PENDAHULUAN
masyarakat Suku Baduy yang sejak dahulu memegang teguh adat istiadat dalam
cara tradisional, karena mereka mencoba untuk menjaga lingkungan alam mereka.
Dalam sistem pertanian tradisional, berbagai jenis upacara (untuk ketenangan dan
keamanan) sering dilakukan untuk mencapai hasil panen yang sukses dan terjamin
1.2 Tujuan
1
BAB 2
ISI
Masyarakat Adat Baduy merupakan komunitas adat yang masih memegang teguh
hukum adat dan menjaga keserasian alam lingkungan hidupnya. Pola kehidupan
yang khas, bersahaja, sederhana, gotong royong, taat pada hukum adat, dan patuh
terhadap petuah-petuah leluhur serta dekat dengan alam, yang diterapkan dalam
keseharian oleh masyarakat adat Baduy. Berbicara suku Baduy tidak akan ada
habisnya, suku ini memiliki segudang cerita dan sangat menarik untuk digali
informasinya mulai dari kepatuhan mereka dalam menjunjung adat istiadat sampai
dengan cara menerapkan Ketahanan Pangan yang ada di suku Baduy, hal ini
sangat menarik untuk dipelajari untuk bagaimana kita dapat mencontoh dan
belajar dari Suku Baduy dalam menghadapi atau mencegah krisis pangan.
Orang-orang Baduy sangat menjunjung tinggi adat istiadat mereka, misalnya tidak
utara/selatan (kecuali rumah sang Pu’un atau ketua adat), larangan menggunakan
kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta
yang mereka konsumsi sehari-hari pun harus hasil alam dan hasil kebun mereka
sendiri.
2
Aktivitas ekonomi suku Baduy untuk menunjang kehidupan
perekonomiannya
adalah bertani. Aspek ekonomi yang diajarkan hanya sederhana yaitu belajar
bercocok tanam dengan tetap menjaga keseimbangan alam. Menurut suku Baduy
sistem berladang yang mereka kerjakan sesuai dengan kepercayaan serta ideologi
hidup mereka, yaitu untuk tidak membuat perubahan secara besar-besaran pada
luar, misalnya dalam sewa menyewa tanah, dan tenaga buruh. Perdagangan yang
pada waktu yang lampau dilakukan secara barter, sekarang ini telah
Banten
Hasil pertanian suku Baduy ada yang di jual dan ada yang digunakan untuk
keperluan pribadi. Mereka dilarang untuk mengkonsumsi makanan yang dari luar
Baduy atau makanan yang modern. Dalam masyarakat adat Baduy, terdapat
sebuah kearifan lokal yang telah dijalankan selama beratus-ratus tahun silam
dalam hal aturan kewajiban adat untuk memiliki leuit Baduy, salah satu tujuannya
yaitu agar warganya tidak akan pernah kelaparan. Padi yang disimpan di dalam
leuit akan bertahan selama puluhan tahun ke depan. Ini pun menjamin
3
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede
12.000 jiwa itu,” Menurut Dede, masyarakat Baduy tercatat memiliki 4.000 rumah
pangan dan belum pernah terjadi kehabisan gabah dari hasil panen padi huma.
Karena itu, masyarakat Baduy hingga kini mempunyai ketahanan pangan yang
kuat.
Dalam adat Baduy, menurut Pemimpin Adat Suku Baduy, hasil pertanian berupa
padi tidak boleh dijual, tetapi hasil pertanian berupa pisang, singkong dan
sejenisnya, itu boleh untuk dijual. Aturan adat Baduy melarang menjual padi
Hampir semua suku Baduy Dalam menanam sendiri berasnya (100%), dan hanya
72.6% di suku Baduy Luar dan 68% di Baduy Muslim. Mungkin karena hasil
ladang yang kurang mencukupi, dan karena hasil padi huma lebih diperuntukan
untuk keperluan upacara adat, maka masih ada rumah tangga di Baduy Luar,
Baduy Dalam dan Baduy Muslim yang masih harus membeli beras dari warung-
warung di
Sementara itu, untuk komoditi jagung dan singkong sebagian besar masyarakat
Baduy Luar dan Baduy Dalam menanam sendiri, dan hanya sedikit yang masih
4
Pangan-pangan sumber protein atau lauk pauk seperti daging, ikan, telur, tahu,
dan tempe diperoleh dengan cara membeli. Sangat sedikit rumah tangga Baduy
Luar (<2%), Baduy Dalam (0.0%) dan Baduy Muslim (<10%) yang mendapatkan
Pangan lauk-pauk yang sangat sering dibeli adalah ikan asin, tahu, dan
tempe.
Ketiga jenis pangan ini adalah lauk-pauk yang harganya murah dan mudah cara
perolehannya. Masyarakat Baduy juga relatif jarang makan telur maupun ikan air
tawar karena harganya yang masih mahal seperti halnya daging sapi.
Beberapa jenis sayuran yang ditanam sendiri adalah jengkol, petai, daun singkong,
daun papaya, dan terong. Sayuran yang cara perolehannya dibeli adalah bayam
dan kangkung.
Sementara itu untuk buah-buahan seperti pisang, sebagian besar rumah tangga
rumah tangga di Baduy Dalam semuanya (100.0%) memperoleh buah pisang dari
menanam sendiri, sedangkan persentase untuk rumah tangga Baduy Muslim lebih
1. Budaya Leuit
5
Leuit merupakan sejenis bangunan penyimpan padi yang terdapat di daerah
pedesaan Sunda dan Baduy yang termasuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia.
Secara tradisional, leuit dibangun dari balok-balok kayu dan dilapisi oleh
rumah tangga Baduy memiliki lebih dari 1 leuit atau lenggang – 1.6 lenggang tiap
rumah tangga Baduy Dalam dan 1.2 leuit tiap rumah tangga Baduy Luar. Secara
bawah pepohonan yang rindang untuk melindungi isinya dari air hujan, namun di
berdekatan satu sama lain di suatu titik yang berjarak sekitar 20 meter dari
pemukiman warga.
Leuit terutama digunakan untuk menyimpan padi selama jangka panjang. Padi
yang dimasukkan ke dalam leuit ditumpuk sesuai urutan tertentu dan diambil
sesuai urutan tertentu pula untuk memaksimalkan jangka padi bisa disimpan. Pola
tahun. Berdasarkan kepercayaan dan tradisi setempat, leuit yang baru diisi padi
akan dibiarkan terbuka selama 3-7 hari terlebih dahulu, dan ada hari-hari tertentu
dalam satu minggu yang dianggap baik untuk mengambil atau menyimpan padi.
Setiap leuit pada umumnya dapat menampung 1.000 ikat padi, atau 2.5-3 ton.
6
Gambar 2.1 Penyimpanan Padi di Leuit
Sumber: Redaksi24.com
Setiap warga Baduy yang sudah menikah, maka disarankan untuk segera memiliki
Leuit, hal itu dimaksudkan agar keluarganya tidak menderita kelaparan. Memiliki
leuit bukanlah kewajiban adat bagi semua warga baduy, tetapi merupakan hal
Bisa dikatakan memiliki leuit ini merupakan kewajiban adat bagi yang mampu.
Memiliki leuit sudah menjadi kebiasaan turun-temurun, setiap warga yang sudah
menikah, pasti akan membuat leuit untuk menyimpan hasil panen nya tahun itu.
Hal itu didasarkan pada kesadaran hukum dan ketaatan mereka pada kebiasaan
Hasil pertanian yang berupa padi hanya untuk kepentingan sendiri, mereka tidak
dalam lumbung padi yang disebut Leuit. Leuit adalah wujud pemahaman
masyarakat Baduy tentang ketahanan pangan. Lumbung padi (leuit) terbuat dari
anyaman bambu yang dirangkai dengan kayu-kayu besar dan beratapkan kirai
7
(sabut kelapa). Setiap keluarga Baduy memiliki satu atau lebih leuit. Padi yang
diutamakan untuk digunakan pada saat upacara adat, seperti pernikahan atau
khitanan.
Selain sistem penyimpanan padi dalam leuit yang dapat menjaga ketersediaan
pangan bagi orang Baduy, mereka juga memiliki kebiasaan saling mengunjungi
dan memberi makanan kepada kerabat atau tetangga. Kebiasaan ini dilakukan
dapat mencegah sifat tambelar atau sifat masa bodoh, atau tidak kenal dengan
kerabat sendiri.
Kebiasaan ini dilakukan pada saat ada acara-acara tertentu seperti hajat lembur
tersebut, sehingga beban yang punya hajat tidak terlalu berat. Di samping saling
Makanan yang dikirimkan biasanya berupa beras, makanan yang telah matang
(nasi dan lauk pauknya). Orang yang diutamakan untuk dikirim adalah kerabat
sendiri. Jenis serta jumlah makanan yang dikirim tergantung kepada tingkat
8
sudah menjadi kebiasaan turun temurun. Saling mencicipi masakan antar tetangga
Selain nganjang juga dikenal kegiatan yang fungsinya sama yaitu saling
memberikan makanan pada keluarga yang punya hajat, disebut nganteuran atau
ayam yang dibungkus oleh anyaman daun kirai yang disebut dengan kisa.
Ayam yang masih dibalut kisa ini terkadang digantungkan begitu saja dengan
menggunakan tali rafia di atap depan rumah orang yang punya hajatan, sehingga
si pemilik rumah (yang punya hajat) tidak mengetahui siapa orang yang memberi
ayam tersebut. Di sini Nampak orang yang mengirim ayam merasa tidak perlu
diketahui siapa dia, yang penting dia sudah menjalankan ketentuan adat. Daging
ayam juga merupakan makanan yang wajib ada dalam hajatan karena dihargai
9
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat Adat Baduy merupakan komunitas adat yang masih memegang teguh
dengan makanan yang mereka konsumsi sehari-hari pun harus hasil alam dan hasil
Mereka dilarang untuk mengkonsumsi makanan yang dari luar Baduy atau
makanan yang modern. Dalam masyarakat adat Baduy, terdapat sebuah kearifan
lokal yang telah dijalankan selama beratus-ratus tahun silam dalam hal aturan
pada hasil panen dan pertanian di tanah mereka sendir mulai dari pemenuhan
10
sumber pangan karbohidrat, protein, dan juga sayur mayur. Hanya sebagian kecil
sumber pangan mereka yang didapat dari hasil membeli diari luar.
Salah satu budaya Msayarakat Baduy dalam menjaga ketahanan pangannya yaitu
selama jangka panjang. Padi yang dimasukkan ke dalam leuit ditumpuk sesuai
urutan tertentu dan diambil sesuai urutan tertentu pula untuk memaksimalkan
yang secara garis besar merupakan tradisi memberi hasil pangan pada acara-acara
adat tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
https://satubanten.com/belajar-penerapan-ketahanan-pangan-dari-masyarakat-
suku-baduy/
https://journal.uinsgd.ac.id.
11