DOSEN PENGAMPU :
Novanita Whindi Arini, M. Pd.
DISUSUN OLEH :
Rifda Alfida (2001025091)
A. Etimologi
Secara historis, Bahasa Betawi merupakan masyarakat multietnik yang membaur dan
membentuk sebuah entitas baru. Suku Betawi terlahir karena adanya percampuran
genetik/akulturasi budaya antara suku asli (dahulu dinamakan Sunda Kalapa) dengan suku-
suku lain yang datang ke Jakarta, setelah adanya percampuran budaya, adat-istiadat, tradisi,
bahasa, dan lainnya pada masa Hindia Belanda yang akhirnya dibuat sebuah komunitas besar
di Batavia. Karena adanya pernikahan antar etnis, percampuran, akulturasi yang kuat
komunitas ini lama kelamaan melebur menjadi suku/identitas baru yang dinamakan Betawi.
Nama Betawi sendiri berasal dari kata Batavia yang lama kelamaan berubah menjadi Batavi,
Batawi, Lalu kemudian "Betawi" (disesuaikan dengan lidah masyarakat lokal) hingga saat ini.
Seni dan Budaya asli Penduduk Jakarta atau Betawi dapat dilihat dari temuan arkeologis,
semisal giwang-giwang yang ditemukan dalam penggalian di Babelan, Kabupaten Bekasi
yang berasal dari abad ke-11 masehi. Selain itu budaya Betawi juga terjadi dari proses
campuran budaya antara suku asli dengan dari beragam etnis pendatang atau yang biasa
dikenal dengan istilah Mestizo. Suku-suku yang mendiami Jakarta sekarang antara lain, Jawa,
Sunda, Melayu, Minang, Batak,Bugis, dan lainnya. Selain dari penduduk Nusantara, budaya
Betawi juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan
Portugis.
C. Bahasa
Bahasa Betawi dituturkan dalam dan sekitar Jakarta modern secara tradisional, Bahasa
Betawi Tengahan atau Bahasa Betawi dialek Jakarta terdaftar sebagai Bahasa Melayu
dikarenakan banyak kosakata serapan atau pengaruh kuat dari Bahasa Indonesia atau Bahasa
Melayu dengan bentuk baku yang cenderung diakhiri dengan vokal 'é'. Secara historis,
Bahasa Betawi tercipta karena adanya percampuran antar Bahasa yang ada di Batavia pada
masa lalu sehingga terbentuklah Bahasa Betawi yang beragam kosakata.
D. Musik
Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang
berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik
Arab, orkes Samrah berasal dari Melayu, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-
Arab, dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal
dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong. Betawi juga
memiliki lagu tradisional seperti "Kicir-kicir". Pengaruh budaya Jawa dengan sedikit unsur
Sunda didalamnya juga ada dalam kebudayaan Betawi, seperti pementasan wayang
Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di
dalamnya. Contohnya tari Topeng Betawi, Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong Sunda,
Cokek, tari silat dan lain-lain. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda
dan Tiongkok, seperti tari Yapong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun
Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni
tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis. Drama tradisional Betawi antara lain lenong
dan tonil. Pementasan lakon tradisional ini biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari
rakyat Betawi, dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dan lelucon jenaka. Kadang-kadang
pemeran lenong dapat berinteraksi langsung dengan penonton.
F. Cerita rakyat
Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si
Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen atau Si Jampang yang
mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang
dikenal "keras". Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal
cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. Cerita lainnya ialah
Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dan yang lainnya.
G. Senjata tradisional
Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan dari kayu.
H. Rumah tradisional
Rumah tradisional/adat Betawi adalah rumah kebaya. Terdapat pula rumah tradisional lain
seperti rumah panggung Betawi. Suku Betawi mengenal tradisi Bikin Rume yang dilakukan
ketika hendak membangun rumah.
I. Kepercayaan
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen:
Katolik dan Protestan juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang
beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara
penduduk lokal dengan bangsa Portugis ataupun Belanda. Hal ini wajar karena pada awal
abad ke-16, Surawisesa, raja Pajajaran mengadakan perjanjian dengan Portugis yang
membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa
sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang
masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.
Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi,
walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius.
Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orang tua
(terutama yang beragama Islam) kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat
menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi
dengan pendatang dari luar Jakarta. Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka
warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau
kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang
kromong, dan lain-lain.
K. Masakan
Masakan khas Betawi antara lain gabus pucung, laksa betawi. sayur babanci, sayur godog,
soto Betawi, ayam sampyok, kerak telor, asinan Betawi, soto tangkar, nasi uduk, dan
ketoprak
L. Kue-kue
Kue-kue khas Betawi misalnya kue cucur, kue rangi, kue talam, kue kelen, kue kembang
goyang, sengkulun, putu mayang, andepite, kue ape, kue cente manis, kue pepe, kue dongkal,
kue geplak, dodol betawi, dan roti buaya.
L. Minuman
Minuman khas Betawi contohnya adalah es selendang mayang, es goyang, dan bir pletok.
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi