Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL

PENGEMBANGAN BUDAYA KAMPUNG ADAT BADUY


BANTEN

Disusun Oleh :

Aditya (411118112)

Bela Sapitri (411118097)

Nanda Muhammad R.K (411118093)

Reka Monika Meliyana (411118086)

ST. Mojang Bellanusa (411118095)

Ulfa Nurul Fadilah (411118113)

Zenita Pramugita (411118108)

STIKES Jendral Achmad Yani Cimahi


D3 ANALIS KESEHATAN
2019
1. Latar Belakang

Urang Kanekes, Orang Kanekes atau orang Baduy/Badui adalah suatu


kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah Kanekes secara
geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS dan 108°3’9” –
106°4’55” BT (Permana, 2001). Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan
Kendeng di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten-
Rangkasbitung, Banten, . berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung.
Wilayah yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng dengan ketinggian
300 – 600 m di atas permukaan laut (DPL) tersebut mempunyai topografi
berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata mencapai 45%,
yang merupakan tanah vulkanik (di bagian utara), tanah endapan (di bagian
tengah), dan tanah campuran (di bagian selatan). suhu rata-rata 20 °C,
Perkampungan masyarakat baduy pada umumnya terletak pada daerah. Populasi
mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan salah satu
suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki
keyakinan tabu untuk difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam.
Proposal ini berangkat dari permasalahan tentang Suku Baduy di Provinsi
baduy dengan penekanan kearifan lokal dalam memperkuat kebudayaan
berbasis kekinian. Perkembangan zaman yang semakin maju dengan segala
macam teknologi canggih yang menyertainya, ternyata tidak mampu mengusik
eksistensi suku Baduy untuk tetap memegang teguh adat istiadat yang telah
diwariskan oleh para leluhurnya hingga sampai sekarang ini. Sungguh hal
yang sangat luar biasa apabila kita berbicara tentang prinsip dan pedoman yang
diterapkan oleh masyarakat suku Baduy, yang lebih memilih untuk tetap
terisolasi dari dunia luar dan berpegang teguh dengan pola hidup yang
sederhana dan tradisional. Betapa tidak, Banten adalah sebuah kota modern,
dan letaknya tidak jauh dari jantung ibukota negara Indonesia, Jakarta, yang
identik dengan kemewahan dan segala kecanggihannya. Dengan segala
keaslian dan keunikan tersebut, sudah tentu banyak orang atau wisatawan yang
ingin berkunjung kesana. Orang Baduy terbuka kepada siapa pun yang datang
berkunjung, asalkan mereka menaati peraturan yang ada. Namun, semakin
banyak orang yang datang kesana, ditakutkan akan merusak alam yang telah
dijaga oleh suku Baduy selama bertahun-tahun

Keterlibatan masyarakat dalam mengolah hasil bumi yang di manfaatkan


oleh masyrakatnya seperti pembuatan kain tenun yang bersumber dari bahan
alam atau berasal dari ulat sutra benangnya dan penghasil madu yang
didapatkan langsung dari alam . Dari pemanfaat hasil bui tersebut masyrakat
baduy dapat mendapatkan penghasilan dari hasil tersebut dan juga
mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dari madu yang di dapatkan.
Pengolahan hasil alam ini sangat melibatkan akal budi manusia itu sendiri
dengan cara bersikap dan tindakan yang dilakukan masyarakat dalam
melestarikan suatu ciri khas baik di lingkungan fisik maupun kultural.
Masyarakat setempat mempercayai bahwa dengan melestarikan budaya yang
terkandung dalam pengolahan hasil bumi tersebut akan membawa unsur
positif bagi kehidupan dan kelancaran perekonomian mereka.
2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan
 Memanfaatkan dan mengoptimalkan hasil bumi yang di
hasilkan dari kegiatan masyarakat baduy luar dan baduy dalam.
 Menghidupkan perekonomian masyarakat local melalui
peningkatan produktivitas hasil kerajinan.
 Meningkatkan kemampuan masyarakat suku Baduy dalam
mengolah hasil hutan adat,perkebunan,pertanian,dll.
2.2. Sasaran
 Masyarakat suku Baduy selaku pengolah hasil sumber daya
alam.
 Pelaku kerajinan local dengan bahan alami yang tetap
mempertahankan kebudayaan dan kearifan lokal dalam
memanfaatkan hasil hutan.

3. Manfaat

 Menghasilkan produk khas suku Baduy


 Membantu perekonomian suku Baduy dengan basis kekinian
 Memperkenalkan suku Baduy lebih luas melalui produk tersebut
 Mengoptimalkan hasil bumi dari kegiatan suku Baduy
4. Aspek Produksi

4.1. Gambaran produk

Kebudayaan masyarakat suku baduy diantaranya adalah


menenun, kain hasil tenun selain bias dipakai untuk masyarakat suku
baduy bias dikembangkan kembali menjadi hasil buah tangan
daerahnya dengan mengedepankan kekhasan adatnya. Kain tenun itu
bisa dikembangkan menjadi berbagai rupa seperti ikat pinggang, ikat
kepala,syal, tas, dan masih banyak lagi. Kain tenun itu bisa di
kombinasikan dengan yang sedang kekinian pada zaman sekarang
untuk menarik minat orang luar.
Selain itu, kain tenun khas Baduy bisa menjadi aksen pada
sepatu agar semakin menarik khalayak. Terlebih motif kain tenun
khas baduy ini emiliki keunikannya sendiri.
Bukan kain tenunnya saja, suku Baduy juga ternyata memiliki
pohon-pohon bamboo yang banyak. Sehingga, hal itu bisa dijadikan
sumber perekonomian tambahan yaitu dengan memanfaatkan pohon
bamboo menjadi sebuah kerajinan khas suku Baduy. Contohnya
kerajinan pernak-pernik khas suku Baduy itu sendiri.

4.2. Rincian Pembiayaan

1. Bahan baku kerajinan ± 1.000.000,00


2. Kain tenun Khas Baduy ± 1.500.000,00
3. Biaya Produksi ± 1.000.000,00

Total ± 3.500.000,00

Anda mungkin juga menyukai