Etnik Minang mempunyai pola makan yang khas, dimana etnik Minangkabau
mempunyai pola makan tinggi lemak jenuh dan rendah sayur-sayuran serta buah-
buahan sebagai sumber antioksidan dan serat. Sementara itu asupan karbohidrat
masih dalam batas yang dianjurkan. Asupan lemak total masih dalam batas normal,
rurmun asupan lemak jenuh lebih tinggi dari pada jumlah yang dianjurkan. Minyak
kelapa dan santan merupakan sumber asam lemak jenuh yang uumnya dikonsumsi
oleh etnik Minangkabau. Namun akhir- akhir ini terjadi penggunaan minyak kelapa
sudah jauh berkurang dan digantikan oleh minyak kelapa sawit. Minyak kelapa
adalah sumber lemak jenuh yang kaya akan asam lemak rantai pendek dan sedang.
Asam lemak jenis ini dalam proses pencemaan dan metabolisme lebih sedethana
bila dibandingkan asam lemak rantai panjang seperti yang terdapat pada minyak
kelapa sawit. (Lipoeto et al ,2000;' Delmi et al, 2003)
2. Fungsi Makanan
a. Fungsi Kenikmatan
Salah satu tujuan manusia makan adalah untuk memperoleh kenikmatan. Secara
umum makanan yang disukai adalah makanan yang memenuhi selera atau cita
rasa, yaitu dalam hal rupa, warna, bau, rasa, suhu, dan tekstur.
Di sumatera Barat Rendang atau randang merupakan hidangan olahan daging
sapi, yang dimasak dengan berbagai bumbu dan santan selama berjam-jam
hingga menjadi berkaramel dan pekat. Hidangan ini menjadi ikon kuliner
Indonesia, dan juga warisan kuliner dari Sumatera Barat.
Hasil survei CNN pada 12 Juli 2017 lalu menempatkan rendang sebagai
makanan terenak di dunia.Apresiasi juga diberikan oleh Kementerian Pariwisata
(Kemenpar) RI yang memasukkan rendang sebagai salah satu national food
bersama dengan soto, nasi goreng, sate, dan gado-gado,(Hidayat,2019)
d. Fungsi Komunikasi
Makanan merupakan media penting bagi manusia dalam berhubungan dengan
manusia lainnya. Masyarakat Minangkabau memasak rendang dengan cara
memadukan empat unsur utama bahan masakan, yaitu dagiang, lado, karambia,
dan pemasak. Unsur-unsur ini merupakan manifestasi simbolik dari tatanan
sosial dalam masyarakatnya, yakni Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak-
Pandai, dan Masyarakat Minangkabau. Mereka pun, secara tradisional,
memasak rendang dalam sebuah wajan yang diletakkan di atas tatakan tungku
yang berbentuk segitiga. Di dalam tungku, kayu bakar diletakkan bersilang
untuk menghasilkan nyala api yang baik, sehingga akan menghasilkan rendang
yang baik. Hal ini merupakan manifestasi simbolik dari tatanan politik
masyarakat Minangkabau yang memiliki Lembaga Adat, Limbago Tungku Tigo
Sajarangan atau Tali Tigo Sapilin. Lembaga ini berfungsi untuk
mengakomodasi seluruh pendapat, dan kepentingan masyarakat Minangkabau
untuk mereka musyawarahkan hingga menghasilkan keputusan bersama
(mufakat).(Sovia Firdaus et al., 2018)
f. Simbol Kekuasaan
Melalui makan juga, seseorang atau sekelompok masyarakat dapat
menunjukkan kekuasaannya terhadap orang atau sekelompok masyarakat lain.
Dalam tradisi Minangkabau, rendang adalah hidangan yang wajib disajikan
dalam setiap seremoni adat, seperti berbagai upacara adat Minangkabau,
kenduri, atau menyambut tamu kehormatan. Dalam tradisi Melayu, baik di
Riau, Jambi, Medan atau Semenanjung Malaya, rendang adalah hidangan
istimewa yang dihidangkan dalam kenduri khitanan, ulang tahun, pernikahan,
barzanji, atau perhelatan keagamaan, seperti Idul Fitri dan Idul Qurban.
(Wardhana,2017)
a. Makanan Utama
Rendang
Dendeng Balado
Dendeng Batokok
Gulai Tunjang
Gulai paku
Gulai tauoco
Gulai itiak
Gulai banak
Gulai kambiang
Gulai manih
Gulai pucuak ubi
Gulai asin padeh
Gulai kapalo ikan ameh
b. Makanan Ringan
Makanan berikut dihidangkan tanpa nasi, dengan ketan, atau
memakai ketupat.
Sate Padang Lamang
Pical Lamang tapai
Martabak Mesir Katupek Pitalah
(Martabak Kubang) Bubur kampiun
Dadiah Kacang padi
a. Fasilitas Utama
b. Fasilitas Pendukung
Sendok gulai (sanduak gulai) Berguna untuk mengaduk bumbu, santan dan
daging pada wajan saat memasak rendang.
Hal yang sama juga dikatakan oleh ahli gizi penelitian untuk Fakultas Kedokteran
Universitas Johns Hopkins, Diane Vizthum, rempah-rempah merupakan sumber
antioksidan.“Ada lebih dari 100 bumbu umum yang digunakan dalam memasak di
seluruh dunia. Rempah-rempah adalah sumber antioksidan terkonsentrasi,"
tutur Vizthum dalam laman hopkinsmedicine.org."Beberapa telah lebih banyak
dipelajari untuk sifat terapeutik mereka daripada yang lain."
Dikutip dari laman indopos menyebutkan masakan minang kaya akan gizi. Tidak
hanya enak dinikmati hasil penelitian guru besar Universitas Andalas (Unand)
Padang menemukan kendati rendang dimasak dalam waktu lama ternyata nutrisi
yang terkandung di dalamnya tetap terjaga.“Selama ini memasak rendang selalu
dilakukan dalam waktu lama hingga berwarna coklat kehitaman. Yang menjadi
tanda tanya apakah nutrisinya berkurang dan berpengaruh bagi kesehatan saat
dikonsumsi? Ternyata tidak berkurang,” kata Guru Besar Unand Padang Prof
Fauzan Azima.Pertanyaan berikutnya, lanjut dia, rendang yang dihasilkan dari
daging dan santan serta bumbu rempah yang dimasak dengan suhu tinggi dalam
waktu lama apakah mungkin membentuk senyawa berbahaya dan warnanya yang
coklat kehitaman membahayakan kesehatan?“Ternyata ketika dilakukan
pengamatan saat memasak rendang 30 menit pertama dari daging menjadi gulai
terjadi peningkatan daya cerna protein dari 87,58 persen menjadi 91,51 persen,”
ujar dia.
Kemudian, pada pemanasan selanjutnya hingga berubah wujud menjadi kalio, daya
cerna protein turun menjadi 90,31 persen. Dan saat terbentuk rendang basah turun
menjadi 88,59 persen dan saat jadi rendang kering berwarna hitam daya cerna
protein menjadi 86,39 persen.“Artinya daya cerna protein rendang hanya turun satu
persen dibandingkan saat masih berbentuk daging yang belum dimasak. Proses
memasak yang lama tidak merusak nilai gizi yang terkandung,” kata dia. Tidak
hanya itu selama proses pemasakan terungkap tidak terbentuk angka peroksida dan
asam lemak trans, dan angkanya berada pada angka 0,00 persen.Selain itu protein
rendang yang dimasak pada suhu di atas 80 derajat Celcius mengalami denaturasi
sehingga terjadi penguraian protein menjadi bentuk yang lebih mudah dicerna.
Ternyata selain rasanya yang lezat, gizinya yang baik, rendang pun mudah dicerna
dan tentu menjadi mudah diterima pada semua lidah masyarakat nusantara. Karena
itu, lengkaplah sudah, rendang memang layak menjadi simbol pemersatu bangsa.
Daftar referensi
Sovia Firdaus, D. R., P.Lubis, D., Susanto, D., & Soetarto, E. (2018). Portrait of The
Minangkabau Culture According to Hofstede’s Six Cultural Dimensions. Sodality:
Jurnal Sosiologi Pedesaan, 6(2). https://doi.org/10.22500/sodality.v6i2.23229
https://indopos.co.id/read/2019/07/27/182900/rendang-itu-masakan-pemersatu-bangsa/
https://gangkecil.com/kuliner-tak-cuma-perkara-gizi-tapi-juga-kebudayaan/