Nutrition Departement Health Politechnic of Pangkalpinang Pendahuluan • Masyarakat pribumi di Pulau Bangka dinamakan Urang atau Orang Bangka Darat atau Orang Gunung (Hill Peoples) memiliki kearifan lokal terkait dengan kebudayaan tak tampak kebendaan (tangible). • Warisan kebudayaan ini menjadi identitas atau jati diri perkampungan masyarakat tradisional yang masih dilestarikan terutama terkait dengan kebiasaan makan (food habbits) dari para leluhurnya. • Meskipun secara umum sistem sosial ekonomi dan budaya yang dimiliki masyarakat ini memiliki beberapa persamaan dengan sosial ekonomi dan budaya pada masyarakat suku lainnya, akan tetapi pola konsumsi masing-masing akan memberikan keunikan dan memiliki ciri khas tersendiri. Terlebih bahwa sebagian besar komoditas pangan terutama sayur dan buah didatangkan dari luar Pulau Bangka. • Salah satu karakteristik masyarakat pribumi Bangka terutama Orang Bangka Darat adalah sikap keterbukaan terhadap pengaruh dari luar, selama hal tersebut tidak mengubah dan mengganggu tatanan nilai adat istiadat setempat. • Begitu pula pengaruh pola makan masyarakat yang mengalami pergeseran. Salah satu suku yang memberikan pengaruh kepada masyarakat pribumi Bangka Darat adalah melayu, yang pertama kali masuk ke pulau Bangka tahun 1733 pada saat pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalam yaitu Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo dari Johor Siantan. • Orang Bangka Darat mempersepsikan makan itu sebagai bagian dari budaya mereka. Nilai budaya itu diterjemahkan pada aturan pada saat menghadapi hidangan yang akan disajikan. Setidaknya ada tiga aturan atau nilai yang mesti ditaati mereka, yaitu: 1. Duduk pada saat menghadapi hidangan dan makan. • Hal ini menggambarkan penghormatan Orang Bangka Darat terhadap makanan karena bagi mereka makanan tidak selayaknya dimakan dalam kondisi berdiri, berjalan atau berlari bahkan sambil tiduran. Posisi tubuh selain duduk dianggap tidak ungang atau tidak pantas karena penghargaan mereka terhadap makanan sebagai augerah Tuhan Yang Maha Kuasa. 2. Makanan yang dihidangkan harus dihabiskan. • Penghargaan terhdap makanan bagi Orang Bangka Darat pun ditunjukkan dengan tidak diperbolehkan meninggalkan sisa pada saat mengkonsumsi makanan atau hidangan. Hal ini juga merupakan tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rezeki dalam bentuk makanan. • Agar nilai ini ditaati dan dapat ditegakkan ditengah-tengah masyarakat, maka dibuatlah ‘unen-unen’ atau undang-undang atau aturan adat oleh para tetua adat dahulu. Istilah ‘kelak kepun’ merupakan salah satu dari sekian aturan adat tersebut. Kelak kepun merupakan bentuk larangan untuk menolak tawaran makanan dari seseorang, sehingga diharuskan kita mengambil dan makan sedikit dari hidangan atau makanan tersebut • Konsep ini tidak terlepas pada kepercayaan awal komunitas ini kepada Tuhan yang telah memberikan rezeki dalam bentuk makanan. • Adapun istilah lengkapnya adalah ‘nyalet duluk, kelak kepun’, yang artinya ambil dan makanlah meskipun sedikit, agar diberkahi Tuhan yang telah memberikan rezeki ini. • Jadi kata ‘kepun’ itu berasal dari ke-Pu-un, sedangkan Pu-un artinya Dapunta Hyang sebagai Penguasa Maha Tinggi yang memberikan rezeki 3. Menyantap makanan atau hidangan secara bersama, terutama dalam satu keluarga. • Praktek makan bersama ini untuk mempererat kekerabatan atau kekeluargaan sehingga segala bentuk permusuhan atau kebencian akan mencair menjadi persaudaraan ketika makan bersama. Ini lah yang dimaksudkan dengan istilah ‘cicik tegem berambus’. Konteks Sosial Budaya Makan Orang Bangka Darat • Van Den Bogaart menurut Elvian (2015) membagi empat kelompok etnis yang mendiami pulau Bangka yaitu orang Cina, orang Melayu termasuk di dalamnya etnis lainnya, hill people atau orang gunung disebut Orang Darat dan sea dweller atau disebut Orang Laut. • Padahal pada tahun 1848 penduduk pribumi ini (Orang Darat dan Laut) yang disebut dalam berbagai literatur sebagai Bangkanese atau pribumi Bangka yang menempati jumlah terbesar (26.291 jiwa) dibandingakan etis Cina (10.052 jiwa) dan Melayu (4.903 jiwa). • Etnis Melayu dari Johor dan Siantan yang datang ke Pulau Bangka karena diberikan kekuasaan oleh Kesultanan Palembang Darussalam ini kemudian mewarnai aspek sosial budaya penduduk pribumi Bangka. • Tidak mengherankan istilah Melayu yang dipakai di Bangka Belitung mempunyai beberapa penafsiran, antara lain merujuk pada mereka yang beragama Islam. • Dengan penggunaan rujukan ini maka siapa saja yang beragama Islam dapat digolongkan sebagai orang Melayu. Oleh karena itu setiap orang Darat atau Laut serta Cina yang masuk Islam dan bersunat atau berkhitan disebut “masuk melayu“ dan dikenal sebagai Orang Selam dan yang belum memeluk Islam dikenal dengan Orang Lom • Pada saat musim panen padi tiba, maka masyarakat atau orang bangka darat akan mengungkapkan rasa syukur melalui acara ngebaruk atau menyajikan makanan dari hasil panen pertama ladang mereka. • Seringkali mereka menyebut nasi yang disajikan ini dengan nasi baru putik hari pertama atau buk baru (buk adalah sebutan untuk nasi di beberapa daerah di Bangka). • Rangkaian kegiatan ini biasanya dilakukan dalam tradisi adat Nganggung sebagai ungkapan kegembiraan akan hasil panen yang mereka dapatkan. • Tradisi nganggung dilakukan dengan cara masing-masing keluarga batih atau keluarga inti membawa hidangan atau makanan dari hasil panen menggunakan suatu wadah yang disebut dulang ke suatu tempat yang disimbolkan dengan sedulang cerak, sedulang ketan. • Sedulang cerak berisikan nasi dari beras darat atau padi cerak hasil panen beserta dengan lauk pauknya, termasuk lempah darat. • Selain itu menyajikan lauk hewani yang berasal dari tangkapan di hutan atau sungai akan memberikan kebanggaan bagi mereka, seperti pelanduk (kancil), napoh (sejenis kancil tapi ukurannya agak besar), kijang, rusa, ikan darat (ikan air tawar) dan udang galah (udang air tawar dengan ukuran besar). • Sedangkan sedulang ketan adalah hidangan yang berisikan aneka kue tradisional yang terbuat dari beras cerak, beras ketan, singkong dan ubi.
• Makanan alamiah yang berasal dari pertanian seperti beras,
gandum, jagung menjadi lebih menarik lagi apabila diolah dengan lebih modern sesuai dengan tuntutan zaman. Proses Pengolahan Makanan Orang Bangka Darat • Pengolahan makanan bagi Orang Bangka Darat tidak terlepas dari tradisi nganggung. Makanan yang disajikan dalam sedulang cerak dan sedulang ketan menggambarkan cara pengolahan makanan mereka. Sedulang cerak biasanya menghidangkan makanan pokok dan lauk pauknya. • Makanan pokok utama Orang Bangka Darat adalah nasi yang dimasak dengan menanak beras dari padi cerak. Beras juga seringkali juga diolah menjadi tepung beras terlebih dahulu yang kemudian dibuat menjadi kue-kue tradisional. • Umbi-umbian lebih banyak dikonsumsi bukan sebagai makanan pokok beserta dengan lauk pauk kecuali singkong atau ubi kayu. Ubi kayu sebagai makanan pokok harus diolah menjadi beras ubi atau beras aruk terlebih dahulu. • Beras aruk ini mengandung karbohidrat 85,9% dan biasanya sebagai pangan alternatif pengganti beras (Susiarti & Sulistiarini 2015). • Proses pembuatan beras aruk dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama pengupasan ubikayu, selanjutnya ubikayu kupas dimasukkan ke dalam karung dan direndam dalam air bersih yang mengalir selama tiga hari. Setelah perendaman selesai, ubikayu ditiriskan dan dibuang serat sumbunya. • Proses berikutnya adalah ubikayu dihancurkan sambil diremas-remas dalam air mengalir agar patinya hilang, kemudian dilakukan penumbukan sampai halus. • Selanjutnya tepung ubi kayu dimasukkan dalam karung untuk proses pengepresan dengan cara dihimpit, lalu diayak dengan ayakan butiran kecil. • Hasil ayakan selanjutnya disangrai (ditambahkan sedikit minyak goreng) dan dijemur selama 12 jam. • Untuk mengolah beras aruk menjadi nasi aruk biasanya dilakukan dengan proses pemasakan (pengukusan) selama satu jam setelah beras aruk direndam terlebih dahulu dalam air selama satu jam (Soenardi & Wulan 2009). • Lauk pauk utama dalam hidangan Orang Bangka Darat biasanya berupa sumber protein hewani yang sebagian adalah ikan dan makanan laut, ikan darat/ air tawar, unggas dan daging ternak kaki empat atau hewan tangkapan hutan (pelanduk atau napoh, kijang dan rusa). • Pengolahan yang dominan untuk lauk pauk ini adalah lempah kuning, yaitu menu olahan sumber hewani sejenis sop berwarna kuning karena menggunakan bumbu kunyit, disamping bumbu-bumbu lainnya seperti lengkuas, bawang merah, bawang putih, cabe rawit, kemiri dan terasi serta asam jawa atau buah nenas muda. • Seringkali juga penggunaan pucuk dedaunan sebagai asam (daun kedondong dan pucuk idat) pada lempah kuning atau menambah aroma atau penyedap pada masakan lainnya. • Orang Bangka Darat mengkonsumsi buah-buahan yang langsung didapatkan dari hasil kebun yang disebut kelekak atau hutan. • Kelekak merupakan hutan bekas ladang yang mereka tanami berbagai jenis tanaman keras terutama buah-buahan seperti cempedak, durian, manggis, duku dan tanaman buah-buahan lainnya. • Beberapa buah-buahan lain seperti pisang dan pepaya juga mereka konsumsi. Oleh karena itu konsumsi buah-buahan tidak menjadi keharusan setiap hari karena tergantung pada buah musiman. • Biasanya kelebihan produksi pada saat musim ini kemudian mereka olah menjadi makanan lain seperti lempok dari buah cempedak atau durian. Proses pembuatannya dimasak dengan ditambahkan gula sebagai pegawet hingga kadar air berkurang dan kering serta terjadi karamelisasi. • Pengolahan makanan dengan cara fermentasi juga dilakukan oleh Orang Bangka Darat. • Produk yang terkenal dan sudah menjadi identitas daerah adalah rusip/ rusep. • Makanan ini biasanya terbuat dari fermentasi ikan laut kecil seperti ikan teri/ ikan bilis. • Proses pembuatan rusip menggunakan garam dan kerak nasi serta gula merah (gule kabong). Ikan yang telah dibersihkan, dicuci dan ditiriskan diperam dengan bahan- bahan tersebut dalam wadah yang tertutup rapat. • Beberapa hari kemudian produk yang telah jadi akan berasa asam dan asin dan pada saat akan disajikan ditambahkan air terlebih dahulu. • Rusip biasanya dimakan sebagai pelengkap lalapan mentah atau yang direbus dalam keadaan mentah yang ditambahkan bawang merah, cabe rawit, serai dan jeruk kunci. Rusip juga bisa dimasak terlebih dahulu sebelum disajikan sebagai pelengkap, tergantung selera. • Orang Bangka Darat akan lebih menyukai rusip yang disajikan tanpa dimasak. • Bekasam adalah olahan fermentasi makanan yang jamak pada Orang Bangka Darat. Olahan makanan dengan rasa asam ini merupakan salah satu upaya mengawetkan ikan darat (air tawar) yang dilakukan mereka. • Pengolahannya dengan cara membersihkan ikan serta meremas- remas ikan supaya tulangnya menjadi patah. Setelah itu maka ditambahkan nasi dan garam, lalu diperam dalam wadah tertutup untuk waktu tertentu. • Pada saat bekasam mau dihidangkan maka ditambahkan kunyit, bawang merah dan cabe rawit atau cabe keriting lalu digoreng menggunakan sedikit minyak sampai ikannya hancur dan bertekstur bermiyak. • Biasanya bekasam dimakan bersama nasi atau singkong rebus. Situasi Sosial Penyajian Makanan Orang Bangka Darat • Penyajian makanan Orang Bangka Darat sebenarnya tidak terlepas dari tradisi adat nganggung • Tradisi ini sebagai bentuk upacara tradisional yang menjadi aktivitas turun temurun dan harus dijalankan oleh masyarakat. Makna dan maksud dalam tradisi ini menujukkan legitimasi (idendity and dignity) mereka sebagai Orang Bangka Darat. • Penggunaan peralatan atau alat nganggung berupa rantang (wadah sejenis mangkok bersusun) atau pun kotak kertas, yang sebelumnya menggunakan dulang dan tudung saji adalah salah satu perubahan tersebut. • Selanjutnya hidangan pun tidak lagi dibuat oleh mereka, melainkan dibeli dari warung dan rumah makan. Selain itu tidak semua keluarga batih melestarikan budaya ini dengan berbagai alasan dan keadaan. TERIMAKASIH