Menurut Vita datau messakh, ketua tim Percepatan Pengembangan Pariwisata kuliner dan
Belanja Kementerian Pariwisata dalam forum dunia tentang Pariwisata Gastronomi (World
Forum on Tourism Gastronomy) yang diselenggarakan UNWTO di kota San Sebastian 7-9 Mei
2017 mengatakan bahwa Rendang memenuhi kriteria gastronomi karena di dalamnya terdapat
proses pembuatan yang dinamakan marandang, dan filosofi dari setiap unsurnya seperti daging
mencerminkan prosperity (kesejahteraan), rempah-rempah mencerminkan enhancement
(peningkatan), santan kelapa untuk integrator dan cabe merah untuk good lesson (pelajaran baik).
Selain itu nilai filosofi yang dikenal oleh orang-orang Minang antara lain, dimulai dari
waktu memasaknya yang memakan waktu berjam-jam hingga mendapatkan tingkat kering yang
sempurna, menggambarkan kesabaran dan ketekunan masyarakat Minang kabau dalam
menjalankan atau mengerjakan sesuatu. Terkadang dalam memasak Rendang butuh bantuan
orang lain atau tidak jarang mereka memasaknya ramai-ramai dalam memasak rendang
teersebut, sehingga hal itu menggambarkan sikap gontong royong orang Minang kabau yang
masih ada sampai saat ini. Memasak rendang biasanya dimasak dalam wajan yang besar atau
disebut dengan Perandangan, hal ini menggambarkan mengenai masyarakat minang kabau yang
banyak dan disatukan dalam satu kesatuan suku Minang kabau.
Daging atau dagiang yang biasanya menjadi komponen utama dalam rendang
menggambarkan seorang Niniak mamak atau Datuak pangulu, hal ini dikarenakan Niniak
mamak merupakan orang yang ditinggikan dan dituakan dari masyarkat lainnya, bisa dikatakan
Niniak mamak merupakan pemimpin adat suku Minang kabau yang mengatur segala keputusan
dan mengawasi jalanya aturan adat yang berlaku, layaknya daging yang ada didalam rendang
tersebut, jika tidak ada daging maka tidaklah dapat dikatakan Rendang, begitu juga Niniak
mamak jika tidak ada mereka maka masyarakatnya tidak akan disebut lagi masyarakat Minang
kabau.
Santan kelapa atau karambia yang membut daging dan bumbu didalamnya menyatu
sehingga menjadi sebuah masakan yang memiliki tampilan yang menggiurkan selera dengan
adanya minyak dari santan tersebut setelah dimasak kering, menggambarkan seorang Cadiak
pandai atau kaum Cerdik pandai merupakan sekelompok kaum yang menjadikan masyarakat
minang kabau menjadi orang yang bermanfaat bagi semua orang dan memiliki ilmu pendidikan
yang tinggi serta cerdas dalam segala hal, layaknya sebuah kelapa yang semua bagian dari pohon
hingga buahnya dapat dimanfaatkan dan memberikan manfaat banyak bagi manusia, begitulah
kerja seorang Cerdik pandai yang mencerdaskan kaum adat Minang kabau.
Cabai atau lado yang memberikan cita rasa pedas dari rendang yang menggambarkan
ciri khas dari masakan minang yaitu pedas, menggambarkan kaum Alim ulama yaitu kaum yang
menyebarkan dan menanamkan syariat islam disamping berjalannya adat sehingga keduanya
berjalan sejalan dikenal dengan adat basandi syara, syara basandi kitabullah dimana adat
berpedoman kepada hukum agama islam, selain itu alim ulama sangat tegas dalam menanamkan
syariat islam kepada kaum adat Minang kabau, layaknya buah cabai yang memiliki rasa pedas
namun banyak orang tetap menyukainya, begitulah seorang alim ulama meskipun terkadang
aturannya begitu kuat tapi semua orang mematuhinya.