Pendahuluan
Pada zaman dahulu, orang-orang Ibrani memiliki suatu tradisi yang unik dalam
menyampaikan suatu pengajaran. Pengajaran yang mereka sampaikan seringkali
disampaikan kepada para pendengar dengan cara memberikan suatu perumpamaan.
Perumpamaan sendiri mengandung unsur metafora atau penggambaran terhadap suatu hal
tertentu dan hal ini sangat digemari oleh masyarakat saat itu. Gaya pengajaran dengan
perumpamaan ini juga dilakukan oleh Yesus ketika Ia mengajar orang banyak dan menjawab
setiap pertanyaan yang dilontarkan kepada-Nya. Mari saat ini kita bersama-sama belajar
memahami pengajaran yang Yesus ajarkan di dalam suatu perumpamaan berikut.
(Jika belum dipahami siswa, mari kita ajak mereka untuk kembali ke zaman Tuhan Yesus,
dimana tradisi pada zaman itu Yesus sering mengajar dalam perumpamaan, dan hal
tersebut wajar/ biasa dilakukanNya).
Pendalaman Alkitab
Pembacaan ALKITAB bisa dilakukan dengan:
1. Bermain peran (ada yang jadi bapak, anak sulung, anak bungsu, narrator)
2. Melihat kisah di https://www.youtube.com/watch?v=_yaIFBzomUQ
3. Membacakan saja
Bacalah Lukas 15 : 11-32 kemudian diskusikan bersama kelompok pertanyaan berikut :
Menghormati orang tua adalah bagian penting dari jalinan masyarakat tradisional
Timur Tengah. Peraturan di perjanjian lama membahas pembagaian harta hanya
terjadi setelah kematian orang tersebut, dan menghindari membahas mengenai hal
tersebut. (Bil 27: 8-11 ; 36: 7-9)
1. Ayat 12. Apa yang diminta si bungsu kepada bapanya? Menurutmu apakah hal itu
baik berdasarkan kebudayaan Timur Tengah ?
Meminta harta milik keluarga yang akan menjadi bagiannya, bukan hal yang baik
karena bapanya masih hidup (TIDAK TAAT DENGAN ALLAH)
3. Ayat 14-16. Saat harta si bungsu habis terjadilah kelaparan. Apa yang dilakukan oleh
si bungsu? Berada di titik hidup seperti apakah si bungsu (puncak/terendah)?
ia menjadi miskin, kerja menjadi pada seorang tuan dan disuruh menjaga babi,
bahkan kelaparan hingga mau makan ampas babi (TERPURUK)
Orang upahan pada zaman Alkitab nasibnya lebih parah daripada budak, sebab
pekerjaan mereka tidak tetap, sedang budak dapat memastikan adanya makanan
dan tempat berteduh.
Keadaannya benar2 parah, sangat miskin, bahkan makan ampas babi (tidak layak
dikonsumsi manusia)
4. Ayat 17-19. Apa yang disadari oleh si bungsu pada saat dia terpuruk?
Orang upahan bapanya hidupnya lebih baik
Dia menyadari dia berdosa, bila di deskripsikan oleh si bungsu sangatlah parah
bahkan dia menganggap berdosa kepada sorga (kepada Allah) dan juga kepada
bapanya, tidak layak lagi disebut anak.
Rendah hati, penyesalan terdalam (PENYESALAN)
Pada masa itu seorang hamba atau penjaga gerbang akan mengawasi tempat rumah
tuannya dan mengawasi sekitarnya. Bapa bangsa yang terhormat pada budaya
Timur Tengah tidak akan berlari melainkan budak dan anak-anaklah yang berlari.
Pada saat itu, seharusnya ketika ada anak bungsu hilang, maka yang mencari adalah
kakaknya, yaitu si sulung, bukan bapa, atau ibunya yang mencarinya.
5. Ayat 20-24. Apa respon bapanya saat melihat si bungsu dari kejauhan? Menandakan
apakah respon bapanya?
o Menantikan bahwa anaknya itu untuk kembali (bandingkan dengan tugas
seorang hamba)
o Berlari Merendahkan dirinya
o Mencium dan merangkul menunjukan kasih-Nya
o Saat menantikan si bungsu pulang. Saat melihat dari jauh dia tau bahwa itu
anaknya dan ia langsung lari mendapatkan dia tanpa mengingat apa yang
dilakukan.
o Sebelum si anak selesai mengatakan apa yang ia rencanakan katakan,
bapanya telah memberikan segala sesuatu (bandingkan kalimat di 18-19
dengan kalimat di 21) inisiatif/pemberian pengampunan dan pemulihan
status sebagai anak
Beberapa simbol
Perenungan
Menurut sudut pandang manusia, apakah si bungsu pantas menerima pengampunan yang
penuh dari bapanya?
Tidak pantas
Tapi mengapa si bungsu menerimanya?
Karena kasih karunia dari sang bapa
Apakah kita si bungsu itu? Atau si sulung??
Maukkah kita datang kepada Bapa di sorga yang selalu menantikan kita dan menerima kasih
karunia tersebut?
Maukah kita hanya bersandar kepada kasih Bapa, bukan kepada hal lain? Apakah ketaatan
dan perbuatan baik kita menjadi “jalan” agar Yesus memberikan keselamatan kepada kita?
Ingatkan bahwa kita diselamatkan bukan karena ketaatan/ perbuatan baik kita, tetapi hanya
karena Anugrah Kristus. Perbuatan baik/ ketaatan kita itu perlu, tetapi bukan untuk
mendapatkan keselamatan, tetapi untuk bersyukur atas Anugrah keselamatan yang sudah
kita terima.
Penerapan
Mari kita bagikan kasih karunia dari bapa kepada sesama kita.
Komitmen yang akan aku lakukan
1. Memaafkan teman yang bersalah kepadamu
2. Menunjukan kasih kepada sahabatku
3. Membagikan kabar baik pengampunan sang bapa
4. Menanggalkan pengertian2 yang keliru
5. ………………..
Ayat Hafalan : Efesus 2 : 8-10