Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Disusun oleh:

Danisa Tria Larasati 18/431975/KU/20942

Dewi Nugraha Primastuti 18/427056/KU/20661

Fatin Anfusina 18/429861/KU/20383

Inayah Aprilia Hidayatunnufus


Sejarah kebuadayaan makan yang berkembang di daerah Padang

Kebudayaan Malamang atau yang sering disebut dengan Lamang


Agama Hindu dan Budha berkembang dengan pesat,sebelum masuknya agama Islam di Minangkabau. Hal
ini seiring dengan tingkah laku dan makanan yang masih belum ada perbedaan antara makanan yang halal
dan yang haram. Pada saat ini peraturan yang berlaku disini adalah adat Jahiliah. Jika ada pesta
perkawinan,sehingga akan selalu diramaikan dengan acara judi, sabung ayam, dan minum Tuak, dan
dilanjutkan dengan jamuan makanan dengangulai babi, rendang tikus, dan goreng ular (Djafri, DT Bandao
LubukSati, 2000:2).
Pada saat ini Syekh Burhanuddin sudah mensyiarkan agama Islam di Minangkabau. Suatu ketika Syekh
Burhanuddin dipanggil dan diajak jamuan makan dihidangkan gulai babi, rendang tikus dangoreng ular
ketika disuruh mencicipi hidangan Syekh Burhanuddin pun menjawab dengan lemah lembut bahwa beliau
tidak suka gulai babi, rendang tikus, dan goreng ular dan dipersilahkan untuk memakan makanan yang telah
telah tersedia (Eni Zulfitria,2010:211).
Walaupun Islam sudah mulai berkembang, namun masih tetap tidak tahu halal dan haramnya makanan
masih tetap tercampur di Minangkabau. Masyarakat tetap masih memakan makanan yang haram tersebut.
Melihat hal ini Syekh Burhanuddin akhirnya memasak nasi dalam ruas talang atau bambu yang belum
tersentuh oleh siapapun. Talang atau bambu tipis ini dilapisi dengan daunPisang. Daun pisang berfungsi
untuk melapisi dinding bamboo supaya beras yang dimasukkan ke dalam ruas bambu itu tidak terkena
serbuk yang melekat di dinding bambu. Setelah masak nasi dari bambu ini barulah Syekh Burhanuddin
makan dengan hati yang tenang.
Awalnya Syekh Burhanuddin menggunakan beras biasa namun karena tidak tahan lama dan cepat basi
maka beliau menggantinya dengan beras ketan atau sipuluik yang bisa lebih tahan lama. Memasak beras
biasa berbeda dengan beras ketan, karena beras ketan lebih lama masaknya. Saat memasak beras ketan
bambu diputar-putar agar masaknya merata. Memasak beras ketan ini menggunakan tungku pembakaran
dengan menggunakan kayu bakar yang banyak. Seiring berjalannya waktu, beras ketan dalam bambu ini
dinamakan Lemang.
Proses memasak seperti ini ditiru oleh masyarakat sekitar. Masyarakat melihat dan mendengarkan
penjelasan Syekh Burhanuddin sehingga seluruh masyarakat yang tinggal di sekeliling surau Syekh
Burhanuddin menirunya. Tanpa disadari masyarakat telah meninggalkan makanan-makanan yang dinilai
haram.
Sampai sekarang Lamang selalu ada pada setiap acara keagamaan. Makanan ini selalu dibawa oleh ibu-ibu
ke mesjid atau ke surau jika setiap hari besar keagamaan. Hal ini masih berlaku sampai sekarang di Kota
Padang pantai barat Sumatera terutama
Kota Padang Pariaman dan Padang.
Sumber : Sistem Pola Pewarisan Tradisi Malamang di Kota Padang (Zulfa dan Kaksim) Jurnal Kajian
Budaya Vol. 10. No. 20, Juli 2014

Makan bajamba atau juga disebut makan barapak adalah tradisi makan yang dilakukan oleh masyarakat
Minangkabau dengan cara duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan.
Tradisi ini umumnya dilangsungkan di hari-hari besar agama Islam dan dalam berbagai upacara adat, pesta
adat, dan pertemuan penting lainnya.

Tradisi Makan Bajamba atau Makan Barapak ini berasal dari Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat dan
sudah dimulai sejak abad ke-7, tepatnya ketika awal masuknya Islam ke Minangkabau. Karena itulah,
tradisi ini juga berkaitan dengan ajaran Islam. Selain itu aturan-aturan penting yang terkandung di dalam
tradisi Makan Bajamba juga dianggap sekaligus mengamalkan sunnah dari Rasulullah SAW.

Makan bajambayang dikatakan beradat menurut nagari Kamang Hilia ialah makan yang hanya
dilaksanakan pada saat upacara perkawinan. Tata makan bajamba banyak aturan-aturanyang diatur dalam
tata cara yang unik , seperti jenis makanan, jumlah makanan yang dihidangkan, dan penyajiannya pun diatur
oleh tata cara yang sesuai dengan aturan adat di nagari Kamang Hilia. Hidangan didalam pelaksanaan
makan bajamba biasanya makanan yang khas dari minangkabau yang mempunyai arti penting dalam
pelaksanaan suatu tradisi. Jenis makanan yang terdapat dalam makan bajamba yaitu:

1. Rendang: rendang adalah makanan khas minangkabau yang terbuat dari daging yang dicampur dengan
bahan bumbu rempah-rempah dan termasuk makanan terenak didunia.

2. Cancang dagiang: makanan ini merupakan makanan yang terbuat dari lemak-lemak daging yang
dicampur dengan bahan rempah-rempah.

3. Gulai sayur cubadak/rabuang : makanan yang berbahan sayuran, santan dan bahan yang dicampur
dengan rempah-rempah

4. Sipuluik atau beras pulut merupakan makanan yang dihidangkan dalam makanan alek perkawinan di
nagari kamang Hilia

5. Pinyaram merupakan makanan yang terbuat dari tepung beras yang berbentuk bundar yang berdiameter
sekitar 2cm

6. Kalamai merupakan makanan khas minangkabau yang terdapat diberbagai wilayah minangkabau bahan
dasar dalam pembuatan kalamai ini adalah beras pulut yang dicampur dengan santan dan makanan lain
sebagai pelengkap dalalm makan bajamba seperti Keenam makan diatas merupakan makan yang wajib di
dihidangkan dalam tradisi makan bajamba. Apabila dari keenam makanan ini tidak dihidangkan maka
proses dari makan bajamba tidak berjalan sebagaimana semestinya. Selain itu ada juga makanan lainnya
dalam tradisi makan bajamba. namun makan-makanan tersebut tidak harus di wajibkan dalam prosesi
tradisi makan bajamba. Makanan tersebut antara lain:

1. Godok merupakan makanan yang terbuat dari adonan tepung ketan,kelapa parut dan air gula yang
berbentuk bulat .

2. Kue Loyang merupakan kue yang terbuat dari tepung berasberbentuk menyerupai bunga atau kembang
yang sedang mekar.

3. Kue sapik merupakansalah satu makanan khas Sumatera Barat. Bentuknya mirip kue semprong tetapi
tidak digulung. Saat diangkat dari cetakan pemanggang, kue ini dilipat dan dijepit sehingga dinamakan kue
sapik (kue jepit).Makanan ini terbuat dari tepung beras, telur, gula pasir, santan, 6 dan bubuk kulit kayu
manis. Ada juga yang terbuat dari tepung beras hitam, sehingga warnanya coklat kehitaman
4. Lapek bugih bahan makanan yang terbuat dari ketan putih yang diisi dengan kelapa yang telah dicampur
dengan gula. Pembungkus makanan ini adalah daun pisang yang dibuat lonjong segitiga

Makan bajamba merupakan adat-istiadat turun menurun dari masyarakat nagari Kamang Hilia.
Tradisi ini diadakan di saat upacara adat yang mengundang orang dengan menggunakan sirih. Dalam makan
bajamba terdapat makanan yang merupakan makanan utama saat makan bajamba pada upacara perkawinan
berlangsung yaitu rendang. ini di pada dahulunya merupakan makanan mewah dan mahal, maka dari itu
makanan ini pada dahulunya hanya ada pada saat pesat adat termasuk dalam upacara perkawinan. Makanan
rendang merupakan menyimbolkan ninik mamak sebagai pemimpin sukunya. Dalam makan bajamba
banyak aturan-aturan yang harus dipatuhi agar tidak ada yang merasa terganggu dengan tindakan kita.
Selain itu, kita juga harus mendahulukan orang yang lebih tua untuk menyuap nasi. Setiap orang yang
makan hanya boleh mengambil nasi yang berada di depannya saja, tidak boleh mengambil punya orang
lain.

Dalam makan bajamba kita juga tidak boleh mengeluarkan suara, atau yang biasa disebut oleh
orang Minang makan mancapak. Suara-suara yang kita timbulkan akan mengganggu selera makan yang
lainnya. Selain itu, ketika makan tidak boleh memasukkan tangan ke mulut, namun dengan “melompatkan”
nasi ke dalam mulut menggunakan tangan. Biasanya tangan kiri berada di bawah tangan 95 kanan agar bisa
menampung nasi yang berjatuhan agar tidak kembali ke dalam piringbesar. Dalam makan bajamba kepala
tidak boleh menunduk, karena nantinya bisa menghalangi yang lainnya untuk bisa leluasa dalam menyuap
nasi. Setelah itu dalam makan bajamba kita harus menghabiskan semua nasi yang ada di hadapan kita, tidak
boleh ada yang tersisa. Jika kita selesai lebih dahulu dari yang lain, belum dibolehkan mencuci tangan dan
harus menunggu yang lainnya selesai makan. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari makan bajamba
seperti nilai-nilai kebersamaan, di mana saat makan bajamba tidak ada perbedaan status sosial yang terlihat.
Semuanya makan bersama-sama dan secara tidak langsung akan mempererat tali silaturrahmi antara
sesama, menanamkan nilai sopan santun, saling menghargai dan menghormati orang lain.

Sumber Isra, febriadi (2015) tradisi makan bajamba dalam alekperkawinan di nagari kamang hilir,
kabupaten agam. Diploma thesis, universitas andalas.

Makanan Khas
Rendang
Satu masakan tradisional Minangkabau yang menggunakan daging dan santan kelapa
sebagai bahan utama dengan kaya akan kandungan bumbu rempah-rempah.
Karupuak Sanjai
Sejenis peganan kerupuk dari singkong yang diparut tipis lalu digoreng dan diberi garam
sebagai penyedapnya.
Sate Padang
Memakai bahan daging sapi, lidah, atau jerohan dengan bumbu kuah kacang kental
(mirip bubur) ditambah cabai yang banyak sehingga rasanya pedas.
Dendeng balado
Masakan khas yang dibuat dari irisan tipis dan lebar daging sapi yang dikeringkan lalu
digoreng kering.Daging goreng ini lalu diberi bumbu balado.
Bubur Kampiun
Campuran yang terdiri dari: kolak pisang, bubur candil, bubur sumsum dan ketan hitam.
Kopi Luwak
Seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang
kelapa.
Cemilan Pensi
Merupakan penganan yang diolah dari kerang air tawar Danau Maninjau.

A. HUBUNGAN KESEHATAN DAN KEBIASAAN MASAKAN DI DAERAH


Masakan khas Minang merupakan masakan yang khas dan identik dengan rasa gurih
dan pedas. Kecenderungan rasa gurih masakan padang berasal dari santan yang
kental serta pedas yang berasal dari sambal. Namun, dibalik rasanya yang cukup
banyak digemari, masakan padang memiliki ancaman tersembunyi bagi kesehatan.
Santan merupakan bahan yang khas pada masakan padang. Tetapi, santan
merupakan bahan makanan yang mengandung lemak jenuh yang tinggi (Rahmi, dkk,
2017). Lemak jenuh merupakan jenis lemak yang berbentuk padat dalam suhu ruang.
Lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL yang dapat meningkatkan
resiko penyakit jantung koroner dan stroke. Hal itu disebabkan karena lemak jenuh
dapat menyumbat pembuluh darah yang dapat mengganggu aliran darah ke organ,
utamanya otak dan jantung. Selain itu, jeroan yang banyak digunakan pada masakan
padang banyak mengandung kolesterol yang juga tinggi.
Masakan padang yang cenderung asin dan supan garam yang tinggi juga mampu
meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi atau hipertensi dapat
berujung pada resiko penyakit ginjal dan jantung.
B. PREVALENSI MASYARAKAT SUATU DAERAH TERKAIT KESEHATAN
C. KEBIASAAN MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN
a. Perilaku sehat sakit
Definisi sehat menurut masyarakat Minangkabau adalah jika seseorang memiliki
jasmani dan rohani yang sehat dan dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Sedangkan
definisi sakit menurut masyarakat Minangkabau adalah jika seseorang tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari. Apabila penyakit yang dialami termasuk dalam
penyakit ‘ringan’, masyarakat Minangkabau tidak menganggapnya sebagai sakit. Jika
kepala keluarga sakit, secara tidak langsung anggota keluarga juga sakit. Sebagian
masyarakat juga menganggap roh halus adalah penyebab dari sakit (Yesi, 2013).

b. Kelahiran Bayi
Tradisi yang terdapat di masyarakat Minangkabau terkait kelahiran bayi adalah
melahirkan dengan dibantu oleh dukun atau bidan dan ditunggui oleh ibu mertua.
Setelah bayi lahir, plasenta bayi kemudian dimasukkan ke dalam periuk tanah dan
ditutup dengan kain putih. Penguburan palsenta dilakukan oleh orang yang
terpandang dalam lingkungan keluarga dan lebih mengutamakan melahirkan dengan
dukun beranak daripada ke pusat kesehatan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24976/Chapter%20II.pdf;j
sessionid=3C3C86D73157AF7595EF0BAE21F56E7E?sequence=4

c. Perlakuan Jika sakit


Jika seseorang terkena demam, pengobatan yang dilakukan sebagian masyarakat
Minangkabau adalah dengan dikompres menggunakan dedaunan yang sifatnya dingin
seperti daun jarak dan daun mangkokan. Jika batuk, pengobatan yang dilakukan
adalah dengan memberi air daun kacang tujuh yang telah diremas, ibu postpartum
biasanya diberikan tambahan seperti minum jamu ataupun ramuan-ramuan tertentu.

d. Sikap fatalisme
Masyarakat Minangkabau yang beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan
Tuhan, sakit adalah takdir, sehingga kurang berusaha untuk menyembukan sebuah
penyakit yang sedang diderita. Jika sakit pengobatan yang dilakukan hanya membeli
obat di warung yang dapat berdampak pada penyakit semakin parah bahkan
komplikasi.
e. Pemberian nutrisi pada bayi baru lahir
Kebiasaan masyarakat Minangkabau terkait kesehatan yang dirasa kurang baik yakni
kebiasaan terkait nutrisi bayi. Dimana ibu bayi tidak langsung memberikan ASI yang
keluar pertama kali, tetapi membuangnya. Masyarakat Minang menganggap
colostrum ASI sebgai ASI yang rusak karena warnanya kekuningan. Padahal colostrum
ASI sangat berperan terhadap kekebalan tubuh bayi.
D. Tahayul terhadap Kesehatan
Konsep kesehatan bagi etnik Minangkabau terdapat dalam diri pribadi dan ditentukan
oleh pribadi tersebut. Menurut Nasroen (1954), penentuan itu dilakukan dengan
memanajemeni kekuatan-kekuatan pikiran, rasa, dan keyakinan.
Di era perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang cukup pesat seperti saat ini,
sebagian masyarakat Minangkabau masih percaya pada hal-hal gaib dan juga tahayul.
Sehingga, dalam masalah terkait kesehatan beberapa masih menganggap bahwa hal
tersebut sering dikaitkan dengan dunia supranatural. Beberapa masyarakat di
Minangkabau menganggap bahwa sakit juga dapat disebabkan oleh hal-hal diluar dunia
manusia seperti makhluk gaib, roh jahat, tukang tenung, tukang sihir dan lain sebagainya.
Penyebab penyakit tersebut di Minangkabau lazim dikenal dengan istilah Tasapo, bentuk
dari kemarahan makhluk-makhluk yang ada di luar dunia manusia sehingga
mendatangkan malapetaka atau penyakit yang disebabkan karena adanya pelanggaran
yang dilakukan oleh manusia (taboo) (Tedi, R, 2017)

Masyarakat yang melanggar biasanya akan terkena sakit seperti demam, meriang hingga
kesurupan. Masyarakat di Minang percaya, untuk menyembuhkan orang yang terkena
Tasapo tersebut dengan membawanya kepada orang yang ahli seperti dukun. Dukun di
Minangkabau terdapat di beberapa daerah, yang pengobatannya dilakukan secara
tradisional menggunakan ramuan-ramuan yang berasal dari alam ditambah dengan
bacaan-bacaan mantera khusus.

E. Kepercayaan terhadap Kesehatan


Dalam sudut pandang ilmu Antropologi, kondisi sehat sakit merupakan kondisi yang
mengandung aspek biologis dan aspek budaya. Terkait aspek budaya, mengacu pada
bagaimana nilai dan norma yang hidup dalam masyarakat tentang pendefinisian rasa sakit
dan penyakit, bagaimana pertolongan diupayakan, dan bagaimana proses pengobatan.

Di daerah Minangkabau, kepercayaan terhadap kesehatan dalam pendefinisian rasa sakit,


masyarakat Minangkabau beranggapan bahwa yang dimaksud dengan sakit adalah
kondisi dimana mereka sudah benar-benar tidak dapat melakukan pekerjaan dan aktivitas
sehari-hari. Terkait sakit, masyarakat Minangkabau juga percaya bahwa dunia
supranatural juga berhubungan dengan sakit pada manusia. Untuk pertolongan dan
pengobatan, masyarakat Minangkabau beberapa masih menggunakan pengobatan
tradisional, ramuan-ramuan, pijat, pantangan makanan, dan dengan berobat kepada
seorang dukun, kyai, dan sebagainya. Oleh karena itu, pendefinisian sakit, penyakit, dan
penanggulanganya tergantung pada kepercayan yang terdapat di daerah Minangkabau.

Sumber:
Rahmi, dkk. 2017. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Masakan Padang dengan Kadar
Kolesterol (Studi pada Paguyuban Ikatan Mahasiswa Minang Angkatan 2015 di
Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat vol.5, No. 4 Universitas Diponegoro.
Yesi, M.W. 2013. Perilaku Sehat Sakit Masyarakat Minang. . Diakses pada: 4 Mei 2019

Nasroen, M. 1957. Dasar Filsafat Adat Minangkabau. Jakarta: Bulan Bintang.


Tedi, R. 2017. Sistem Pengobatan Tradisional Tasapo (Studi Kasus di Nagari
Sibarambang Kecamatan X Kota Diatas Kabupaten Solok). Diploma thesis, Universitas
Andalas.

Tutorial 4
a. Penjelasan mengenai pendekatan ekologi
Model sosioekologi mengembangkan kerangka pikir bahwa pelbagai tingkatan dan lapisan
masyarakat (keluarga, komunitas, lingkungan kerja dan kehidupan, kebijakan kota dan
nasional mempengaruhi perilaku individu dan keluargasena komunitas mempengaruhi
terjadinya penyakit dan masalah kesehatan(Whiteley, 2011)
Pendekatan sosioekologi secara sederhana didasarkan atas tiga prinsip
1. Lingkungan dan manusia saling berinteraksi mengakibatkan kejadian kesakitan dan
kesehatan secara dinamis dan interaktif
2. Lingkunganyang dimaksud tidak hanya lingkungan fisik akan tetapi mencakup
lingkungan sosialyang dibedakan. atas tatanan berbagai tingkatan (multiple level) yang
dibedakan atas tingkatan personal,keluarga, interaksipersonal dan komunitas, institusi
dan organisasi sosial dan tatananyang lebih luasdi tingkat meso, kebijakan tingkat
nasional, kota dan lokalyang berkaitan dengan lingkungan fisik dan sosial.
3. Perubahan individu dan konteksual secara bersamaan lebih efektif dan lebih besar
mencapai sasaran dibandingkan pendekatan indivdu.
b. Membuat kerangka teori antropologi
c. Identifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi/mendukung berkembangnya
kebudayaan makan di daerah
1. Masyarakat Minangkabau terkenal dengan budaya kolektifnya, yaitu adanya
kebersamaan dan kekompakan dalam masyarakat. Oleh karena itu, makan bajamba terus
dilestarikan karena tradisi makan bersama ini memiliki nilai kebersamaan dan
kekompakan yang tinggi.
2. Kondisi masyarakat dan lingkungannya. Lingkungan desa yang masih kental akan budaya
makan khasnya dan dikelilingi oleh orang-orang minangkabau, lebih mudah untuk
mendukung budaya-budaya makan yang sudah ada sejak dulu dibandingkan masyarakat
perkotaan yang lingkungannya belum tentu orang minangkabau juga.
3. Diadakanannya kegiatan budaya dan kesenian sebagai upaya mempertahankan budaya
dari nenek moyang. Seperti diadakannya makan bajamba.
4. Adanya rumah makan khas padang yang bertebar dimana-mana dan biasanya dibangun
oleh orang-orang dari minangkabau juga. Kebiasaan makan makanan yang pedas dan
bersantan jadi terus dilestarikan dengan adanya banyak rumah makan padang ini.
5. Masakan Minangkabau yang kaya akan variasi bumbu Orang Minangkabau hanya
menyajikan makanan-makanan yang halal, sehingga mereka menghindari alkohol dan
lemak babi. Selain itu masakan Minangkabau juga tidak menggunakan bahan-bahan kimia
untuk pewarna, pengawet, dan penyedap rasa. Teknik memasaknya yang agak rumit serta
memerlukan waktu cukup lama, menjadikannya sebagai makanan yang nikmat dan tahan
lama.

d. Prediksi arah keadaan terkait perkembangan budaya makan di daerah


Kebiasaan pola makan masyarakat minangkabau yang identik dengan rasa pedas, makanan
bersantan, dan berlemak dapat memicu beberapa penyakit, seperti hipertensi, kolesterol,
dislipidemia, penyakit jantung, dll. Jika pola makan masyarakat minang tidak diubah, maka akan
semakin tinggi tingkat penyakit (hipertensi, kolesterol, dll) dalam masyarakat minangkabau.
Masyarakat minang harus tetap menjaga pola makannya agar menjadi lebih seimbang dengan
mengurangi makanan bersantan dan berlemak bukan berarti meninggalkan budaya makan di
padang. Konsumsi sayuan dan buah juga sangat penting untuk penyeimbang.
e. Pengukuran pola respon penyelesaian dan penolakan terhadap perubahan yang
direncanakan

Pada hakikatnya, kehidupan manusia dan organisasi selalu bergerak dan diliputi oleh perubahan
secara berkelanjutan. Perubahan terjadi karena lingkungan internal dan eksternal. Perubahan
berarti kita harus mengubah dalam cara mengerjakan atau berpikir tentang sesuatu. Perubahan
dalam organisasi adalah perubahan yang direncanakan, karena ada target yang akan dicapai dan
metode-metode tertentu yang akan diterapkan. Sehingga manajemen dapat mengantisipasi
penolakan-penolakan melalui pendidikan dan komunikasi, partisipasi, fasilitasdan bantuan,
negosiasi, manipulasi dan kooptasi.

Metode pengolahan makanan orang Minangkabau di Jakarta tidaklah berbeda dengan


pengolahan makanan orang Minangkabau pada umumnya di Sumatera Barat. Pada umumnya
makanan orang Minangkabau memiliki rasa pedas dan pemakaian santan yang kental. Rendang
merupakan makanan yang menjadi ciri khas orang Minangkabau. Selain itu juga terdapat
makanan lain seperti kalio daging, gulai cancang, gulai gazebo, gulai tunjang, gulai ayam, pangek
ikan, asam pedas ikan, ayam bakar, ikan bakar, sate dan soto Padang. Ketika orang Minang
merantau ke Jakarta pola kebiasaan makan tersebut tetap mereka lakukan.

Sumber:
https://media.neliti.com/media/publications/83232-ID-penerapan-pendekatan-sosial-dan-
ekologi.pdf

POLA KEBIASAAN MAKAN ORANG LANJUT USIA (Studi Kasus: Penderita


Penyakit Hipertensi Sukubangsa Minangkabau di Jakarta)
Erda Fitriani
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang
Vol. XI No.2 Th. 2012

Tutorial 6 (Strategi penguatan budaya makan yang sehat pada siklus kehidupan di daerah)
Remaja di Padang memiliki kebiasaan makan atas dasar rasa suka dan ketidaksukaan. Para remaja
padang sangat menyukai buah-buahan hingga mencapai 86,5% dan tidak menyukai makanan
sumber peotein nabati dengan prosentase 63,1%. Remaja padang lebih memilih makanan
sumber protein hewani, seperti ayam dan daging. Mereka juga lebih menyukai pengolahan
makanan dengan cara digoreng, dibakar, dan ditumis. Kebiasaan makan remaja padang tentu
dapat dipengaruhi oleh kebiasaan makan dalam kelompok masyarakat. Selain itu, karakteristik
individu, makanan, dan lingkungan juga sangat berpengaruh besar. Adapun beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi seorang remaja dalam memilih makanan, diantaranya adalah aroma
makanan dengan pemilihan makanan pokok, jenis kelamin dengan pemilihan buah-buahan, dan
status alergi dengan pemilihan makanan sumber protein hewani. Oleh karena itu, pilihan
makanan pada remaja pada umumnya tidak sesuai dengan porsi makan yang seimbang dan
bervariasi dalam setiap harinya.

Sumber:

Azrimaidaliza, Idral Purnakarya (2011). Analisis Pemilihan Makanan pada Remaja di Kota Padang,
Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai