Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAHASA SUNDA
BAB 1
10 KAMPUNG ADAT SUNDA

Disusun oleh:
PAZAR
XII TKJ 2

KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN


SMK NEGERI 6 GARUT
2023/2024
1.Kampung Adat Naga

https://wikimedia.org/

Kampung Naga merupakan sebuah kampung yang berada di kampung Neglasari,


kecamatan Salawu, kabupaten Tasikmalaya.Sejumlah potensi yang dimiliki oleh kampung
naga ini antara lain adalah kearifan lokal masyarakatnya, pesona arsitektur bangunan khas
Sunda yang masih lestari, dan kekayaan alam berupa pemandangan alamnya yang asri dan
memukau.

Masyarakat kampung naga selalu menghormati dan menjaga alam sekitar, hal ini
terbukti dari adanya hutan larangan.Masyarakat kampung naga bahkan siapa pun dilarang
atau pamali untuk mengusik hutan tersebut. Bahkan, dari dulu hingga sekarang, hutan
tersebut tetap terjaga keasriannya. Keasrian alam yang ada di kampung Naga terjaga karena
masyarakatnya masih mempertahankan pesan leluhur yang mengajarkan bahwa manusia
harus bisa hidup selaras dengan alam.Hal ini pulalah yang menjadikan bentuk rumah di
kampung Naga berbeda dengan bentuk rumah yang ada di daerah lain.

Seluruh komponen rumah yang ada di kampung Naga terbuat dari alam. Tak ada semen
atau besi yang dijadikan bahan konstruksi.Selain itu bentuk rumah yang seragam menjadikan
kampung Naga memiliki keunikannya sendiri.Bahan bangunan yang dipakai untuk
membangun rumah antara lain adalah kayu, bambu, daun nipah, ijuk atau alang-
alang.Sebagian besar masyarakat kampung Naga memeluk agama Muslim dan di kampung
Naga ini memiliki kesenian tradisional seperti terbang sejak, terbang gembrang, dan
angklung.
2. Kampung Adat Ciptagelar

https://disparbud.jabarprov.go.id/

Secara administrasi kampung adat Ciptagelar berada di kaki gunung Halimun-Salak


masuk wilayah kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa barat.Namun demikian
orang-orang lebih sering memanggil daerah ini dengan sebutan kampung Kasepuhan
Ciptagelar.

Kampung ini dipimpin oleh seorang tetua ada yang bernama Abah Ugi Sugriana
Rakasiwi.Para wisatawan yang datang ke tempat ini akan mendapat pemandangan luar biasa
berupa ornamen rumah panggung khas Sunda yang memiliki teknologi tradisional tahan
terhadap gempa.

Hampir setiap bagian dari rumah adat di Kampung Adat Ciptagelar memiliki maknanya
sendiri.Contoh atap dari rumbia yang tersusun bertumpuk mengandung makna bahwa
manusia harus mau hidup saling melengkapi dan saling berdampingan.

Kemudian tiang rumah yang kokoh dan bercabang mengandung pesan bahwa manusia
dalam hidupnya harus kuat dan mempunyai inovasi dan pola berpikir yang tidak sama, tetapi
tetap harus mempunyai akar yang sama.
3. Kampung Adat Cikondang

https://wikimedia.org/

Kampung Adat Sunda Jawa Barat berikutnya ini berada kota Bandung yang secara
administrasi masih merupakan wilayah di kelurahan Lamajang yang merupakan salah satu
desa di kecamatan Pangalengan.Pernah terjadi kejadian memilukan di kampung ini, tepatnya
di tahun 1942 terjadi sebuah kebarakan hebat yang menghanguskan sebagian besar rumah
yang ada di sana.

Konon hanya satu rumah yang tersisa, dan rumah yang tersisa ini usianya telah hampir
200 tahun.Jika dibandingkan dengan rumah adat lainnya yang ada di sana. Rumah yang
disebut dengan rumah Adat Cikondang ini akan terlihat lebih tinggi diantara yang lainnya.

Ciri khas yang dimiliki rumah ada ini adalah atapnya yang menjulang dan bahan
atapnya dari rumbia yang disusun secara bertumpuk.Di kampung ini kamu akan dapat
menyaksikan makam keramat, hutan yang dikeramatkan, lesung, dan lumbung padi serta
balai pertemuan yang bentuknya sangat khas Sunda.
4. Kampung Adat Mahmud

https://wikimedia.org/

Kampung Mahmud merupakan contoh Kampung Adat Sunda Jawa Barat yang menjadi saksi
bisu dari pusat penyebaran agama islam di daerah PrianganPerlu kamu tahu kampung Mahmud ini
masih berada di kota Bandung, tepatnya di desa Mekar Rahayu, kecamatan Margaasih.Diperkirakan
kampung adat ini telah berdiri semenjak abad ke-17. Seperti kampung adat lainnya yang ada di daerah
Jawa Barat.

Bentuk rumah yang ada di kampung adat ini sangat khas Sunda yakni rumah yang
dibuat panggung dengan atap menjulang, serta menggunakan rumbia sebagai bahan penutup
atapnya.Sebagai salah satu pusat awal berkembangnya ajaran islam di daerah Priangan, tidak
aneh apabila di kampung ini sangat kuat nilai-nilai keislamannya

Selain itu di kampung ini terdapat pula makam dari seorang ulama besar di masanya
yang bernama Eyang Abdul Manaf.Bagi kalangan masyarakat yang tinggal di sana, nama ini
merupakan pendiri perkampungan dan sosok yang turut punya andil dalam penyebaran
agama islam di daerah tersebut
.5.Kampung Adat Urug

https://
wasabisys.com/

Selain dikenal dengan ‘kota hujan’ ternyata juga mempunyai kampung


adat yang masih melestarikan keunikan arsitektur kearifan lokal.Kampung ini
lokasinya ada di kampung Kiarapandak, kecamatan Suka Jaya. Rumah-rumah
yang ada di kampung ini rata-rata bentuknya sama

Keunikan lain yang di ada di sini antara lain adalah adanya rumah-rumah
tertentu yang dimiliki oleh kalangan tertentu dan digunakan sebagai tempat
pelaksanaan upacara adat.Rumah tersebut dinamai gedong ageng dan gedong
alit. Adapun gedong ageng merupakan sebuah gedung yang hanya oleh mereka
yang memiliki kepemimpinan adat.

Sementara gedong alit merupakan rumah yang digunakan sebagai tempat


bermukimnnya mereka yang masih merupakan keturunan dari Prabu Siliwangi
yang ke sembilan.Alam berupa tetumbuhan yang hijau yang indah ditambah
dengan gemericik

air yang bersih menjadikan tempat ini membuat betah siapa saja yang
mengunjunginya.
6. Kampung Adat Dukuh

https://badan-penghubung.jabarprov.go.id/

Berbeda dengan kampung adat lainnya yang masih memiliki akses yang mudah ke
pusat kota, contoh Kampung Adat Sunda Jawa Barat bernama Kampung Dukuh ini letaknya
bisa dikatakan berada di dalam hutan.Sehingga akses menuju ke kampung ini terbilang
lumayan sulit. Hal ini pulalah yang kemudian menjadikan kampung ini nyaris tidak terjamah
modernisasi. Bahkan, dapat dikatakan tidak ada satu orang warga yang menggunakan alat
elektronik.

Secara administrasi kampung ini berada di Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Garut,
Jawa Barat.Setidaknya ada 42 rumah dengan ciri khas Sunda dan 1 masjid yang ada di
pemukiman kampung Dukuh yang dihuni oleh sekitar 172 warga kampung Dukuh Dalam dan
70 kepala keluarga kampung Dukuh luar.

Rumah yang ada di kampung Dukuh ini berdinding anyaman bambu dengan atap yang
terbuat dari rumbia. Hal ini menjadikan rumah-rumah di perkampungan ini tampil eksotik
dengan latar belakang alam yang masih asri.
7.Kampung Adat pulo

https://wikimedia.org/

Merupakan suatu perkampungan yang terdapat di dalam pulau di tengah


kawasan Situ Cangkuang, di Kecamatan leles, kabupaten Garut. Menurut cerita
rakyat, masyarakat Kampung Pulo dulunya menganut agama Hindu, lalu Embah
Dalem Arif Muhammad singgah di daerah ini karena terpaksa mundur pada saat
mengalami kekalahan sewaktu menyerang Belanda. Karena malu kepada Sultan
Agung maka Embah Dalem Arif Muhammad tidak mau kembali ke Mataram.

Pada saat itu beliau mulai menyebarkan agama Islam pada masyarakat
Kampung Pulo. Sampai dengan beliau wafat dan dimakamkandi Kampung Pulo,
beliau meinggalkan 6 orang anak dan salah satunya adalah pria. Oleh karena itu di
Kampung Pulo didirikan 6 buah rumah adat yang berjajar saling berhadapan masing-
masing 3 buah rumah di kiri dan di kanan ditambah dengan sebuah mesjid.

Jumlah dari rumah tersebut tidak boleh ditambah ataupun dikurangi, serta
yang tinggal di dalam rumah tersebut tidak boleh melebihi dari 6 kepala keluarga.
Jika seorang anak laki-laki sudah dewasa dan menikah maka paling lambat 2 minggu
setelah itu harus segera meninggalkan rumah dan harus keluar dari lingkungan
keenam rumah tersebut. Walaupun 100 % dari warga Kampung Pulo beragama
Islam, mereka tetap melaksanakan sebagian dari upacara ritual agama Hindu.

8.Kampung Adat Kuta

https://wikimedia.org/

Kerap dijuluki sebagai kampung seribupantangan, kampung adat Kuta


memangmemiliki banyak peraturan. Tujuannya, tak lainuntuk menjaga agaralam
sekitar dan tradisileluhur tetap lestari. Salah satunyaadalahpantangan membangun
rumah dari tembok dangenting. Semuanya harus terbuat dari bambuatau kayu,
dengan atap rumbia atau ijuk.Masyarakat meyakini jika ada warga yangmembangun
rumah dari tembok, seluruhkampung akan mendapat musibah.

Warga juga dilarang membuat kamar mandiatau jamban di masing-masing


rumah. Sebagaigantinya, mereka menggunakan kamar mandiumum yang biasanya
menyatu dengan kolamikan. Bentuknya berupa bilik bambu setengahterbuka.
Sementara airnya berasal dari mata airyang mengalir melalui pancuran.
Ketiadaantangki septik diyakini dapat mencegahpertumbuhan bakteri dan nyamuk
penulardemam berdarah di sekitar rumah.
Selain itu, warga tidak boleh menguburkanjenazah di kawasan kampung agar
air tanahtidak tercemar. Sumur bor pun tidak bolehdibangun karena tanah di di
DesaKarangpaninggal, Kecamatan Tambaksari,Kabupaten Ciamis ini tergolong
labil.Pantangan juga hadir di beberapa situsbersejarah bekas peninggalan Kerajaan
Galuh.Ada hutan keramat Leuweung Gede, GunungBarang yang diyakini sebagai
tempatpenyimpanan barang kerajaan, dan tempatpemandian Ciasihan.

Di sini, masyarakat sering mementaskankesenian calung, reog, sandiwara,


tagoni,jaipongan, kasidah, ronggeng, dan dangdut.Berwisata ke Kampung Kuta akan
menambahpengalaman sekaligus mengasah kearifanpemikiran sesuai tradisi nenek
moyang.

9. Kampung Adat Cigumentong

https://wikimedia.org/

Kampung Cigumentong merupakan sebuah kampung yang ada di dalam kawasan


hutan konservasi Gunung Kareumbi. Kampung ini dihuni sekitar belasan kepala keluarga,
yang sebagian merupakan pendatang yang berasal dari Majalaya, Tasikmalaya dan
Lembang. Ditambah warga asli yang sejak lahir berada di Kampung Cigumentong.Tidak
diketahui dengan pasti kapan berdirinya Kampung ini. Hanya saja, berdasarkan informasi,
Kampung Cigumentong sudah ada sebelum jaman Kerajaan Sumedang Larang yang
berdiri pada abad ke-15. Menurut informasi yang lain, Kampung Cigumentong bersama
kampung tetangganya, Kampung Cimulu dahulu kala merupakan batas dua Kerajaan
yang dibangunkan pos penjaga perbatasan.
Karena berada di tengah hutan konservasi, untuk mengakses Kampung
Cigumentong harus melalui kawasan hutan Gunung Kareumbi dengan jarak sekitar 2 km.
Kondisi jalan aksesnya merupakan tanah bercampur batu kerikil. Hanya kendaraan roda
dua yang bisa digunakan untuk menjangkau Kampung Cigumentong.
Kampung Cigumentong ini memiliki keunikan tersendiri. Yang pertama, rumah penduduk
Cigumentong berarsitekturkan rumah adat dan tidak permanen atau rumah panggung.
Kemudian tiap tahun selalu diadakan pesta panen yang disatukan dengan hajat buruan.
Berkaitan dengan cara berkebunnya, warga masyarakat selalu menggunakan bahan-
bahan organik. Tidak ada yang menggunakan pupuk anorganik dan pembasmi hama
pestisida.
Karena letaknya yang terpencil di tengah hutan, Kampung Cigumentong belum
terjangkau oleh jaringan listrik PLN. Untuk penerangan di Kampung Cigumentong
digunakan sumber listrik dari pembangkit listrik Mikrohidro. Pembangkit listrk bantuan
pemerintah ini akan berfungsi jika debit airnya cukup untuk memutar turbin yang
mengeluarkan listrik sebesar 300 Watt. Selain mengandalkan sumber listrik mikrohidro,
tiap rumah warga Kampung Cigumentong dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga
surya.

10. Kampung Adat Banceuy

https://wikimedia.org/

Kampung Banceuy di Kabupaten Subang, salah satu kampung adat yang ada
di Jawa Barat. Kampung ini masih tetap mempertahankan warisan tradisi dari para
leluhurnya.Kampung adat Banceuy berada di Desa Sanca, Kecamatan Ciater,
Kabupaten Subang, Jawa Barat. Akses untuk menuju kampung tersebut terbilang
sudah cukup baik. Karena jalan sudah beraspal dan bisa dilalui kendaraan roda
empat.Salah seorang tokoh maupun tetua dari Kampung Adat Banceuy Rohana
Odang menceritakan pada tahun 1800-an, ada tujuh tokoh atau tetua yang tinggal di
Kampung tersebut. Namun, nama Kampung itu awalnya bukan nama Kampung
Banceuy melainkan Kampung Negla. Pada tahun 1800-an, kampung itu terkena
bencana puting beliung hingga merusak bangunan yang ada. Setelah bencana otu,
para tokoh melakukan 'Ngabanceuy' atau musyawarah.
Awalnya nama Kampung Banceuy adalah Kampung Neunggang jeung Lega
(Negla) yang terdapat 7 keluarga yaitu, Eyang Ito, Aki Leutik, Eyang Malim, Aki
Alman, Eyang Ono, Aki Uti dan Aki Arsiam. Sekitar tahun 1800 di Kampung Negla
terjadi bencana angin puting beliung yang merusak perkebunan dan peternakan,"
kata Kang Odang sapaan akrabnya kepada detikJabar belum lama ini.Setelah
melakukan musyawarah tersebut, Odang melanjutkan, bahwa ketujuh tokoh di
Kampung tersebut sepakat untuk mengganti nama yang semula Kampung Negla
menjadi Kampung Banceuy."Sehingga ketujuh tokoh Kampung Negla tersebut
langsung Ngabanceuy (Bermusyawarah) dan terjadi kesepakatan nama Kampung
Negla diganti dengan Kampung Banceuy .

Tujuan digantinya nama kampung itu aga warga Kampung Banceuy diberkati
dan bisa menjalankan kehidupan yang baik. Bahkan, dalam pergantian nama
kampung tersebut selalu diperingati setiap akhir tahunnya hingga saat ini dengan
tradisi Ruwatan Bumi."Dengan pergantian nama Kampung tersebut diharapkan
penduduk akan hidup lebih baik dan diberkati seperti kata Banceuy. Banceuy berarti
musyawarah diperingati setiap akhir tahun dan dikenal dengan istilah 'Ruwatan
Bumi' atau lebih sering disebut 'Ngaruwat Bumi'," ucapnya.Hingga saat ini,
masyarakat yang tercatat di Kampung Banceuy sendiri terdapat 320 KK dengan
tinggal di rumah modern maupun rumah panggung.

Anda mungkin juga menyukai