Anda di halaman 1dari 3

NAMA : KADEK ALIT ADI ANTARA

KELAS : XII BB 1
NO. ABSEN : 11
KEARIFAN LOKAL DARI 5 DAERAH YANG BERWUJUD NYATA
DAN TIDAK NYATA

A. KEARIFAN LOKAL BERWUJUD NYATA


1. Hutan Larangan Adat (Riau)
Hutan larangan adat ini merupakan bentuk kearifan lokal yang berlaku di Riau. Kearifan
lokal ini dibuat dengan tujuan agar masyarakat sekitar bersama-sama melestarikan hutan
disana sehingga dibuatkan aturan tidak boleh menebang pohon di hutan.
Apabila terdapat anggota masyarakat yang melanggar aturan tersebut, maka ia akan
dikenakan denda berupa beras 100kg atau uang sebesar Rp. 6.000.000,-.
2. Awig-Awig (Lombok Barat dan Bali)
Awig-awig merupakan kearifan lokal berupa aturan adat yang berlaku di Lombok Barat dan
Bali. Aturan adat tersebut menjadi pedoman untuk bertindak dan bersikap khususnya dalam
berinteraksi dan mengolah sumber daya alam lingkungan di daerah Lombok Barat dan Bali.
3. Bebie (Muara Enim, Sumatra Selatan)
Bebie merupakan tradisi menanam dan memanen padi secara bersama-sama yang berlaku di
Muara Enim, Sumatera Selatan. Kearifan lokal ini ditujukan agar pemanenan padi cepat
selesai, usai panen; maka akan diadakan perayaan sebagai bentuk rasa syukur atas panen
yang diperoleh dan sukses.
4. Ogoh-ogoh menjelang Hari Raya Nyepi (Bali)
Ogoh-ogoh merupakan karya seni berupa patung dalam kebudayaan Bali yang umumnya
menggambarkan kepribadian bhuta kala   (mahkluk alam bawah dalam kepercayaan
Hindu).  Ogoh-ogoh merupakan salah satu kearifan lokal yang masih hingga kini dilakukan di
Bali, biasanya di tandu, pawai atau dipentaskan berkeliling kota ataupun desa.
Bertujuan untuk menyucikan lingkungan dari roh jahat atau unsur negatif bhuta
kala menjelang atau dilakukan sehari sebelum tahun baru saka (nyepi) di Bali.
5. Ulap Doyo (Kalimantan)
Ulap Doyo merupakan kearifan lokal yang termuat dalam motif tenun sebagai warisan suku
Dayak Benuaq di Kalimantan. Jenis tekstil tradisional tersebut menyimpan keunikannya pada
bahan baku, proses pembuatan, dan motif.
Terbuat dari bahan baku daun doyo (curliglia latifotia) yang tumbuh secara liar di pedalaman
Kalimantan, salah satunya di wilayah Tanjung Isuy, Jempang – Kuta Barat. Selanjutnya, daun
doyo kemudian diberi warna alami yang berasal dari tumbuhan dengan warna umum seperti
merah dan coklat.
Pewarna alami merah berasal dari buah glinggam, kayu oter dan buah londo; sementara
pewarna alami coklat diperoleh dari kayu uwar.
Proses berikutnya adalah pada penenunan motif yang terinspirasi bentuk flora dan fauna yang
ada di tepian sungai Mahakam atau bertemakan peperangan antara manusia dengan naga.
Motif yang terdapat pada kain Ulap Doyo biasanya mencirikan identitas pemakainya yang
sekaligus menjelaskan tingkat stratifikasi sosial masyarakatnya.

B. KEARIFAN LOKAL BERWUJUD TIDAK NYATA


1. Cingcowong
Cingcowong merupakan upacara untuk meminta hujan yang berlaku di Sunda atau Jawa
Barat. Kearifan lokal ini dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat Luragung guna
melestarikan budaya serta menunjukkan bagaimana kuasa Tuhan sebagai Hyang Maha
Kuasa.
2. Sadranan Gunung Genthong
Sadranan Gunung merupakan kearifan lokal yang diadopsi didaerah Jawa Tengah sebagai
bentuk mengucap syukur atau berterimakasih terhadap leluhur dan alam. Kearifan lokal ini
diselenggaraan satu tahun sekali pada Selasa Kliwon menurut penanggalan Jawa setelah
panen pertama pertengahan marengan palawija.
Pelaksanaan kearifan lokal ini dimulai dengan melibatkan warga untuk memasak sesaji yang
akan dihidangkan seperti ketupat, uwi, gembili, embong, garut, gethuk, cemplon, ayam
panggang, ikan kali
3. Menjaga Alam Lingkungan dengan Melakukan Banyak Pantangan
Kearifan lokal jenis ini diadopsi di Desa Kanekes, Provinsi Banten berupa larangan untuk
menggunakan alat transportasi, listrik, elektronik, hingga sabun dan pasta gigi dalam hidup
sehari-hari. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga alam dari pengaruh modernisasi termasuk
produk kimia.
Suku Baduy masih menekuni usaha bertani dan bercocok tanam sebagai mata pencaharian
mereka, tidak sedikit dari mereka memilih mencari madu ke hutan untuk kemudian dijual k
eketa. Beberapa di antaranya juga menenum kain, selendang dan sarung membuat tas dari
serat akat-akar pohon sebagai produk khas daerah.
4. Mappalette Bola
Mappalette Bola merupakan kearifan lokal suku bugis, Sulawesi yang bertujuan untuk
meningkatkan solidaritas antar masyarakatnya. Kearifan lokal tersebut merupakan tradisi
memindahkan rumah yang melibatkan puluhan bahkan ratusan warga kampung.
Mappalette Bola merupakan hal yang dilakukan salah satu atau beberapa masyarakatnya yang
ingin pindah dan menjual rumahnya tapi tidak dengan tanahnya. Jenis rumah yang
dipindahkan bukan rumah sembarangan, melainkan rumah adat panggung yang terbuat dari
kayu khas masyarakat Sulawesi.
5. Pawai Dugderan
Pawai Dugderan merupakan kearifan lokal yang berlangsung di Kota Semarang sebagai
bentuk acara tahunan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi ini bertujuan
untuk menyatukan masyarakat Semarang yang berbeda-beda dalam penetapan puasa agar
dalam penetapan yang sama.

Anda mungkin juga menyukai