Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muldani

Nim : 23814010

Kelas : PIPS 1A

KAMPUNG ADAT MIDUANA

1. Kepercayaan/Religi Masyarakat Kampung Adat Miduana

Bagi warga adat Miduana kepercayaan terhadap Tuhan berjalan seiring dengan penghormatan pada
alam.

Tatar Parahyangan mempunyai banyak kekayaan kampung adat yang masing-masing memiliki pesona
dan menjaga kearifan lokal. Salah satu di antaranya Kampung Adat Miduana di Desa Balegede,
Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.Ada dua akses jalan yang bisa dilalui untuk tiba di
kampung adat ini. Yakni melalui jalur selatan dengan jarak 172 kilometer atau melalui Kabupaten
Bandung yang jaraknya lebih dekat yakni sekitar 122 kilometer dari Bandung. Kampung yang berada
dalam lingkup hawa sejuk khas pegunungan ini mempertahankan rumah-rumah tradisionalnya. Warga
masih mengenakan pakaian adat, lengkap dengan totopong atau ikat kepala asli Sunda. Dusun Miduana
terhampar dalam areal 1041 hektare per segi, meliputi 11 Rukun Tetangga (RT) dan 4 Rukun Warga (RW)
yang dihuni oleh 280 Kepala Keluarga (KK) terdiri atas 557 laki-laki dan 650 perempuan atau sekitar
1.207 jiwa.Bagi warga adat Miduana kepercayaan terhadap Tuhan berjalan seiring dengan
penghormatan pada alam.Upacara Kuramasan menjelang Ramadan di Kampung Adat Miduana Tatar
Parahyangan mempunyai banyak kekayaan kampung adat yang masing-masing memiliki pesona dan
menjaga kearifan lokal. Salah satu di antaranya Kampung Adat Miduana di Desa Balegede, Kecamatan
Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Ada dua akses jalan yang bisa dilalui untuk tiba di kampung
adat ini. Yakni melalui jalur selatan dengan jarak 172 kilometer atau melalui Kabupaten Bandung yang
jaraknya lebih dekat yakni sekitar 122 kilometer dari Bandung. Kampung yang berada dalam lingkup
hawa sejuk khas pegunungan ini mempertahankan rumah-rumah tradisionalnya. Warga masih
mengenakan pakaian adat, lengkap dengan totopong atau ikat kepala asli Sunda. Dusun Miduana
terhampar dalam areal 1041 hektare per segi, meliputi 11 Rukun Tetangga (RT) dan 4 Rukun Warga (RW)
yang dihuni oleh 280 Kepala Keluarga (KK) terdiri atas 557 laki-laki dan 650 perempuan atau sekitar
1.207 jiwa. Seluruh mata pencaharian warga Dusun Miduana masih mengandalkan sektor pertanian dan
masih kukuh menjalankan ‘tetekon’ atau aturan tradisi tata kelola pertanian yang dijalankan secara
turun temurun. Meskipun kini ada di antara penduduk yang selain bertani juga berusaha di sektor lain
untuk meningkatkan kesejahteraanya, seperti berdagang dan membuka usaha kecil lainnya.

Menurut Ketua Yayasan Lokatmala Wina Rezky Agustina Kampung Adat Miduana tak lepas dari
sejarah panjang selepasnya runtuhnya Pajajaran. LSM ini aktif dalam melestarikan kebudayaan Cianjur,
termasuk kampung adat. “Kami telah melakukan penelitian kecil di sana dan hasilnya telah disampaikan
kepada Pemerintah Kabupaten Cianjur. Dari penelitian itulah akhirnya muncul dukungan regulasi untuk
pelestarian dan revitalisasi Kampung Adat Miduana melalui Perbup No 26 Tahun 2022 tentang
Penetapan Kampung Adat di Cianjur,” papar Wina ketika dihubungi Koridor pada Selasa, 30 Agustus
2022. Kehadiran Kampung Adat Miduana bisa menjadi daya tarik tersendiri. Pasalnya, di lokasi tersebut
juga terdapat berbagai peninggalan atau situs yang perlu dilestarikan dan dirawat. Di antaranya, Situs
Batu Rompe yang diyakini warga sebagai sisa peninggalan ribuan tahun lampau, berupa batu menhir
yang sudah hancur berkeping, diduga akibat bencana. Tak jauh dari lokasi Batu Rompe terdapat Arca
Cempa Larang Kabuyutan yang dipercaya warga setempat sebagai peninggalan kerajaan Sunda, berusia
lebih dari 2.000 tahun. Di kedusunan adat Miduana juga terdapat Kampung Kubang Bodas yang hingga
kini masih memelihara adat istiadat kesundaan yang kuat. Terdapat juga situs Goa Ustrali atau Goa
Australia. Namun untuk mencapai lokasi-lokasi tersebut dibutuhkan persiapan dan perlengkapan
perjalanan memadai karena medannya cukup menantang. Menurut sesepuh adat di sana dulu ada 99
rumah adat di Miduana. Sayang sekarang tinggal 21 rumah yang masih tersisa. Penyebabnya, mungkin
karena mulai pudarnya semangat merawat adat di sana, selain abainya kita dalam membantu mereka
untuk bisa tetap eksis menjaga adat. Padahal dari sisi ajaran adat, mereka memiliki pikukuh karuhun
mereka yang disebut dengan Dongdonan Wali Salapan. Dongdonan Wali Salapan (Petunjuk Sembilan
Wali) ini berisi tentang semacam ‘tatali paranti’ dalam melakukan berbagai praktik kehidupan sehari-
hari mulai dari kegiatan pertanian, penyembuhan hingga keagamaan. Kesembilan ‘dongdonan’ itu
antara lain : Ciungwanara, Lutungkasarung, Piit Putih, Heulang Rawing, Singa Batara, Batara Singa,
Rambut Sadana, Sapujagat dan Balung Tunggal. “Dugaan kami sementara Dongdonan Wali Salapan itu
mengacu pada sembilan kepala keluarga atau umpi saat Dusun Miduana dibuka setelah peristiwa Jogol
Alas Roban,” imbuh Wina. Di dalamnya juga terdapat petunjuk dan doa-doa buhun atau mantra saat
mengurus lahan pertanian, memelihara peternakan, pernikahan atau perjodohan, marak atau
menangkap ikan di sungai, syukuran hingga pedoman beradaptasi dengan lingkungan baru. Bagi warga
adat Miduana kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa hendaknya harus seiring dengan
pemeliharaan dan penghormatan terhadap alam dan lingkungan. Sehingga akan banyak ditemukan
istilah pamali terhadap sesuatu yang dilarang dan berpotensi merusak alam dan lingkungan di sekitar
wilayah tersebut. “Mereka masih kukuh terhadap ajaran adat. Beberapa ritus adat masih dijalankan
yang isinya saling berkesinambungan dengan cara mereka dalam menjaga alam,” pungkasnya. Rustiman
para wisatawan yang membawa mobil bila ingin berkunjung hanya bisa sampai di Camping Ground.
Pemandangan di lokasi itu tentu sangat indah, bahkan dari ketinggian kita bisa melihat jelas hamparan
lahan persawahan dan perbukitan indah. “Yang bawa mobil hanya sampai camping ground, kita siapkan
spot foto juga dengan latar belakang pemandangan yang indah,” ucap Rustiman seperti dikutip dari
Detik. Kemudian untuk mencapainya bisa berjalan kaki selama 1,5 jam atau mengendarai sepeda. motor
yang hanya menghabiskan waktu 30 menit.

2. Bahasa adat oleh Masyarakat kampung Adat Miduana

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat kampung adat miduana ini ialah bahasa yang
digunakan oleh masyarakat sekitar pada umumnya.

3. Sistem masyarakat/Organisasi sosial Masyarakat Kampung Adat Miduana


Kampung Adat Miduana menganut sistem dinasti secara turun temurun. Menurut (Fikri, 2022) situs
adat yang dimiliki oleh Kampung Adat Miduana masih terjaga kelestariannya selama ribuan tahun lalu.
Pada situs adat ini dapat ditemukan kepingan menhir. Terdapat batu rompe di situs Area Campa Larang
Kabuyutan yang telah berusi 2000 tahun bekas peninggalan Kerajaan Sunda serta juga ada di Kampung
Kubang Bodas yang terdapat Goa Australi dan Ustrali. Hal ini dikarenakan kekuasaan raja yang menjabat.
Prasasti dalam situs peninggalan kuno pada penelitian ini digolongkan pada panopticon. Menurut
Foucault dalam (Alnoza, 2022), bentuk panopticon dilihat sebagai aturan atau mekanisme perintah yang
diatur oleh penguasa, sehingga yang diperintah selalu bertindak sesuai dengan kehendak dan
kepentingan raja ataupun penguasa. Istilah pada kata “disiplin” mempunyai prinsip yang sah.

4. Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Kampung Adat Miduana

Warga Kampung Adat Miduana mayoritas merupakan petani, hektaran sawah di sekeliling kampung
menjadi mata pencaharian utama warga. Selain petani padi, ada juga warga yang menjadi penyadap
aren. Tata cara menanam padi pun masih secara tradisional, bahkan ada tradisi yang tetap dipegang dan
tidak boleh dilanggar saat menanam. "Pantrangan atau larangan di sini tidak boleh tanam padi dengan
ketan di bagian paling atas ladang. Kalau dilanggar dipercaya akan menimbulkan penyakit. Jadi selain
ada tata cara yang dilakukan secara tradisional, juga ada hal yang tidak boleh dilaggar jika bertani,"
jelasnya Rustiman. Dalam mengolah padi menjadi beras, warga juga masih melakukannya secara
tradisional. "Warga sini masih pakai lisung dan alu untuk tumbuk padi menjadi beras," tuturnya.

5. Sistem peralatan hidup dan teknologi Masyarakat Kampung Adat Miduana

Selama ratusan tahun warga kampung adat yang tertutup dari kemajuan dan teknologi termasuk
pemberitaan media ungkap Yayat, membuat pembangunan terhambat, tapi tidak untuk pendidikan
karena banyak anak keturunan kampung adat yang sudah menempuh pendidikan hingga sarjana.
Selama ini juga anak keturunan menjaga agar kampung itu tidak banyak didatangi orang luar karena
adat istiadatnya berbeda dengan luar kampung. Namun dengan adanya pembinaan dari Yayasan
Lokatmala dan Pemkab Cianjur, semua warga siap untuk membuka diri. Sedangkan terkait revitalisasi
yang akan dilakukan, sebagai tokoh adat dan atas musyawarah dengan warga kampung menyatakan
kesiapan untuk membuka diri terhadap pembangunan termasuk memperbaiki kembali sembilan
suhunan atau rumah adat yang ada di pusat perkampungan.

6. Sistem pengetahuan Masyarakat Kampung Adat Miduana

Kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat Kampung Adat Miduana berupa ramuan-ramuan dan
pengobatan tradisional menggunakan leuhang serta sistem pewarisan pengetahuan secara turun-
temurun dan menggunakan sistem karuhun. Pengetahuan tradisional atau kearifan masyarakat Desa
Adat Miduana dalam memanfaatkan sumber daya tumbuhan sebagai obat merupakan hal yang perlu
dikaji agar tetap lestari.
7. Kesenian Masyarakat Kampung Adat Miduana

Kesenian yang masih dipertahankan hingga saat ini seperti Wayang Gejlig, Nayuban dan Lais selain
wayang golek, calung, rengkong, reog, tarawangsa, patun buhun dan lain-lain yang merupakan warisan
dari para leluhur kampung.

Fakta-fakta Adat kampung Miduana dan kaitannya dengan "Man Ecological Dominant"

Terdapat rencana pengembangan wisata alam dan budaya Kampung Adat Miduana sehingga perlu dikaji
tentang pola penggunaan lahan yang merupakan aspek penting untuk perencanaan pengembangan
wisata yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola penggunaan lahan
berdasarkan klasifikasi tipe penggunaan lahan dan pola organisasi ruang dan persepsi terhadap
penggunaan lahan masyarakat serta elemen mental map Kampung Adat Miduana. Data dikumpulkan
dengan menggunakan metode pemetaan partisipatif melalui deliniasi visual, Ground Check Point,
wawancara mendalam, dan kuesioner analisis pola penggunaan lahan, uji chi-square dan mann-whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kampung Adat Miduana klasifikasi atas klasifikasi penggunaan
lahan Miduana berupa kebun campuran, sawah, hutan, semak belukar, pemukiman, dan ladang dengan
pola organisasi ruang atas pola ruang mikro, meso, dan makro. Persepsi dipengaruhi oleh karakteristik
responden dengan tingkat persepsi terhadap penggunaan lahan yang tinggi. Terdapat elemen-elemen
mental map (path, distrik, edge, node, dan landmark) yang membentuk wilayah Kampung Adat Miduana
yang diperoleh berdasarkan tingkat imajinasi setiap elemen.

Anda mungkin juga menyukai