Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................................2
BAB 1....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
BAB 2....................................................................................................................................................4
ISI...........................................................................................................................................................4
1. KEDATANGAN BANGSA PORTUGIS...................................................................................4
Di Malaka.......................................................................................................................................4
Di Maluku......................................................................................................................................4
Franciscus Xaverius.......................................................................................................................5
Ke Halmahera.................................................................................................................................6
2. AWAL MULA...........................................................................................................................9
A. ORGANISASI GEREJA PORTUGIS....................................................................................9
B. DON IOAO............................................................................................................................9
C. MARTIR KRISTIANI PERTAMA DI MALUKU.................................................................9
3. KEADAAN GEREJA PORTUGIS DI NUSANTARA............................................................10
A. KEPULAUAN MALUKU...................................................................................................10
B. PULAU SULAWESI............................................................................................................13
C. PULAU JAWA.....................................................................................................................16
D. GEREJA KRISTIANI PORTUGIS DI NUSA TENGGARA TIMUR.................................18
BAB 3..................................................................................................................................................19
KESIMPULAN....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................21

Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 1


Kata Pengantar
Pantaslah kami memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena
berkat tuntunannya, kami dapat menyelesaikan tugas ini. Perlu diketahui juga bahwa kami
mendapat kesulitan dalam proses pengumpulan bahan, proses penulisan, proses perbaikan dan
proses percetakan. Kami juga mendapat kesulitan karena singkatnya waktu dan banyaknya
tugas lain. Pada akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul: “Sejarah
Perkembangan Gereja Katolik di Indonesia pada Masa Portugis (1512-1605)”
Ada banyak pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan karya ilmiah ini,
untuk itu sudah sepantasnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka semua,
yaitu:
1. Kepada Seminari menengah St.Fransiskus Xaverius, Para Staf dan Guru-guru
yang telah mendidik penulis dalam berbagai pengalaman hidup dan pelajaran,
melalui pembinaan sehingga membekali kami dengan ilmu dan kebajikan
dalam proses pembinaan calon imam.
2. Kepada para petugas perpustakaan, yang telah membantu kami dalam hal
meminjamkan buku-buku referensi.
3. Kepada teman-teman angkatan 88, dan adik kelas, yang telah memberikan
semangat dan bantuan kepada kami.
4. Akhirnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada siapa saja yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ilmiah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ilmiah ini bukan merupakan sebuah karya yang
sempurna. Tetapi dengan penuh kerendahan hati kami mengharapkan masukan dari para
pembaca sekalian berupa kritik dan saran, agar dapat memperbaiki tugas ini sehingga menjadi
lebih baik lagi. Kiranya Tuhan memberkati kita semua.

Kakaskasen, Februari 2019

Penulis

Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 2


BAB 1

PENDAHULUAN

“Setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya”. Itulah sepenggal kata yang
sering kita dengar jika membahas mengenai sejarah. Sejarah Gereja Katolik Indonesia,
khususnya pada saat perdagangan bangsa Portugis di Nusantara 1 tidak lepas dari sejarah
perjalanan bangsa Indonesia sendiri, yang di dalamnya dipengaruhi oleh kebudayaan setempat
(kebudayaan Indonesia) sehingga corak dan pembawaan para misionaris atau imam untuk
menyebarkan agama Kristiani di bumi Nusantara harus disesuaikan juga dengan budaya
setempat. Juga, dipengaruhi oleh sejarah dunia (atau sejarah secara umum yang di dalamnya
termuat sejarah perkembangan beberapa bangsa yang terkenal), di mana perkembangan
bangsa Indonesia juga dipengaruhi oleh bangsa-bangsa yang datang untuk berdagang,
khususnya bangsa barat.

Pusat perkembangan Kekristenan di Indonesia sangat mencolok di daerah Indonesia


Timur, khususnya di Maluku. Persemaian benih Kristian awalnya di mulai saat adanya
perdagangan antara bangsa Portugis dan penduduk setempat. Tapi, lama-kelamaan bangsa
Portugis pun kawin dengan penduduk asli sehingga agama pun terbawa-bawa di dalamnya.
Juga adanya persahabatan yang erat antara bangsa Portugis dengan para raja setempat, yang di
dalamnya termuat unsur politis dan agama, 25 di mana orang Portugis akan membantu
mereka untuk melawan lawan politik mereka dengan syarat utama, yaitu mereka harus di
baptis. Otomatis mereka pun harus memeluk agama baru dan menjadi orang Kristen. Sejarah
perkembangan gereja pun tentunya tak lepas dari perjuangan para imam dan misionaris yang
dengan gigih mewartakan kabar keselamatan dari Allah. Bayangkan perjuangan mereka yang
dengan rela meninggalkan tanah air tercintan demi mewartakan kerajaan Allah kepada orang
yang tidak mengenal Kristus dan nyawa mereka menjadi taruhan. Terlihat sangat tidak wajar,
tapi semangat mereka yang berkobar-kobar demi memperluas kerajaan Allah tentunya
merupakan motivasi utama yang di jiwai dan di jalani. Pada bab ini, fokus penjelasan

1
Sebutan untuk Indonesia pada waktu dulu. Sebutan untuk Indonesia nanti muncul belakangan ini, terlebih saat
para pemuda melakukan kongres sehingga melahirkan yang kita kenal “sumpah pemuda” yang di dalamnya
mencantumkan nama Indonesia, untuk keseluruhan tanah air.
Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 3
mengenai Sejarah Gereja Katolik Indonesai: Zaman Portugis, selalu tak lepas dari bangsa
Portugis sendiri dan berpusat di Indonesia Timur, khususnya bagian Maluku.

“Ad Maiorem Dei Gloriam”

BAB 2

ISI

1. KEDATANGAN BANGSA PORTUGIS

Di Malaka
Dalam tahun 1509, sultan malaka menerima kabar bahwa ada utusan portugis
yang hendak menghadapi beliau. Karena mencium gelagat yang membahayakan, maka
daripada menyambut utusan itu di istana dengan makan-minun, beliau menyuruh
tentaranya menyambut mereka dilaut dengan hujan peluru. Akhirnya armada Portugis
melarikan diri.

Tahun 1511, armada yang lebih kuat datang dari Goa dan mengepung kota
Malaka. Akhirnya sultan pun menyerahkan diri, akibatnya Malaka didududi oleh
Portugis. Pelabuhan itu pun merosot karena banyak kapal menghindari pertemuan
dengan orang Portugis.

Di Maluku
Dalam tahun 1512, penduduk pulau Banda menyaksikan kedatangan armada
Portugis yang pertama tiba di Maluku. Armada itu terdiri dari beberapa kapal layar
dan dikomandokan oleh Antonio d’Abreu. Kemungkinan besar, berkat adanya mualim
Melayu atau Jawa, yang entah diculik atau disewa, mereka mencapai tempat asal
rempah-rempah yang sudah lama diidam-idamkan, setelah lebih dahulu singgah di
pelabuhan Gresik. Tak lama kemudian, penduduk Hitu di Ambon Utara melihat
sebuah kapal layar asing terdampar. Ternyata, kapal itu kesasar setelah terpisah dari
armada d’Abreu. Penduduk menyambut awak kapal yang orang Portugis itu dengan
baik, sebab melihat kesempatan untuk mendapatkan bantuan, dengan memukul
mundur orang Seram yang suka menyerang.

Dalam tahun 1522 penduduk Ternate melihat armada Portugis yang kedua datang
di Maluku dan berlabuh di pelabuhan. Komandannya Antonio De Britto. Karena
Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 4
sultan yang sebelumnya mengadakan perjanjian telah wafat, maka janda almarhum
menyambut orang asing itu. Pada tanggal 24 Juni tahun itu juga, dari kejauhan
penduduk setempat dapat menyaksikan suatu upacara yang aneh dilangsungkan
diudara terbuka: orang Portugis mempersembahkan Misa pertama di pantai Ternate
dan meletakkan batu pertama benteng yang diberi nama Sao Paolo (Santo Paulus).

Franciscus Xaverius
Franciscus Xaverius (1506-0552) lahir di Navarra, Spanyol, dari keluarga
bangsawan suku Basque (Bask). Ketika belajar di Paris, beliau berkenalan dengan
Ignatius dari Loyola, dan termasuk dalam kelompok tujuh orang yang dalam tahun
1537 mengucapkan kaul untuk hidup miskin serta suci, berziarah ke Yerusalem dan
merasul di negeri yang penduduknya belum Kristiani. Setelah dithabiskan sebagai
imam, maka dalam tahun 1541 atas permintaan raja Portugal, beliau bertolak dari
Lisboa dan tiba di Goa pada tahun 1542. Dalam tahun 1545, Franciscus berlayar ke
Malaka, keuskupan sufragan Goa, lalu melanjutkan pelayaran menuju Ambon. Pada
tanggal 14 Februari 1546, beliau tiba di Ambon.

Di Ambon

Dengan menancapkan sebatang salib besar, orang Portugis sudah


mengkhususkan kampung Hatiwi untuk agama Kristiani. Disana, beliau
membangun sebuah rumah kecil dan kapel. Ia mendengar bahwa penduduk
setempat dahulu sudah pernah bersahabat dengan orang Portugis tetapi akhirnya
bermusuhan karena ada suatu peristiwa yang terjadi. Katanya, dalam tahun 1523
penduduk setempat pernah meminta bantuan dari Portugis untuk memerangi
pengayau Alfuru yang datang dari pulau Seram menyerang mereka. Mereka
berhasil menang, lalu menjamu orang Portugis dengan mengadakan suatu pesta
besar yang ramai, sebagai perayaan kemenangan serta persahabatan itu.

Pada kesempatan itu ada seorang Portugis yang meminum minuman keras
sampai mabuk, lalu memeluk putri kepala kampung. Ketika dihalangi oleh ayah
putri itu, pria yang mabuk itu menjadi marah dan menampar sang kepala
kampung. Tentu penduduk menjadi berang, tetapi untunglah, kepala kampung
yang amat bijaksana itu dapat menenangkan rakyatnya dan si prajurit Portugis itu
disuruh pulang. Dalam sepucuk surat, sang kepala kampung memberitahukan
bahwa sahabatan mereka sudah putus.

Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 5


Sejak saat itu, penduduk di wilayah Hitu mendapat bantuan orang Demak
dan Jepara untuk melawan orang Portugis. Tetapi, dalam tahun 1538 armada
mereka dikalahkan, dan pantai wilayah Hitu diduduki oleh orang Portugis.
Kemduian banyak dari penduduk yang dibaptis oleh pastor armada dan seorang
misionaris. Yang terakhir itu menetap di tengah mereka hingga akhir hayat.
Bagitulah cerita yang didengar oleh Franciscus. Hal lain yang membuat beliau
bingung dan repot adalah disetiap kampung ada banyak pria Portugis yang sudah
memperistrikan wanita asli disana. Otomatis, beliau harus mengurus perkawian
mereka untuk menjadi ikatan yang sah. Anak kepala kampung Hatiwi, yang
bernama Manuel, menemani beliau dengan membawa sebuah salib dan bertindak
sebagai juru bahasanya. Franciscus melakukan pelayanan sakramen kepada warga
setempat.
Pelaut Spanyol yang Tersesat

Di pulau Nusa Laut, beliau membaptis seorang pemuda dari kalangan raja.
Agaknya beliau kecewa sekali karena tidak ada hasil yang lebih gemilang.
Sebelum naik perahu, ia membuka sepatunya, mengebaskan debu dari kakinya
dan menjelaskan bahwa ia tidak mau membawa pulan tanah seburuk itu.di Hatiwi,
ia bertemu dengan orang sebangsa dengannya, yaitu awak dan penumpang dari
sebuah armada Spanyol yang tersesat.

Ke Halmahera
Franciscus sudah mendengar berita mengenai banyaknya orang Kristiani di
Halmahera, wilayah Moro, yang sudah murtad dan teladan yang buruk dari prajurit
Portugis yang datang dari Ternate untuk merampas bahan makanan penduduk. Oleh
sebab itu, Franciscus rindu sekali pergi menemui jemaat Kristiani di sana.

Singgah di Ternate

Ia tiba di Ternate pada awal bulan Juni tahun 1546. Pada waktu itu, orang
Kristen di Ternate terdiri dari kira-kira enam puluh orang Portugis yang
bujangan, dan enam puluh lagi sudah berkeluarga, artinya pria Portugis yang
kawin dengan wanita setempat, sedangkan di luar perkampungan Portugis masih
ada kampung orang setempat yang Kristiani.

Panglima Antonio Galvao telah menugaskan seorang imam untuk


mengajari anak-anak untuk membaca dan menulis, berdoa serta hidup baik dan

Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 6


sopan, akan tetapi sekolah itu gagal dan dibubarkan karena imam tersebut lebih
suka bedagang dari pada menjadi guru. Untung pula masih ada orang yang saleh
seperti Baltasar Veloso uang telah menikah dengan putri kesayangan sultan.
Beliau menjadi sahabat Franciscus, dan sanggup membantu beliau dengan baik,
sebab sudah agak mengetahui bahasa serta ada setempat. Pada hari Minggu dan
hari raya ada dua kali Misa dengan khotbah, pagi dalam bahasa Portugis, sore
dalam bahasa Melayu. Banyak orang datang mengaku dosa. Ternyata
Persaudaraan Sakramen Mahakudus2 dan Persaudaraan Misericordia3 sudah
menjadi kaya karena banyaknya derma yang diterima dari orang yang sebagai
penitensi diharuskan membayar uang restitusi. Tidak semua rencana dari
Fransiscus itu berhasil, pernah ada juga satu kejadian yang tidak berhasil dan
Fransiscus menghormati keputusan itu. Dari pulau lain juga ada banyak orang
datang ke Ternate untuk belajar agama. Diantara pendatang itu ada wanita cantik
yang diperisterikan oleh orang Portugis. Ibu isteri Baltasar Veloso juga menjadi
penganut Kristiani dan diberi nama Donna Isabel.

Ke Halmahera

Dari bulan Agustus sampai November di ternate orang amat sibuk


memanen rempah-rempah. Karena angin baik, pada waktu itu merupakan
kesempatan yang bagus untuk Fransiscus berangkat ke Halmahera. Banyak
orang mengatakan itu terlalu berbahaya tetapi Fransiscus tidak takut. Ketika
orang menghalanginya dengan tidak mempersiapkan perahu maka beliau
mengatakan dalam khotbahnya yang berapi-api, bahwa ia tidak mengenal
musuh. Oleh karena itu supaya tidak mau disebut musuh Fransiscus, maka
akhirnya orang menyediakan sebuah perahu, lengkap dengan awak yang cukup
banyak. Bahkan ada juga sukararelawan menemani Fransiscus sebagai
pembantu.

Di Halmahera

Di bawah pimpinan kepalanya, Don Ioao, orang Moro dikampung


Mamuya menyambut Fransiscus dengan ramah serta hangat. Pertama-tama
Fransiscus menyibukkan diri dengan membaptis anak-anak dan mendoakan
orang sakit. Beliau memuji penduduk di Mamuya dan sekitarnya sebagai orang
2
Persaudaraan Sakramen Mahakudus ialah kelompok orang yang giat menjaga ketertiban selama Misa di Gereja
dan memajukan hormat akan Sakramen Mahakudus.
3
Persaudaraan Misericordia ialah kelompok orang yang khususnya aktif di bidang sosial dan amal.
Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 7
yang terbuka dan jujur, pencinta kebenaran dan sopan dalam pergaulan dengan
orang lain berhati baik serta suka menjamu sesama. Selama disana Beliau
mengunjungi banyak orang di banyak tempat. Dan dalam mengajar orang untuk
bertobat Fransiscus tidak segan-segan membuat mereka takut.

Dan ketika dalam Misa tanggal 29 September, pesta Santo Mikail, terjadi
suatu gempa bumi tanpa merobohkan altar, beliau mengatakan bahwa Allah
memberi kuasa kepada malaikat Mikail untuk menghukum iblis yang hendak
menggangu kebaktian dan menyuruh dia kembali ke dalam neraka. Kemudian
sebelum ia meninggalkan Halmahera, ia berjanji akan mengirim imam untuk
bertugas di ternate. Sejumlah anak laki-laki diantarnya ke Ternate, untuk
kemudian dididik di Kolese Paulus di Goa.

Pulang ke Ternate

Sekembalinya di ternate Fransiscus menemukan bahwa suasana telah


berubah dimana panglima yang pernah menangkap sultan Hairun sudah dipecat
dan diganti oleh panglima yang baru. Di Ternate Fransiscus berkarya seperti
biasanya. Kadang-kadang ia berkunjung ke istana sultan walaupun banyak
pemuka Islam menyimpan amarah dalam hati kaena peristiwa penangkapan
sultan dulu. Beberapa kali fransiscus mengajak sultan yang isterinya ratusan
orang, agar menjadi Kristiani. Tetapi hal itu ditolak oleh sultan dengan cara yang
halus. Namun, sebagai pengganti dirinya, dengan rela hati beliau menyerahkan
seorang puteranya yang diizinkan menjadi Kristiani, dengan syarat orang
Portugis harus mnejadikannya raja rakyat Kristiani di Halmahera.

Meninggalkan Maluku

Sesudah masih sempat ikut merayakan hari raya Paskah yang meriah di
Ternate, Fransiscus berangkat dalam tahun 1547. Ada seorang rohaniwan
disuruhnya tinggal untuk melayani jemaat. Baltasar Veloso menitipkan sepucuk
surat untuk raja di Lisboa, dengan permintaan agar ia dijadikan panglima seumur
hidup sebagai balas jasa, antara lain karena Donna Isabel sudah menjadi
Kristiani. Fransiscus pun telah berjanji akan mendukung permintaannya itu.
Pada pertengahan bulan Mei 1547 empat perahu bertolak menuju Malaka. Pada
awal bulan Juli Fransiscus dengan rombongannya tiba disana.

Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 8


2. AWAL MULA

A. ORGANISASI GEREJA PORTUGIS


Sejak tahun 1533 keuskupan Funchal di pulau Madeira tidak bergantung
lagi kepada metropolit Lisboa, karena keuskupan sendiri itu sendiri sudah
ditingkatkan menjadi suatu keuskupan agung dengan keuskupan sufragannya,
yakni Santiago di Tanjung Verde sebelah selatan funchal, pulau Sao Tome di
Afrika Barat, San Salvador di wilayah sungai Zaire dan Goa di
India.Keuskupan Goa sendiri meliputi seluruh wilayah yang terletak di antara
tanjung pengharapan dan Jepang, termasuk Nusantara.

B. DON IOAO
Menjelang tahun 1534 di sana-sini sudah ada orang Portugis yang
menetap di Maluku. Ada yang menawarkan tenaganya kepada raja sebagai
penasehat di bidang pembangunan, atau sebagai arsitek perahu. Di wilayah
Moro Halmahera Utara tinggalah seorang pria Portugis yang bernama
Gonsalo Veloso, yang bersahabat dengan kepala kampung Mamuaya.. kepala
kampung ini sering mengeluh karena ada sekelompok orang yang sering
mengganggu di wilayah kampungnya. Veloso menasehatinya agar meminta
perlindungan orang Portugis dan menjadi Kristiani.

Tahun 1534 kepala kampung itu mengutus sekelompok rakyatnya ke


Ternate. Mereka menyatakan kerelaan mereka untuk memeluk agama Kristiani.
Setelah diberi kursus kilat, pengetahuan agama selama beberapa hari, mereka
dibaptis oleh vikaris Uskup Goa yang ditempatkan di Ternate. Setelah mereka
pulang, kepala kampung pun pergi ke Ternate dan dibaptis menjadi Don Ioao
(Ioanes). Waktu pulang, beliau ditemani oleh seorang imam bernama Simon
Vas. Selanjutnya, banyak orang di wilayah Moro minta dibaptis sehingga
Simon Vas merasa perlu meminta tenaga pembantu. Permohonanya pun
dikabulkan, lalu datanglah seorang imam lagi ke daerah Moro bernama
Francisco Alvarez.

C. MARTIR KRISTIANI PERTAMA DI MALUKU


Berturut-turut beberapa panglima Portugis telah bertindak amat kejam,
dan berkali-kali penduduk memberontak. Akhirnya, waktu panglima Tristao d’
Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 9
Atayde berkuasa, ketegangan memuncak. Ia bukan hanya menuntut pajak yang
terlalu tinggi, sehingga tentu saja membuat penduduk kurang senang, akan
tetapi juga menuduh sultan Tabarija yang masih remaja itu telah berkhianat,
lalu menangkap beliau bersama ibunya lalu mengangkat seorang sultan yang
baru yakni Hairun. Penangkapan itu membuat orang Islam marah. Tambah lagi
ternyata di Moro sudah menolak memberi bahan makanan kepada orang
Ternate. Semuanya itu mendorong pasukan Ternate untuk membalas dendam.

Ternyata, dalam waktu itu pula Ternate, Tidore, dan Bacan bersekutu
mencari bantuan dari beberapa orang kepala suku Irian di pulau Waigama,
Misool, Waigeo, dan Gebe, untuk mengusir orang Portugis. Ditempat itu,
delapan orang Portugis ditewaskan, termasuk Simon Vaz. Rekannya, Alvarez,
berhasil melarikan diri ke Ternate dan tiba dengan selamat. Don Ioao pun
berhasil menyelamatkan diri. Akhirnya Don Ioao sendiri pun tertangkap, akan
tetapi tidak jadi dibunuh berkat adanya sahabat yang melindunginya.

3. KEADAAN GEREJA PORTUGIS DI NUSANTARA

A. KEPULAUAN MALUKU

1) MALUKU TENGAH
Sekitar tahun 1558 Manuel, mantan juru bahasa dan pembantu
Fransciscus Xaverius, bertugas sebagai kepala kampung Hatiwi. Ternyata,
pada waktu itu sudah ada banyak penduduk Kristiani di pulau Buru,
kepulauan Ulias dan pulau Ambon sendiri. Akibat persengketaan yang timbul
antara panglima Portugis dan sultan Ternate, maka tahun 1558 orang
Kristiani dituduh menjadi kaki tangan orang Portugis dan oleh sebab itu
dikejar-kejar. Bersama banyak penduduk lain, Manuel dapat bertahan dalam
sebuah benteng di pegunungan sampai tahun 1561, ketika bala bantuan
Portugis tiba. Kepala kampung yang setia itu pernah mengatakan: ‘saya
hanya mau mati dengan salib di tangan, seperti yang diajarkan Padre
Fransiscus kepada saya’. Pada tahun 1564 pula terpecahlah penganiayaan
tehadap jemaat Kristiani. Seorang misionaris yang lolos dan tiba di Goa,
menyaksikan bahwa banyak pedagang dan prajurit Portugis bersekongkol
dengan memperkaya diri sendiri, sehingga penduduk yang sudah Kristiani
menjadi korban. Raja Portugal menyuruh sebuah armada ke Maluku untuk
memulihkan keamanan.
Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 10
Sementara itu hanya terdapat beberapa misionaris saja untuk melayani
jumlah orang Kristiani yang semakin bertambah banyak. Para misionaris pun
mengerti bahwa orang yang sudah menerima baptisan seharusnya mendapat
didikan lagi dalam hal agama tapi, muncul masalah yaitu jumlah misionaris
yang kurang. Seorang misionaris pernah meminta pendapat uskup Roma
tentang hal tersebut. Lalu paus Pius V (1566-1572) menjawab, bahwa
hendaklah misionaris berusaha hanya membaptis orang, yang kelangsungan
hidupnya dapat dirawat (dijamin).

Dalam tahun 1570 sultan Hairun dieksekusi oleh panglima Portugis;


perbuatan yang keji itu membuat banyak penduduk Maluku Tengah
bermusuhan dengan orang Portugis dan mengacaukan suasana, sampai lewat
tahun 1580.Seorang rohaniwan yang meninjau wilayah itu sekitar tahun 1581
terpaksa pulang segera, karena merasa bahwa keadaan masih kurang aman.
Beliau melaporkan, bahwa terlalu banyak orang yang datang untuk mengaku
dosa, dan banyak pula yang datang untuk mengurus perkawinan mereka yang
tidak sah. Katanya, kehidupan rohani mereka menyedihkan, dan orang
Kristiani hanya masih merupakan nama saja. Menurut beliau, sekurang-
kurangnya ada lima belas misionaris yang dibutuhkan untuk jemaart di
Maluku, dan selekasnya harus mengirim putra yang pintar ke Malaka dan
Goa untuk belajar bahasa Latin dan ilmu lain yang diperlukan oleh seseorang
untuk menjadi seorang imam.
Dalam tahun-tahun selanjutnya, misionaris berkeluh kesah bahwa
mereka hampir tidak bisa berbuat apa-apa di luar benteng, karena di mana-
mana terjadi pembunuhan, dan bahwa orang Kristiani hanya masih
merupakan nama saja. Mereka mengeluh tidak mendapat bantuan sama sekali
dari pihak pemerintah Portugal dan Spanyol. Memang, waktu itu karya
misionaris belum terorganisasikan dengan baik.
Walaupun Goa telah menjadi keuskupan agung, dan Nusantara
termasuk keuskupan Malaka, namun Uskup Malaka sama sekali tidak pernah
mengunjungi jemaat di Maluku. Baru sekitar tahun 1588 ada seorang ‘wakil
uskup’ yang diutus untuk bertugas di Ambon, tetapi imam diosesan itu hanya
tingga di dalam benteng dan hampir melulu mengurusi orang Eropa dan
pegawainya saja. Beberapa misionaris, yang anggota tarekat Fransiskan,
datang ke Ambon sekitar tahun 1581. Tetapi, rupanya mereka terpaksa

Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 11


pulang, karena penduduk tidak setuju misionaris serikat Yesus meninggalkan
mereka, untuk membuat pusatnya yang baru di pulau Tidore.

2) PULAU BACAN
Ketika di pulau Bacan, isteri sultan, yang adalah putri dari sultan
Hairun di Ternate, meninggal ketika bersalin, sultan Bacan menjaga
kemungkinan rekannya di Ternate akan membalas dendam. Oleh sebab itu,
beliau meminta bantuan tentara Portugis. Bahkan, beliau sendiri bersama
keluarganya dan orang bangsawan menyerahkan diri untuk dibaptis.
Kemudian, pada suatu waktu beliau diracuni oleh orang Ternate; lalu
putranya bersama banyak rakyat kembali memeluk agama Islam.

Dalam tahun 1580 sekali lagi sultan Bacan membutuhkan bantuan


tentara Portugis; oleh sebab itu, beliau menyatakan keinginannya menjadi
Kristiani pula. Akan tetapi, kali ini armada Portugis menolak permintaan
tersebut. Banyak orang Kristiani terpaksa bersembunyi di hutan, agar luput
dari tangan musuh. Seorang misionaris yang pernah berkeliling di daerah itu
mengatakan, bahwa orang datang mengaku dosa, dan sejumlah orang lainnya
dibaptis.

3) MALUKU UTARA
Dalam tahun 1553 seorang misionaris di Halmahera meminta bantuan
tentara Portugis, sebab menurut pendapatnya orang Kristiani bergaul terlalu
akrab dengan orang yang bukan Kristiani. Bersama tentara Portugis datanglah
juga sultan Ternate; beliaupun tidak suka adanya pergaulan yang terlalu erat
antara penduduk yang bukan Kristiani dengan orang Kristiani.

Kedua pihak saling dipisahkan. Tetapi, sebagai bukti tidak


menginginkan juga permusuhan antara kedua bela pihak, beliau menyatakan
merelakan seorang istrinya menjadi Kristiani, asalkan gereja bersedia
membayar mas kawin sebagai balas budi. Menurut sebuah laporan dari tahun
1565, di wilayah Moro dan di pulau Morotai ada kira-kira delapan puluh ribu
orang Kristiani, tetapi agaknya angka itu terlalu tinggi. Mereka mengalami
banyak kesusahan pula dari pihak tentara ternate sekitar tahun 1570; bahkan
waktu itu banyak orang Kristiani di bantai.

Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 12


B. PULAU SULAWESI

1) SULAWESI UTARA
Manado dan sekitarnya (1563-1568)

Akhir Mei tahun 1563 armada Portugis berlabu di teluk Manado. Diego
de Magelhaes S.J yang ditunjuk untuk ekspedisi ini dithabiskan imam di
Malaka pada tahun 1561 dan tiba akhir tahun yang sama di Ambon. Dari
Ternate ia mengunjungi Minahasa, pantai utara Sulawesi dan pulau-pulau
Sangir. Kemudan ia bekerja lagi di Halmahera dan Morotai karena sakit, ia
terpaksa kembali ke Goa di mana ia meninggal pada tahun1573. Dalam surat
bertanggal 28 Juli 1563, ditulis di Manado, ia memberi laporan kepad
atasannya tentang pengalaman-pengalamannya di Sulawesi Utara. Orang-orang
Portugis diterima dengan senang hati di Manado. Semua minta dibaptis,
sehingga ia tinggal 14 hari di Manado di tengah-tengah mereka dan
memberikan pelajaran-pelajaran dasar, sesudah ia membaptis raja dan 1500
bawahannya. Juga raja Siau yang kebetulan tinggal di Manado, dibaptis.
Sesudah itu, ia berlayar ke Bolaang-Mongondow, di pantai Utara. Juga raja di
sana minta dibaptis, tetapi Magelhaes belum melaksanakannya karena raja itu
belum lama menjadi Islam. Dari situ, Magelheas menuju ke Kaodipan. Di situ
ada 3000 orang yang minta dibaptis tetapi Magelhaes hanya membaptis kepala-
kepala suku saja. Di Kaidipan, Magelheas membaptis 2000 orang. Dari
Kaidipan, Magelhaes menuju ke Toli-toli tetapi tidak ada yang meminta untuk
dibaptis. Kemudian, Magelhaes melanjutkan perjalanan menuju Manado.
Sebenarnya Magelhaes mau pergi ke Siau, namun karena terikat pada rute dan
skema perjalanan dari kapal itu, ia tidak dapat mengunjungi Siau. Magelhaes
mempunyai harapan baik dari karya misi di Sulawesi Utara. Ia berpendapat
bahwa Manadoharus menjad suatu pusat misi dengandua imam. Ia sadar bahwa
pelajarannya tidak cukup , tetapi ia harap bahwa dalam waktu dekat teaga-
tenaga yang dibutuhkan akan dilengkapi untuk Sulawesi Utara. Diego de
Magelhaes diperkirakan meninggalkan Manado pada tahun 1565 dan ia bekerja
kira-kira 20 bulan di Manado dan sekitarnya

Siau dan Sangir (1568)

Akhrinya Jeronimo mendapat kesempatan untuk mendapatkan kembali


jabatannya. Lourence Furtado mendapat dari seorang admiral Portugis sebuah
Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 13
kapal untuk melangsungkan ekspedisi ini. Padre Pedro Mascarenhas S.J.
diminta untuk melangsungkan ekspedisi itu. Diharapkan mereka yang dibaptis
di Manado dan di pantai-pantai Sulawesi Utara dapat dikunjungi.

Pada 4 Agustus 1568 Furtado meninggalkan Ternate dengan suatu


kontingen tentara dan pada 9 Agustus tiba di Manado. Sesudah tinggal
beberapa hari di Manado Furtado berlayar terus ke Siau, sekalipun ketika
masih di Manado sudah tiba berita-berita tentang situasi di Siau yang tidak
menggembirakan. Kemungkinan-kemungkinan bagi Jeronimo ternyata tidak
seperti dikatakan. Beberapa kampung yang penting ternyata masih bermusuhan
dengan Jeronimo.

Mascarenhas S.J. dan raja sementara tinggal di daerah aman di Siau, di


mana ia membaptis antara lain bapa dari Jeronimo. Furtando tinggal tidak
lama di Siau, karena ia dengan kapalnya harus bergabung dengan armada dari
admiral, yang mau mendesak orang-orang Spanyol mundur ke Filipina.

Tetapi pastor tetap tinggil di Siau, bersama dengan sejumlah tentara. Pada
saat menuju ke Manado pada tahun 1568, datanglah utusa-utusan dari Sangir,
dengan permohonan untuk mengunjungi pulau mereka. Dengan ditemani oleh
Jeronimo, pada 4 Oktober 1568 ia berlayar ke Sangir dan diterima oleh raja
Sangir secara meriah. Sesudah itu raja, istrinya dan beberapa pemuka dari pulai
itu dipatis. Lalu didirikan suatu salib besar dan dipersiapkan sebidang tanah
yang atasnya akan didirikan sebuah gereja.

1 November 1568, Mascerenhas menuju ke Manado dari Siau. Pada


permulaan Januari 1569 pater itu sudah kembali ke Siau. Rencananya untuk
sekali lahi mengunjungi Sangir batal. Di Siau ia ditunjuk mengikuti dua kapal
yang singgah secara kebetulan dan permulaan Februari akan menuju Ternate.
Raja Siau menitipkan anaknya yang berumur 9 tahun untuk mendapatkan
pendidikan yang baik di Ternate.

2) SULAWESI SELATAN
Di Sulawesi Selatan ada dua putra bangsawan bersaudara yang pada
tahun 1537 dibaptis di Ternate, Antonio dan Miguel Galvao. Kemudian
mereka menyebarluaskan agama Kristiani di negeri asal mereka, sehingga
banyak orang ingin dibaptis, mereka mengutus beberapa orang ke Ternate

Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 14


pula, untuk membawa hadiah emas, kayu cendana, dan lain-lain, dan juga
untuk meminta tenaga misionaris. Dua misionaris ditugaskan ke Sulawesi
Selatan, tatapi mereka tak kunjung tiba, karena perahu yang mereka tumpangi
terdampar di Filipina.

Dalam tahun 1544 gubernur Malaka menyuruh seorang pedagang


Portugis, Antonio de Payva, ke Sulawesi Selatan untuk membeli kayu
cendana. Sebelumnya saudagar itu sudah pernah ke sana dan agaknya
mengetahui sedikit-sedikit bahasa Makassar dan B ugis. Waktu itu, Sulawesi
Selatan terbagi atas sejumlah kerajaan, dan semua penduduk masih menganut
religi nenek-moyangnya masing-masing, sesekalipun di sana-sini sudah ada
orang-orang yang memeluk agama Islam, terutama kaum pendatang, seperti
di pelabuhan Makassar, yang semakin penting dan ramai karena perdagangan
transito.

Di Supa (sekarang Pare-Pare), de Payva mendapat kunjungan raja


beserta iringan sejumlah orang bangsawan. Rupanya, selain urusan dagang,
agama Kristiani juga menjadi pokok pembicaraan. Di Sian (sekarang
Pangkajene) juga terjadi hal yang sama. Pada saat de Payva bersama
rombongannya masih berada di Sian, raja Supa datang ke tempat itu meminta
dibaptis. De Payva dan kawan-kawannya memilih seorang teman yang
dianggap paling layak untuk bertindak sebagai pembaptis, lalu dengan
upacara besar raja Supa bersama pengiringnya menerima Baptisan. Raja
sendiri mendapat nama Don Louis.

Kemudian, walaupun pedagang yang beragama Islam termasuk pula


kepala adat, tidak menyetujuinya, raja Sian dibaptis juga dan mendapat dama
Don Ioao. Bersama beliau ada tiga puluh orang bangsawan lagi menerima
Baptisan.

Ketika Antonio de Payva pulang, tokong yang baru jasa menjadi


Kristiani itu mengirim suatu utusan ke Malaka untuk meminta tenaga
misionaris. Permintaan itu dikabulkan, selama tiga tahun seorang misionaris
bertugas di Sulawesi Selatan, yakni Vicente Viegas, yang ditemani oleh
seorang pembantu, Manuel Pinto.

Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 15


Setelah raja Don Ioao wafat, penggantinya bersama banyak rakyat Sian
dibaptis pula. Rupanya beberapa raja yang lainnya menaruh simpati pula akan
agama Kristiani dna pernah meminta tenaga misionaris.

Ketika berkunjung sekali ke Makassar, Manuel Pinto bertemu, bukan


hanya dengan pedagang Islam dari Johor, Patani serta Pahang, tetapi juga
dengan beberapa orang Bugis dan Makassar, yang sudah mengaku Kristiani
dan ingin dibaptis. Waktu itu orang Bugis-Makassar belum menganut agama
Islam. Dan beberapa kali diusulkan bahwa Makassar akan dijadikan
keuskupan. Bahkan paus Urbanus VII (1590) menjawab, permohonan itu
dapat dikabulkan. Asalkan rajanya mau menjadi Kristiani. Akan tetapi,
sebelum itu semua menjadi kenyataan, para pendakwa Islam telah menarik
para raja terlebih dahulu untuk menganut agama Islam.

C. PULAU JAWA

1) JAWA BARAT
Rupanya, di Jawa Timur pernah sudah ada dua tempat Kristiani
Chaldea, yaitu Gereja Nestorian yang induknya terdapat di Aisa Barat dan
telah bersatu kembali dengan gereja Roma; akan tetapi di Jawa, gereja itu
sudah lenyap tanpa meninggalkan bekas.

Waktu kapal Portugis mulai melayari perairan Nusantara, Islamisasi


sedang mewarnai masyarakat di pelbagai tempat. Kekacauan yang terjadi
dalam kerejaan Majapahit dan Sriwijaya mendorong bupati di persisir untuk
mencari hubungan dengan para pedagang luar yang beragama Islam, dan
masing-masing menjadi pendakwah imannya. Misalnya, antara tahun 1470-
1475 sudah ada penduduk yang beragama Islam di Cirebon yang termasuk
kerajaan Sunda. Pada dasarwasa yang pertama dalma abad ke-16, kerajaan
Sunda di Jawa Barat serangan pasukan Islam dari kerajaan Banten di bawah
komando Maulana Hasanuddin yang dibantu oleh putranya, Maulana Yusuf.

Dalam tahun 1513, pengusasa Demak pun mengirim armadanya untuk


mencoba membebaskan Malaka dari agresor Portugis, akan tetapi usaha itu
gagal. Antara tahun 1515-1521 terjadilah pergeseran kekuasaan Majapahit
dari tangan penguasa Hindu-Jawa ke tangan penguasa Demak.

Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 16


Dalam tahun 1522 pemerintah kerajaan Pajajaran di Jawa Barat merasa
terancam pula oleh tentara Demak, lalu mengadakan suatu perjanjian dengan
komandan Portugis, yang diizinkan membuka sebuah kantor dagang di Sunda
Kelapa. Akan tetapi, pada tahun 1526-1527 armada Demak di bawah
komando Fatahillah membebaskan pantai utara Jawa Barat dari kekuasaan
Pajajaran, dan meninggalkan orang-orang Portugis membuat bentengnya di
Sunda Kelapa, yang saat itu disebut Jayakarta. Kemudian, pusat Kerajaan
Sunda terputus dengan lautan, karena satu per satu wilayah pelabuhan jatuh
ke tangan Islam dan banyak orang Sundda menjadi korban.

2) JAWA TIMUR
Dalam abad ke-15 sering ada kapal portugis berlabuh di pelabuhan
Panarukan. Sebenarnya, pemerintah kerajaan Hindu-Jawa di Balambangan
menginginkan persahabatan dan bantuan dari orang Portugis untuk melawan
kaum Islam dalam kerajaan Pasuruan yang makin mendesak di
perbatasannya. Bersama prajurit dan pedagang yang asing, misionaris pun
dibiarkan bergerak di dalam kerajaan itu.

Dalam tahun 1579 seorang misionaris dari serikat Yesus, Bernardino


Ferrari, mengunjungi Panarukan, untuk melayani orang Portugis yang berada
di situ. Beliau disambut dengan ramah, bahkan diminta agar dikirim
misionaris untuk menetap di tempat itu. Dan sekitar tahun 1585 ada dua
misionaris di pelabuhan Panarukan dan dua lagi di Balambangan. Mungkin
mereka adalah anggota tarekat Kapusin dan berkarya di situ selama kira-kira
empat tahun.

Rupanya ada kira-kira enam ratus ribu orang dibaptis, antara lain
seorang putra raja, yang kemudian meninggal akibat penyakit cacar. Di antara
orang Kristiani tersebut ada pula seorang ayah dengan putranya, yang kedua-
duanya adalah keturunan raja, yang mendapat nama Don Antonio dan Don
Paschoal. Namun, kemudian Don Paschoal dituduh telah melakukan serong
oleh salah seorang putri raja. Sehingga dia dieksekusi, dan jenazahnya
dimakamkan di dalam gereja, tetapi kemudian dipindahkan ke Malaka.

Dalam sepucuk surat yang dialamatkan kepada raja Philippe II pada


tahun 1588, misionaris meminta agar ditarik saja dari Balambangan, karena
hasil karya mereka dirasa kurang berhasil. Mereka ingin pindah ke kepulauan
Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 17
Solor, dimana jumlah misionaris di sana sedikit. Sebelum menerima balasan
surat itu, tiga misionaris sudah berangkat ke pulau Ende atau Flores.

Dalam rahun 1597 Balambangan dan Panarukan direbut oleh raja


Pasuruan yang beragama Islam. Dan pada tahun itu juga di dekat Panarukan
ada orang Belanda yang bertemu dengan seorang budak milik biarawan yagn
berkhotbah di Panarukan untuk orang Kristiani, dan yang membaptis orang
Jawa. Agaknya ini adalah berita yang terakhir tentang agama Kristiani dalam
abad ke-16 di Jawa Timur; segala jejak bahwa orang Kristiani pernah ada di
tempat itu terhapus oleh arus perkembangan sesudahnya.

D. GEREJA KRISTIANI PORTUGIS DI NUSA TENGGARA TIMUR


Sebagai pengganti pulau Timor yang dianggap kurang baik untuk
kesehatan, maka pulau Solor dipilih oleh orang Portugis sebagai tepat
untuk membangun pelabuhan dan perumahan. Yang menetap disitu
adalah pedagang yang memperdagangkan kayu cendana yang diangkut
ke Cina.

Sejak tahun 1561 mereka ditemani oleh beberapa misionaris dari


tarekat Dominikan. Seorang misionarislah yang memimpin pembangun
sebuah benteng, yang dilengkapi dengan dua gedung Gereja, satu untuk
orang Portugis dan satu lagi untuk orang pribumi. Orang Portugis disitu
sering diganggu oleh gerombolan dan kemudian juga oleh kompeni.
Bahkan beberapa misionaris serta banyak orang Kristiani lainnya
dibunuh. Gangguan dan pembunuhan idtu dibalas oleh orang Portugis,
yang membumihanguskan perkampungan orang yang bukan Kristiani.
Begitu terjadi secara terus-menerus: balas-membalas.

Sejak akhir abad ke-16 terdapat sebuah benteng Portugis di pulau


Ende, lalu penduduk pulau itu pun menjadi Kristiani. Sekitar tahun
1600 sudah ada ribuan orang Kristiani di pulau Solor, Adonare, Flores,
dan Ende.

Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 18


BAB 3

KESIMPULAN

Sejarah perkembangan Gereja Katolik di Indonesia, khususnya pada masa Portugis


(1512-1605) pada mulanya berawal dari langkah Portugis untuk berdagang di bumi bagian
Timur. Asia Tengah telah dikuasai oleh Turki, membuat bangsa Portugis pun harus mencari
jalan lain untuk menuju ke timur. Pada tahun 1498, Vasco da Gama berlayar. Daratan Afrika
pun dikelilingi sampai akhirnya mereka tiba di Kalkuta, India.

Melihat keadaan bahwa perdagangan India dikuasai oleh saudagar Arab, tahun 1510
benteng pertama berdiri di Goa. Sadar bahwa semua rempah-rempah berasal dari Malaka,
mereka pun mengirim kapal-kapal kesana untuk berdagang. Sultan di Malaka melawan
namun akhirnya dapat dikalahkan. Benteng Formosa pun menjadi benteng utama. Dengan
masuknya Portugis di Indonesia, angin segar untuk penyebaran iman Katolik pun mulai
terasa.

Pada masa Portugis, perkembangan Gereja Katolik di Indonesia sebenarnya hanya


berpusat di Maluku yang disebabkan karena perdagangan. Selain berdagang, mereka pun
menyebarkan kekristenan kepada penduduk asli dengan cara menikahi penduduk asli dan juga
bekerjasama politik di bidang pertahanan dengan raja-raja setempat, yang pada akhirnya
mereka harus menjadi Kristen/Katolik. Daerah-daerah di sekitarnya yaitu Sulawesi dan Jawa,
mendapat pengaruh kekristenan khususnya di Sulawesi bagian utara dan pulau sekitarnya.
Diego de magelhaes S.J. berperan penting dalam penyebaran Agama Katolik di Sulawesi
bagian utara khususnya di Manado, Siau, Bolaang Mongondow, Kaidipan dan daerah di
sekitarnya. Di Jawa bagian timur, kekristenan masuk ketika di Panarukan sering ada kapal
Portugis yang berlabuh untuk berdagang, dan juga mereka menjalin hubungan baik dengan
kerajaan Hindu Jawa di Balambangan. Dengan begitu, para Misionaris dibiarkan bergerak
disana.

Tahun 1579 seorang misionaris Jesuit, Bernardino Ferrari berkunjung di sana dan
melayani orang Portugis di sana. Bahkan, pada tahun 1585 ada dua misionaris bertugas di
pelabuhan Panarukan dan dua lagi di Balambangan. Banyak orang dibaptis di sana bahkan
ada pula seorang ayah dan putranya yang merupakan keturunan raja, dibaptis menjadi Kristen
dan mendapat nama Don Antonio dan Don Paschoal. Di Nusa Tenggara Timur, kekristenan

Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 19


masuk pada tahun 1561 ketika Portugis berada di sana dan mereka pun ditemani oleh
beberapa misionaris dari tarekat Dominikan.

Sejarah perkembangan Gereja Katolik di Indonesia, tak lepas juga dari usaha para
misionaris yang dengan rela menyebarkan iman. Bahkan ada yang mengalami kemartiran di
tanah misi.

Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 20


DAFTAR PUSTAKA
Passen, Jan van. 2011. Misi Katolik di Keuskupan Manado dan Maluku Utara pada Abad ke
16 dan 17. Lotta: Wisma Tansito.

Schie, G. Van. 1994. Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani dalam Konteks Sejarah Agama-
agama Lain. Obor: Jakarta

Sejarah Gereja Katolik Indonesia | 21

Anda mungkin juga menyukai