Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang kami beri judul “Kerajaan Kutai”
ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Sejarah Kerajaan Kutai.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan dari pembaca demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................................................. ii
Bab 1 Pendahuluan......................................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................,.,,................................................................................................ 2
1.3 Maksud dan Tujuan.................................................................................................................. 2
1.4 Metode Penulisan............................................... ..................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan.............................................................................................................. 2
Bab 2 Isi.................................................................................................................................................. 3
2.1 Letak Geografis Kerajaan Kutai................................................................................................. 3
2.2 Sejarah Berdirinya Kerajaan Kutai............................................................................................. 3
2.3 Perkembangan Ekonomi, Sosial, Politik dan Kebudayaan Kerajaan Kutai................. ..............6
Bab 3 Penutup........................................................................................................................................ 8
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................... 8
3.2 Kritik dan Saran........................................................................................................................ 8
3.3 Daftar Pustaka...........................................................................................................................9
3.4 Lampiran....................................................................................................................................9
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Masuknya Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha dari India ke Indonesia berpengaruh besar
terhadap perkembangan kebudayaan Indonesia. Unsur-unsur kebudayaan Hindu-Budha tersebut
terpadu dengan kebudayaan asli Indonesia (terjadi proses akulturasi budaya dan proses sinkretisme
kepercayaan).
Oleh karena itu, masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa perubahan-
perubahan di berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan budaya. Di Indonesia sendiri
banyak peninggalan sejarah yang berunsur Hindu sepeti candi, yupa, prasasti dan kerajaan. Salah satu
peninggalan dari kebudayaan Hindu adalah Kerajaan Kutai.
Kerajaan kutai meruapakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai diperkirakan
muncul pada abad 5 M atau kurang lebih 400 M. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan
Timur ( dekat kota Tenggarong) tepatnya di Hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama
tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Nama Kutai diberikan para ahli
karena tidak ada prasasti yang jelas menyebutkan nama kerajaan ini. Karena memang sedikit informasi
yang dapat diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah.
Keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu
berupa prasasti yang berbentuk yupa atau tiang batu yang berjumlah 7 buah. Yupa yang
menggambarkan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta tersebut, dapat disimpulakn tentang
keberadaan kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan antara lain politik, sosial dan budaya.
Adapun isi prasasti tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia
mempunyai putra bernama Aswarman yang disebut sebagai Wamsakerta (pembentuk keluarga).
Setelah meninggal, Aswarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaa nama tersebut membuktikan
bahwa raja-raja Kutai adalah orang asli Indonesia yang telah memeluk agama Hindu.
Kerajaan Kutai terletak di tepi Sungai Mahakam dan berpusat di Muarakaman. Sungai Mahakam
terletak di bagian tengah pulau Kalimantan dan bermuara di Selatan Makassar. Sungai Mahakam
melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota
Samarinda di bagian hilir. Aliran sungai Mahakam bagian tengah melewati dataran rendah dengan
danau-danau, hutan, dan rawa.
Potensi alam yang terdapat di Sungai Mahakam sejak dulu menjadi sumber penghidupan bagi
penduduk sekitarnya. Sungai Mahakam dimanfaatkan sebagai sumber air untuk perikanan, pertanian,
dan sarana transportasi. Aktifitas masyarakat ini diduga merupakan faktor penyebab munculnya
Kerajaan Kutai di tepi sungai Mahakam. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Kutai memiliki wilayah
yang cukup luas mencakup hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur
Artinya:
Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aśwawarman
namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang
Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu
ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah
mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri
(selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.
2. Keadaan Sosial
Berdasarkan terjemahan prasasti-prasasti bukti peninggalan Kerajaan Kutai, dapat diketahui
bahwa masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur. Diperkirakan masyarakat Kutai telah
terbagi menjadi beberapa kasta.
Dari bukti prasasti yupa yang ditemukan, tulisan yang digunakan merupakan huruf Pallawa
dengan menggunakan bahasa Sanskerta serta dengan pemberian hadiah sapi, disimpulkan bahwa
dalam masyarakat Kutai terdapat golongan brahmana, yang sebagaimana memegang monopoli
penyebaran dan upacara keagamaan.
Selain golongan brahmana, terdapat pula golongan ksatria. Golongan ini terdiri dari kerabat
dekat raja dan raja itu sendiri. Dikatakan dalam satu sumber bahwa keluarga Kudungga (selain dia)
pernah melakukan upacara Vratyastima, yaitu upacara penyucian diri untuk masuk pada kasta ksatria.
Terbukti dari arti nama nama raja yang memerintah Kerajaan Kutai (kecuali Kudungga ) yaitu adanya
kata ‘warman’ di akhir nama raja yang berasal dari bahasa Sanskerta. Penambahan nama ”warman”
biasanya melalui upacara atau penobatan raja secara agama Hindu.
3. Keadaan Politik
Kehidupan politik yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman,
putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam yupa dijelaskan bahwa
Aswawarman disebut sebagai Dewa Matahari dan pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Aswawarman
sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga.
4. Keadaan Budaya
Dalam kehidupan budaya Kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan
yang disebut Vratyastoma. Pada masa Mulawarman upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh
pendeta Brahmana dari orang Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia
membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi, terutama penguasaan terhadap bahasa
Sanskerta.
5. Keadaan Agama
Kerajaan Kutai mempercayai agama Hindu yaitu Hindu Syiwa. Tetapi diluar golongan Brahman dan
Ksatria, sebagian besar masyarakat Kutai masih menjalankan adat istiadat dan kepercyaan asli
mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi aga resmi kerajaan, masih terdapat kebebasan bagi
masyarakatnya untuk menjalankan kepercayaan aslinya.
Prasasti Yupa merupakan salah satu bukti sejarah Kerajaan Kutai yang paling tua. Darin
prasati inilah diketahui tentang adanya Kerajaan Kutai di Kalimantan. Di dalam prasasti ini
terdapat tulisan-tulisan yang menggunakan bahasa Sansekerta dan juga aksara/huruf Pallawa
Isi dari Prasasti Yupa mengungkapkan sejarah dari Kerajaan Hindu yang berada di Muara Hulu
Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Secara garis besar prasasti tersebut menceritakan
tentang kehidupan politik, sosial dan budaya Kerajaan Kutai.
2. Ketopong Sultan
Ketopong adalah mahkota yang biasa dipakai oleh Sultan Kerajaan Kutai yang terbuat dari
emas. Keopong ini memiliki berat 1,98 kg. Dan saat ini masih tersimpan di Museum Nasional
Jakarta. Benda bersejarah yang satu ini ditemukan di Mura Kaman, Kutai Kartanegara pada
tahun 1890. Sedangkan yang dipajang di Museum Mulawarman merupakan Ketopong tiruan.
3. Kalung Ciwa
Peninggalan sejarah berikutnya adalah Kalung Ciwa yang ditemukan oleh pemerintah Sultan
Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ini di temukan oleh seorang penduduk di sekitar Danau Lipan
Muara Kaman pada tahun 1890. Saat ini Kalung Ciwa masih digunakan sebagai perhiasan
oleh Sultan dan hanya dipakai ketika ada pesta penobatan sultan baru.
4. Kura-kura emas
Bukti sejarah Kerajaan Kutai yang satu ini cukup unik, karena berwujud kura-kura emas. Benda
bersejarah ini saat berada di Museum Mulawarman. Benda yang memiliki ukuran sebesar
kepalan tangan ini ditemukan didaerah Long Lalang, daerah yang berada di hulu Sungai
Mahakam.
Dari riwayat yang diketahui benda ini merupakan persembahan dari seorang pangeran dari
Kerajaan China untuk Putri Raja Kutai, Aji Bidadari Putih. Kura-kura emas ini merupakan bukti
dari pangeran tersebut untuk mempersunting san putri.
5. Pedang Sultan Kutai
Pedang Sultan Kutai tersebut dari emat padat. Pada gagang pedang terdapat ukiran gambar
seekor harimau yang siap untuk menerkam mangsanya. Sedang pada bagian ujung pedang
terdapat hiasan seekor buaya. Untuk melihat benda ini kamu harus berkunjung ke Museum
Nasional di Jakarta.
Kering Bukit Kang merupakan keris yang digunakan oleh Permaisuri Aji Putri Karang Melenu,
permaisuri Raja Kartanegara yang pertama. Berdasarkan cerita dari masyarakat menyebutkan
bahwa putri ini merupakan putri ini merupakan putri yang ditemukan dalam sebuah gong yang
hanyut diatas bambu. Didalam gong tersebut terdapat bayi perempuan, telur ayam dan sebuah
kering. Kering ini diyakini sebagai Keris Bukit Kang.
7. Singgasana Sultan
Singgasana Sultan adalah salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Kutai yang masih terjaga
sampai saat ini. Benda ini diletakkan di Museum Mulawarmann. Pada zaman dahulu
Singgasana ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman serta raja-raja Kutai
sebelumnya. Singgasan Sultan ini dilengkapi dengan payung serta umbul-umbul serta
peraduan pengantin Kutai Keraton
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Kerajaan Kutai berada di kalimantan Timur, yaitu di sungai hulu Mahakam. Nama kerajaan ini
disesuaikan dengan nama tempat penemuan prasasti, yaitu didaerah Kutai.
Kalimantan Timur telah berdiri dan berkembang kerajaan yang mendapatkan pegaruh Hindu adalah
beberapa penemuan berupa batu bertulis atau Prasasti. Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang
disebut Yupa. Yupa ini berfungsi utuk mengikat hewan Korban. Korban itu merupakan persembahan
rakyat kepada para Dewa yang dipujanya.
Kehidupan social dan budayanya pun sangat menjujung tinggi nilai kebudayaan yang ada.
Kehidupan ekonomi masyarakat kutai sangat makmur, dengan bukti bahwa Kerajaan Kutai berada
pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk
disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.
Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah memberikan
hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
Masa keruntuhan Kerajaan Kutai runtuh ketika Raja Dharma Setia tewas ditangan Raja Kutai
Kartanegara. Raja Dhamarmasetia adalah anak dari Raja Mulawarman, cucu dari Raja Asmawarman,
buyut dari Raja Kudungga. Dan Raja Dharma Setia adalah Raja terakhir di Kerajaan Kutai.
Kerajaan Kutai (Kutai Martadipura) adalah kerajaan bercorak hindu yang terletak di muara Kaman,
Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai Mahakam. Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-4. Nama
kerajaan ini disesuaikan dengan nama daerah tempat penemuan prasasti, yaitu daerah Kutai.
Kalung Ciwa yang ditemukan oleh pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ini ditemukan
oleh seorang penduduk di sekitar Danau Lipan Muara Kaman pada tahun 1890. Saat ini Kalung Ciwa
masih digunakan sebagai perhiasan oleh sultan dan hanya dipakai ketika ada pesta penobatan sultan
baru.
Pedang Sultan Kutai terbuat dari emat padat. Pada gagang pedang terdapat ukiran gambar seekor
harimau yang siap untuk menerkam mangsanya.
Singgasana ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman serta raja-raja Kutai sebelumnya.
Singgasana Sultan ini dilengkapi dengan payung serta umbul-umbul serta peraduan pengantin Kutai
Keraton.
Ketopong adalah mahkota yang biasa dipakai oleh Sultan Kerajaan Kutai yang terbuat dari emas.
Ketopong ini memiliki berat 1,98 kg dan saat ini masih tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Benda
bersejarah yang satu ini ditemukan di Mura Kaman, Kutai Kartanegara pada tahun 1890. Sedangkan
yang dipajang di Museum Mulawarman merupakan ketopong tiruan.