Anda di halaman 1dari 16

Suku Dayak Bakumpai

Suku bakumpai mendiami sepanjang tepian daerah aliran sungai Barito. Umunya, lingkungan
mereka merupakan daerah rawa-rawa dan lahan gambut.
Dalam hal mata pencaharian, masyarakat Dayak Bakumpai umumnya mengandalkan
aktivitas pertanian. Aktivitas pertanian biasanya mereka lakukan di lahan gambut.
Masyarakat Dayak Bakumpai cenderung mencari lahan pertanian baru untuk mengganti lahan
pertanian lama. Hal itu tentunya berbeda dengan Suku Dayak lain yang kebanyakan lebih
memilih untuk tetap memberdayakan lahan yang lama. Selain itu, aktivitas pertanian yang
mereka lakukan biasanya hanya untuk memproduksi satu jenis komoditas tertentu, yaitu padi.
Hal itu mereka lakukan karena kebutuhan mereka hanya untuk memenuhi urusan pangan
saja. Namun demikian, pertambahan jumlah penduduk yang diiringi dengan peningkatan
kebutuhan pangan “menuntut” mereka untuk melakukan perluasan lahan pertanian yang lebih
masif.
Masyarakat Dayak Bakumpai di pinggiran Barito selama ini sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani dan pencari ikan air tawar (Maulani, 2000 dan Syadzali, 2006).
Dayak bakumpai adalah dayak yang sebagian besar hidupnya terletak di sepanjang tepiannya
yang merupakan sarana transportasi di wilayah tersebut. Hal inilah yang menyebabkan dayak
bakumpai selalu bersentuhan dengan teknologi modern yang memperhatikan dampak
lingkungan disektarnya dalam hal pemanfaatan jamu untuk kehidupan sehari-hari. Kondisi
tersebut ditunjukkan dengan sedikitnya tumbuhan yang dikenal oleh masyarakat Dayak
bakumpai telah dimanfaatkan (45 varietas dari 68 jenis tumbuhan terdapat di dalamnya)
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Dayak Bakumpai di kabupaten batola telah
memanfaatkan keanekaragaman tumbuhan yang ada di sekitarnya melalui etnofarmakologi,
etnoekologi, etno antropologi, etnoekonomi dan etno-linguistik khususnya terhadap 44
tumbuhan berumbai yang ditemukan. Suku Dayak Bakumpai di Kabupaten Batola telah
melestarikan keanekaragaman tumbuhan yang ada di sekitarnya dengan beberapa model,
yaitu (1) tanpa penanaman, (2) memanfaatkan tumbuhan tanpa aturan tertentu, (3)
memanfaatkan tumbuhan dengan aturan tertentu, (4) memanfaatkan tumbuhan membiarkan
tumbuhan tumbuh di alam, atau (5) memusnahkan tumbuhan yang ada atau dibudidayakan.
Suku dayak Ma’anyan
Sebagian besar mata pencaharian suku Maanyan adalah bercocok tanam diladanga dengan
sistem tebang bakar. Sistema tebang bakar dilakukan dengan gotong royong antar 12- 15
orang. Mereka mengadakan pembagian kerja antara wanita dan pria. tanaman utama yang ada
diladang adalah padi. adapun tanaman lainnya seperti ubi kayu, nenas, ubi rambat, terong,
tebu, cabe dan tembakau. mereka juga beburu binatang menggunakan bantuan anjing.
Masyarakat suku Dayak Ma'angan yang mendiami pedalaman Barito Timur hingga Paju Epat
ikut memberikan kontribusi hasil pertanian. Di balik kehidupan agraris masyarakat Dayak
Ma'angan, mereka sesungguhnya masih menjaga tradisi leluhur berupa ipangandrau. Tradisi
itu berupa usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Ada yang
berkaitan dengan usaha/kegiatan kebutuhan hidup masyarakat. Itu merupakan kegiatan orang
Dayak Ma'anyan dalam bercocok tanam dengan berladang. Hampir sebagian besar daerah di
Barito Timur masih berupa perbukitan dengan ketinggian sedang. Warga masih hidup secara
berpindah-pindah setelah lahan sudah tidak menghasilkan. Lahan yang tak menghasilkan lagi
itu mereka gantikan dengan perkebunan karet skala kecil.
Keberadaan masyarakat Dayak Ma'angan dalam me manfaatkan hasil bumi membuat mereka
gesit berkebun. Mereka menanam sayur-sayuran dan buahbuahan untuk dikonsumsi dan
dijual ke pasar. Sayang, tradisi berladang orang Dayak Ma'anyan mulai hampir terlupakan
sehingga ipangandrau dipandang sebagai kurang efisien. Orang Dayak Ma'angan selalu
membuka ladang baru.Namun, ladang yang lama tetap mereka garap dengan tanaman umur
panjang seperti karet. "Ipangandarau ini berupa kerja sama dan gotong royong masyarakat di
pelosok dalam membuka ladang. Warga menanam padi secara bersama-sama untuk menjaga
harmonisasi antarwarga," ujar M Bahrun, dua pekan lalu. Tradisi Ipangandrau dilakukan kala
mereka menabur bibit padi.
Menangkap ikan Selain tradisi pertanian, masyarakat suku Dayak Ma'anyan memiliki tradisi
menangkap ikan kenah. Biasanya mereka lakukan di musim hujan saat air memenuhi sungai-
sungai kecil di wilayah sekitar permukiman masyarakat suku Ma'anyan. Wuwu dan tangkala
merupakan jenis penangkap ikan yang terbuat dari rajutan bambu. Pencaria ikan paling sering
dilakukan pada bulan November hingga maret.

Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/525/manusia-maanyan-dan-siasat-hidup

(old.sumber.com) makanan khas kalimantan tengah, Kalumpe/Karuang


Kalumpe atau karuang, terbuat dari bahan daun singkong yang di tumbuk sampai halus.
Nama Kalumpe berasal dari bahasa Dayak Maanyan serta karuang.
Cara untuk membuat kalumpe sangat mudah. Daun singkong halus, lalu dicampur dengan
terong pipit atau terong kecil. Setelah halus, ditambah bumbu-bumbu seperti bawang merah,
bawang putih, lengkuas yang sudah dihaluskan, dan serai. Cara penyajiannya dapat
menggunakan sambal terasi dan nasi hangat. https://borneochannel.com/makanan-khas-
kalimantan-tengah/
Suku Dayak Ot Danum/Uud Danum
Suku Dayak Ot Danum yang tinggal di hulu Sungai Kapuas selatan, dan di sepanjang
pegunungan Schwaner, berbatasan dengan Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Dalam
kesehariannya suku Dayak Ot Danum ini sebagian besar masih dekat dengan kehidupan alam
di hutan, dan melakukan perburuan binatang liar, serta bertani berladang juga mereka lakukan
dan memelihara ternak seperti ayam dan
babi. https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Ot_Danum
In ancient times, they lived in groups and lived from the products of rivers and forests. In
addition, they also farm, hunt, and catch fish in the river.
Kalangan masyarakat Dayak Uud Danum, selalu membuat Kuliner Unik Nusantara bernama
kuliner wadi, jika berpergian ke hutan selama lebih satu satu minggu. Ikan hasil menjala,
memancing, pasang bubu dan tajur, selalu diawetkan dalam bentuk wadi, dengan berbekalkan
beras ketan dan lada secukupnya. Dari penjelasan ini, kuliner Wadi adalah makanan
fermentasi ikan dan daging, sebagai budaya kuliner di kalangan Suku Dayak di manapun
berada.
engan cara pertama pembuatannya yakni ikan maupun daging bersihkan terlebih dahulu,
setelah itu direndam kurang lebih selama 5 sampai 10 jam di dalam air garam.
Daging maupun ikan di angkat. Biarkan sampai mengering. Jika cukup kering, ikan atau
daging di campur dengan sa’mu hingga merata. Lalu daging di simpan ke dalam kotak kaca,
stoples, ataupun plastik yang kedap udara serta di tutup rapat-rapat.
Daging di simpan sekitar 3 sampai 5 hari. Untuk daging disarankan simpan lebih dari 1
minggu. Jika telah selesai, wadi harus diolah dulu yakni dengan cara di goreng atau di masak.
Jika proses fermentasi berjalan dengan benar, maka kuliner wadi akan menjadi ikan yang
terfermentasi dengan bau tajam, namun tidak membusuk atau dirubungi ulat. Tampilan fisik
Wadi, ikan atau daging yang diawetkan mengering. Tapi akan mulai mencair apabila lebih
dari satu minggu. Sebenarnya kuliner Wadi bisa saja disajikan begitu saja tanpa dimasak atau
dalam keadaan mentah. Bisa pula kuliner Wadi mentah dinikmati dengan kucuran jeruk nipis.

Gambar Wadi
https://www.dio-tv.com/gaya-hidup/pr-5044978167/wadi-jenis-kuliner-unik-nusantara-dari-
dayak-uud-danum-provinsi-kalimantan-barat-begini-cara-mengolahnya?page=3
https://mediacenter.palangkaraya.go.id/mangenta-kearifan-budaya-lokal-suku-dayak-yang-
harus-dilestarikan/
Konon ceritanya, tradisi Mangenta berasal dari nenek moyang suku Dayak Kalimantan
Tengah dahulu kala atau dengan kata lain sifatnya turun temurun yang dilakukan bersama-
sama yang menggambarkan sifat kebersamaan gotong royong suku dayak zaman dahulu.
Selain itu, mangenta merupakan suatu kegiatan kaum petani bersyukur atas dimulainya panen
padi, pada saat musim tiba untuk menuai oleh sebab itu kearifan local seperti inilah yang
perlu kita lestarikan bersama agar tidak punah.
Untuk diketahui kenta adalah makanan olahan khas suku Dayak yang terbuat dari padi jenis
ketan yang masih muda dan mempunyai rasa yang enak. Untuk mendapatkan citra rasa Kenta
yang gurih, biasanya padi jenis ketan yang diambil untuk membuat kenta ini memiliki ciri
ujung dari rundukan padi tersebut bewarna kuning. Sementara mangenta itu sendiri ialah
membuat kenta atau orang yang membuat kenta.

Bobo.ID Kenta, makanan khas dayak kalimantan tengah


Suku dayak Ngaju

(simomot.com) makanan tradisional khas kalimantan


tengah, Juhu Umbut Sawit
Umbut sawit merupakan makanan khas dayak
kalimantan tengah, dayak Ngaju. Sayuran ini di ambil
dari bongkol pohon kelapa. Bentuk serta warnanya
tidak jauh berbeda dengan rebung yang berwarna putih.
Perbedaannya terdapat pada rasa. Sayuran ini sangat
jauh lebih manis rasanya daripada rebung. Hal ini
karena sayur umbut sawit ini asalnya dari kelapa.
Makanan ini di sajikan saat acara syukuran maupun acara pernikahan.
Suku Dayak menyukai sayuran ini walau masih  mentah. Basanya juhu umbut sawit ini di
makan dengan sambal.  Juhu umbut sawit menjadi hidangan wajib saat upacara-upacara adat
di zaman dulu.
https://borneochannel.com/makanan-khas-kalimantan-tengah/
Bangamat

Nama Bangamat dari bahasa Dayak Ngaju, atau juga dapat disebut dengan Paing. Diambil
dari bahasa Dayak Maanyan, yakni masakan tradisional khas dari Dayak yang dibuat dari
bahan utama kelelawar besar ataupun kalong. Kelelawar yang di gunakan kelelawar jenis
pemakan buah. Ukuran tubuh paling besar dari jenis kelelawar lain. Tidak menggunakan
kelelawar jenis penghisap darah dan pemakan serangga.

Untuk orang Dayak sendiri mempunyai ciri-ciri yang sangat khas dalam pembuatannya.
Bangamat yang akan di masak terlebih dulu, bersihkan dengan membuang kuku, bulu kasar
di tekuk dan juga punggung, serta usus. Bagian sayap, bulu dan daging dimasak.

Untuk orang-orang Dayak Ngaju, bangamat di masak dengan bumbu-bumbu yang lebih
banyak. Sedangkan jika untuk Dayak Maanyan, bangamat di masak dengan bumbu-bumbu
seperti serai dan juga daun pikauk atau daun yang mempunyai rasa asam.

Bangamat sering bersama sayuran hati batang pisang yang sudah terpotong-potong.
Umumnya menggunakan pisang kipas.
https://borneochannel.com/makanan-khas-kalimantan-tengah/

Perkembangan Gastronomi Kuliner di Kalimantan Tengah


Ekonomi kreatif di era digital saat ini semakin berkembang, selain menawarkan peluang,
namun juga memunculkan persaingan, misalnya dalam dunia kuliner yang memberikan
tantangan tersendiri bagi Kota Palangka Raya yaitu bagaimana mengangkat dan
mengembangkan kuliner khas daerah di tengah maraknya kuliner modern. Kalimantan
Tengah sebenarnya adalah daerah yang memiliki potensi untuk memaksimalkan ekonomi
kreatif dengan kearifan lokal yang dimilikinya, namun dalam praktiknya Kalimantan Tengah
belum optimal menggaungkan ciri khas daerahnya di kancah nasional khususnya dalam
bidang industri kuliner. Bidang kuliner Kalimantan Tengah merupakan salah satu bidang
yang memiliki keanekaragaman yang bisa diangkat dan diperkenalkan lebih luas ke luar
Kalimantan Tengah.

Produk yang dihasilkan dalam ekonomi kreatif di Kalimantan Tengah umumnya bersumber
dari nilai-nilai kearifan lokal yang dianut masyarakat khususnya masyarakat Suku Dayak
yang mendiami Provinsi Kalimantan Tengah. Kota Palangka Raya yang merupakan ibukota
Provinsi Kalimantan Tengah memiliki berbagai kuliner khas daerah yang sangat unik dan
menggugah selera, misalnya seperti Juhu Rotan, Juhu Asem, Oseng Kalakai (Pakis), Kandas,
Ikan Bakar, Wadi, Tumbuk Daun Singkong, Terong Bapapui, dll. Sedangkan
Oleh-oleh/Cemilan yang terkenal dari Kota Palangka Raya berupa Lemang, Amplang Ikan
Pipih/Haruan, Keripik Kelakai, Lempok Dahuyan, Saluang Goreng, Abon Ikan Pipih dan
lain-lain. Saat ini, kuliner tersebut hanya dapat ditemui di kalangan tertentu dan dinikmati
dalam waktu tertentu saja.

Pengembangan usaha oleh-oleh kuliner khas Kalimantan Tengah merupakan sesuatu hal yang
harus dikembangkan, agar dapat diakui, dihargai dan untuk mengembangkan budaya dari
perbedaan kondisi ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan rill dari suatu
masyarakat dan lingkungan sekitarnya untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan
pengentasan kemiskinan. Ini sejalan dengan program pemerintah yang tertuang dalam aturan
pemerintah daerah Kalimantan Tengah tentang ekonomi kreatif (Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif Provinsi
Kalimantan Tengah, 2013).

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa ekonomi kreatif yang apabila dapat dilaksanakan
oleh masyarakat setempat pada zaman ini akan memiliki efek multyplier terhadap
masyarakat, karena telah berkontribusi bagi masyarakat, selain itu juga dapat mengembalikan
nilai kearifan lokal, antara lain integrasi sektor ekonomi, terciptanya peluang usaha dan
peningkatan pendapatan(Azizah & Muhfiatun, 2018).

Jadi dengan adanya Ekonomi Kreatif di sektor kuliner pada Kota Palangka Raya ini,
diharapkan nantinya akan memberikan efek Positif pada masyarakat Kalimantan Tengah,
walaupun masih perlu pengembangan dari pihak pemerintah serta elemen masyarakat
Kalimantan Tengah yang continue sampai hal ini mampu menjadi produk atau kuliner yang
dapat lebih bersaing dengan produk nasional baik dari segi packaging, cita rasa dan keunikan
yang otentik. Ini menjadi ciri khas dari ekonomi kreatif yang selalu memiliki nilai lebih dari
yang lainnya (Sa’adah, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, S. N., & Muhfiatun, M. (2018). Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan
Lokal Pandanus Handicraft dalam Menghadapi Pasar Modern Perspektif Ekonomi Syariah
(Study Case di Pandanus Nusa Sambisari Yogyakarta). Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu
Agama. 17(2), 63-78. https://doi.org/10.14421/aplikasia.v17i2.1273

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pengembangan
Ekonomi Kreatif Provinsi Kalimantan Tengah, Pub. L. No. Nomor 1 Tahun 2013 (2013).

Sa’adah, Z. (2015). Jati Diri Bangsa Dan Potensi Sumber Daya Konstruktif Sebagai Aset
Ekonomi Kreatif Di Indonesia. Jurnal Economia. 11(2), 150-160.
https://doi.org/10.21831/economia.v11i2.8239
Makanan khas

1. Kalumpe

Kalumpe atau Karuang adalah salah satu masakan khas Dayak, Kalimantan


Tengah yang berbahan dasar daun singkong. Daun singkong yang digunakan adalaha
daun yang ditumbuk halus menggunakan lesung/lisung. Nama Kalumpe digunakan
oleh masyarakat Dayak Maanyan sedangkan penyebutan Karuang dalam
bahasa Dayak Ngaju. Kalumpe biasa disajikan dengan taburan kacang bersama
dengan sambal terasi yang pedas dan ikan asin Lais. Tampilan Kalumpe mirip dengan
sayur daun singkong yang sering ditemui di Sumatera Barat dan Jawa. Makanan khas
Dayak ini disajikan dengan kuah kental yang terbuat dari campuran bumbu rempah
seperti bawang putih, serai, kayu manis, bawang merah, cabai, dan lengkuas.

2. Juhu Umbut Rotan

Dalam bahasa Dayak Maanyan Umbut Rotan dikenal dengan uwut nang’e. Sedangkan
dalam bahasa Dayak Ngaju dikenal dengan juhu singkah. Dalam makanan Umbut
Rotan ini menggunakan rotan yang masih muda atau tunas yang tumbuh pada pangkal
rotan. Sama seperti rebung pada bambu, tekstur pada rotan muda itu masih kenyal dan
tidak keras seperti rotan yang sudah tua. Namun bedanya, Umbut Rotan ini hanya bisa
di gunakan sebagai sayur, tidak seperti rebung yang bisa di gunakan sebagai bahan
makanan lainnya. Rasa dari rotan muda sedikit pahit dan gurih, sehingga
membutuhkan bumbu khusus dalam proses memasaknya.
3. Kenta

Kenta merupakan bahan dasar ketan yang dibuat dengan menyangrai padi ketan, kemudian
menumbuknya di dalam lesung kayu hingga berbentuk pipih. Makanan khas Suku Dayak
ini dapat dimakan langsung setelah melalui proses penumbukan, namun rasanya akan
sedikit lebih hambar. Supaya lebih nikmat dan lebih terasa kelezatan serta gurihnya, Kenta
biasanya dicampurkan dengan parutan kelapa dan air kelapa muda lalu ditaburi sedikit
gula pasir atau bisa juga diseduh dengan air panas dan diberi campuran susu. Selain
rasanya gurih dan manis, tekstur Kenta yang kenyal membuat makanan ini semakin
nikmat.

Kenta termasuk makanan langka karena proses pembuatan yang cukup rumit. Pembuatan
Kenta ini dilakukan minimal oleh lima orang dan memakan waktu satu hari penuh.
Namun, proses pembuatan  yang rumit ini tak serta merta membuat masyarakat Dayak lupa
akan kuliner warisan leluhur yang khas ini. Mereka berupaya merancang suatu kegiatan
untuk tetap melestarikan warisan. Salah satu kegiatannya adalah mengadakan lomba
membuat Kenta dalam setiap perhelatan agenda acara seni dan kebudayaan yang dikemas
dalam bentuk festival.

4. Juhu Kujang

Sama seperti Juhu Umbu Rotan, Juhu Kujang juga disajikan dengan kuah gulai kental.
Hanya saja, Juhu Kujang dibuat dari keladi atau tanaman berumbi jenis terna yang
daunnya lebar dan hidup di alam liar. Makanan yang dipercaya sebagai obat herbal ini
dapat menghilangkan rasa gatal pada tubuh. Juhu Kujang juga menggunakan bahan
tambahan seperti ikan dan daun nangka muda yang telah dipotong kecil-kecil.
5. Terong Mapui

Terong mapui adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar terong ungu berukuran
cukup besar. Terong kemudian diolah dengan cara dibakar hingga bagian kulit serta
dagingnya matang dan lembek. Setelah itu terong kemudian dibaluri bumbu yang
terbuat dari campuran cabai rawit, terasi, garam, dan serai. Terong mapui biasa
dihidangkan sebagai lauk pendamping menu utama berupa ikan bakar dan nasi
hangat. Cita rasa dari terong mapui yang pedas, asam, dan manis akan menambah rasa
nikmat saat menyantap ikan bakar.

6. Keripik Kelakai

Keripik Kelakai adalah kudapan asli dan khas kota Kuala Kapuas. Kelakai dalam
istilah Dayak adalah tanaman jenis paku-pakuan, sangat mudah dijumpai di sebagian
besar lahan rawa di Kabupaten Kapuas. Habitat tanaman ini memang daerah basah
dan tergenang. Tanaman ini memiliki sistem perakaran serabut dan cara
penyebarannya dengan tunas dan sulur serta spora. Di Kalimantan Tengah tanaman
Kelakai cukup mudah berkembang dan bila dibiarkan akan menutupi area yang cukup
luas.

Tanaman Kelakai dikenali memiliki banyak khasiat seperti anti diare. Selain itu
dipercayai masyarakat Dayak sebagai obat pereda demam, mengobati sakit kulit,
penambah darah serta dipercaya bisa menjadi obat awet muda. Tidak lupa, pucuk
muda kelakai merupakan bahan masakan yang cukup lezat, yang di kalangan
penduduk asli Kalimantan merupakan salah satu makanan favorit, di antaranya oseng
kelakai, juhu kelakai, bening kelakai, dan lain-lain.
Cara membuat kuliner ini juga sangat mudah, daun kelakai muda yang telah
dibersihkan dimasukkan ke dalam adonan tepung bumbu dengan kekentalan tertentu,
kemudian digoreng di atas minyak yang penuh dan panas.

7. Ikan Jelawat

Ikan Jelawat merupakan ikan endemik di sungai-sungai Kalimantan. Sebenarnya ikan


jelawat tidak hanya diolah dengan cara digoreng. Kamu bisa menemukan sajian ikan
jelawat bakar atau gulai di berbagai resto di Palangkaraya. Tekstur ikan yang lembut
dan rasa bumbu yang gurih melimpah akan pas bagi lidah pencinta ikan.

8. Lemang

Lemang merupakan makanan yang dibuat dari beras ketan berupa lontong atau
ketupat. Lemang dibuat pertama kali oleh bangsa Melayu dan menjadi makanan khas
suku Dayak. Biasanya makanan ini disajikan pada pesta-pesta adat mereka.
Pengolahan lemang melewati proses pematangan yang unik, yakni dimasak dalam
seruas bambu. Sebelum dimasukkan ke dalam bambu, beras ketan digulung dengan
daun pisang atau daun bambu.

9. Kue Gagatas
Kue gagatas atau kue getas adalah kue tradisional yang terbuat dari beras ketan.
Dahulu penduduk Kalteng banyak yang memakan kue gagatas saat terjadi paceklik.
Selain di Kalimantan, kue getas juga bisa ditemui di kota Surabaya dan sekitarnya.
Kue gagatas mempunyai bentuk lonjong menyerupai telur. Meski demikian, ada juga
pembuat yang membentuk kuenya lonjong agak pipih dan di bagian luarnya terdapat
lapisan gula sehingga menimbulkan daya pikat tersendiri dari kue ini. Kue gagatas
banyak disantap oleh [bukan hanya] penduduk Kalteng sebagai camilan menanti
senja. Hampir semua makanan khas Kalimantan Tengah lahir lewat tangan
penduduknya yang berasal dari tiga suku berbeda, yakni Banjar, Dayak, dan Jawa
[terutama dari suku Dayak].

10. Wadi Patin

Wadi adalah makanan fermentasi ikan yang berasal dari Kalimantan, tepatnya Kalimantan
Tengah dari budaya kuliner Suku Dayak dan Banjar. Ikan ini berfungsi sebagai cadangan
bahan makanan dan untuk menjaga kondisinya, disimpan di dalam balanai, semacam guci.
Wadi sebenarnya bisa dibuat dari banyak jenis ikan, namun yang disukai adalah yang ikan
yang punya banyak kandungan lemak dan daging, seperti ikan patin, jelawat, papuyu, gabus,
baung, atau gurami.
Budaya kuliner wadi sebenarnya mirip dengan funazushi di Jepang. Hanya saja waktu
pembuatan wadi lebih pendek, hanya dalam hitungan minggu, jika dibandingkan dengan
funazushi yang mencapai tahunan. Selama fermentasi, daun nangka digunakan untuk
mengurangi kemungkian hasil akhir fermentasi ikan menjadi busuk dan berulat.

Anda mungkin juga menyukai