BAHASA SUNDA
BAB 1
10 KAMPUNG ADAT SUNDA
Disusun oleh:
PAZAR
XII TKJ 2
https://wikimedia.org/
Masyarakat kampung naga selalu menghormati dan menjaga alam sekitar, hal ini
terbukti dari adanya hutan larangan.Masyarakat kampung naga bahkan siapa pun dilarang
atau pamali untuk mengusik hutan tersebut. Bahkan, dari dulu hingga sekarang, hutan
tersebut tetap terjaga keasriannya. Keasrian alam yang ada di kampung Naga terjaga karena
masyarakatnya masih mempertahankan pesan leluhur yang mengajarkan bahwa manusia
harus bisa hidup selaras dengan alam.Hal ini pulalah yang menjadikan bentuk rumah di
kampung Naga berbeda dengan bentuk rumah yang ada di daerah lain.
Seluruh komponen rumah yang ada di kampung Naga terbuat dari alam. Tak ada semen
atau besi yang dijadikan bahan konstruksi.Selain itu bentuk rumah yang seragam menjadikan
kampung Naga memiliki keunikannya sendiri.Bahan bangunan yang dipakai untuk
membangun rumah antara lain adalah kayu, bambu, daun nipah, ijuk atau alang-
alang.Sebagian besar masyarakat kampung Naga memeluk agama Muslim dan di kampung
Naga ini memiliki kesenian tradisional seperti terbang sejak, terbang gembrang, dan
angklung.
2. Kampung Adat Ciptagelar
https://disparbud.jabarprov.go.id/
Kampung ini dipimpin oleh seorang tetua ada yang bernama Abah Ugi Sugriana
Rakasiwi.Para wisatawan yang datang ke tempat ini akan mendapat pemandangan luar biasa
berupa ornamen rumah panggung khas Sunda yang memiliki teknologi tradisional tahan
terhadap gempa.
Hampir setiap bagian dari rumah adat di Kampung Adat Ciptagelar memiliki maknanya
sendiri.Contoh atap dari rumbia yang tersusun bertumpuk mengandung makna bahwa
manusia harus mau hidup saling melengkapi dan saling berdampingan.
Kemudian tiang rumah yang kokoh dan bercabang mengandung pesan bahwa manusia
dalam hidupnya harus kuat dan mempunyai inovasi dan pola berpikir yang tidak sama, tetapi
tetap harus mempunyai akar yang sama.
3. Kampung Adat Cikondang
https://wikimedia.org/
Kampung Adat Sunda Jawa Barat berikutnya ini berada kota Bandung yang secara
administrasi masih merupakan wilayah di kelurahan Lamajang yang merupakan salah satu
desa di kecamatan Pangalengan.Pernah terjadi kejadian memilukan di kampung ini, tepatnya
di tahun 1942 terjadi sebuah kebarakan hebat yang menghanguskan sebagian besar rumah
yang ada di sana.
Konon hanya satu rumah yang tersisa, dan rumah yang tersisa ini usianya telah hampir
200 tahun.Jika dibandingkan dengan rumah adat lainnya yang ada di sana. Rumah yang
disebut dengan rumah Adat Cikondang ini akan terlihat lebih tinggi diantara yang lainnya.
Ciri khas yang dimiliki rumah ada ini adalah atapnya yang menjulang dan bahan
atapnya dari rumbia yang disusun secara bertumpuk.Di kampung ini kamu akan dapat
menyaksikan makam keramat, hutan yang dikeramatkan, lesung, dan lumbung padi serta
balai pertemuan yang bentuknya sangat khas Sunda.
4. Kampung Adat Mahmud
https://wikimedia.org/
Kampung Mahmud merupakan contoh Kampung Adat Sunda Jawa Barat yang menjadi saksi
bisu dari pusat penyebaran agama islam di daerah PrianganPerlu kamu tahu kampung Mahmud ini
masih berada di kota Bandung, tepatnya di desa Mekar Rahayu, kecamatan Margaasih.Diperkirakan
kampung adat ini telah berdiri semenjak abad ke-17. Seperti kampung adat lainnya yang ada di daerah
Jawa Barat.
Bentuk rumah yang ada di kampung adat ini sangat khas Sunda yakni rumah yang
dibuat panggung dengan atap menjulang, serta menggunakan rumbia sebagai bahan penutup
atapnya.Sebagai salah satu pusat awal berkembangnya ajaran islam di daerah Priangan, tidak
aneh apabila di kampung ini sangat kuat nilai-nilai keislamannya
Selain itu di kampung ini terdapat pula makam dari seorang ulama besar di masanya
yang bernama Eyang Abdul Manaf.Bagi kalangan masyarakat yang tinggal di sana, nama ini
merupakan pendiri perkampungan dan sosok yang turut punya andil dalam penyebaran
agama islam di daerah tersebut
.5.Kampung Adat Urug
https://
wasabisys.com/
Keunikan lain yang di ada di sini antara lain adalah adanya rumah-rumah
tertentu yang dimiliki oleh kalangan tertentu dan digunakan sebagai tempat
pelaksanaan upacara adat.Rumah tersebut dinamai gedong ageng dan gedong
alit. Adapun gedong ageng merupakan sebuah gedung yang hanya oleh mereka
yang memiliki kepemimpinan adat.
air yang bersih menjadikan tempat ini membuat betah siapa saja yang
mengunjunginya.
6. Kampung Adat Dukuh
https://badan-penghubung.jabarprov.go.id/
Berbeda dengan kampung adat lainnya yang masih memiliki akses yang mudah ke
pusat kota, contoh Kampung Adat Sunda Jawa Barat bernama Kampung Dukuh ini letaknya
bisa dikatakan berada di dalam hutan.Sehingga akses menuju ke kampung ini terbilang
lumayan sulit. Hal ini pulalah yang kemudian menjadikan kampung ini nyaris tidak terjamah
modernisasi. Bahkan, dapat dikatakan tidak ada satu orang warga yang menggunakan alat
elektronik.
Secara administrasi kampung ini berada di Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Garut,
Jawa Barat.Setidaknya ada 42 rumah dengan ciri khas Sunda dan 1 masjid yang ada di
pemukiman kampung Dukuh yang dihuni oleh sekitar 172 warga kampung Dukuh Dalam dan
70 kepala keluarga kampung Dukuh luar.
Rumah yang ada di kampung Dukuh ini berdinding anyaman bambu dengan atap yang
terbuat dari rumbia. Hal ini menjadikan rumah-rumah di perkampungan ini tampil eksotik
dengan latar belakang alam yang masih asri.
7.Kampung Adat pulo
https://wikimedia.org/
Pada saat itu beliau mulai menyebarkan agama Islam pada masyarakat
Kampung Pulo. Sampai dengan beliau wafat dan dimakamkandi Kampung Pulo,
beliau meinggalkan 6 orang anak dan salah satunya adalah pria. Oleh karena itu di
Kampung Pulo didirikan 6 buah rumah adat yang berjajar saling berhadapan masing-
masing 3 buah rumah di kiri dan di kanan ditambah dengan sebuah mesjid.
Jumlah dari rumah tersebut tidak boleh ditambah ataupun dikurangi, serta
yang tinggal di dalam rumah tersebut tidak boleh melebihi dari 6 kepala keluarga.
Jika seorang anak laki-laki sudah dewasa dan menikah maka paling lambat 2 minggu
setelah itu harus segera meninggalkan rumah dan harus keluar dari lingkungan
keenam rumah tersebut. Walaupun 100 % dari warga Kampung Pulo beragama
Islam, mereka tetap melaksanakan sebagian dari upacara ritual agama Hindu.
https://wikimedia.org/
https://wikimedia.org/
https://wikimedia.org/
Kampung Banceuy di Kabupaten Subang, salah satu kampung adat yang ada
di Jawa Barat. Kampung ini masih tetap mempertahankan warisan tradisi dari para
leluhurnya.Kampung adat Banceuy berada di Desa Sanca, Kecamatan Ciater,
Kabupaten Subang, Jawa Barat. Akses untuk menuju kampung tersebut terbilang
sudah cukup baik. Karena jalan sudah beraspal dan bisa dilalui kendaraan roda
empat.Salah seorang tokoh maupun tetua dari Kampung Adat Banceuy Rohana
Odang menceritakan pada tahun 1800-an, ada tujuh tokoh atau tetua yang tinggal di
Kampung tersebut. Namun, nama Kampung itu awalnya bukan nama Kampung
Banceuy melainkan Kampung Negla. Pada tahun 1800-an, kampung itu terkena
bencana puting beliung hingga merusak bangunan yang ada. Setelah bencana otu,
para tokoh melakukan 'Ngabanceuy' atau musyawarah.
Awalnya nama Kampung Banceuy adalah Kampung Neunggang jeung Lega
(Negla) yang terdapat 7 keluarga yaitu, Eyang Ito, Aki Leutik, Eyang Malim, Aki
Alman, Eyang Ono, Aki Uti dan Aki Arsiam. Sekitar tahun 1800 di Kampung Negla
terjadi bencana angin puting beliung yang merusak perkebunan dan peternakan,"
kata Kang Odang sapaan akrabnya kepada detikJabar belum lama ini.Setelah
melakukan musyawarah tersebut, Odang melanjutkan, bahwa ketujuh tokoh di
Kampung tersebut sepakat untuk mengganti nama yang semula Kampung Negla
menjadi Kampung Banceuy."Sehingga ketujuh tokoh Kampung Negla tersebut
langsung Ngabanceuy (Bermusyawarah) dan terjadi kesepakatan nama Kampung
Negla diganti dengan Kampung Banceuy .
Tujuan digantinya nama kampung itu aga warga Kampung Banceuy diberkati
dan bisa menjalankan kehidupan yang baik. Bahkan, dalam pergantian nama
kampung tersebut selalu diperingati setiap akhir tahunnya hingga saat ini dengan
tradisi Ruwatan Bumi."Dengan pergantian nama Kampung tersebut diharapkan
penduduk akan hidup lebih baik dan diberkati seperti kata Banceuy. Banceuy berarti
musyawarah diperingati setiap akhir tahun dan dikenal dengan istilah 'Ruwatan
Bumi' atau lebih sering disebut 'Ngaruwat Bumi'," ucapnya.Hingga saat ini,
masyarakat yang tercatat di Kampung Banceuy sendiri terdapat 320 KK dengan
tinggal di rumah modern maupun rumah panggung.