Anda di halaman 1dari 12

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang kami beri judul “Kerajaan Kutai”
ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Sejarah Kerajaan Kutai.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan dari pembaca demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Rembang, 22 September 2019

Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................................................. ii
Bab 1 Pendahuluan......................................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................,.,,................................................................................................ 2
1.3 Maksud dan Tujuan.................................................................................................................. 2
1.4 Metode Penulisan............................................... ..................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan.............................................................................................................. 2
Bab 2 Isi.................................................................................................................................................. 3
2.1 Letak Geografis Kerajaan Kutai................................................................................................. 3
2.2 Sejarah Berdirinya Kerajaan Kutai............................................................................................. 3
2.3 Perkembangan Ekonomi, Sosial, Politik dan Kebudayaan Kerajaan Kutai................. ..............6
Bab 3 Penutup........................................................................................................................................ 8
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................... 8
3.2 Kritik dan Saran........................................................................................................................ 8
3.3 Daftar Pustaka...........................................................................................................................9
3.4 Lampiran....................................................................................................................................9
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Masuknya Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha dari India ke Indonesia berpengaruh besar
terhadap perkembangan kebudayaan Indonesia. Unsur-unsur kebudayaan Hindu-Budha tersebut
terpadu dengan kebudayaan asli Indonesia (terjadi proses akulturasi budaya dan proses sinkretisme
kepercayaan).
Oleh karena itu, masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa perubahan-
perubahan di berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan budaya. Di Indonesia sendiri
banyak peninggalan sejarah yang berunsur Hindu sepeti candi, yupa, prasasti dan kerajaan. Salah satu
peninggalan dari kebudayaan Hindu adalah Kerajaan Kutai.
Kerajaan kutai meruapakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai diperkirakan
muncul pada abad 5 M atau kurang lebih 400 M. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan
Timur ( dekat kota Tenggarong) tepatnya di Hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama
tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Nama Kutai diberikan para ahli
karena tidak ada prasasti yang jelas menyebutkan nama kerajaan ini. Karena memang sedikit informasi
yang dapat diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah.
Keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu
berupa prasasti yang berbentuk yupa atau tiang batu yang berjumlah 7 buah. Yupa yang
menggambarkan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta tersebut, dapat disimpulakn tentang
keberadaan kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan antara lain politik, sosial dan budaya.
Adapun isi prasasti tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia
mempunyai putra bernama Aswarman yang disebut sebagai Wamsakerta (pembentuk keluarga).
Setelah meninggal, Aswarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaa nama tersebut membuktikan
bahwa raja-raja Kutai adalah orang asli Indonesia yang telah memeluk agama Hindu.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana sejarah berdirinya Kerajan Kutai?
 Bagaimana perkembangan Kerajan Kutai di bidang ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan?
 Siapa saja raja yang pernah berkuasa di Kutai?
 Apa saja peninggalan Kerajaan Kutai?
 Bagaimana kehidupan sosial masyarakat Kerajaan?

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud :
Adapun maksud dari makalah kami adalah :
Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata pelajarah Sejarah Indonesia .
Tujuan :
Adapun tujuan dari makalah kami adalah :
 Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajan Kutai.
 Untuk mengetahui perkembangan Kerajan Kutai di bidang ekonomi, sosial, politik dan
kebudayaan.
1.4 Metode Penulisan
Adapun metode penulisan dari makalah ini yaitu menggunakan metode naratif.Penelitian naratif adalah
laporan bersifat narasi yang menceritakan kehidupan subyek penelitian secara mendetail melalui
jangka waktu berkepanjangan sehingga mendapatkan detail yang maksimal.

1.5 Sistematika Penulisan


Untuk memudahkan dalam penulisan makalah ini, penulis membuat sistematika dalam 3 Bab yaitu :
Bab 1 : Pendahuluan
Berisi : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Maksud dan Tujuan, Metode Penulisan dan Sistematika
Penulisan.
Bab 2 : Isi
Berisi : Sejarah berdirinya Kerajaan Kutai, Perkembangan Ekonomi, Sosial, Politik dan Kebudayaan
Kerajaan Kutai.
Bab 3 : Penutup
Berisi : Kesimpulan, Kritik dan Saran, Daftar Pustaka dan Lampiran.
Bab 2
Isi
2.1 Letak Geografis Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai terletak di tepi Sungai Mahakam dan berpusat di Muarakaman. Sungai Mahakam
terletak di bagian tengah pulau Kalimantan dan bermuara di Selatan Makassar. Sungai Mahakam
melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota
Samarinda di bagian hilir. Aliran sungai Mahakam bagian tengah melewati dataran rendah dengan
danau-danau, hutan, dan rawa.

Potensi alam yang terdapat di Sungai Mahakam sejak dulu menjadi sumber penghidupan bagi
penduduk sekitarnya. Sungai Mahakam dimanfaatkan sebagai sumber air untuk perikanan, pertanian,
dan sarana transportasi. Aktifitas masyarakat ini diduga merupakan faktor penyebab munculnya
Kerajaan Kutai di tepi sungai Mahakam. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Kutai memiliki wilayah
yang cukup luas mencakup hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur

2.2 Sejarah Berdirinya Kerajaan Kutai (Dari dalam)


Kerajaan kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai diperkirakan
muncul pada abad 5 M atau kurang lebih 400 M. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan
Timur ( dekat kota Tenggarong) tepatnya di Hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama
tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Nama Kutai diberikan para ahli
karena tidak ada prasasti yang jelas menyebutkan nama kerajaan ini. Karena memang sedikit informasi
yang dapat diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah.
Keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu
berupa prasasti yang berbentuk yupa atau tiang batu yang berjumlah 7 buah. Yupa yang
menggambarkan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta tersebut, dapat disimpulakn tentang
keberadaan kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan antara lain politik, sosial dan
budaya. Informasi yang diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal
dari abad ke-4. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para
brahman atas kedermawanan raja Mulawarman. Dalam agama hindu sapi tidak disembelih seperti
kurban yang dilakukan umat islam. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang
memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena
kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Dapat diketahui bahwa
menurut Buku Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno yang ditulis oleh Marwati Djoened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang diterbitkan oleh Balai Pustaka halaman 36, transliterasi
prasasti di atas adalah sebagai berikut:
śrīmatah śrī-narendrasya; kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ; putro śvavarmmo vikhyātah; vaṅśakarttā
yathāṅśumān; tasya putrā mahātmānaḥ; trayas traya ivāgnayaḥ; teṣān trayāṇām pravaraḥ; tapo-bala-
damānvitaḥ; śrī mūlavarmmā rājendro; yaṣṭvā bahusuvarṇnakam; tasya yajñasya yūpo ‘yam;
dvijendrais samprakalpitaḥ.

Artinya:
Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aśwawarman
namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang
Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu
ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah
mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri
(selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.

Raja-Raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Kutai :


1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
2. Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Gajayana Warman
6. Maharaja Tungga Warman
7. Maharaja Jayanaga Warman
8. Maharaja Nalasinga Warman
9. Maharaja Nala Parana Tungga Warman
10. Maharaja Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja Indra Warman Dewa
12. Maharaja Sangga Warman Dewa
13. Maharaja Candrawarman
14. Maharaja Sri Langka Dewa Warman
15. Maharaja Guna Parana Dewa Warman
16. Maharaja Wijaya Warman
17. Maharaja Sri Aji Dewa Warman
18. Maharaja Mulia Putera Warman
19. Maharaja Nala Pandita Warman
20. Maharaja Indra Paruta Dewa Warman
21. Maharaja Dharma Setia Warman

Kudungga merupakan raja awal pendiri Kerajaan Kutai Martadipura dengan


gelar Maharaja Kudungga Anumerta Dewawarman, yang memerintah sekitar tahun 350 Masehi atau
abad ke-4 Masehi. Pada awalnya Kutai Martadipura yang dipimpin oleh Kudungga belum
berkedudukan sebagai raja, melainkan sebagai pemimpin komunitas atau kepala suku. Kutai
Martadipura pada masa Kudungga belum mempunyai sistem pemerintahan yang teratur dan
sistematis. Nama Maharaja Kudungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang
Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India.
Sementara putranya yang bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh budaya Hindu. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa kata Warman berasal dari bahasa Sanskerta.Kata itu biasanya
digunakan untuk ahkiran nama-nama masyarakat atau penduduk India bagian Selatan.
Aswawarman adalah Anak Raja Kudungga. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti
Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman
memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada
masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya
meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat
dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke
Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Hindu.
Sementara itu pada abad ke XIII di muara Sungai Mahakam berdiri kerajaan bercorak Hindu
Jawa yaitu Kerajaan Kutai Kartanegara yang didirikan oleh salah seorang pembesar dari pendiri
Kerajaan Singasari yang bernama Raden Kusuma yang kemudian bergelar Aji Batara Agung Dewa
Sakti yang beristerikan Putri Karang Melenu yang kemudian menurunkan putera yang bernama Aji
Batara Agung Paduka Nira.
Proses asimilasi (penyatuan) dua kerajaan tersebut telah dimulai pada abad XIII dengan
pelaksanaan kawin politik antara Aji Batara Agung Paduka Nira yang mempersunting Putri Indra
Perwati Dewi yaitu seorang Putri dari Guna Perana Tungga salah satu Dinasti Kerajaan Mulawarman,
tetapi tidak berhasil menyatukan kedua kerajaan tersebut. Baru pada abad XVI mulai perang besar
antara kerajaan Kutai Kartanegara pada masa Aji Pangeran Sinum Panji Ing dengan Kerajaan Kutai
Mulawarman pada masa Raja Darma Setia.
Dalam pertempuran tersebut Raja Darma Setia mengalami kekalahan dan gugur di tangan Raja Kutai
Kertanegara Aji Pangeran Sinum Panji, yang kemudian berhasil menyatukan kedua kerajaan Kutai
Tersebut sehingga wilayahnya menjadi sangat luas dan nama kerajaannyapun berubah menjadi
Kerajaan Kutai Kertanegara Ing Martadipura yang kemudian menurunkan Dinasti Raja-raja Kutai
Kertanegara sampai sekarang.

2.3 Perkembangan Ekonomi, Sosial, Politik dan Kebudayaan Kerajaan Kutai


1. Keadaan Ekonomi
Kehidupan ekonomi masyarakat Kutai diperkirakan ditunjang dari sektor pertanian, baik sawah
maupun ladang. Selain itu, melihat letaknya yang strategis, yaitu di sekitar Sungai Mahakam yang
menjadi jalur perdagangan Cina dan India, membuat Kerajaan Kutai menarik untuk disinggahi para
pedagang. Dengan begitu, bidang perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
Kutai.
Kehidupan ekonomi masyarakat Kutai meningkat dengan diangkatnya Raja Mulawarman.
Beliau adalah raja yang mulia dan dermawan. Terbukti dengan memberi sedekah kepada rakyatnya
berupa 20.000 ekor sapi yang diletakkan di Waprakeswara.

2. Keadaan Sosial
Berdasarkan terjemahan prasasti-prasasti bukti peninggalan Kerajaan Kutai, dapat diketahui
bahwa masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur. Diperkirakan masyarakat Kutai telah
terbagi menjadi beberapa kasta.
Dari bukti prasasti yupa yang ditemukan, tulisan yang digunakan merupakan huruf Pallawa
dengan menggunakan bahasa Sanskerta serta dengan pemberian hadiah sapi, disimpulkan bahwa
dalam masyarakat Kutai terdapat golongan brahmana, yang sebagaimana memegang monopoli
penyebaran dan upacara keagamaan.
Selain golongan brahmana, terdapat pula golongan ksatria. Golongan ini terdiri dari kerabat
dekat raja dan raja itu sendiri. Dikatakan dalam satu sumber bahwa keluarga Kudungga (selain dia)
pernah melakukan upacara Vratyastima, yaitu upacara penyucian diri untuk masuk pada kasta ksatria.
Terbukti dari arti nama nama raja yang memerintah Kerajaan Kutai (kecuali Kudungga ) yaitu adanya
kata ‘warman’ di akhir nama raja yang berasal dari bahasa Sanskerta. Penambahan nama ”warman”
biasanya melalui upacara atau penobatan raja secara agama Hindu.

3. Keadaan Politik
Kehidupan politik yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman,
putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam yupa dijelaskan bahwa
Aswawarman disebut sebagai Dewa Matahari dan pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Aswawarman
sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga.

4. Keadaan Budaya
Dalam kehidupan budaya Kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan
yang disebut Vratyastoma. Pada masa Mulawarman upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh
pendeta Brahmana dari orang Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia
membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi, terutama penguasaan terhadap bahasa
Sanskerta.

5. Keadaan Agama
Kerajaan Kutai mempercayai agama Hindu yaitu Hindu Syiwa. Tetapi diluar golongan Brahman dan
Ksatria, sebagian besar masyarakat Kutai masih menjalankan adat istiadat dan kepercyaan asli
mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi aga resmi kerajaan, masih terdapat kebebasan bagi
masyarakatnya untuk menjalankan kepercayaan aslinya.

2.3 Sejarah Runtuhnya Kerajaan Kutai


Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam
peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat
bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya
pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang
disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan
Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.Kerajaan.
Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya
bergelar Pangeran berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga sekarang
disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

2.4 Peninggalan Kerajaan Kutai


1. Prasasti Yupa

Prasasti Yupa merupakan salah satu bukti sejarah Kerajaan Kutai yang paling tua. Darin
prasati inilah diketahui tentang adanya Kerajaan Kutai di Kalimantan. Di dalam prasasti ini
terdapat tulisan-tulisan yang menggunakan bahasa Sansekerta dan juga aksara/huruf Pallawa

Isi dari Prasasti Yupa mengungkapkan sejarah dari Kerajaan Hindu yang berada di Muara Hulu
Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Secara garis besar prasasti tersebut menceritakan
tentang kehidupan politik, sosial dan budaya Kerajaan Kutai.
2. Ketopong Sultan

Ketopong adalah mahkota yang biasa dipakai oleh Sultan Kerajaan Kutai yang terbuat dari
emas. Keopong ini memiliki berat 1,98 kg. Dan saat ini masih tersimpan di Museum Nasional
Jakarta. Benda bersejarah yang satu ini ditemukan di Mura Kaman, Kutai Kartanegara pada
tahun 1890. Sedangkan yang dipajang di Museum Mulawarman merupakan Ketopong tiruan.

3. Kalung Ciwa

Peninggalan sejarah berikutnya adalah Kalung Ciwa yang ditemukan oleh pemerintah Sultan
Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ini di temukan oleh seorang penduduk di sekitar Danau Lipan
Muara Kaman pada tahun 1890. Saat ini Kalung Ciwa masih digunakan sebagai perhiasan
oleh Sultan dan hanya dipakai ketika ada pesta penobatan sultan baru.

4. Kura-kura emas

Bukti sejarah Kerajaan Kutai yang satu ini cukup unik, karena berwujud kura-kura emas. Benda
bersejarah ini saat berada di Museum Mulawarman. Benda yang memiliki ukuran sebesar
kepalan tangan ini ditemukan didaerah Long Lalang, daerah yang berada di hulu Sungai
Mahakam.
Dari riwayat yang diketahui benda ini merupakan persembahan dari seorang pangeran dari
Kerajaan China untuk Putri Raja Kutai, Aji Bidadari Putih. Kura-kura emas ini merupakan bukti
dari pangeran tersebut untuk mempersunting san putri.
5. Pedang Sultan Kutai

Pedang Sultan Kutai tersebut dari emat padat. Pada gagang pedang terdapat ukiran gambar
seekor harimau yang siap untuk menerkam mangsanya. Sedang pada bagian ujung pedang
terdapat hiasan seekor buaya. Untuk melihat benda ini kamu harus berkunjung ke Museum
Nasional di Jakarta.

6. Keris Bukit Kang

Kering Bukit Kang merupakan keris yang digunakan oleh Permaisuri Aji Putri Karang Melenu,
permaisuri Raja Kartanegara yang pertama. Berdasarkan cerita dari masyarakat menyebutkan
bahwa putri ini merupakan putri ini merupakan putri yang ditemukan dalam sebuah gong yang
hanyut diatas bambu. Didalam gong tersebut terdapat bayi perempuan, telur ayam dan sebuah
kering. Kering ini diyakini sebagai Keris Bukit Kang.

7. Singgasana Sultan

Singgasana Sultan adalah salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Kutai yang masih terjaga
sampai saat ini. Benda ini diletakkan di Museum Mulawarmann. Pada zaman dahulu
Singgasana ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman serta raja-raja Kutai
sebelumnya. Singgasan Sultan ini dilengkapi dengan payung serta umbul-umbul serta
peraduan pengantin Kutai Keraton
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Kerajaan Kutai berada di kalimantan Timur, yaitu di sungai hulu Mahakam. Nama kerajaan ini
disesuaikan dengan nama tempat penemuan prasasti, yaitu didaerah Kutai.
Kalimantan Timur telah berdiri dan berkembang kerajaan yang mendapatkan pegaruh Hindu adalah
beberapa penemuan berupa batu bertulis atau Prasasti. Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang
disebut Yupa. Yupa ini berfungsi utuk mengikat hewan Korban. Korban itu merupakan persembahan
rakyat kepada para Dewa yang dipujanya.
Kehidupan social dan budayanya pun sangat menjujung tinggi nilai kebudayaan yang ada.
Kehidupan ekonomi masyarakat kutai sangat makmur, dengan bukti bahwa Kerajaan Kutai berada
pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk
disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.
Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah memberikan
hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
Masa keruntuhan Kerajaan Kutai runtuh ketika Raja Dharma Setia tewas ditangan Raja Kutai
Kartanegara. Raja Dhamarmasetia adalah anak dari Raja Mulawarman, cucu dari Raja Asmawarman,
buyut dari Raja Kudungga. Dan Raja Dharma Setia adalah Raja terakhir di Kerajaan Kutai.

3.2 Saran dan Kritik


Kita sebagai masyarakat Indonesia harus mencintai budaya budaya yang ada saat
ini. Peninggalan-peninggalan yang begitu besar di Indonesia membuktikan bahwa Indonesia
adalah negeri yang kaya akan budaya. Dengan cara merawat,melestarikan dan tidak merusak budaya
yang ada itu juga merupakan bukti cinta kita terhadapan peninggalan budaya diIndonesia.
Melestarikan dan mengembangkan Budaya Indonesia adalah hal yang sangat penting bagi kita anak
Indonesia, supaya Budaya Indonesia tidak hilang dari Indonesia ini.
Kita sebagai generasi penerus harus bisa melestarikan nilai-nilai moral yang terdapat dalam
kerajaan kutai yang di contohkan dengan sifat raja mulawarman yang dermawan, dan lebih
mementingkan kepentingan rakyatnya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan dari pembaca demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

3.3 Daftar Pustaka


http://myschool039.blogspot.co.id/2015/10/makalah-kerajaan-kutai.html
http://myblogberbagikaryatangan.blogspot.co.id/2015/02/contoh-makalah-tentang-kerajaan-kutai.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kutai
https://id.wikipedia.org/wiki/Kudungga
http://lailameika13.blogspot.co.id/2014/01/kehidupan-ekonomi-sosial-dan-agama.html
http://falah-kharisma.blogspot.co.id/2016/02/sejarah-kerajaan-kutai-kehidupan.html
https://www.satujam.com/kerajaan-kutai
3.4 Lampiran
Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para brahman atas
kedermawanan raja Mulawarman. Tulisan-tulisan yang terdapat dalam ketujuh prasasti Yupa tidak ada
satu pun yang berisi / disertai dengan angka tahun pembuatannya, sehingga prasasti Yupa tidak
diketahui jelas kapan ia mulai dibuat. Kendati begitu, dengan membandingkan bentuk hurufnya, para
ahli memperkirakan Yupa-yupa tersebut berasal dari abad ke 4 Masehi.

Kerajaan Kutai (Kutai Martadipura) adalah kerajaan bercorak hindu yang terletak di muara Kaman,
Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai Mahakam. Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-4. Nama
kerajaan ini disesuaikan dengan nama daerah tempat penemuan prasasti, yaitu daerah Kutai.

Kalung Ciwa yang ditemukan oleh pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ini ditemukan
oleh seorang penduduk di sekitar Danau Lipan Muara Kaman pada tahun 1890. Saat ini Kalung Ciwa
masih digunakan sebagai perhiasan oleh sultan dan hanya dipakai ketika ada pesta penobatan sultan
baru.

Pedang Sultan Kutai terbuat dari emat padat. Pada gagang pedang terdapat ukiran gambar seekor
harimau yang siap untuk menerkam mangsanya.
Singgasana ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman serta raja-raja Kutai sebelumnya.
Singgasana Sultan ini dilengkapi dengan payung serta umbul-umbul serta peraduan pengantin Kutai
Keraton.
Ketopong adalah mahkota yang biasa dipakai oleh Sultan Kerajaan Kutai yang terbuat dari emas.
Ketopong ini memiliki berat 1,98 kg dan saat ini masih tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Benda
bersejarah yang satu ini ditemukan di Mura Kaman, Kutai Kartanegara pada tahun 1890. Sedangkan
yang dipajang di Museum Mulawarman merupakan ketopong tiruan.

Anda mungkin juga menyukai