Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
1. IMANI RAHMI ( 2138048 )
2. SITI ARMAINI S. PUTRI ( 2138047 )
3. EMA WATI 2138029
4. SELVIANI 2138024
5. ZAHRATUL AINI 2138028
6. SITI NURDIANA NIM : 213801
Penyusun
i
1
DAFTAR ISI
ii
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Berdirinya Kerajaan Kepenuhan tidak terlepas dari kontribusi Kerajaan
Tambusai yang bernaung di bawah Yang Dipertuan Tua yang memerintah
di daerah Rokan. Beliau adalah keturunan Raja Pagaruyung yang terkenal di
Sumatera, yang memiliki tiga putera, yaitu Siti Dualam, Duli Yang Dipertuan
Akhir Zaman, dan Tengku Raja Muda.Dari ketiga anak Yang Dipertuan Tua
inilah, keberadaan kerajaan Kepenuhan mulai ada yaitu tepatnya pada
masa pemerintahan Sultan Abdullah.Beliau menjadikan
pemerintahan ketatanegaraan dengan sangat adil dan bijaksana. Untuk lebih
memperjelas tentang berdirinya Kerajaankepenuhan maka telah dilakukan
pencarian data dan fakta yang diakui keabsahannya, di samping data hasil
Pengkajian Tombo adat Luhak Kepenuhan yang diselenggarakan pada tanggal
17 sampai 19 April 1999. Kegiatan pengkajian tersebut
merupakan forum tertinggi dalam Adat Luhak Kepenuhan.Berdasarkan
hasil kegiatan Pengkajian Tombo Adat Luhak Kepenuhan tersebut dapat diuraikan
bahwa jalan sejarah berdirinya Kerajaan kepenuhan dibagi menjadi tiga periode,
yakni sebagai berikut.
ii
BAB II
PEMBAHASAN
ii
Pendirian Rumah Adat tersebut adalah atas inisiatif datuk-datuk dan
Mamak Adat, Dengan adanya Rumah Adat diharap dapat menjadi tempat
merembukkan segala sesuatu tentang adat karena keberadaan Adat Luhak
Kepenuhan sudah mulai sedikit memudar. Dengan begitu perlu semangat yang
kuat untuk membangkitkan batang yang torondam. Dengan kehadiran Rumah
Adat tersebut tirlihat kemeriahan dan eksistensi adat, karena dapat difungsikan
dengan baik oleh seluruh elemen masyarakat dalam menyelenggarakan kegiatan
keadatan.
Adapun pengertian Rumah Adat adalah tempat para pejabat adat
bersidang atau menyelesaikan masalah keadatan dalam mencari,
memformulasikan, atau merumuskan segala sesuatu untuk kemaslahatan Adat di
Luhak Kepenuhan.
Untuk itu, dalam menciptakan suasana dan kondisi yang lebih kondusif,
Rumah Adat memiliki beberapa ruang yang disesuaikan dengan tingkat
persidangan yang dilakukan dalam membicarakan Adat Luhak Kepenuhan.
Adapun bebera ruangan tersebut adalah sebagai herikut.
1. Ruang Ompek Bosa Di Balai
Ruangan Ompek Bosa di Bulai adalah tempat empat suku melakukan
pertemuan rutin, yaitu Suku Melayu, Suku Moniliang, Suku Kandang Kopuh, dan
Suku Pungkuik. Disini juga dijadikan tempat bersidang, yakni dalam ruang yang
telah disedikan. Dalam pertemuan Ompek Bosa di Balai selalu mengedepankan
kemaslahatan anak kemenakan dengan berpedoman kepada aturan adat yang
empat sebagai rujukan utamanya, bukan logika yang menjadi pertimbar utama.
2. Ruang Suku Nan Tujuh
Ruang Suku Nan Tujuh memiliki ruangan yang cukup luas. Hal ini
dikarenakan ada tujuh suku yang melakukan pertemuan di ruangan tersebut, yaitu
Suku Melayu, Suku moniliang, Suku Kandang Kopuh, Suku Pungkuik, Suku
Mais, Suku Kuti, dan Suku Ampu.
3. Ruang Tigo Piak
Adapun yang termasuk dalam suku Tigo Piak adalah Suku Bangsawan,
Suku Anak Raja, dan Suku Nan Soatuih. Di sini merupakan pengejawantahan dari
ii
keluarga kerajaan di Kepenuhan berdasarkan keputusan Musyawarah Besar tahun
1968.
4. Ruang Utama
Ruang utama berada pada pintu utama Rumah Adat. Ruangan ini
dipergunakan sebagai multi fungsi, khususnya bagi acara keadatan di Luhak
Kepenuhan. Di dalam ruangan utama ini sering dilakukan berbagai kegiatan, baik
oleh Ompek Bosa di Balai, Suku Nan Tujuh maupun Tigo Piak, serta suku lainnya
yang ada di Luhak Kepenuhan.
5. Ruang Museum
Ruangan museum merupakan ruangan tempat menyimpan berbagai
peninggalan sejarah di luhak Kepenuhan. Di dalam museum ini dapat dijumpai
benda-benda bersejarah, seperti pakaian adat, dan sebagainya. Dari museum ini
diharapkan seluruh masyarakat dapat mengetahui dan mengerti sejarah dan
perjalanan adat di Luhak Kepenuhan. Bagaimanapun pelestarian peninggalan
bersejarah merupakan hal yang harus ditingkatkan, karena masih banyak yang
harus dibenahi secara baik dengan adanya meseum rersebut.
6. Ruang Sekretariat
Rumah adat ini juga dilengkapi dengan ruangan sekretariat sebagai
tempat para pegawai yang ditunjuk lembaga membantu para pejabat adat dalam
menjalankan tugasnya. Secara resmi Rumah Adat ini dipergunakan oleh Lembaga
Kerapatan Adat Luhak Kepenuhan pada Bulan Agustus 1998, setelah Bupati
KDH TK II Kampar, Bapak Beng Sabli, meresmikan sekaligus pelantikan beliau
sebagai pejabat adat dengan Gelar Datuk Sri Maha Rajo.
Kegiatan peresmian lembaga dan pelantikan pejabat adat tersebut
dilaksanakan secara adat dengan sangat meriah. Seluruh anak kemenakan
diundang untuk hadir pada acara yang amat penting tersebut. Acaranya
berlangsung selama tiga hari tiga malam berturut-turut, serta dimeriahkan dengan
kegiatan seperti seminar adat, bokoba, maulud, ogong dan kesenian daerah lainya.
Hal ini menunjukkan bahwa semua pihak, mulai dari pucuk suku sampai
anak kemenakan punya andil untuk menciptakan suatu tatanan nilai yang selama
ini mereka harapkan. Jadi, untuk menciptakan adat yang dapat menyejukkan
ii
semua anak kemenakan tidaklah begitu sulit untuk ditegakkan, jika semua pihak
mau bersatu. Dengan adanya Rumah Adat di Luhak, Kepenuhan, hal tersebut
tentu memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Kepenuhan.
Di samping berbagai ruangan yang disebutkan di atas, Rumah Adat memiliki:
Satu pintu utama dan satu pintu belakang,
Lima pintu ruangan,
Enam jendela bagian depan dan enam jendela bagian belakang,
Dua jendela untuk masing-masing sisi kiri dan kanan, serta
Tangga dengan jumlah lima anak tangga.
ii
Ini merupakan syarat yang paling rendah yang diberikan oleh Lembaga
Kerapatan Adat Luhak Kepenuhan. Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh
dari ketetapan Lembaga Kerapatan Adat tersebut, di antaranya adalah sebagai
berikut.
1. Keluarga yang baru menikah dapat menjalankan hidupnya secara
mandiri.
2. Menciptakan suatu kemandirian agar bendiri di atas kaki sendiri.
3. Supaya lebih mampu menata dan merencanakan hidup dan kehidupan
keluarga itu ke depan
Persyaratan tersebut merupakan persyaratan paling rendah, bukan
berarti tidak boleh sang suami mendirikan rumah yang lebih baik daripada yang
sudah ditetapkan Lembaga Kerapatan Adat. Hal ini dimaksudkan bahwa datuk
dan mamak adat sangat memperhatikan kemampuan anak kemenakannya.
C. RUMAH GODANG PESUKUAN
Rumah Godang Pesukuan adalah rumah yang diperuntukkan bagi setiap
suku di Luhak Kepenuhan. Fungsi dan manfaatnya sama dengan Rumah adat,
namun bedanya tidak memiliki ruang lain selain ruang utama tempat para
mamak/pajabat adat dalam suku beserta anak kemenakan membicarakan beberapa
agenda atau untuk pertemuan rutin bersama masing-masing suku.
Sampai saat ini, Rumah Godang Pesukuan di Luhak kepenuhan masih
mengguanakan Rumah Adat atau Rumah dari mamak atau datuk adapt. Hal ini
memang agak ganjil, namun itulah yang akan ditemui ditengah masyarakat
Kepenuhan. Kendati demikian, tentu tidak seluruhnya berpandangan sama, ada
juga yang tetap menggunakan Rumah Adat untuk membicarakan adapt.
D. RUMAH GODANG INDUK PESUKUAN
Rumah Godang Induk Pesukuan adalah rumah yang dibangun atau
didirikan oleh anak kemenakan dalam induk masing-masing suku di Luhak
Kepenuhan. Rumah tersebut dimaksudkan sebagai tempat untuk membicarakan
segala sesuatu yang dianggap penting dalam induk tersebut.
ii
Untuk sementara, pertemuan para induk masing-masing suku masih
ditempatkan secara bergiliran mulai dari rumah induk, mato buah poik, sampai ke
rumah anak kemenakan. Ini dapat menjadi upaya mensosialisasikan adapt serta
menambah erat rasa kekelaurgaan dalam induk, terlebih lagi bagi semua suku di
Luhak Kepenuhan.
E. BALAI ADAT
Adapun pengertian Balai Adat di Luhak Kepenuhan adalah suatu tempat
yang dipergunakan khusus untuk bersidang dalam menyelesaikan perkara di
dalam tubuh adat maupun hal-hal yang terkait dengan kesukuan dan anak
kemenakan.
Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa Balai Adat sangat
berbeda dengan Rumah Adat. pemahaman ini sebenarnya hanya diketahui oleh
beberapa induk atau datuk dan beberapa anak kemenakan di Luhak Kepenuhan.
Untuk itu dibutuhkan adanya sosialisasi yang berkesinambungan untuk masa yang
akan datang.
ii
BAB III
PENUTUP
ii
DAFTAR PUSTAKA
https://www.goriau.com/berita/baca/kepenuhan-bangkitkan-perayaan-idul-fitri-
secara-adat.html
http://luhakkepenuhan.blogspot.com/2013/07/rumah-adat-dan-balai-adat-
luhak_31.html
ii