Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

SEJARAH ETNIS MELAYU DI ROKAN HULU

Disusun Oleh :
JENI NIKITA WILY M.I.S (2336097)
RINDI KARTIKA (2336091)
AULIA RAHMADINI (2336089)
ALIF NABILA PUTRI (2336076)

PROGRAM STUDI SITEM INFORMASI


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Pertama tama, rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada allah SWT. Tuhan
yang maha esa sekaliagus zat penentu di akhirat kelak. Shalawat beriringkan
salam tak lupa terhadiahkan untuk baginda Rasulallah Muhammad SAW.
Makalah ini merupakan makalah yang sengaja kami buat guna untuk
pengetahuan bagi diri kami sendiri maupun pembaca, didalam pembuatan makalah
ini kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang menjadi acuan kami
dalam penjabaran materi. Begitu juga pihak yang telah membantu baik moril
maupun materi. Harapan kami dengan dibuatnya makalah ini dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya, dipergunakan sebagaimana mestinya, dan tidak menjadi sebuah
kesalahan bagi siapapun. Maka dari itu izinkan kami mempersembahkan makalah
yang kami beri judul Sejarah Etnis Melayu Di Rokan Hulu
Jika terdapat kesalahan dalam penulisan kata dalam pembuatan makalah ini
kami sebelumnya meminya maaf, semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
mestinya. Banyaknya kekurangan dalam makalah ini oleh karena itu kritik dan
saran sangat kami harapkan demi terjadinya kesempurnaan bagi kami.

Pasir pangaraian, 17 oktober 2022

Penulis
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Tujuan Penulisan....................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Sejarah Etnis Melayu Rokan Hulu.........................................................................3

B. Pengelompokan Budaya Etnis Melayu Di Rokan Hulu.........................................5

C. Sejarah Etnis Lainya Di Rokan Hulu.....................................................................6

BAB III..............................................................................................................................7

PENUTUP.........................................................................................................................7

A. KESIMPULAN......................................................................................................7

B. SARAN…………………………………………………………………………...7

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

s
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Rokan Hulu berbagai kebudayaan telah terwujud dari berbagai etnis
(Melayu, Mandailing, dan Jawa). Dari pelbagai kebudayaan yang ada di Rokan
Hulu tentu setiap etnis memiliki ciri-ciri kebudayaan sendiri-sendiri yang masih
dipertahankan sampai sekarang. Di bawah ini akan dipaparkan temuan-temuan
data-data kebudayaan Etnis Melayu, Mandailing dan Etnis Jawa dari penelitian
lapangan.

Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa
manusia oleh karena tu kebudayaan tentu akan mengalami perubahan-perubahan
dan perkembangan, sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia.

Masyarakat adat di Rokan bagian hulu terbagi ke dalam wilayah yang disebut
luhak. Terdapat Lima Luhak yang merupakan bekas kerajaan di masa lalu, yaitu
Luhak Tambusai, Rokan IV Koto, Kepenuhan, Rambah dan Kunto Darussalam.

Suku Mandailing adalah salah satu suku yang berada di Kabupaten Rokan
Hulu. suku Mandailing di Kabupaten Rokan Hulu adalah suku pendatang dari
Provinsi Sumatera Utara yang terlibat perang saudara di daerah Padang Galugur
hingga menetap dan tinggal di wilayah Kabupaten Rokan Hulu.

B. Tujuan Penulisan
Adapun rumusan Tujuan Penulisan dalam makalah ini ialah:
1. Bagaimana sejarah Etnis melayu Di Rokan Hulu
2. Apa yang Pengelompokan SuKU Etnis Melayu Di Rokan Hulu
3. Ada berapa Macam Etnis Melayu Di Rokan Hulu
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Budaya Etnis Melayu Di Rokan Hulu

Dahulunya, daerah Rokan Hulu dikenal dengan nama Rantau Rokan atau Luhak
Rokan Hulu, kiarena merupakan daerah tempat perantauan suku Minangkabau yang ada
didaerah Sumatra Barat. Rokan Hulu pada masa ini juga diistilahkan sebagai ‘Teratak Air
Hitam’ yakni Rantau Timur Minangkabau didaerah Kampar sekarang. Hal ini
mengakibatkan masyarakat Rokan Hulu saat ini memiliki adat istiadatserta logat bahasa
yang masih termasuk ke dalam bagian rumpun budaya Minangkabau. Terutama sekali
daerah Rao dan Pasaman dari wilayah Propinsi Sumatra Barat. Sementara di sekitar
Rokan Hulu bagian sebelah Utara dan Barat Daya, terdapat penduduk asli yang memiliki
kedekatan sejarah dan budaya dengan etnis Rumpun Batak di daerah Padang Lawas di
Propinsi Sumatra Utara.
1. Sejarah Kabupaten Rokan Hulu Zaman Penjajahan Belanda Sebelum kemerdekaan
yakni pada masa penjajahan Belanda, wilayah Rokan Hulu terbagi atas dua daerah :
a) Wilayah Rokan Kanan yang terdiri dari Kerajaan Tambusai, Kerajaan Rambah dan
Kerajaan Kepenuhan.
b) Wilayah Rokan Kiri yang terdiri dari Kerajaan Rokan IV Koto, Kerajaan Kunto
Darussalam serta beberapa kampung dari Kerajaan Siak (Kewalian negeri Tandun dan
kewalian Kabun).
50

Kerajaan-kerajaan di atas sekarang dikenal dengan sebutan Lima Lukah. Kerajaan-


kerajaan tersebut dikendalikan oleh Kerapatan Ninik Mamak, sementara untuk
penyelenggaraan pemerintah di kampung- kampung diselenggarakan oleh Penghulu Adat.
Sering dikenal dengan istilah ‘Raja itu dikurung dan dan dikandangkan oleh Ninik
Mamak’. Pada tahun 1905, kerajaan-kerajaan di atas mengikat perjanjian dengan pihak
Belanda. Diakuilah berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut sebagai landscape. Setiap
peraturan yang dibuat kerajaan mendapat pengesahan dari pihak Beanda. Pada masa
penjajahan Belanda tersebut, bermunculan tokoh-tokoh islam yang anti dengan Belanda.
Beberapa diantaranya yang cukup fenomenal dan dikenang oleh masyarakat Riau dan
nasional adalah Tuanku Tambusai, Sultan Zainal Abidinsyah, Tuanku Syekh Abdul
Wahab Rokan dan sebagainya. Perjuangan para tokoh tersebut dibuktikan dengan adanya
peninggalan sejarah seperti Benteng Tujuh Lapis yang merupakan benteng yang dibuat
masyarakat Dalu-dalu atas perintah dari Tuanku Tambusai. Beberapa bukti sejarah
lainnya adalah Kubu jua, Kubu manggis, Kubu joriang dan sebagainya.
2. Sejarah Kabupaten Rokan Hulu Zaman Penjajahan Jepang Setelah Belanda
mengalami kekalahan dengan Jepang. Jepang pun berkuasa di Indonesia termasuk di
daerah Rokan Hulu. Pada masa Jepang, Pemerintahan berjalan sebagaimana biasanya.
Akan tetapi setelah beberapa orang raja ditangkap oleh penjajah Jepang, maka pemerintah
B.Pengelompokan Budaya Etnis Melayu Di Rokan Hulu

Di bawah ini perincian pengelompokan atau komunitas budaya etnis Melayu,


Mandailing dan Jawa di Rokan Hulu.

1.Etnis Melayu
Pada umumnya daerah Rokan Hulu adalah daerah Melayu jadi daerah yang lima luhak
adalah daerah Melayu, pada umumnya daerah ditempati oleh kaum pribumi atau Melayu
Rokan Hulu, dimana etnis pendatang apabila ingin mengadakan hubungan dengan
masyarakat mereka masuk ke dalam kehidupan suku Melayu salah satunya di luhak
Rambah. Pengelompokan etnis Melayu Rokan Hulu terbagi lima daerah yang disebut
dengan “luhak” terdiri dari :
a.Luhak Tambusai
b.Luhak Rambah
c.Luhak Kepenuhan
d.Luhak Kunto Darussalam
e.Luhak Rokan IV Koto
Pada umumnya daerah ditempati oleh kaum pribumi atau melalui Rokan Hulu, dimana
etnis pendatang apabila ingin mengadakan hubungan dengan masyarakat mereka masuk
ke dalam kehidupan suku Melayu salah satunya di Luhak Rambah.
a.Luhak Tambusai
Tambusai merupakan tempat pusat kerajaan Tambusai yang berpusat di Dalu-dalu.
Masyarakat Tambusai masyarakat Melayu dan masyarakat Mandailing, terakhir daerah ini
juga menjadi tempat pemukiman transmigrasi dari pulau Jawa sekitar tahun 1990-an.
Masyarakat adat Melayu Tambusai terdiri dari dua kelompok ; Sibah Lua dan Sibah
Dalam.
1.Sibah Lua
Sibah Lua terdiri dari sembilan suku, seorang datuk Bendahara dari Melayu yaitu:
1.Suku Melayu Gelar Datuk Pusako Rangkayo Naro
2.Suku Ampu Gelar Datuk Sinaro Mudo
3.Suku Kuti Gelar Datuk Paduku Jo Sianso, atau Datuk Paduko Laksamano, atau
Datuk Paduko Jo Lelo
4.Suku Kanang Kopuh Gelar Datuk Kutianso
5.Suku Soborang Gelar Datuk Rangkayo Maharajo
6.Suku Pungkuik Gelar Datuk Rangkayo Morajo
7.Suku Mais Gelar Datuk Tomogong Kayo
8.Suku Bonuo Gelar Datuk Bonuo Ampu
9.Suku Moniliang Gelar Datuk Paduku Tuo
Masing-masing sembilan suku tersebut mempunyai kekerabatan satu sama lainnya
yaitu :
-Suku Melayu dan suku Mais dan Moniliang
-Suku Bonuo dengan suku Ampu
-Suku Pungkuik dengan suku Kanang Kopuh
-Suku Kuti dengan suku Suborang
2.Sibah Dalam
Sibah dalam terdiri dari 6 (enam) suku yaitu :
1.Induk Dalam Gelar Sutan Mahmud
2.Simajo Rokan Gelar St. Saidi, Rajo Sibomu, Rajao Omeh
3.Simajo Lelo Gelar Rajo Stimuan
4.Sri Marajo Gelar Sri Marajo
5.Majo Rajo Gelar Rajo Poka
6.Suku Bangsawan Gelar Sutan Johan

B.Luhak Rambah
tempat terletaknya kerajaan Melayu atau disebut Kerajaan Rambah, masyarakat
Melayu Rambah terdiri dari dua bangsa yang beradat. Bangsa Melayu terdiri dari :
a.Bangsa Raja-raja
b.Bangsa Anak Raja
c.Bangsa Suku Nan Tujuh
d.Bangsa Suku Nan 100
e.Bangsa Suku Nan 50
f.Bangsa Suku Nan 6
g.Bangsa Bersandar di Parit
c.Bangsa Mandailing Tujuh kampung yang berasal dari Tapanuli.
Suku bangsawan atau suku Raja yaitu dipertuan besar Raja Rambah adatnya bernama
pihak anak terbagi ; Induk yang dipertuan Besar dan Induk yang dipertuan Djumadil
Alam menempati Rumah pangkal.
Pihak yang dipertuan Sakti Raja Bantu atau Raja Muda menempati rumah Bagonjong
dan dalam adat bernama pihak kemenakan. Suku/bangsa anak-anak Raja terdiri dari
empat pihak :
1.Pihak Rumah Bolinggi (Berlinggi) kepala Sutan Mahmud yaitu kepala kerapatan
adat dan terbagi tiga induk yakni ; Induk Sutan Mahmud, Induk Majo Kayo dan Induk
Rajo Sobomo
2.Pihak Pasir baru
3.Pihak rumah Bagonjong
4.Pihak Pangka Balai
Suku Nan Tujuh yang dikepalai oleh seorang “Presiden” bernama Andiko, terdiri dari
suku :
1.Suku Ampu, bergelar Datuk Bandaro Kayo, Datuk Bendaharo Kuniang, Datuk
Bandaharo Simarajo
2.Dan Datuk Penghulu Besar. Masa dahulu Ampu terbagi empat induk sekarang
berkembang menjadi 32 induk di bawah 2 orang Datuk Bendaharo
3.Suku Melayu, bergelar Datuk Bendaharo Sakti atau Datuk Seri Paduko. Masa lalu
suku ini terdiri dari 6 induk sekarang berkembang menjadi 27 induk di bawah 2 Datuk
Bendaharo
4.Suku Pungkuik, dari suku ini pernah menjabat Andiko yang artinya kepala dari
semua suku nan tujuh dan bangsa bersaudara di parit. Pucuk suku bergelar Datuk
Tumenggung Kayo.Suku ini terbagi 3 induk dan sekarang telah berkembang menjadi 24
induk dari 2 Datuk Bendaharo
5.Suku Bonuo, pucuk suku bergelar Datuk Rangkayo Maharajo atau Rajo Bonuo
Ampu. Suku Bonuo dulu terdiri 4 induk sekarang menjadi 17 induk.
6.Suku Kandang Kopuh, bergelar Datu Paduko Majalelo, dahulu hanya 10 induk
sekarang berkembang menjadi 17 induk.
7.Suku Moniliang, gelar Datuk Rangkayo Maharajo atau Laksamana Manti. Apabila
datuk rangkayo Maharajo berhenti atau meninggal, maka digantikan oleh Datuk
Rangkayo Maharajo dari suku Bonuo. Suku ini terbagi 6 induk sekarang menjadi 8 induk
dengan tiga datuk
8.Suku Kuti, gelar datuk Paduko Besar terbagi 5 induk sekarang berkembang menjadi
25 induk di bawah 3 datuk
Bangsa/suku Nan Seratus, bergelar datuk Setia Raja adatnya sama dengan suku Nan
Tujuh dapat tinggal di Rumah Rajo atau Rumah pangka Balai.
Bangsa/suku nan Lima Puluh, bergelar Datuk siramo adatnya sama dengan suku nan
Tujuh bertempat tinggal di Kerajaan di bawah naungan Sutan Mahmud Puak Bolinggi.
Bangsa/suku Nan Enam dan Bangsa suku Bersandar di Parit.
Suku di atas merupakan kelompok suku Melayu yang ada di luhak Rambah. Selain itu
sekarang arena perkembangan daerah orang-orang dari suku lain juga sudah banyak yang
bertempat tingga di Luhak Rambah, diantaranya etnis Mandailing banyak bermukim di
Kaiti, Tambusai, Pawan, janji Raja, Menaming, sementara etnis Jawa di transmigrasi tapi
untuk sekarang ini sudah banyak pendatang selain etnis Mandailing dan Jawa dimana
sudah ada etnis Batak, etnis Aceh, etnis Minang sudah masuk ke pasir Pengaraian.
3.Luhak Kepenuhan
Pada masa kerajaan kepenuhan dahulu terdapat suku-suku dan golongan-golongan
bangsawan dalam kerajaan sebagai berikut :
a.Anggota di Balai, terdiri dari :
-Kelompok Ompek Bosa terbagi :
a.Suku Melayu Gelar datuk Bendaharo Sakti
b.Suku Moniliang Gelar Datuk Rangkayo Maharajo
c.Suku Pungkuik Gelar Datuk Paduko Jo Lelo
d.Suku Kandang Kopuh Gelar Datuk Biji Angso
-Anggota Balai lainnya terbagi pula :
a.Suku Mais Gelar Datuk Tomonggong
b.Suku Kuti Gelar Datuk Majo Nando
c.Suku Ampu Gelar Datuk Paduko Bosa
b.Tigo Piak (3 pihak)
-Piak Bangsawan
-Piak Anak Rajo-rajo
-Piak Non Saratuih
c.Imam Non Ompek
-Imam said dari suku Melayu dan Mais
-Imam Majo dan Suku Moniliang
-Imam Jo Lelo dari suku Pungkuik
-Imam Zainuddin dar suku kandang kopuh
d.Dubalang
– Datuk Majo dari Suku Melayu
– Datuk Johan Pahlawan dari suku Monoliang/Mais
– Datu Majo Sonao dari Suku Mais
– Datuk Paduko Samo dari Suku Kandang Kopuh
e.Aluo Kobosanda
-Datuk Banda (cerdik pandai)
-Datuk Saudaga Kayo (Bendahara)
-Datuk Perdana Montori (juru bicara).
D..Luhak Kunto Darussalam
Menurut sejarah dalam buku adat perkawinan Luhak di Rokan Hulu (2005), pada
tahun 1952 bahwa di Luhak Kunto Darussalam dikenal dengan penghulu sembilan (9) di
Koto Intan, tujuh (7) di Kota Lamodan delapan belas (18) di kampung nan enam (6). Ada
34 suku terdapat di Luhak Kunto Darussalam yang tersebar di sembilan kampung atau
negeri. Kampung-kampung tersebut adalah ; Negeri Koto Intan, Negeri Koto Lamo,
kampung Muara Dilam, Kampung Sungai Murai, Kampung Kasang Mungkal, kampung
Titian Gading, Kampung Sontang, dan Kampung Bonai.
E.Luhak Rokan IV Koto
Rokan IV Koto terdiri dari empat (4) penghulu dukepalai oleh seorang Penghulu Adat
dan (suku nan sembilan) yang dikepalai oleh Datuk Bendaharo Penghulu. Penghulu nan
empat tersebut ; Penghulu Rokan, Penghulu Pendalian, Penghulu Lubuk Bendaharo, dan
Penghulu Ujung Batu. Setiap suku di empat penghulu memiliki gelar Soko dan Gelar
Pusaka, setiap montao dan hulubalang juga mempunyai gelar masing-masing.

2.Etnis Mandailing
Etnis Mandailing di Rokan Hulu berasal dari Tapanuli Selatan Padang Gelugur yang
disebut juga Mandailing Godang. Pada masa dahulu kedudukan etnis Mandailing dalam
adat-istiadat khususnya di Luhak Rambah tersebut “Borajo Adat Dikampungnyo”
Berorangtua di Sutan Mahmud”. Menurut kata-kata adat terbagi kepada 4 (empat) :
1.Sutan Nan Opat (Sutan Nan Empat), terdiri :
a.Sutan laut Api di Kubu Baru
b.Sutan Tuah Kaiti di Kaiti
c.Sutan Kemalo Bulan di Manaming
d.Sutan Selindung di Tangun
2. Mangarajo Nan Bertiga
a.Mangarajo Timbalan Pawan di Pawan
b.Mangarajo Timbalan Sungai Pinang di Sungai Pinang
c.Mangarajo Timbalan Tanjung Berani di Tanjung Berani
3.Sutan Nan Beratur
a.Sutan Bungsu di Sigatal
b.Sutan Mangamar di Batang Samo
c.Sutan palembang di Gunung Intan
d.Sutan Mangamar di Huta Lolot
e.Sutan Badullah di Huta Padang
f.Sutan Said Johor di Ranahan
4.Mangarajo Nan Berbaris
a.Mangarajo silindung di sungai salak
b.Mangarajo Khatib di janji Raja
c.Mangarajo Malin di Kepala Bondar
Daerah Pawan dapat dikategorikan masyarakatnya masih tergolong homogen atau
masyarakatnya belum terlalu bercampur dengan etnis-etnis yang ada di Rokan Hulu,
dimana hampir mayoritas masyarakatnya etnis Mandailing yang ada di Pawan atau di
Rokan Hulu pada umumnya terdiri dari marga :
a.Lubis
b.Nasution
c.Daulay
d.Siregar
e.Hasibuan
Etnis Mandailing sudah ada atau bertempat tinggal di Pawan dari dahulu kira-kira
1800-an, dan generasi yang sekarang adalah keturunan generasi ke tujuh yang bertempat
tinggal di Pawan. Sehinga kami sudah menganggap Pawan ini kampung kami, dengan
kata lain kami bukan orang Mandailing Sumatera Utara, tapi kami orang asli Mandailing
Rokan Hulu. Pemukiman masyarakat Mandailing untuk pertama kedatangannya yaitu
huta Batang Samo sampai berkembang menjadi tujuh huta utama yaitu :
1.Huta Batang Samo/Huta rimbaru (sekarang Kubu Baru)
2.Huta Kaiti
3.Huta pawan
4.Huta Menaming
5.Huta Tangun
6.Huta Tanjung Berani
7.Huta Sungai Pinang.
Pengelompokan marga pada etnis Mandailing yang pertama kali adalah keturunan-
keturunan Nasution, Daulay, Siregar, dan marga Lubis, dan sekarang ditambah etnis
Batak yang bermarga selain marga yang di atas sudah banyak berdatangan.
Pengelompokan etnis Mandailing seperti di kecamatan Rantau Kasai daerah Tambusai
dari Mondang sampai kebatas Rao Tapanuli, pembagian etnis Mandailing biasa dilihat
pada daerah Lubuk Soting etnis yaitu marga Lubis dan marga Siregar, sementara marga
mayoritas di Janji Raja adalah marga Siregar dan Lubis.

3.Etnis Jawa
Pertama sekali etnis Jawa masuk ke Rokan Hulu (Pasir Pengaraian) pada tahun 1950-
an. Kelompok ini merantau dari Medan untuk bekerja pada perkebunan karet (maskapai)
peninggalan penjajah Belanda. Gelombang kedatangan etnis Jawa paling besar pada saat
program transmigrasi. /ada tahun 1980 program ini masuk ke Rokan Hulu, penempatan
pertama di kecamatan Rambah (sekarang wilayah kecamatan Rambah Samo). Adapula
yang merantau sendirian karena desakan ekonomi.
Pengelompokan etnis di daerah transmigrasi mayoritas adalah etnis Jawa, khususnya
Jawa Tengah dan Jawa Timur dan etnis-etnis lain dapat dijumpai pada lokasi keramaian
seperti pasar. Jadi pengelompokan etnis Jawa lebih banyak pada daerah-daerah
transmigrasi yang ada di Rokan Hulu.
Sistesis Pengelompokan Budaya
No Etnis Konsep Pengelompokan Budaya
1.Melayu Pengelompokan Budaya pada etnis Melayu di Rokan Hulu terjadi karena
komunitas etnis Melayu yang berasal dari kerajaan-kerajaan masa lalu yang memiliki
wilayah tertentu di Kabupaten Rokan Hulu
2.Mandailing Pengelompokan Budaya pada etnis Mandailing didasarkan pada
pengelompokan marga-marga
3.Jawa Pengelompokan Budaya pada etnis Jawa di Rokan Hulu terpusat pada daerah
transmigrasi di Rokan Hulu, mayoritas etnis Jawa berasal dari Jawa Timur, sebagian Jawa
Tengah.
Pengelompokan Budaya di Kabupaten Rokan Hulu berdasarkan lokasi pemukiman
secara garis besar sebagai berikut :
 Etnis Melayu Rokan Hulu
Pengelompokan Budaya etnis Melayu Rokan Hulu berpusat pada daerah-daerah di
lima luhak yang telah diuraikan di atas dan termasuk daerah kecamatan pemekaran yaitu :
1.Kecamatan Rambah (Luhak Rambah) di Pasir Pengaraian
2.Kecamatan Rambah Hilir (Luhak Rambah) di Muara Rumbai
3.Kecamatan Rambah Samo (Luhak Rambah) di Okak
4.Kecamatan Tambusai (Luhak Tambusai) di Dalu-dalu
5.Kecamatan Tambusai Utara (Luhak Tambusai) di Rantau Kasai
6.Kecamatan Kepenuhan (Luhak Kepenuhan) di Kota Tengah
7.Kecamatan Rokan IV Koto (Luhak Rokan IV Koto) di Rokan
8.Kecamatan Kunto Darussalam (Luhak Kunto Darussalam) di Kota Lama
9.Kecamatan Bonai Darussalam (Luhak Kunto Darussalam) di Sontang
10.Kecamatan Pagaran Tapah (Luhak Kunto Darussalam) di Pagaran Tapah
11.Kecamatan Ujung Batu (Kewalian Negeri Tandun) di Ujung Batu
12.Kecamatan Tandun (Kewalian Negeri Tandun) di tandun
13.Kecamatan Kabun (Kewalian Negeri Tandun) di Kabun
 Etnis Mandailing Rokan Hulu
Pengelompokan Budaya etnis Mandailing di Rokan Hulu terpusat pada daerah-daerah
yaitu :
1.Kecamatan Rambah
-Desa Kaiti
-Desa Pawon
-Desa sungai Deras
2.Kecamatan Tambusai
-Desa Mondang
-Desa Tambusai Timur (Lubuk soting)
3.Kecamatan Rambah Samo
-Desa Batang Samo
-Desa Surau Gading
-Desa (Sungai Salak)
-Desa Okak (Kubu Baru, Hasehatan)
4.Kecamatan Bangun Purba
-Desa Tangun
-Desa Janji Raja
-Desa Manaming
-Desa (Sungai Pinang)
-Desa (Gunung Intan)
-Desa (Tanjung Berani)
 Etnis Jawa Rokan Hulu
Pengelompokan Budaya etnis Jawa di Rokan Hulu terpusat pada daerah-daerah yaitu :
1.Kecamatan Rambah
-Desa Wonosri
-SKP C (Terdiri Desa Utama dan beberapa Desa Kecil)
2.Kecamatan Rambah Samo
-SKP A (DU, DK-I,II.III,IV,V dan VI
-SKP B
-SKP Tambahan
3.Kecamatan Tambusai
-SKP D dan SKP E (Terdiri desa Utama/DU, dan beberapa Desa Kecil)
4.Kecamatan Tambusai Utara
-SKP F (Terdiri Desa Utama/ DU dan beberapa Desa Kecil)
5.Kecamatan Bangun Jaya
-DK I (Desa Kecil) SKP C
6.Kecamatan Tandun
7.Kecamatan Kunto Darussalam
-SKP D dan SKP E (Terdiri Desa Utama/DU dan beberapa Desa Kecil)
Disamping daerah-daerah pengelompokan etnis di atas, pengelompokan etnis terdapat
juga areal perkebunan sawit baik milik BUMN maupun swasta di Kabupaten Rokan Hulu

B. Sejarah Etnis Lainya Di Rokan Hulu


Sejarah Etnis Lainya Yaitu Di Ambil Dari Salah Satu Kelompok Etnis Yaitu Dari Etnis
Suku Mandailing Berikut Sejarah Etnis Suku Mandailing. Sejarah Masuknya Suku
Mandailing ke Kabupaten Rokan Hulu Pada dekade peghujung abad ke 17, di Kerajaan
Tambusai memerintah Raja Tengku Yang Dipertuankan Tua Raja. Beliau adalah raja ke-7
yang memiliki dua orang putera, yaitu yang tua bernama Tengku Muhammad Ali Bahar
gelar Tengku Muda dan adiknya bernama Tengku Muhammad Ali Mukamil bergelar
Yang Dipertuankan akhir zaman. Bangsa Mandailing yang bermukim di wilayah
Kabupaten Rokan Hulu. Keberadaannya bermula sejak menjelang dekade pertengahan
abad ke 18 pada masa kerajaan Melayu Rambah. Adapun suku atau marga-marga
masyarakat mandailing tersebut yakni, 1.Marga Nasution, 2.Marga Siregar, 3.Marga
Lubis, 4.Marga Hasibuan, 5.Marga Daulay dan 6.Marga Najangnion (Nainggolan). 2Lexy
Moelong. 1996. Metode Penelitian Kualihtataif. Remaja Rosda Karya Offset. Bandung, hlm
103
5 Pada masa yag bersmaan, antara tahun 1550-1850M adalah kekuasaan anak-cucu
Patuan Moksa di Panyabungan Tonga-Mandailing Godang yang memerintah raja-raja
turunan Besar Batang Natal yang terus-menerus berusaha memperluas wilayah
kekuasaannya.3Peperangan antara kedua kelompok, menyebabkan terdesaknya Raja
Jasordang dan Jagunanti di Pidoli Lombang dan Pidoli Dolok. Kedua rajanya mengungsi ke
Ujung Gading dan Sibodak, di Pasaman (Sumatera Barat). Di antara keturunan dan
pengikut-pengikutnya ini sebagian sampai dan bermukim di wilayah Mandailing
Napituhuta Luhak Rambah. Huta Padang Galugur, salah satu kerajaan kecil di
Mandailing yang rajanya salah-seorang keturunan Si Baroar Raja Nasakti tak terkecuali
mengalami nasib yang sama. Kerajaan ini juga di serang oleh pasukan keturunan Besar
Batang Natal yang melakukan Ekspansi. Raja beserta pengikutnya yang setia,
mempertahankan marwah dan kerajaan mereka. Namun setelah bertahan beberapa lama,
Huta Padang Galugur akhirnya jatuh ke tangan musuh. Negeri yang dulunya makmur,
dibumi hanguskan oleh aggressor yang memiliki kekuatan yang lebih besar sehingga
kekuatan tidak sepadan. Putra raja yang masih kecil Soluk (9 tahun) dan Panyoluk
Gompar (7 tahun), diselamatkan oleh neneknya bernama Suri Andung Jati dan lari
bersama beberapa keluarganya yang setia beserta beberapa orang besar kearajaan yang
masih tersisa. Boru Namora Suri Andung Jati (Sutan Perempuan) merupakan nama
seseorang yang berjasa dalam sejarah keberadaan suku Mandailing yang bermukim
di wilayah Luhak Rambah, Kabupaten Rokan Hulu. Beliaulah yang membawa
rombongan suku Mandailing hijrah akibat perang saudara di Padang Galugur Sumatera
Utara. 4Faktor Pendorong Dan Penghambat masuknya Suku Mandailing ke Kabupaten
Rokan Hulu
1. Faktor pendorong Masukunya suku Mandailing ke Kabupaten Rokan Hulu Faktor
pendorong kedatangan Suku Mandailing di kabupaten Rokan Hulu berbicara mengenai
faktor pendorong masuknya Suku Mandailing ke Kabupaten Rokan Hulu tak lepas dari
pejuangan Boru Namora Suri Andung Jati (Sutan Perempuan . Dengan adanya ikatan
kekeluargaan antara Raja Tambusai dengan kerajaan di Padang Galugur, Tapanuli
Selatan. Dengan adanya ikatan Kerajaan Padang Galugur dengan Kerajaan Tambusai
merupakan faktor pendorong hijrahnya suku Mandailing ke Kabupaten Rokan Hulu
khususnya daerah kerajaan Rambah karena ada ikatan darah di mana, seorang cucu dari Suri
Andung bernama Putri Rindang Bulan menikah dengan salah seorang bagsawan
kerajaan Tambusai. Hijrahnya orang Mandailing ke Sumatra Timur adalah karena pengaruh
investasi besar-besaran dari Deli pada masa itu. Hal inilah yang membuat masyarakat
dari Tapanuli Selatan dan Utara terdampar hingga sampai di Riau dan Sumatra Barat.
3H. Abdul Malik Nasution 2011,Sejarah Keteladanan dan Perjuangan Boru Namora Suri
Andung Jati . Pasir Pengaraian Hal -64Ibid,.hal 7
6 Pengaruh dari invasi yang dilakukan oleh tuanku Rao, Tambusai dan Bonjol dengan
pasukan padri-nya ketanah Batak. Tentang keberadaan orang Mandailing di Riau atau di
daerah Rambah Pasir Pengaraiyan Rokan Hulu adalah legenda Raja Perempuan Suri
Andung Jati yang populer dengan sebutan Tuan Perempuan dari wilayah kerajaan
Padang Galugur di Kecamatan Hutanopan Tapanuli Selatan. Akibat suatu perang yang
terjadi maka Sutan Perempuan tersebut menyingkir kearah selatan yaitu kerajaan
Tambusai (Batang Sosa) untuk menyelamatkan cucunya. Sesuai dengan petunjuk
Raja Tambusai, maka menempati luhak Rambah hingga saat ini. Dalam sidang yang
bersejarah pada tahun 1823 yang pada waktu itu dipimpin oleh tengku Ibrahim, berdasarkan
pertimbangan dan kesetiaan masyarakat Mandailing kepada kerajaan Melayu Rambah maka
Raja Rambah dengan persetujuan para datuk besar menetapkan bahwa kepada masyarakat
Mandailing di anugrahkan oleh kerajaan antara lain sebagai berikut. 1.Diberi anugrah tanah
Kholifah atau ulayat, 2.Pimpinan boleh menjadi Raja atau penghulu dikampungnya
masing-masing dilengkapi dengan perangkat bendahara. 3.Dapat mengatur adat istiadat
sendiri menurut hukum Mandailing 4.Boleh menghukum atau menghakimi warga sesuai
dengan hukum adat Mandailing. 5.Boleh mengambil hasil daerah 10% Semenjak ditetapkan
keputusan Raja Rambah tersebut maka warga masyarakat Mandailing merupakan
bagian dari masyarakat Melayu Rambah Rokan Hulu. Setelah menjadi bagian dari
masyarakat Melayu Rambah etnis Mandailing mulai membuka lahan dan menjalin kerja
sama yang baik dengan masyarakat asli Rambah. Sebagai etnis pendatang di Rambah
orang Mandailing mampu memberikan kontribusi dimana orang Melayu dapat
menerima keadaan mereka dengan berbagai yang terkandung didalam budaya dan
sosial mereka. Demikian pula dengan orang Mandailing cenderung memberikan respon
yang positif terhadap orang Melayu dan orang Melayu pun dapat menerima eksistensi
orang Mandailing. Etnis Mandailing bukanlah etnis asli yang berasal dari Provinsi Riau,
melainkan etnis Mandailing adalah merupakan etnis pendatang di Riau khususnya di
daerah Kabupaten Rokan Hulu. Dalam proses berdirinya sebuah perkampungan di
Mandailing selalu diawali dengan dibangunnya rumah-rumah penduduk (bagas) biasa
oleh sekelompok marga yang datang dari daerah-daerah pegunungan. Kelompok rumah
ini biasanya hanya terdiri atas tiga atau lima rumah yang disebut dengan pagaran.
Pada perkembangan selanjutnya, sebuah pagaran dapat terus berkembang membentuk
banjar. Selanjutnya, banjar dapat berkembang menjadi sebuah huta. Faktor pendorong
merupakan suatu faktor yang mendorong sesorang atau kelompok untuk
meninggalkan daerah asalnya dengan melakukan tidakan atau perbuatan tertentu.
faktor ini biasanya berkaitan dengan kondisi yang berhubungan dengan perihal
seseorang atau kelompok. Dengan beberapa faktor pendorong masuk nya Suku
Mandailing ke Kabupaten Rokan Hulu penulis menyimpulkan dengan adanya hubungan
antara Suku Mandailing dan Kerajaan Tambusai di Rokan Hulu dan jarak antara
perpindahan suku Mandailing ke Kabupten Rokan Hulu tidak terlalu jauh memudah
kan suku Mandailing untuk berimigrasi ke Kabupaten Rokan hulu.
7 2. Faktor Penghambat masuknya suku Mandailing ke Kabupaten Rokan Hulu Sebagai
seorang warga atau kelompok pendatang yang masih baru di daerah tujuan tentu
belum banyak hal yang diketahui oleh para pendatang. Hal ini merupakan suatu
hambatan dan rintangan untuk melangsungkan segala kegiatan aktivitas seorang migran
di derah tujuan. Adapun rintangan-rintangan yang di hadapi oleh masyarakat suku
Mandailing sewaktu pertama kali datang Kerajaan Tambusai sebagai berikut Selama proses
masuknya Suku Mandailing ke Kabupaten Rokan Hulu yang menjadi faktor
penghalang utama adalah jarak antara Padang Galugur ke Kerajaan Tambusai yang
lumayan jauh. Pada zaman tersebut belum memiliki alat transportasi yang baik suku
Mandailing masuk ke daerah Tambusai (Rokan Hulu) menggunakan akses transportasi
darat dan sungai menelusuri bukit dan hutan rimba. Setelah rombongan Suri
Andung Jati (Sutan Perempuan) melakukan perjalanan yang cukup jauh menelusuri
hutan rimba dan beberapa sungai. rombongan suku Mandailing yang di pimpin oleh Suri
Andung Jati tiba di daerah Tambusai yaitu daerahnya bernama Pisang Kolot. Sesampai nya
di daerah tambusai rombongan suku Mandailing pun mereka harus melapor dan mengirim
utusan untuk bertemu dengan pihak Kerajaan Tambusai. Jadi dapat penulis simpulkan
bahwa Faktor penghambat proses masuknya suku Mandailing masuk ke kabupaten
Rokan Hulu, dengan jarak antara Padang Galugur dengan kerajaan Tambusai yang
lumayan jauh pada zaman tersebut mereka pindah tanpa menggunakan trasnportasi
hanya mengikuti jalan hutan rimba dan arus sungai, begitu pula sesampainya mereka di
daerah Tambusai mereka harus menunggu 32 tahun hingga bisa menempati daerah
Rambah, dalam status warga mereka sebagai suaka politik atau tawanan perang. Dan
berbaur hingga menjadi masyarakat kerajaan Rambah dan membantu kerajaan Rambah
mengusir orang-orang Lubu yang merupakan pengganggu dari kerajaan Rambah.
Bagaimana keberterimaan masyarakat lokal terhadap masuknya suku Mandailing ke
kabupaten Rokan Hulu Semenjak suku Mandailing masuk ke Kabupaten Rokan Hulu
menimbulkan berbagai polemik, salah satunya yaitu keberterimaan masyarakat lokal
terhadap masuknya suku Mandailing. Karena suku Mandailing merupakan bukan suku
asli Rokan Hulu, melainkan suku pendatang. Sebagai suku pendatang yang masih baru
di daerah tujuan serta belum banyak diketahui oleh para pendatang dari suku Mandailing
hal ini merupakan suatu hambatan bagi suku Mandailing untuk berbaur dengan
masyarakat melayu di Kerajaan Rambah. Dengan adat, budaya, serta tata cara hidup
yang berbeda mereka harus menyesuaikan dengan keadaan sekitar kerajaan Rambah.
Kedatangan suku Mandailing di tanah Rokan sebelumnya mereka di sambut baik oleh
Kerajaan Tambusai. Mereka suku Mandailing di beri tempat perlindungan oleh kerajaan
Tambusai (Suaka Politik) sebagai tawanan perang yang melarikan diri dari kerajaan
Padang Galugur, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Untuk tinggal di wilayah
Tambusai yaitu daerah Pisang Kolot. Dengan ketentuan hanya boleh melakuakan
kegiatan pertanian saja tidak di benarkan mengikuti kegiatan politik Kerajaan. Selama
hampir 32 tahun suku Mandailing menetap di daerah kerajaan Tambusai. Pemimpin
rombongan suku Mandailing yaitu Sutan Perempuan Suri Andung Jati
8 memohon kepada kerajaan Tambusai untuk di beri wilayah baru mengingat
penduduk suku Mandailing bertambah banyak. Kemudian rombongan suku Mandailing di
beri wilayah oleh kerajaan Tambusai yaitu di daerah kekuasaan kerajaan Rambah.
Kemudian di terima pula oleh kerajaan Rambah sebagai suaka politik istilah adatnya di
bori tanah non sekopa, awuo non serumpun. Setelah di berikan wilayah maka suku
Mandailing menetap dan memilih kerajaan Rambah sebagai tempat tinggal mereka
dan membangun kampung-kampung yang di sebut huta. Dalam hal ini suku Mandailing
dan masyarakat Kerajaan Rambah bahu-membahu untuk menjaga daerah Kerajaan
Rambah, suku Mandailing mengelilingi daerah-daerah kekuasaan kerajaan Rambah
dengan tujuan untuk melindungi kerajaan Rambah dari serangan-serangan kerajaan
lain, Terutama dari bangsa Lubu yag merupakan bangsa yang selalu menganggu
wilayah kerajaan Rambah. Dengan di terima nya suku Mandailing menjadi bagian dari
kerajaan Rambah mereka lalu menetap dan memilih wilayah kerajaan Rambah sebagai
tempat tinggal dan rumah kedua bagi kampung halaman Suku Mandailing. Dalam hal
ini dapat penulis menyimpulkan bahwa suku Mandailing datang ke wilayah Kabupaten
Rokan Hulu di terima baik oleh kerajaan Tambusai maupun Kerajaan Rambah tanpa
menganggu masyarakat lokal kerajaan. Di sini suku Mandailing saling bantu-membantu
untuk menjaga kedamaian kerajaan dari gangguan atau ancaman dari luar. Hingga saat
ini kerukunan antara suku Mandailing dengan masyarakat Melayu Rokan Hulu tetap terjaga
tanpa adanya konflik yang terjadi antara kedua belah pihak. Peranan pemerintah pun
sangat di perlukan untuk melestarikan kebudayaan suku Mandailing di kabupaten
Rokan Hulu. Peranan Pemerintah Dalam Perkembangan Suku Mandailing di
Kabupaten Rokan Hulu Memang pada dasarnya pemerintah mempunyai peran
besar dalam perkembangan suku Mandailing di Kabupaten Rokan Hulu, karena
pemerintah merupakan sebagai fasilitator perkembangan suku Mandailing di Kabupaten
Rokan Hulu, pemerintah turut memberikan sarana dan prasarana di mana dengan
beberapa suku besar di Kabupaten Rokan Hulu seperti suku Melayu, suku Jawa,
suku Mandailing, suku Batak, suku Karo dan suku Sunda merupakan bagian dari masyarakat
Kabupaten Rokan Hulu. Semenjak kedatangan suku Mandailing ke Kabupaten Rokan
Hulu hubungan antara suku Mandailing dengan pemerintahan Kerajaan Rambah
dan Kerajaan Tambusai begitu erat dan tidak bisa di pisahkan, karena suku
Mandailing memiliki peran penting terhadap perkembangan Kerajaan Rambah. Atas jasa
suku Mandailing yaitu mampu mengusir orang Lubu yang merupakan bangsa penganggu
bagi kerajaan Rambah. Pada masa itu suku Mandailing membangun tujuh buah kampung dan
kampung tersebut mengelilingi kerajaan Rambah karena suku Mandailing merupakan
tameng atau penjaga kerajaan Rambah dari ancaman dan gangguan kerajaan lain. Suku
Mandailing merupakan bagian dari kerajaan Rambah dan bisa di katakan sebagai saudara
kandung berdasarkan Perjanjian antara Kerajaan Rambah dengan Sutan Na Opat dan
Mangaraja Na Tolu dan di saksikan oleh raja Muda
9 tambusai adapun isi perjanjian antara Raja Rambah dengan Suku Mandailing yang
di sebut dengan Janji Raja pada Tahun 1823adalah : 1)Kepada Raja-raja Mandailing di
berikan tanah ulayat 2)Dibolehkan menggunakan adat kebesaran Raja-raja Mandailing,
terutama dalam memakai pakaian kebesaran warna kuning dalam pesta-pesta adat
kampung Napituhuta atau di Rambah (mengakui adat kebangsawanan Sutan Na Opat
dan Mangaraja Na Tolu) dibenarkan memakai adat sendiri 3)Meminta agar antara
Mandailing dan melayu di anggap adik beradik (bersaudara). 4)Sepakat bahwa aturan
perinikahan bahwa ; pertama, kalau mongambik boru ke kami (menikah lelaki melayu
dengan wanita mandailing) mako adatnya jujuran (anak ikut suku ayah). Bilo moambiek ko
kalian (laki-laki Mandailing menikah dengan wanita melayu ) adatnya sumondo (anak ikut
pada suku ibunya). 5)Saling menghormati dan membantu bila mendapat masalah5Dari isi
perjanjian yang di sebut dengan Janji Raja tersebut jelas bahwasanya peranan
pemerintah pada zaman Kerajaan Rambah sangat berpengaruh bagi
perkembangan masyarakat suku Mandailing pada masa itu. Mereka di beri daerah
kekuasaan dan di berikan tanah ulayat, di perbolehkan untuk beradat sendiri dan di
anggap adik beradik oleh kerajaan Rambah. Untuk membangun daerah Huta (kampung)
berkat jasa-jasa masyarakat suku Mandailing terhadap kerajaan Rambah. Berdasarkan
wawancara bapak H. Tengku Rafli Armien S Sos : Dalam sejarahnya setelah di ambil
oleh raja Rambah maka marga suku Mandailing itu tanggal namun, pada zaman
bapak Kaharuddin Nasution selaku gubernur Riau pada masa itu masalah marga
tersebut di angkat kembali, tetapi jika ada orang mandailing menikah dengan orang
Melayu maka di urus oleh suku Melayu Rambah. 6Peranan pemerintah keraajaan
terhadap perkembangan suku Mandailing begitu besar memberikan kontribusi bagi suku
Mandailing tersebut. Dengan diakuinya suku Mandailing sebagai bagian dari kerajaan
Rambah, hingga saat ini peranan pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu terhadap
perekembangan Suku Mandailing di kabupaten Rokan Hulu di bidang sosial, budaya
dan ekonomi cukup memberikan kontribusi bagi Masyarakat Suku Mandailing di
kabupaten Rokan Hulu. Fasilitas Pernanan pemerintahan kabupten Rokan Hulu terhadap
perkembangan suku Mandailing pada saat ini. a.Dengan di dirikan rumah adat suku
Mandailing di desa Kubu Baru, Rambah samo, 5Syam, Junaidi, 2013. Cerita Rakyat Rokan
Hulu : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rokan Hulu hal- 236 6H. Tengku Rafli
Armein S Sos. Ketua Lembaga Adat Melayu Riau Rokan Hulu. Wawancara pada tanggal 20
September 2016.
10 b.Merawat makam Suri Andung jati yang merupakan tokoh penting dari Suku
mandailing. c.Membangun bagas godang (Rumah Besar) di desa Haiti, d.serta membangun
Tugu perjanjian Raja Rambah di desa Janji Raja Dalam hal struktur pemerintah adat,
masyarakat Mandailing mengenal pemimpin tertinggi berupa Sutan. Sutan tertinggi ini
bergelar Sutan Lautan Api yang diangkat dari Hutan Kubu Baru dan Hutan Haiti. Dari
Sutan tertinggi ini juga menjabat 7 (tujuh) Sutan di bawahnya yang menempati 7 (tujuh)
kampung atau Napituhuta. Setiap kampung yang dipimpin oleh satu sutan juga membawahi
beberapa induk suku. induk suku (pemimpin marga) ini jumlahnya ditetapkan setiap
kampung (huta). Jumlah induk suku ini berdasarkan keberadaan marga-marga yang ada di
huta tersebut. Induk suku bertanggung jawab pada marga yang dikepalai. Dalam sistem
kekerabatan Mandailing yang menganut garis keturunan patrilineal mengenal yang
namanya dalian natolu. Dalam sistem kekerabatan sangat kental dengan kehidupan
kebersamaan yang dipadu dengan semangat dalian natolu. Baik itu dalam menghadapi
masalah ataupun peristiwa kebahagiaan (siriaon). Azas-azas dalian natolu
masyarakat Mandailing Desa Rambah Samo Barat menggambarkan pembagian
tugas dalam keluarga besar. Pembagian tugas ini seperti suhut (tuan rumah), anak
boru (keluarga anak adik yang perempuan) dan mora (keluarga besan) atau keluarga
dari pihak istri. Semangat pembagian tugas dimaksud untuk membagi tanggung jawab
dalam menghadapi masalah dalam keluarga maupun dalam kampung halaman. Dalam
hal lain ada lagi bagian keluarga yang bisa berkerja sama dalam menghadapi masalah
yaitu pisang raut. Bidang sosial dan budaya pemerintah Rokan Hulu membentuk
perkumpulan-perkumpulan remaja suku Mandailing untuk membantu acara kegiatan
seperti Perkawinan, hari besar Islam, pengajian, serta gotong royong bersama.
Pemerintah Rokan Hulu juga memasukan Suku Mandailing ke dalam Lembaga Adat
Melayu Riau Rokan Hulu (LAM Rokan Hulu). dengan tujuan sebagai penengah ketika
terjadi perselisihan diantara suku Mandailing tersebut. Demikianlah beberapa
peranan pemerintah terhadap perkembangan suku Mandailing di Kabupaten Rokan
Hulu, dengan adanya peranan pemerintah dan dukungan dari masyarakat suku
Mandailing merupakan bagian dari Suku-suku yang ada di Kabupaten Rokan
Hulu. Suku Mandailing turut membantu pemerintah untuk memajukan Rokan Hulu
sebagai Kabupaten terbaik di Provinsi Riau. SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1.Pada
dekade peghujung abad ke 17, di Kerajaan Tambusai memerintah Raja Tengku Yang
Dipertuankan Tua Raja. Beliau adalah raja ke-7 yang memiliki dua orang putra, yaitu
yang tua bernama Tengku Muhammad Ali Bahar gelar Tengku Muda dan adiknya
bernama Tengku Muhammad Ali Mukamil bergelar Yang Dipertuankan akhir
zaman. Bangsa Mandailing yang bermukim di wilayah Kabupaten Rokan Hulu.
Keberadaannya bermula sejak menjelang dekade pertengahan abad ke 18 pada
masa kerajaan Melayu Rambah. Adapun suku atau marga-marga masyarakat mandailing
tersebut yakni,
11 1.Marga Nasution, 2.Marga Siregar, 3.Marga Lubis, 4.Marga Hasibuan, 5.Marga
Daulay dan 6.Marga Najangnion (Nainggolan). 2.Penyebab suku Mandailing migrasi ke
Kabupaten Rokan Hulu adalah Peperangan antara kedua kelompok, menyebabkan
terdesaknya Raja Jasordang dan Jagunanti di Pidoli Lombang dan Pidoli Dolok. Kedua
rajanya mengungsi ke ujung gading dan Sibodak, di Pasaman (Sumatera Barat). Di
antara keturunan dan pengikut-pengikutnya ini sebagian sampai dan bermukim di
wilayah Mandailing Napituhuta Luhak Rambah. Huta Padang Galugur, salah satu kerajaan
kecil di Mandailing yang rajanya salah-seorang keturunan Si Baroar Raja Nasakti tak
terkecuali mengalami nasib yang sama. Kerajaan ini juga di serang oleh pasukan keturunan
Besar Batang Natal yang melakukan Ekspansi Raja beserta pengikutnya yang
setia, mempertahankan marwah dan kerajaan mereka. Namun setelah bertahan beberapa
lama, Huta Padang Galugur akhirnya jatuh ke tangan musuh. 3.Faktor pendukung
masuknya suku Mandailing ke Kabupaten Rokan Hulu adalah Dengan adanya ikatan
Kerajaan Padang Galugur dengan Kerajaan Tambusai merupakan faktor pendorong
hijrahnya suku Mandailing ke Kabupaten Rokan Hulu khususnya daerah kerajaan Rambah
karena ada ikatan darah di mana, seorang cucu dari Suri Andung bernama Putri Rindang
Bulan menikah dengan salah seorang bagsawan kerajaan Tambusai. 4.Faktor penghambat
masuknya suku mandailing ke Kabupaten Rokan Hulu adalah Sebagai seorang warga
atau kelompok pendatang yang masih baru di daerah tujuan tentu belum banyak hal yang
diketahui oleh para pendatang. Hal ini merupakan suatu hambatan dan rintangan untuk
melangsungkan segala kegiatan aktivitas seorang migran di derah tujuan. Adapun
rintangan-rintangan yang di hadapi oleh masyarakat suku Mandailing sewaktu pertama
kali datang Kerajaan Tambusai sebagai berikut Selama proses masuknya Suku
Mandailing ke Kabupaten Rokan Hulu yang menjadi faktor penghalang utama adalah
jarak antara Padang Galugur ke Kerajaan Tambusai yang lumayan jauh. 5.Peranan
pemerintah terhadap perkembangan suku Mandailing di kabupaten Rokan Hulu adalah
Bidang sosial dan budaya pemerintah Rokan Hulu membentuk perkumpulan-
perkumpulan remaja suku Mandailing untuk membantu acara kegiatan seperti Perkawinan,
hari besar Islam, pengajian, serta gotong royong bersama. Pemerintah Rokan Hulu juga
memasukan Suku Mandailing ke dalam Lembaga Adat Melayu Riau Rokan Hulu (LAM
Rokan Hulu). Dengan tujuan sebagai penengah ketika terjadi perselisihan diantara suku
Mandailing tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Melayu yang telah mengerucut sebagai suku bangsa atau etnis ,orang yang tetap
bersetia sebagai Melayu menjadi berbeda misalnya dengan suku bangsa atau etnis Batak,
Aceh, Minang, Banjar, Dayak, Sunda, Jawa, Madura, Bugis, Ambon dan seterusnya yang
telah mendefenisikan diri mereka sebagai suku bangsa atau etnis selain Melayu.
Dengan ini orang Melayu kemudian mendefenisikan dirinya sebagai masyarakat yang
bermastautin turun-temurun atau berasal–usul dari masyarakat yang mendiami wilayah
bekas kerajaan-kerajaan melayu seperti di wilayah provinsi Riau khususnya Rokan Hulu.

B. SARAN

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan
makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
Acheson, Katherine O.. 1963. Writing Essays About Literature. Canada:
Broadview Press.

Al-Azhar, Datuk Seri, dkk. 2018. Pendidikan Budaya Melayu Riau (Buku Sumber
Pegangan Guru). Pekanbaru: LAM Riau bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan
Provinsi Riau dan Dinas Pendidikan Provinsi Riau.

Al-Fayyadl, Muhammad. 2006. Derrida. Yogyakarta: LkiS.

Amir, Adriyetti. 2013. Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta: Andi.

Andiani, Maritfa Nika, Mohammad Mukti Ali. 2013. “Kajian Eksistensi Pasar
Tradisional Kota Surakarta”. Teknik PWK; Vol. 2; No. 2; 2013; hal. 252- 269.

Anwar, Khairil. 2010. Bagurau: Sastra Lisan Minangkabau di Luhak Nan Tigo
Sumatera Barat. Denpasar: Universitas Udayana. (Disertasi).

-------------------. 2011. Pembelajaran Sastra Lisan: Upaya Pelestarian Mutiara


yang Terlupakan. Bandung: Dipresentasikan pada Forum Ilmiah VII Fakultas
Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia.

Anwar, Khairil, Ferdinal, dan Rima Devi. 2020. “Inyiak and Marvin Harris
Keepers of Tradition Oral And Ecology: Challenges in the Era of Oil Palm
Plantation Expansion in West Sumatra”. Bereitgestellt von Kangwon National
University Heruntergeladen 18.01.20 07:36 UTC.

Alexander, Budi, Rafiloza, dan Asril. 2019. “Bahoyak : Pengaruh Postmodern di


Dalam Pertunjukan Saluang Dendang di Minangkabau”. Jurnal Seni Desain dan
Budaya Volume 4 no 2.

Ani, La Ode Kamsir. 2014. Nyanyian Mbue-Bue Sebagai Bentuk Tradisi


Menidurkan Anak di Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara (Tesis).
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Arrohmah, Pramita. 2016. Hiperrealitas Pencak Silat Dalam Film: Analisis


Hipersemiotika Film “3 (Alif Lam Mim)”. Universitas Sebelas Maret
8

Anda mungkin juga menyukai