Anda di halaman 1dari 15

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

Stratigrafi Terukur : Dusun Gembyong, Desa Ngoro-ngoro,


Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul

RIKO SUSETIA YUDA (13/346857/TK/40677)


KELOMPOK 12
ASISTEN PENDAMPING : M. ADITYA AKBAR
Lokasi Administrasi

• Lokasi pengukuran berada di dusun


Gembyong, desa Ngoro-oro,
kecamatan Patuk, Kabupaten Lokasi Stratigrafi
Gunung Kidul Terukur

• Termasuk dalam Formasi Semilir


• Koordinat:
-7.835408 ; 110.53879
Pembagian Fasies Fasies Perselingan Batulanau
Tufan - Batupasir Tufan

Fasies Batupasir Tufan


Bergradasi Normal

Fasies Batupasir Tufan


Fasies Batulanau Tufan
Bersisipan Batupasir

Fasies Batupasir Tufan


Bergradasi Normal

Fasies Batupasir Tufan


Bergradasi Normal

Fasies Batulanau Tufan


Fasies Batupasir Tufan

Fasies Batulanau Tufan Lentikuler

Fasies Batupasir Tufan Bergradasi


Normal Bersisipan Batulanau Tufan

Fasies Batulanau Tufan


1. Fasies Batulanau Tufan
Batuan berwarna abu gelap - cerah, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran lanau (1/16 - 1/256 mm), sortasi baik, grain supported, bentuk
butir tidak teramati, struktur laminasi parallel dan lentikuler, komposisi:
material sedimen berukuran lanau (70%) dan tuff (30%).
Ketebalan Fasies: 121 cm.

2.Fasies Batupasir Tufan Bergradasi Normal Bersisipan Batulanau


Tufan
Batuan berwarna abu gelap - cokelat, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran pasir sangat halus (1/16 - 1/8 mm), sortasi baik, grain supported,
bentuk butir subrounded-subangular, struktur berlapis parallel dan
gradasi normal, komposisi: kuarsa (40%), biotit (15%), feldspar (15%)
dan tuff (30%).
Batuan berwarna abu gelap - cerah, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran lanau (1/16 - 1/256 mm), sortasi baik, grain supported, bentuk
butir tidak teramati, struktur laminasi parallel dan lentikuler, komposisi:
material sedimen berukuran lanau (70%) dan tuff (30%).
Ketebalan fasies: 105 cm
3. Fasies Batulanau Tufan Lentikuler
Batuan berwarna abu gelap - cerah, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran lanau (1/16 - 1/256 mm), sortasi baik, grain supported, bentuk
butir tidak teramati, struktur laminasi parallel, komposisi: material
sedimen berukuran lanau (70%) dan tuff (30%).
Ketebalan fasies: 95 cm

4. Fasies Batupasir Tufan


Batuan berwarna abu gelap - cokelat, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran pasir halus (1/8 - 1/4 mm), sortasi baik, grain supported, bentuk
butir subrounded-subangular, struktur gradasi normal, komposisi:
kuarsa (40%), biotit (15%), feldspar (15%) dan tuff (30%).
Ketebalan: 10 cm

5. Fasies Batulanau Tufan


Batuan berwarna abu gelap - cerah, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran lanau (1/16 - 1/256 mm), sortasi baik, grain supported, bentuk
butir tidak teramati, struktur laminasi parallel dan lentikuler,
komposisi: material sedimen berukuran lanau (70%) dan tuff (30%).
ketebalan fasies: 65 cm
6. Fasies Batupasir Tufan Bergradasi Normal
Batuan berwarna abu gelap - cerah, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran lanau (1/16 - 1/256 mm), sortasi baik, grain supported,
bentuk butir tidak teramati, struktur laminasi parallel dan lentikuler,
komposisi: material sedimen berukuran lanau (70%) dan tuff (30%).
Batuan berwarna abu gelap - cokelat, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran pasir halus - sangat halus (1/4 - 1/16) mm), sortasi baik, grain
supported, bentuk butir subrounded-subangular, struktur gradasi
normal dan berlapis paralel komposisi: kuarsa (40%), biotit (15%),
feldspar (15%) dan tuff (30%).
Ketebalan fasies:150 cm
7. Fasies Batupasir Tufan Bergradasi Normal
Batuan berwarna abu gelap - cokelat, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran pasir halus - sangat halus (1/4 - 1/16) mm), sortasi baik, grain
supported, bentuk butir subrounded-subangular, struktur gradasi
normal dan berlapis paralel komposisi: kuarsa (40%), biotit (15%),
feldspar (15%) dan tuff (30%).
Batuan berwarna abu gelap - cerah, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran lanau (1/16 - 1/256 mm), sortasi baik, grain supported,
bentuk butir tidak teramati, struktur laminasi parallel dan lentikuler,
komposisi: material sedimen berukuran lanau (70%) dan tuff (30%).
Ketebalan fasies: 115 cm
8. Fasies Batulanau Tufan Bersisipan Batupasir
Batuan berwarna abu gelap - cokelat, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran pasir sangat halus (1/16 - 1/8) mm), sortasi baik, grain
lanau supported, bentuk butir subrounded-subangular, struktur berlapis
paralel komposisi: kuarsa (40%), biotit (30%), feldspar (30%)
Batuan berwarna abu gelap - cokelat, memiliki tekstur berdasarkan
pasir
ukuran lanau (1/16 - 1/256 mm), sortasi baik, grain supported, bentuk
butir tidak teramati, struktur laminasi parallel, komposisi: material
lanau sedimen berukuran lanau (70%) dan tuff (30%).

ketebalan fasies: 86 cm

9. Fasies Batupasir Tufan


Batuan berwarna abu gelap - cokelat, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran pasir sangat halus (1/16 - 1/8) mm), sortasi baik, grain
supported, bentuk butir subrounded-subangular, struktur berlapis
lanau parallel dan gradasi normal komposisi: kuarsa (40%), biotit (15%),
feldspar (15%) dan tuff (30%).
Batuan berwarna abu gelap - cokelat, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran lanau (1/16 - 1/256 mm), sortasi baik, grain supported, bentuk
pasir halus butir tidak teramati, struktur laminasi parallel, komposisi: material
sedimen berukuran lanau (70%) dan tuff (30%).

ketebalan fasies: 25 cm
10. Fasies Batupasir Tufan Bergradasi Normal
Batuan berwarna abu gelap - cokelat, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran pasir sangat halus (1/16 - 1/8) mm), sortasi baik, grain
supported, bentuk butir subrounded-subangular, struktur gradasi
lanau normal, komposisi: kuarsa (40%), biotit (15%), feldspar (15%) dan tuff
(30%).
Batuan berwarna abu gelap - cokelat, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran lanau (1/16 - 1/256 mm), sortasi baik, grain supported, bentuk
pasir halus butir tidak teramati, struktur laminasi parallel dan trail, komposisi:
material sedimen berukuran lanau (70%) dan tuff (30%).
Ketebalan: 70 cm
11. Fasies Perselingan Batulanau Tufan - Batupasir Tufan
Batuan berwarna abu gelap - cokelat, memiliki tekstur berdasarkan
ukuran pasir sangat halus (1/16 - 1/8) mm), sortasi baik, grain
supported, bentuk butir subrounded-subangular, struktur berlapis
lanau paralel komposisi: kuarsa (40%), biotit (15%), feldspar (15%) dan tuff
(30%).
Batuan berwarna abu gelap - cokelat, memiliki tekstur berdasarkan
pasir
ukuran lanau (1/16 - 1/256 mm), sortasi baik, grain supported, bentuk
butir tidak teramati, struktur laminasi parallel dan trail, komposisi:
lanau material sedimen berukuran lanau (70%) dan tuff (30%).
pasir
ketebalan fasies: 187 cm
Interpretasi Dinamika Sedimentasi
Mekanisme pengendapan di lokasi penelitian yang paling memungkinkan disebabkan
oleh gaya gravitasi. Mekanisme sedimentasi yang menyebabkan endapan di STA ini
terbentuk adalah arus turbid. Arus turbid merupakan arus yang memiliki kandungan
air yang tinggi, biasanya di dalam tubuh air yang terjadi akibat adanya perbedaan
berat jenis yang kontras (bilangan Reynold tinggi). Arus ini dimulai dari aliran bawah
air yang dipicu oleh gravitasi pada berat jenis yang kontras, kemudian terjadi
turbulensi campuran air dan sedimen seiring bertambahnya kedalaman. Semakin
dalam, maka arus menjadi semakin lambat dan akhirnya mengendapkan sedimen.
Semakin jauh dari sumber, semakin encer fluidanya yang menyebabkan semakin
halus butiran yang tertransport.

Sumber: smiagisttmigas.blogspot.com
Sumber: Shanmugam G., 2006, Deep-Water Processes and
Fasies Model: Implication for Sandstone Petroleum Sumber: Shanmugam G., 2006, Deep-Water Processes and
Reservoirs. Fasies Model: Implication for Sandstone Petroleum
Reservoirs. p.300
Lingkungan pengendapan di lokasi ini dapat diinterpretasikan terjadi di kipas laut dalam yang
disebabkan oleh arus turbid. Awalnya endapan turbidit tersebut seperti sekuen Bouma yang utuh,
yaitu TABCDE. Namun, seiring dengan perubahan pola sedimentasi yang seakan mundur ke arah
darat akibat transgresi, sekuen utuh tersebut akan lama – lama akan tergerus satu persatu jika
jaraknya dari sumber semakin jauh.

Sebagai contoh, sekuen utuh terbentuk


hanya di mid-fan channel, sedangkan di
daerah yang lebih jauh (distal), bagian
bawah secara suksesif tertinggal
(terendapkan terlebih dahulu) dan sekuen
TCDE, TDE, dan akhirnya TE terbentuk. Jauh
secara lateral dari channel, bagian leeve
ditempati oleh TCDE dan TBCE sedangkan area
interchannel ditempati oleh TDE dan TE.
Hilangnya bagian bawah disebut sebagai
peristiwa base-cut sedangkan hilangnya
bagian atas disebut sebagai truncation. Sumber: Shanmugam G., 2006, Deep-Water Processes and
Fasies Model: Implication for Sandstone Petroleum
Reservoirs.
1. Fasies batulanau tufan: terbentuk di area interchannel dari
suatu kipas laut dalam
2. Fasies batupasir tufan bergradasi normal (bergradasi
menjadi batulanau): lingkungan mendangkal, energi arus
bertambah -> terbentuk di distributary channel distal karena
interchannel
bagian atas (TE) dan bagian bawahnya (TA) telah hilang.
3. Fasies batulanau tufan lentikuler: lingkungan mendalam,
energi arus berkurang -> terbentuk di area interchannel dari
suatu kipas laut dalam
4. Fasies batupasir tufan: lingkungan mendangkal, energi arus
bertambah -> terbentuk di leeved channel di bagian slope
5. Fasies batulanau tufan: lingkungan mendalam, energi arus
berkurang -> terbentuk di area interchannel dari suatu kipas
laut dalam
Sumber: http://www.sepmstrata.org/CMS_Images/FanSaltBasin.jpg
6. Fasies batupasir tufan bergradasi normal (bergradasi
menjadi batulanau): lingkungan mendangkal, energi arus
bertambah -> terbentuk di distributary channel distal karena
bagian atas (TE) dan bagian bawahnya (TA) telah hilang
7. Fasies batupasir tufan bergradasi normal (bergradasi menjadi
batulanau): lingkungan dan energi arus tetap -> terbentuk di
distributary channel distal karena bagian atas (TE) dan bagian
bawahnya (TA) telah hilang.
8. Fasies batulanau tufan dengan sisipan batupasir: lingkungan
mendalam, energi arus berkurang -> terbentuk di area interchannel
dari suatu kipas laut dalam
9. Fasies batupasir tufan: energi arus bertambah -> adanya struktur
gradasi normal menunjukkan lingkungan mendangkal, energi arus
interchannel
bertambah -> terbentuk di distributary channel distal karena bagian
atas (TE) dan bagian bawahnya (TA) telah hilang
10. Fasies batupasir tufan bergradasi normal (bergradasi menjadi
batulanau): lingkungan tetap, energi arus tetap -> terbentuk di
distributary channel distal karena bagian atas (TE) dan bagian
bawahnya (TA) telah hilang
11. Fasies perselingan batulanau tufan – batupasir tufan -> lingkungan
mendangkal, energi arus berkurang (low density turbidity current) ->
terbentuk di leeved channel bagian atas, memiliki batimetri paling
dangkal karena ditemukannya fosil jejak berupa trail yang
mengindikasikan aktivitas organisme.
Keterdapatan material tufan menunjukkan bahwa pengendapan tersebut
Sumber: http://www.sepmstrata.org/CMS_Images/FanSaltBasin.jpg
bersifat volcanogenic yang berasal dari rework endapan volkaniklastik
primer Gunung Api Semilir yang merupakan Gunung Api di tengah laut
pada masa itu. Tidak terdapatnya material karbonatan menunjukkan
bawah lingkungan tersebut berada di bawah zona CCD (Carbonate
Compensation Depth).
Sekian dan Terima Kasih 
Daftar Pustaka

• Boggs, S. Jr.. 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy 4th Ed. New
York: Pearson Prentice Hall.
• Shanmugam G., 2006, Deep-Water Processes and Fasies Model: Implication
for Sandstone Petroleum Reservoirs. p.300
• Selley, R.C.. 2000. Applied Sedimentology. London: Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai