus garis MA 150 dan MA 20 berhasil memotong MA 60
dan MA 150 dari bawah ke atas (Golden Cross) menandakan bahwa saham
TLKM kembali berada pada trend bullish.

Fibonacci
Fibonacci merupakan barisan angka yang didapat dari penjumlahan dua
angka sebelumnya. Berikut contoh barisan Fibonacci.

0,1,1,2,3,5,8,13,21,34,55,89,144,233,377,610,987,1597,2584,4181,dst.

Dua angka diawal yaitu 0 dan 1, jika dijumlahkan akan menghasilkan


angka ketiga yaitu 1. Selanjutnya, angka kedua dan ketiga, jika dijumlahkan
akan menghasilkan angka keempat yaitu 2.

Yang menarik dari Konsep Fibonacci adalah adanya Rasio Emas atau
Golden Ratio, Rasio Emas merupakan hasil bagi dari angka-angka barisan
Fibonacci dimulai dari bilangan ke-14 memiliki proporsi yang hampir sama,
yaitu 1,618. Contohnya, 89/55= 1,618, 144/89= 1,618. Angka rasio emas
lainnya, yaitu 0,38. Angka ini didapat dari hasil pembagian antara angka
pertama dengan dua angka barisan Fibonacci setelahnya. Contohnya,
89/233=0,382, 144/377=0,382. Dan masih ada beberapa angka rasio emas
lainnya, seperti 0,236, 0,786, dan 1,382.
Terus Hubungannya dengan Analisis saham apa?

Beberapa angka Rasio Fibonacci digunakan untuk menentukan level


support dan resistance suatu saham, dimana ketika mendekati rasio tersebut
pergerakan sahamnya berpotensi mengalami pantulan. Semakin sering suatu
harga bergerak di range rasio tersebut, maka akan semakin valid.

Gambar dibawah merupakan cara mengatur Fibonacci dengan TradingView.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan Fibonacci :

 Mengetahui arah pergerakan harga suatu saham, apakah bergerak naik


(Uptrend) atau bergerak turun (Downtrend)
 Untuk dapat menggunakan Fibonacci, Anda harus mententukan level
swing low (titik terendah) dan level swing high (titik tertinggi)
 Level pantulan Fibonacci Retracement sering terjadi pada rasio 0,618
(61,8%), 0,5 (50%), dan 0,382 (38,2%)
 Level pantulan Fibonacci Extension sering terjadi pada rasio 1,382
(138,2%), 1,618 (161,8%), dan 2,414 (241,4%)
Oke sekarang mari kita coba mengaplikasikan Fibonacci Retracement
dalam menentukan titik pullback atau retrace suatu saham.

Gambar diatas merupakan contoh penggunaan Fibonacci Retracement


dari titik A (Swing Low) ke titik B (Swing High) untuk mengetahui level retrace
atau pullback-nya. Teknik Fibonacci ini cocok digunakan untuk saham yang
sedang mengalami fase Uptrend.

Contoh Fibonacci Retracement Uptrend pada saham TLKM

Sedangkan, Gambar dibawah merupakan contoh penggunaan Fibonacci


Retracement dari titik A (Swing High) ke titik B (Swing Low) untuk mengetahui
level Retrace atau pullback-nya. Teknik Fibonacci ini cocok digunakan untuk
saham yang sedang berada dalam fase Downtrend.

Dan, Berikut ini adalah contoh penerapannya.

Contoh Fibonacci Retracement Downtrend pada saham UNVR

Selain Fibonacci Retracement, Ada juga yang namanya Fibonacci


Extension. Sekarang mari kita coba mengaplikasikan Fibonacci Extension
dalam menentukan titik Resistance dan Support suatu saham.
Gambar diatas merupakan contoh penggunaan Fibonacci Extension dari
titik B (Swing High) ke titik C (Swing Low) untuk mengetahui level resistance
selanjutnya. Teknik Fibonacci ini cocok digunakan untuk saham yang sedang
mengalami fase Uptrend.

Contoh Fibonacci Extension pada saham BFIN

Sedangkan, Gambar dibawah merupakan contoh penggunaan Fibonacci


Extension dari titik B (Swing Low) ke titik C (Swing High) untuk mengetahui
level Support selanjutnya. Teknik Fibonacci ini cocok digunakan untuk saham
yang sedang berada dalam fase Downtrend.

Dan, Berikut ini adalah contoh penerapannya.

Contoh Fibonacci Extension pada saham BUKA

Penggunaan teknik Fibonacci akan lebih bagus jika Anda juga memahami
bentuk-bentuk Reversal Candlestick & Chart Pattern, dan juga dikombinasikan
dengan indikator lain, seperti Stochastic, MACD, Volume, dll.
Breakout dan Breakdown
Breakout adalah istilah yang digunakan ketika harga terus bergerak naik
menembus level resistance-nya. Ketika suatu saham berhasil breakout maka
garis resistance-nya akan dianggap menjadi garis support dan memiliki proba-
bilitas besar untuk terus melanjutkan kenaikannya.

Contoh Breakout pada saham TOWR

Sedangkan, Breakdown adalah istilah yang digunakan ketika harga bergerak


turun menembus level support-nya. Ketika suatu saham terjadi breakdown
maka garis support-nya akan dianggap menjadi garis resistance dan memiliki
probabilitas tinggi untuk terus melanjutkan penurunannya.

Contoh Breakdown pada saham LSIP


Selain istilah Breakout dan Breakdown, ada juga istilah False Breakout
dan False Breakdown. False Breakout adalah istilah yang digunakan ketika
suatu harga saham berhasil menembus level resistance-nya tetapi kembali
mengalami penurunan ke bawah level resistance-nya atau penembusan itu
hanya bersifat sementara.

Contoh False Breakout pada saham HMSP


Sementara itu, False Breakout adalah istilah yang digunakan ketika suatu
harga saham turun menembus level support-nya tetapi kembali mengalami
kenaikan ke atas level resistance-nya atau tembusnya level support itu hanya
bersifat sementara.

Contoh False Breakdown pada saham INDF


Indikator
Indikator merupakan perhitungan matematis atas riwayat harga saham
yang pada umumnya ditampilkan dalam bentuk garis maupun data grafik.
Indikator digunakan untuk memastikan hasil analisis Anda apakah memiliki
tingkat probabilitas yang tinggi.

Indikator pada umumnya adalah turunan dari open, low, high, close dan
volume yang terjadi di masa lalu, yang dapat digunakan untuk memprediksi
pergerakan harga di masa depan.

Jenis-Jenis Indikator :

Momentum Indicator
Merupakan Leading Indicator, karena indikator ini mengukur perubahan
kecepatan dari naik-turunnya harga yang biasanya mendahului sebuah pem-
balikan arah.

Contohnya :

 Commodity Channel Index (CCI)


 Relative Strength Index (RSI)
 Stochastic Oscillator

Trend Indicator
Merupakan Lagging Indicator, karena indikator ini hanya mengikuti per-
gerakan harga saja, sehingga hanya mencerminkan harga di masa lalu dan
mengukur kekuatan dari sebuah trend.

Contohnya :

 Moving Average (MA)


 Moving Average Convergence Divergence (MACD)

Market Strength Indicator


Indikator ini digunakan untuk mengukur kekuatan pasar yang sedang
terjadi.

Contohnya :

 Accumulation/Distribution
 Money Flow Index (MFI)
 On Balance Volume (OBV)

Volatility Indicator
Indikator ini memberikan informasi mengenai jangkauan harga serta
percepatan dan perlambatan yang terjadi.

Contohnya :

 Bollinger Band
 Average True Range (ATR)

Saya tidak akan membahas semua indikator yang sudah disebutkan


diatas, tetapi beberapa indikator saja yang sering digunakan oleh trader
untuk membantu mereka menganalisis suatu saham,yaitu Moving Average,
Volume, Stochastic, dan MACD.

Moving Average
Moving Average (MA) merupakan salah satu indikator Analisis Teknikal
yang cukup sering digunakan oleh trader. Moving Average adalah garis yang
merata-ratakan pergerakan harga saham dalam jangka waktu tertentu.
Misalnya, MA 20 berarti rata-rata pergerakan harga saham selama dua puluh
hari perdagangan kebelakang.

Moving Average adalah indikator yang bersifat lambat (Lagging). Yaitu,


Indikator yang berlandaskan pada peristiwa yang sudah terjadi atau hanya
menggambarkan data riwayat pergerakan harga. Moving Average tidak cocok
untuk memprediksi harga secara akurat, tetapi dapat digunakan untuk meng-
konfirmasi pergerakan harga.

Untuk trading jangka pendek biasanya seorang trader menggunakan MA


5, MA 10, dan MA 20. Sedangkan untuk jangka menengah biasanya seorang
trader menggunakan MA 60, MA 100, dan MA 200. Makin panjang periode
yang digunakan, maka akan semakin lambat pola pergerakan garis (Lagging)
dibandingkan pergerakan harganya.

Adapun Moving Average terbagi menjadi tiga, yaitu Simple Moving


Average (SMA), Exponential Moving Average (EMA), dan Weighted Moving
Average (WMA). Di antara Ketiganya, Simple Moving Average (SMA) yang
sering digunakan oleh trader karena memiliki perhitungan yang paling seder-
hana. Jadi, Disini Saya hanya membahas Simple Moving Average (SMA) saja.

Simple Moving Average dihitung dengan cara menjumlahkan deretan


harga penutupan (Close Price) pada periode waktu tertentu kemudian hasil
penjumlahan tersebut dibagi dengan periode waktunya. Misalnya, SMA 60
berarti hasil dari penjumlahan penutupan harga selama 60 hari perdagangan,
kemudian hasil penjumlahannya dibagi dengan 60.
Gambar diatas merupakan contoh penggunaan MA 60 sebagai sinyal beli
dan jual pada saham CPIN. Ketika pergerakan harga menembus dari atas ke
bawah maka dapat dijadikan sebagai sinyal jual, sedangkan ketika harga ber-
gerak menembus dari bawah ke atas maka dapat dijadikan sebagai sinyal beli.

Anda juga dapat menggunakan dua Moving Average sekaligus untuk


mengetahui kapan harga berbalik arah dan memberikan sinyal beli atau jual.
Pada contoh dibawah Saya menggunakan MA 20 (garis biru) dan MA 60 (garis
hitam). Ketika MA 20 memotong MA 60 dari atas ke bawah atau sering disebut
Death Cross, maka kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa harga akan berba-
lik arah dari Uptrend menjadi Downtrend dan dapat dijadikan sebagai sinyal
jual. Sedangkan, Ketika MA 20 memotong MA 60 dari bawah ke atas atau
Golden Cross, maka kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa harga akan ter-
jadi pembalikan arah dari Downtrend menjadi Uptrend dan dapat dijadikan
sebagai sinyal beli.

Volume
Volume merupakan salah satu indikator yang dapat memberi sebuah
validasi atas terjadinya suatu momen pada pergerakan harga. Volume dapat
mendeteksi besar-kecilnya jumlah penjualan atau pembelian saham.
Umumnya untuk mengukur besar-kecilnya volume biasanya menggunakan
Volume Moving Average 20 (VMA 20), yaitu Volume rata-rata selama dua
puluh hari perdagangan kebelakang.

Gambar diatas menunjukan saham BBYB berhasil menembus level


resistance-nya (Breakout) dengan volume yang cukup besar menandakan
bahwa Breakout atau penguatan tersebut lebih valid.

Sedangkan, Pada gambar dibawah menunjukan saham EMTK turun me-


nembus level support-nya (Breakdown) dengan volume yang cukup besar
menandakan bahwa Breakdown atau penurunan tersebut lebih valid.
Selain momen breakout dan breakdown, kenaikan atau penurunan harga
suatu saham dengan volume yang besar menandakan penguatan atau pelem-
ahan harga lebih valid.

Stochastic Oscillator
Stochastic Oscillator merupakan Indikator Momentum atau Leading
Indicator, karena indikator ini mengukur perubahan kecepatan dari naik-
turunnya harga yang biasanya mendahului sebuah pembalikan arah. Indikator
ini cocok digunakan untuk memprediksi pergerakan harga kedepannya. Dalam
Indikator Stochastic terdapat beberapa komponen penting, yaitu Garis %K,
Garis %D, Kondisi jenuh jual (Oversold), dan Kondisi jenuh beli (Overbought).

Garis %K (Signal Line) berfungsi untuk mengukur tingkat perubahan


harga saat ini, sering juga disebut Fast Stochastic. Garis %D (Trigger Line)
merupakan rata-rata dari Garis %K, sering juga disebut Slow Stochastic.
Kemudian, Kondisi jenuh beli (Overbought) menandakan pergerakan harga
sudah terlalu tinggi, sehingga cenderung memiliki potensi untuk turun atau
koreksi. Sebaliknya, Kondisi jenuh jual (Oversold) menandakan pergerakan
harga berada di level terendahnya, sehingga pergerakan harga cenderung
mengalami penguatan. Dalam indikator stochastic, level Overbought berada
diatas angka 80 dan level Oversold berada dibawah angka 20.
Gambar diatas adalah contoh penggunaan stochastic dalam memberikan
sinyal beli dan sinyal jual pada saham INCO. Ketika garis biru (Fast Stochastic)
memotong garis merah (Slow Stochastic) dari atas ke bawah atau Death Cross
dan berada pada kondisi jenuh beli (Overbought), Hal tersebut dapat dijadikan
sebagai sinyal jual karena pergerakan harga berpotensi mengalami
penurunan. Sedangkan, Ketika garis biru (Fast Stochastic) memotong garis
merah (Slow Stochastic) dari bawah ke atas atau Golden Cross dan berada
pada kondisi jenuh jual (Oversold), Hal tersebut dapat dijadikan sebagai sinyal
beli karena pergerakan harga berpotensi mengalami penguatan.

Selain memberikan sinyal beli dan sinyal jual, Indikator Stochastic juga
dapat memberikan informasi kekuatan sebuah tren pergerakan harga.

Pada pergerakan saham DMMX diatas, dapat dilihat bahwa Indikator


Stochastic berada di kondisi jenuh jual (Overbought) cukup lama, Hal tersebut
menandakan bahwa saham DMMX memiliki potensi Uptrend yang cukup kuat.

Sedangkan, Pergerakan saham LPCK pada gambar dibawah, mengalami


kondisi Downtrend yang kuat karena dilihat dari Indikator Stochasticnya
berada di kondisi jenuh jual (Oversold) cukup lama.
MACD
Moving Average Convergence Divergence (MACD) merupakan indikator
momentum atau bersifat lagging, sama seperti MA. Indikator ini digunakan
untuk melihat adanya perubahan trend dan mengukur kekuatan suatu trend
yang sedang berlangsung. Penggunaan MACD dan Stochastic hampir mirip,
hanya saja range MACD bisa bergerak naik tinggi dan turun dalam tanpa
adanya batasan, sedangkan Stochastic hanya bergerak dalam range 0-100.
Pada dasarnya, MACD didapat dari penghitungan Exponential Moving Average
(EMA) selama 12 hari dan 26 hari perdagangan terakhir atau dapat dirumus-
kan sebagai berikut.

Jika EMA 12 lebih besar dari EMA 26, maka MACD akan bernilai positif.
Sebaliknya, Jika EMA 12 lebih kecil dari EMA 26, maka MACD akan bernilai
negatif. Sekarang mari kita bahas lebih lanjut mengenai MACD.
Gambar diatas merupakan contoh penggunaan MACD pada Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). Di dalam gambar terdapat beberapa komponen
atau istilah penting yang akan dibahas satu per satu.

MACD Line dihitung dari pengurangan EMA selama 12 hari dan selama
26 hari perdagangan (EMA 12 – EMA 26), Periode MACD Line bisa disesuaikan.
Signal Line dihitung dari Exponential Moving Average selama 9 hari (EMA 9),
Periode Signal Line bisa disesuaikan. Bar MACD Histogram dihitung pengu-
rangan nilai MACD Line dengan Signal Line (MACD Line – Signal Line).

Bullish Crossover terjadi ketika MACD Line memotong Signal Line dari
bawah ke atas, Sebaliknya, Bearish Crossover terjadi ketika MACD memotong
Signal Line dari atas ke bawah. Convergence merupakan kondisi dimana
pergerakan harga berbanding lurus dengan pergerakan grafik MACD, Sedang-
kan Divergence merupakan kondisi dimana pergerakan harga berbanding
terbalik dengan pergerakan grafik MACD.

Selanjutnya, Wilayah MACD terbagi menjadi dua, yaitu Zona Positif atau
berada diatas dari garis 0 dan Zona Negatif atau berada dibawah garis 0. Jika
MACD bergerak cukup lama di zona positif/zona negatif, maka dapat dikata-
kan suatu trend sedang mengalami penguatan atau penurunan yang kuat.

Gambar diatas menunjukan pergerakan harga saham LINK yang sedang


berada dalam fase Uptrend cukup kuat (Strong Bullish), Hal tersebut dapat
dikatakan demikian karena Indikator MACD bergerak cukup lama di Zona
Positif.

Sedangkan, Pada gambar dibawah menunjukan Indikator MACD yang


bergerak cukup lama di Zona Negatif menandakan saham UNVR sedang bera-
da dalam fase Downtrend yang kuat (Strong Bearish).
Selain itu, Indikator MACD juga dapat memberikan sinyal pembalikan
arah. Dalam Indikator MACD terdapat istilah Divergence, yaitu pergerakan
harga berbanding terbalik dengan pergerakan grafik MACD. Ketika pergerakan
harga cenderung bergerak naik (membentuk higher high) tetapi grafik MACD
malah cenderung bergerak turun (membentuk lower high), Kondisi ini sering
disebut dengan Bearish Divergence. Sedangkan yang dimaksud dengan
Bullish Divergence adalah sebaliknya. Untuk contoh Bullish Divergence dan
Bearish Divergence silahkan perhatikan gambar dibawah.

Contoh Bullish Divergence pada saham BBRI, Di mana harga BBRI


mengalami penurunan tetapi grafik MACD mengalami penguatan. Hal tersebut
menunjukan adanya sinyal pembalikan arah dari Downtrend menjadi Uptrend.
Contoh Bearish Divergence pada saham TPIA, Di mana pergerakan harga
TPIA mengalami penguatan tetapi grafik MACD mengalami penurunan. Hal
tersebut menunjukan adanya sinyal pembalikan arah dari Uptrend menjadi
Downtrend karena trend kenaikan harga TPIA mulai mengalami pelemahan.

Catatan :
Ada banyak pilihan indikator yang dapat Anda gunakan, bahkan
terkadang hal tersebut membuat Anda menjadi bingung sendiri harus
menggunakan indikator yang mana?. Sebenarnya terlalu banyak
menggunakan indikator dalam menganalisis sebuah saham malah
menyebabkan analisis yang Anda lakukan menjadi semakin rumit
karena sinyal yang diberikan saling bertolak-belakang satu sama lain.

Nah, untuk menghindari hal tersebut, gunakanlah salah satu


indikator di tiap jenisnya dan kalian harus paham mengenai dasar dari
indikator itu sendiri, apa kelebihan serta kekurangannya.

Strategi Entry & Exit


Buy on Weakness
Buy on Weakness merupakan strategi trading yang paling sering
digunakan oleh trader, yaitu dengan membeli saham ketika harganya sedang
mengalami pelemahan atau sedang berada di level support-nya.
Gambar diatas merupakan contoh strategi Buy on Weakness/Support
pada saham BBKP. Dapat dilihat pergerakan saham BBKP beberapa kali
menyentuh area base support kemudian mengalami pantulan, hal tersebut
dapat dijadikan sebagai momen yang tepat untuk masuk karena area tersebut
dipercaya sebagai level support yang kuat. Dan benar saja, Beberapa hari
kemudian harga saham BBKP mengalami penguatan dan didukung volume
cukup besar.

Buy on Breakout
Buy on Breakout merupakan strategi membeli sebuah saham ketika har-
ganya berhasil menembus level resistance-nya atau sering disebut Buy High
Sell Higher. Jika dibandingkan dengan strategi Buy on Weakness memang
strategi ini sedikit terlambat untuk masuk di suatu saham, tetapi profit yang
diberikan juga lumayan.

Gambar diatas menunjukan saham BRIS yang berhasil menembus resis-


tance downtrendline didukung dengan volume jumbo menandakan bahwa
momen breakout tersebut lebih valid dan memiliki probabilitas besar untuk
melanjutkan kenaikannya. Hal tersebut merupakan momen yang tepat untuk
melakukan strategi Buy on Breakout.
Sell on Strength
Sell on Strength atau Sell on Resistance merupakan istilah atau strategi
yang digunakan oleh trader dengan melakukan penjualan suatu saham yang
sedang mengalami penguatan secara signifikan atau sedang berada di level
resistance-nya.

Gambar diatas merupakan contoh strategi Sell on Strength/Resistance


pada saham BBTN. Terlihat bahwa saham BBTN sedang mengalami penguatan
atau berada di level resistance-nya, Kondisi ini sangat tepat untuk melakukan
Taking Profit atau merealisasikan profit yang sudah didapat karena secara pe-
rgerakan harga mulai menandakan adanya pembalikan arah ditandai dengan
munculnya beberapa pola reversal candlestick dan terjadinya Death Cross
pada indikator stochastic.

Sell on Breakdown
Sell on Breakdown adalah strategi menjual saham karena harganya ber-
gerak turun menembus level support-nya. Strategi ini biasanya terdapat pada
saham yang awalnya sedang mengalami fase uptrend, tetapi ketika perge-
rakan harga tersebut bergerak turun menembus support trendline-nya maka
dapat dikatakan saham tersebut mengalami pembalikan arah (Reversal).
Gambar diatas menunjukan saham GGRM yang awalnya bergerak minor
uptrend tetapi ketika harga bergerak turun menembus support trendline-nya
didukung dengan volume yang cukup besar, maka dapat dikatakan momen
breakdown tersebut valid dan memiliki potensi besar melanjutkan penurunan.
Strategi Sell on Breakdown ini harus dilakukan oleh seorang trader untuk
tetap menjaga aset mereka supaya tidak jatuh lebih dalam lagi.

Mengetahui Likuiditas Saham


Secara sederhana, Likuiditas saham dapat diartikan sebagai seberapa
sering suatu saham ditransaksikan pada periode tertentu. Semakin sering
suatu saham ditransaksikan, maka akan semakin baik karena saham tersebut
dianggap memiliki tingkat likuiditas yang tinggi. Saham yang memiliki tingkat
likuiditas tinggi ditandai dengan besarnya Nilai Kapitalisasi Pasar (Market Cap)
dan selalu adanya antrian order pada setiap fraksi-fraksi harga di bid price
dan offer price. Volume perdagangan dan Frekuensi transaksi juga mencer-
minkan tingginya minat pasar. Saham dengan tingkat likuiditas rendah biasa-
nya ditransaksikan dengan volume yang kecil, Anda sebaiknya menghindari
saham tersebut karena membelinya gampang tetapi ketika menjualnya susah.
Gambar diatas merupakan contoh Order Book OLT esmart (BNI Sekuritas)

Order Book
Order Book adalah tampilan order jual-beli saham bersifat dinamis atau
selalu diperbarui secara real-time setiap hari yang didalamnya terdapat harga
pasar,harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah, volume transaksi,
kepadatan antrian transaksi, dan lainnya.

Istilah-Istilah pada tampilan Order Book :

Last

Harga terakhir saham tersebut diperdagangkan.


Prev
Harga Penutupan pada Hari Bursa sebelumnya yang menjadi patokan pada
pembukaan perdagangan keesokan harinya
Average Price
Harga rata-rata saham ditransaksikan pada hari tersebut
Change (+/-)
Poin kenaikan atau penurunan harga (last-prev)
Open
Harga pembukaan saham tersebut
Close
Harga penutupan saham tersebut
L.High
Batas atas kenaikan harga (ARA)
High
Harga tertinggi dari suatu pergerakan saham pada perdagangan hari tersebut
Low
Harga terendah dari suatu pergerakan saham pada perdagangan hari tersebut
L.Low
Batas bawah penurunan harga (ARB)
Bid
Harga yang diajukan oleh pihak pembeli saham
Bid Vol
Jumlah lot pembelian sesuai fraksi harga
Bid Freq
Jumlah antrean transaksi pembelian yang ordernya masih aktif
Ask/Offer
Harga yang ditawarkan oleh pihak penjual saham
Ask/Offer Vol
Jumlah lot penjualan sesuai fraksi harga
Ask/Offer Freq
Jumlah antrean transaksi penjualan yang ordernya masih aktif
Turnover
Total perputaran uang yang terjadi pada perdagangan hari tersebut
Volume
Jumlah lembar saham yang berhasil (done/match) diperdagangkan pada hari
tersebut
Freq
Jumlah transaksi jual-beli saham yang sudah berhasil pada hari tersebut

Fraksi Harga

Perdagangan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai harus dalam satuan


perdagangan efek, yaitu satu lot atau 100 lembar. Sedangkan di Pasar Nego-
isasi tidak menggunakan satuan perdagangan. Berikut ini merupakan satuan
perubahan harga sesuai dengan Peraturan II-A-Kep-00023/BEI/04-2016 :

Fraksi Harga dan maksimum perubahan diatas berlaku untuk satu hari
perdagangan dan disesuaikan pada hari perdagangan berikutnya. Maksimum
perubahan harga dapat berubah sepanjang pergerakan harga tidak melewati
batas auto rejection.

Jadi, Harga saham yang berada diatas Rp5.000 pergerakan harganya


menjadi Rp5.025; Rp5.050; Rp5.075; Rp5.100; dan seterusnya. Sedangkan,
Harga saham yang berada di antara Rp500 dan Rp2.000 pergerakan harganya
menjadi Rp500; Rp505; Rp510; Rp515; Rp520; dan seterusnya.

Setelah membahas istilah-istilah dalam order book dan fraksi harga,


Saya akan memberikan beberapa hal yang membedakan saham likuid dan
tidak likuid beserta contoh sahamnya.
Contoh Saham Likuid

Order Book Saham BBNI

Contoh Saham Tidak Likuid

Order Book Saham AKPI


Kesimpulan tingkat likuiditas saham BBNI dan AKPI
 Kolom bid/offer saham BBNI sangat rapi sesuai dengan fraksi harganya,
yaitu kelipatan Rp25 di setiap kolomnya. Sedangkan kolom bid/offer
saham AKPI ada yang kosong jika dilihat berdasarkan fraksi harganya,
Harga AKPI berada di fraksi harga kelipatan Rp5, pada gambar diatas
terdapat kolom harga yang kosong, yaitu Rp585; Rp595; Rp625; dan
Rp635.
 Jumlah lot antrean pembelian/penjualan pada saham BBNI jumlahnya
banyak dan tersebar secara merata di setiap fraksinya. Sedangkan
Jumlah lot antrean pembelian/penjualan pada saham AKPI jumlahnya
sedikit dan tidak tersebar secara merata atau hanya terfokus pada fraksi
harga tertentu.

Kenapa Likuiditas begitu penting?

Begini, kalau Anda berjualan di tempat yang sepi apakah barang yang
anda jual akan cepat laku dan penjualan tersebut menguntungkan? Tentu
tidak. Karena ada kalimat atau pepatah yang mengatakan “Jangan berjualan
di tempat yang sepi peminat”. Terus hubungan cerita diatas dengan saham
apa?, Ya balik lagi, Trading dan Berdagang adalah hal yang serupa, lembar
saham yang Anda jual sama seperti barang dagangan pada umumnya. Jadi,
kemudahan dalam menjual kembali lembaran saham yang sudah Anda beli
itulah yang dimaksud dengan likuiditas.

Saran Saham Untuk Pemula

Trader atau Investor pemula disarankan untuk membeli saham-saham


yang memiliki tingkat likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar (big caps).
Bursa Efek Indonesia (BEI) sendiri sudah mengkategorikan saham-saham
yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi besar serta didukung oleh fun-
damental perusahaan yang baik ke dalam bentuk indeks saham, seperti LQ45,
IDX30, dan IDX80.
Untuk melihat saham apa saja yang masuk ke dalam Index LQ45, IDX30, dan
IDX80. Silahkan kunjungi link dibawah ini :

https://www.idx.co.id/data-pasar/data-saham/indeks-saham/

Pentingnya Cut Loss !!


Sebagai Investor atau Trader, baik pemula maupun yang sudah lama di
bursa pastinya sudah tidak asing dengan istilah Cut Loss, yakni menjual rugi
saham pada harga yang lebih rendah dibandingkan pada saat membeli.

Secara definisi, Cut Loss berarti memotong (cut) kerugian (loss), yaitu
upaya yang dilakukan oleh seorang investor atau trader untuk mencegah agar
aset yang dimiliki tidak mengalami kerugian lebih besar lagi. Artinya, ketika
Anda melakukan Cut Loss, maka tujuannya bukan untuk merealisasikan
kerugian, tetapi mencegah kerugian yang bisa saja lanjut lebih besar.

Misalnya, Anda membeli saham ABCD di harga 1000, Setelah satu


minggu saham ABCD turun ke harga 940. Sebelum membeli sahamnya Anda
sudah menetapkan maksimal risiko yang dapat diterima yaitu (-5%). Karena
saham ABCD sudah melewati batas risiko, maka terpaksa Anda harus
menjualnya di harga 940 dengan kondisi rugi (-6%). Hal inilah yang disebut
dengan Cut Loss.

Cut Loss wajib dilakukan oleh Trader maupun Investor untuk menjaga
modal mereka, tanpa adanya disiplin ketat dalam penggunaan Cut Loss, maka
Seorang Trader atau Investor tidak memiliki pengaman yang menjaga modal
mereka jika sewaktu-waktu terjadi suatu hal di luar dugaan, seperti Krisis
Finansial, Pandemi, Perusahaan mengalami penurunan kinerja, dan lainnya.
Oleh karena itu, Cut Loss sering diibaratkan sebagai rem ketika seseorang
sedang mengemudi. Bayangkan kalau Anda sedang mengemudikan mobil
dengan kecepatan tinggi tanpa adanya rem, sudah tahu kan bagaimana akhir
ceritanya?

Dibawah ini adalah tabel yang harus diterima ketika Anda tidak disiplin dalam
menggunakan Cut Loss.

Penurunan Profit untuk Balik Modal (BEP)


-10% +11%
-20% +25%
-50% +100%
-80% +400%
-99% +9900%

Misalnya, Anda mempunyai uang sebesar 100 Juta Rupiah. Kemudian


Anda menghabiskan uang tersebut untuk membeli saham ABCD di harga 100.
Sebelum membeli saham tersebut Anda sudah menetapkan batas risiko yang
dapat diterima yaitu (-10%). Setelah satu bulan harga saham tersebut turun
ke harga 85, dimana harga tersebut sudah melewati batas risiko yang sudah
ditetapkan. Tetapi Anda tetap memegang saham tersebut karena tidak disiplin
dalam menggunakan Cut Loss atau takut harus menjualnya dengan kondisi
rugi -15% dari modal awal. Dua bulan kemudian saham ABCD turun ke harga
50, Kondisi Anda yang awalnya hanya -15% sekarang menjadi -50% dari
modal awal atau uang Anda tersisa 50 Juta dari awalnya 100 Juta. Untuk
mengembalikan modal awal, Anda harus menjualnya kembali di harga 100,
Dengan harga sekarang berarti Anda harus memperoleh profit 100%!! untuk
menjualnya di harga BEP.

Bayangkan kalau Anda melakukan Cut Loss di harga 85 dan membeli


kembali di harga 50 menggunakan sisa uang Cut Loss tadi, yaitu 85 Juta.
Ketika saham tersebut naik kembali ke harga 100, uang Anda yang awalnya
-15 Juta dari modal malah menjadi 170 Juta atau profit 70 Juta dari modal
awal (+70%). Jadi, Disiplin dalam menggunakan Cut Loss itu Penting !!!.

Lalu bagaimana cara menentukan titik Cut Loss ketika membeli sebuah
saham?. Pertama, dengan menggunakan persentase penurunan harga yang
dapat ditoleransi berdasarkan harga belinya. Kedua, menggunakan level
support sebagai titik Cut Loss jika harga saham turun dibawah level support-
nya.

Apakah Cut Loss adalah sebuah kegagalan dalam melakukan trading


atau investasi? Jawabannya adalah tidak. Cut Loss dalam melakukan trading
atau investasi merupakan sebuah bentuk mengakui kesalahan dan dengan
melakukan Cut Loss dana yang sebelumnya terkunci bisa dipakai untuk mem-
beli saham potensial lainnya.
Terimakasih telah membaca E-Book ini sampai habis !
Untuk pembahasan lebih lanjut tentang saham dan instrumen
investasi lainnya silahkan klik disini
E-Book Bahas Investasi lainnya bisa kalian dapatkan disini
Untuk Mendukung Penulis, Anda bisa donasi melalui platform ini
Ayo Mulai Berinvestasi Sekarang !
Investasi Saham dan reksa dana lewat aplikasi AJAIB, dapatkan reksa dana
gratis dengan menggunakan kode referral "alfi283" atau klik disini

Investasi Saham Amerika lewat aplikasi GoTrade, dapatkan saldo 2$ gratis


dengan menggunakan kode “805815” atau klik disini

Investasi Reksa dana lewat aplikasi BIBIT, dapatkan Cashback Rp 25rb


dengan menggunakan kode referral "bahasinvestasi"

Trading Cryptocurrency lewat aplikasi TOKOCRYPTO, gunakan kode


referral "YWW96YN9"

Trading Cryptocurrency lewat aplikasi BINANCE, gunakan kode referral


"MBTEQJZ9"

Trading Cryptocurrency lewat aplikasi INDODAX, Silahkan klik disini


Disclaimer On
Segala bentuk keuntungan maupun kerugian yang terjadi menjadi tanggung
jawab penuh investor dan merupakan bagian dari risiko fluktuasi pasar.
Apabila E-Book ini bermanfaat, Silahkan bagikan ke grup media sosial Anda
sebagai bentuk apresiasi terhadap penulis.

Terimakasih! 😉

Anda mungkin juga menyukai