KELOMPOK 4
Anggota kelompok :
Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya umumnya bertempat tinggal di
Jabodetabek dan sekitarnya. Mereka adalah keturunan penduduk yang bermukim di Batavia (nama
kolonial dari Jakarta) dari sejak abad ke-17.
Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil perkawinan antar etnis dan bangsa
pada masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum
berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut
dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir
dari perpaduan etnis asli dengan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu dan lama hidup di
Jakarta, seperti: Sunda, Melayu, Tionghoa, Jawa, Arab, Bugis, Belanda, Makassar, & Portugis.
ETIMOLOGI
Jadi, penduduk
Penduduk Betawi
Penduduk asli asli Betawi telah
juga mengenal
Betawi berdiam di
huruf hanacaraka
berbahasa Kawi Jakarta dan
(abjad Bahasa jawa
(Jawa Kuno) sekitarnya sejak
dan sunda.)
zaman dahulu
PERIODE SETELAH MASEHI
Periode Awal
Pada masa seratus tahun ke-2, Menurtut Yahya Andi Saputra Jakarta dan
sekitarnya termasuk wilayah kekuasaan Salakanagara atau Holoan yang
terletak di kaki Gunung Salak, Bogor. Penduduk asli Betawi yaitu rakyat
kerajaan Salakanagara. Pada masa seratus tahun itu perda gangan dengan
Cina telah maju. Bahkan, pada tahun 432 Salakanagara telah mengirim utusan
dagang ke Cina.
W I L AYA H K E B U D AYA A N
B E TAW I
Wilayah kebudayaan Betawi meliputi daerah dimana terdapat kelompok orang Betawi. Berdiam. Di wilayah
tempatnya berdiam itu mereka bercakap-cakap dalam bahasa Betawi. Kesenian Betawi menjadi salah satu sarana
hiburannya.
Wilayah kebudayaan Betawi meliputi :
Sub wilayah kebudayaan Betawi Pesisir meliputi daerah darat dan pulo.
a. Daerah darat yaitu Dadap, Muara Baru, Sunda Kalapa, Kampung Japad, Kampung Bandan, Ancol, Tanjung Priuk,
Marunda
3. Sub wilayah kebudayaan Betawi Pinggir adalah daerah-daerap propinsi DKI Jakarta yang tidak termasuk Betawi
Pesisir atau Betawi Tengah.
4. Sub wilayah kebudayaan Betawi Ora/Udik terdapat di kabupaten Tangerang, kotamadya Tengerang, kabupaten
Bekasi, kotamadya Bekasi, kotamadya Depok, sebagian kabupaten Bog
K E B U D AYA A N S U K U B E TAW I
Gambaran beberapa kebiasaan hidup berkaitan dengan berkeluarga dan rumah masyarakat Betawi, khususnya
di daerah Jakarta Timur/Tenggara dan lainnya. Khusus menyoroti berbagai etika yang harus dilaksanakan
dalam hubungan antara pria bujang dengan gadis penghuni rumah. Awalnya laki-laki akan ngglancong
bersama-sama kawannya, berkunjung ke rumah calon istrinya untuk bercakap-cakap dan bergurau sampai
pagi Hubungan tersebut tidak dilakukan secara langsung tetapi melalui jendela bujang atau jendela Cina. Si
laki-laki duduk atau tiduran di peluaran (ruang depan) sedangkan si perempuan ada di dalam rumah
mengintip dari balik jendela bujang. Perempuan juga tidak boleh duduk di trampa (ambang pintu).
KEPERCAYAAN
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang
menganut agama Kristen; Protestan dan Katolik juga ada namun
hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen,
ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran
antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena
pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Pajajaran mengadakan
perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun
benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk
komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini
sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta
Utara.
PERILAKU DAN SIFAT
Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang
berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak
sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah
Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo, Gubernur
DKI Jakarta periode 2007-2012.
Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-
kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga
nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orang tua (terutama yang beragama Islam) kepada anak-
anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik
antara masyarakat Betawi dengan pendatang dari luar Jakarta.
Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga
yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-
ondel, gambang kromong, dan lain-lain.
Memang tidak bisa dimungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat Betawi masa kini agak
terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri. Namun tetap ada optimisme dari masyarakat
Betawi terhadap generasi mendatang yang justru akan menopang modernisasi tersebut.
S E N I D A N K E B U D AYA A N S U K U B E TAW I
Seni dan Budaya asli Betawi dapat dilihat dari temuan arkeologis,
semisal giwang-giwang yang ditemukan dalam penggalian di
Babelan, Kabupaten Bekasi yang berasal dari abad ke-11 masehi.
Selain itu budaya Betawi juga terjadi dari proses campuran budaya
antara suku asli dengan dari beragam etnis pendatang atau yang
biasa dikenal dengan istilah Mestizo.
Sejak zaman dahulu, wilayah bekas kerajaan Salakanagara atau kemudian dikenal dengan
"Kalapa" (sekarang Jakarta) merupakan wilayah yang menarik pendatang dari dalam dan luar
Nusantara, percampuran budaya juga datang pada masa Kepemimpinan Raja Pajajaran, Prabu
Surawisesa di mana Prabu Surawisesa mengadakan perjanjian dengan Portugal dan dari hasil
percampuran budaya antara Penduduk asli dan Portugal inilah lahir Keroncong Tugu. Selain dari
penduduk Nusantara, budaya Betawi juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya
Arab, Tiongkok, India, dan Portugis. Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak
tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-
wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan
oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi,
didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.
BAHASA
Bahasa Betawi lahir dari perjalanan panjang sejarah. Bahasa ini termasuk salah satu
bentuk dialek bahasa Melayu. Keistimewaannya adalah mudah digunakan untuk
berkomunikasi dengan suku-suku bangsa lain yang paham bahasa Indonesia. Bahasa
Betawi merupakan hasil pembauran bahasa-bahasa antar suku dan dipengaruhi unsur
bahasa asing (Arab, Belanda, Portugis, Inggris, dan Cina).
Bahasa Melayu dialek Nusa Kalapa telah dipergunakan di Jakarta paling tidak sejak
abad ke-10. Bahasa Melayu dialek Jakarta atau Bahasa Betawi ini terdapat kosakata
yang tergolong "Betawi Kawi", yang dipengaruhi oleh bahasa Melayu Polinesia dan
bahasa Kawi-Jawi.
MUSIK
Rumah tradisional
Rumah tradisional/adat Betawi adalah rumah kebaya. Terdapat pula
rumah tradisional lain seperti rumah panggung Betawi.
KULINER
Masakan khas Betawi antara lain gabus pucung, laksa betawi. sayur babanci, sayur
godog, soto Betawi, ayam sampyok, kerak telor, asinan Betawi, soto tangkar dan nasi
uduk.
Kue-kue khas Betawi misalnya kue cucur, kue rangi, kue talam, kue kelen, kue
kembang goyang, kerak telor, sengkulun, putu mayang, andepite, kue ape, kue cente
manis, kue pepe, kue dongkal, kue geplak, dodol betawi, dan roti buaya.
Minuman khas Betawi contohnya adalah es selendang mayang, es goyang, dan bir
pletok.
CERITA RAKYAT
Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah
dikenal seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan
Tulen atau Si Jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam
perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras".Selain
mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita
Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. Cerita
lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan
Boing dan yang lainnya.
KESIMPULAN
Menurut sejarah, asal mula penyebutan Suku Betawi berasal dari kesalahan penyebutan kata
Batavia menjadi Betawi. Masyarakat Betawi secara geografis dibagi mejadi dua bagian, yaitu
Tengah dan Pinggiran.
Masyarakat Betawi Tengah meliputi wilayah Tanjung Priok atau meliputi radius 7 km dari
Monas. Wilayah ini mayoritas dipengaruhi oleh budaya Melayu dan agama Islam yang terlihat
dalam kesenian Samrah, Zapin dan berbagai macam Rebana.
Sedangkan, dari segi bahasa, terdapat banyak perubahan vokal a dalam suku kata akhir bahasa
Indonesia menjadi e, misal guna menjadi gune. Sementara itu, Masyarakat Betawi pinggiran,
sering disebut orang sebagai Betawi Ora yang dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bagian
utara dan selatan.