Disusun Oleh :
Nama : Dewi Oktafia I.
Absen : 10
Kelas : XI – IPS 2
1
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disahkan Karya Tulis dengan judul LAPORAN HASIL TOUR DE BALI.
Disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Menyetujui,
Kepala Madrasah Wali Kelas
2
HALAMAN MOTTO
MOTTO :
1. Harta yang tak pernah habis adalah Ilmu pengetahuan dan ilmu
yang tak ternilai adalah pendidikan.
2. Orang yang pintar bukanlah orang yang merasa pintar, akan
tetapi ia adalah orang yang merasa bodoh, dengan begitu ia tak
akan pernah berhenti untuk terus belajar.
3. Orang berilmu tentu memiliki kepribadian tangguh, yang bisa
membawa diri, keluarga dan orang lain menuju kebahagiaan,
serta bernilai manfaat bagi sesama.
4. Belajar dan bekerja dengan giat, serta tidak lupa bersyukur,
tentu akan memberikan hasil yang baik.
5. Peperangan tidak dimenangkan dengan jumlah, akan tetapi
dengan keberanian dan ilmu pengetahuan.
6. Terus menggali ilmu dan pengetahuan baru, maka engkau akan
bisa mengenali dan mengembangkan kemampuan diri.
7. Tragedi terbesar dalam kehidupan bukanlah sebuah kematian,
tapi hidup tanpa tujuan. Karena itu, teruslah bermimpi untuk
menggapai tujuan dan harapan, supaya hidup bisa lebih
bermakna.
8. Tak perlu malu karena berbuat kesalahan, sebab kesalahan akan
membuatmu lebih bijak dari sebelumnya.
3
HALAMAN PERSEMBAHAN
4
KATA PENGANTAR
Penyusun
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
1.3 Manfaat Penulisan .............................................................................. 2
1.3 Metode Penelitian............................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Diskripsi Perjalanan ........................................................................... 4
2.2 Ziarah ke Makam Siti Khotijah .......................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ............................................................................................. 12
3.2 Saran .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
Selain itu kami mengikuti karya wisata di Bali sebagai Objek Wisata
karena Bali sudah menjadi Wisata internasional. Dalam mengadakan
kunjungan ke Bali, peserta wisata mengunjungi beberapa objek wisata yang
terkaenal diantaranya yaitu Tanah Lot, Tanjung Benoa, Pantai Pandawa,
Pantai Kuta, dan masih banyak yang lainnya. Untuk perjalanan ziarah para
peserta diajak mengunjungi Makam Asmorokondhi, Makam Pangeran
Kasepuh, Masjid Cheng Ho, dan masih ada yang lain.
8
e. Penulis dapat mengetahui tempat wisata yang ada di Bali.
f. Menambah pembendaharaan pustaka sekulah yang menunjang minat
baca siswa agar pengetahuannya lebih luas.
g. Siswa dapat mengenal adat dan kebudayaan di Indonesia.
h. Siswa mengetahui objek wisata yang terdapat di Indonesia khususnya di
Bali.
9
BAB II
PEMBAHASAN
10
perjalanan untuk melakukan Ziarah ke Pangeran Masepuh pada pukul
14.00 WITA dan sampai disana pukul 14.30 WITA. Kemudian kami
melakukan perjalanan ke Tanjung Benoa dan sampai disana pukul 15.30
WITA. Disana kami melakukan makan siang dan menikmati
pemandangan pantai. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Pantai
Pandawa, kami sampai disana pukul 16.00 WITA. Disana kami
melaksanakan sholat jama’ ta’khir Dzuhur dengan Asar dan melihat
pemandangan disana. Kemudian melanjutkan perjalanan ke pantai Kuta
dan sebelum menuju ke pantai Kuta kami pindah kendaraan yaitu
menggunakan angkutan berwarna biru untuk menuju ke pantai kuta kami
sampai disana pukul 21.00 WITA. Jam 21.30 WITA, kami kembali untuk
melakukan makan malam di Rumah Makan Krisna dan sampai disana
pukul 21.45 WITA. Setelah makan malam kami menuju ke Hotel Pop
untuk melakukan check in.
Hari Ketiga, Minggu tanggal 10 April 2016
Pukul 07.00 WITA kita makan pagi di Hotel Pop dan melanjutkan
perjalanan Ziarah dan study tour ke objek Tari Barong dengan dipandu
oleh Bli Vijay, dan sampai disana pukul 08.30 WITA. Setelah itu kita
menuju ke Makam Siti Khadijah untuk melakukan Ziarah dan sampai
disana pukul 12.10, setelah itu kami menuju ke Pusat Oleh-Oleh Dewata,
kita sampai disana pukul 13.00 WITA. Kita disana dapat membeli buah
tangan dan setelah itu kita makan siang disana, setelah itu ada kunjungan
industry yang diisi oleh cerita berdirinya “Pusat Oleh-oleh Dewata”,
kemudian kami mengamati proses pembuatan Pie Susu dan baju Sablon,
setelah itu kami ke Pasar Sukowati dan sampai disana pukul 14.00 WITA,
kemudian kami ke Cening Ayu dan sampai disana pukul 15.30 WITA.
Disana kami membeli buah tangan dan Sholat Jama’ Takhir Dzuhur
dengan Asar. Setelah itu kami kembali ke Hotel Pop untuk makan malam
dan istirahat pada pukul 20.00 WITA. Tetapi, kami melakukan makan
malam di Hotel dan di sediakan hiburan oleh penyanyi dangdut.
11
Hari Keempat, Senin tanggal 11 April 2016
Kita Check Out dari Hotel pada pukul 06.30 WITA, kami makan
pagi, kemudian melanjutkan perjalanan menuju JOGER dan tiba disana
pukul 09.00 WITA, setelah itu kami makan siang dan ke Puncak Indah
Bedugul untuk melaksanakan Sholat Jama’ Taqdim Dzuhur dengan Asar
dan melihat pemandangan yang sangat indah sampai disana pukul 14.00
WITA. Kemudian kita menuju ke The Kwan Lie disana kami Ziarah dan
membeli oleh-oleh berupa anggur dan buah lainnya, kemudian kami
melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Gilimanuk, sampai di Pelabuhan
pukul 18.00 dan menyebrang menuju ke Pelabuhan Ketapang pada pukul
19.15, kita sampai di Pelabuhan Ketapang pada pukul 21.15. Kemudian
kita melanjutkan perjalanan dan berhenti di Rumah Makan untuk makan
malam dan Sholat Jama’ Takhir Maghrib dengan Isya’. Kemudian kita
melanjutkan perjalanan kembali ke Tayu, Pati.
Hari Kelima, Selasa tanggal 12 April 2016
Setelah kami istirahat di bis sampai subuh kami langsung ke masjid
di daerah Tuban Jawa Timur, usai sholat subuh di masjid tersebut kami
kembali melanjutkan perjalanan pulang hingga akhirnya sampai di Tayu
(di depan makam mbah Duni). Tepat jam 08.00 WIB, rombongan pun
bergegas turun dari bis untuk menuju rumahnya masing-masing.
Begitulah perjalanan Ziarah Wisata Tour De Bali kami,
pengalaman tersebut tidak akan kami lupakan karena begitu indahnya
kenangan.
12
2.2 Ziarah ke Makam Siti Khotijah
Taru rambut tumbuh tepat di pusara atau makam kramat Raden Ayu
Pemecutan alias Gusti Ayu Made Rai berada di tengah setra Badung, tepatnya
di jalan Gunung Batukaru sekarang. Di bawah sebuah pohon kepuh yang
besar, ada sebuah kuburan yang khusus untuk salah seorang keluarga Puri
Pemecutan yang bernama Gusti Ayu Made Rai atau Raden Ayu Pemecutan.
Bagaimana bisa terjadi adanya taru rambut pada sebuah makam kramat
tersebut? Kisah ceritanya adalah sebagai berikut : Tersebutlah seorang raja di
Puri Pemecutan yang bergelar I Gusti Ngurah Gede Pemecutan. Salah
seorang putri beliau bernama Gusti Ayu Made Rai. Sang putri ketika
menginjak dewasa ditimpa penyakit keras dan menahun yakni sakit kuning.
Berbagai upaya sudah dilakukan untuk menyembuhkan penyakit tersebut,
namun tidak kunjung sembuh pula. Sang raja ketika itu mengheningkan bayu
sabda dan idep, memohon kehadapan Hyang Kuasa, di merajan puri. Dari
sana beliau mendapatkan pewisik bahwa Sang Raja hendaknya mengadakan
sabda pandita ratu atau sayembara.
Sang raja kemudian mengeluarkan sabda “barang siapa yang bisa
menyembuhkan penyakit anak saya, kalau perempuan akan diangkat menjadi
anak angkat raja. Kalau laki-laki, kalau memang jodohnya akan dinikahkan
dengan putri raja”. Sabda Pandita Ratu tersebut kemudian menyebar ke
seluruh jagat dan sampai ke daerah Jawa, yang didengar oleh seorang syeh
(guru sepiritual ) dari Yogyakarta. Syeh ini mempunyai seorang murid
kesayangan yang bernama Pangeran Cakraningrat IV dari Bangkalan Madura.
Pangeran kemudian dipanggil oleh gurunya, agar mengikuti sayembara
tersebut ke puri Pemecutan Bali. Maka berangkatlah Pangeran Cakraningrat
ke Bali diiringi oleh empat puluh orang pengikutnya.
Singkat ceritanya, Pangeran Cakraningrat mengikuti sayembara. Dalam
sayembara ini banyak Panggeran atau Putra Raja yang ambil bagian dalam
sayembara penyembuhan penyakit Raden Ayu. Putra-putra raja tersebut ada
dari tanah jawa seperti Metaum Pura, Gegelang, ada dari Tanah Raja Banten
dan tidak ketinggalan Putra-putra Raja dari Tanah Bali. Semua mengadu
13
kewisesan atau kesaktiannya masing-masing dalam mengobati penyakit
Raden Ayu. Segala kesaktian dalam pengobatan sudah dikerahkan seperti
ilmu penangkal cetik, desti, ilmu teluh tranjana, ilmu santet, ilmu guna-guna,
ilmu bebai, ilmu sihir, jadi semua sudah dikeluarkan oleh para Pangeran atau
Putra Raja, tidak mempan mengobati penyakit dan malah penyakit Raden
Ayu semakin parah, sehingga raja Pemecutan betul-betul sedih dan panik
bagaimana cara mengobati penyakit yang diderita putrinya. Dalam situasi
yang sangat mecekam, tiba-tiba muncul seorang pemuda tampan yang tidak
lain adalah Pangeran Cakraningrat.
Setelah Pangeran melakukan sembah sujud kehadapan Raja Pemecutan
dan mohon diijinkan ikut sayembara. Raja Pemecutan sangat senang dan
gembira menerima kedatangan Pangeran Cakraningrat dan mengijinkan
mengikuti sayembara. Sang Pangeran minta supaya Raden Ayu ditempatkan
di sebuah balai pesamuan Agung atau tempat paruman para Pembesar
Kerajaan. Pangeran Cakraningrat mulai melakukan pengobatan dengan
merapal mantra-mantra suci, telapak tangannya memancarkan cahaya putih
kemudian berbentuk bulatan cahaya yang diarahkan langsung ke tubuh Raden
Ayu. Sakit tuan putri dapat disembuhkan secara total oleh Pangeran
Cakraningrat.
Sesuai dengan janji sang raja, maka Gusti Ayu Made Rai dinikahkan
dengan Pangeran Cakraningrat, ikut ke Bangkalan Madura. Gusti Made Rai
pun kemudian mengikuti kepercayaan Sang Pangeran, berganti nama menjadi
Raden Ayu Pemecutan alias Raden Ayu Siti Khotijah.
Setelah sekian lama di Madura, Raden Ayu merindukan kampung
halamannya di Pemecutan. Suatu hari ketika ada suatu upacara Meligia atau
Nyekah yaitu upacara Atma Wedana yang dilanjutkan dengan Ngelingihan
(Menyetanakan) Betara Hyang di Pemerajan (tempat suci keluarga) Puri
Pemecutan, Raden Ayu Pemecutan berkunjung ke Puri tempat kelahirannya.
Pada suatu hari saat sandikala (menjelang petang) di Puri, Raden Ayu
Pemecutan alias Raden Ayu Siti Kotijah menjalankan persembahyangan di
Merajan Puri dengan menggunakan Mukena (Krudung). Ketika itu salah
14
seorang Patih di Puri melihat hal tersebut, disangka Raden Ayu sedang
mempraktekkan ilmu hitam atau ngeleak. Hal tersebut dianggap aneh dan
dikatakan sebagai penganut aliran ilmu hitam.
Patih Kerajaan melaporkan kejadian tersebut kepada Sang Raja. Dan
mendengar laporan Ki Patih tersebut, Sang Raja menjadi murka. Ki Patih
diperintahkan kemudian untuk membunuh Raden Ayu Siti Khotijah. Raden
Ayu Siti Khotijah dibawa ke kuburan Badung. Sesampai di depan Pura
Kepuh Kembar, Raden Ayu berkata kepada patih dan pengiringnya “aku
sudah punya firasat sebelumnya mengenai hal ini. Karena ini adalah perintah
raja, maka laksanakanlah. Dan perlu kau ketahui bahwa aku ketika itu sedang
sholat atau sembahyang menurut kepercayaan Islam, tidak ada maksud jahat
apalagi ngeleak.” Demikian kata Raden Ayu.
Raden Ayu berpesan kepada Sang patih “jangan aku dibunuh dengan
menggunakan senjata tajam. Bunuhlah aku dengan menggunakan tusuk konde
yang diikat dengan daun sirih (lekesan, Bali). Tusukkan ke dadaku. Apabila
aku sudah mati, maka dari badanku akan keluar asap. Apabila asap tersebut
berbau busuk, maka tanamlah aku. Tetapi apabila mengeluarkan bau yang
harum, maka buatkanlah aku tempat suci yang disebut kramat”.
Setelah meninggalnya Raden Ayu, bahwa memang betul dari badanya
keluar asap dan ternyata bau yang keluar sangatlah harum. Perasaan dari para
patih dan pengiringnya menjadi tak menentu, ada yang menangis. Sang raja
menjadi sangat menyesal dengan keputusan beliau. Jenasah Raden Ayu
dimakamkan di tempat tersebut serta dibuatkan tempat suci yang disebut
kramat, sesuai dengan permintaan beliau menjelang dibunuh. Untuk merawat
makam kramat tersebut, ditunjuklah Gede Sedahan Gelogor yang saat itu
menjadi kepala urusan istana di Puri Pemecutan.
Pada suatu hari gegumuk (kuburan) Raden Ayu tumbuh sebuah pohon
tepat di tengah-tengah kuburan tersebut. Pohon tersebut membuat kuburan
engkag atau berbelah. Pohon tersebut dicabut oleh Sedahan Moning, istri dari
sedahan Gelogor, dan kemudian tumbuh lagi. Sampai akhirnya yang ketiga
kalinya, pohon tersebut tumbuh kembali. Jero sedahan Gelogor bersama
15
Sedahan Moning kemudian bersemedi di hadapan makam tersebut,
didapatkan petunjuk agar pohon yang tumbuh di atas kuburan beliau agar
dipelihara. Karena melalui pohon tersebut beliau akan memberikan mukjijat
kepada umat yang bersembahyang di tempat tersebut. Pohon tersebut konon
tumbuh dari rambut Raden Ayu. Sampai sekarang pohon tersebut tumbuh
tepat di atas makam tersebut. Pohon itu disebut taru rambut.
Mengenai aci atau upacara yang dipersembahkan dimakam kramat
tersebut, bahwa odalannya (pujawali) jatuh pada Redite (Minggu) Wuku
Pujut, sebagai peringatan hari kelahiran beliau (otonan). Persembahan (sesaji)
yang dihaturkan adalah mengikuti cara kejawen yakni tumpeng putih kuning,
jajan, buah-buahan, lauk pauk, tanpa daging babi. Kini makam kramat
tersebut banyak dikunjungi oleh para peziarah baik warga muslim untuk
nyekar maupun tirakat. Demikian pula dengan warga Hindu banyak yang
datang kesana, baik hanya untuk bersembahyang, maupun untuk permohonan
tertertentu. Singgah dulu ke Palembang untuk memperkenalkan agama Islam
kepada Adipati Palembang, Arya Damar.Setelah berhasil mengislamkan
Adipati Palembang, Arya Damar (yang namanya diganti menjadi Ario
Abdullah) dan keluarganya.Syekh Ibrahim Asmoroqondi beserta putera dan
kemenakannya melanjutkan perjalanan ke Pulau Jawa. Rombongan mendarat
di sebelah timur bandar Tuban, yang disebut Gesik (sekarang Desa
Gesikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban).
Pendaratan Syekh Ibrahim Asmoroqondi di Gesik dewasa itu dapat
dipahami sebagai suatu sikap kehati-hatian seorang penyebar dakwah
Islam.Mengingat Bandar Tuban saat itu adalah bandar pelabuhan utama
Majapahit.Itu sebabnya Syekh Ibrahim Asmoroqondi beserta rombongan
tinggal agak jauh di sebelah timur pelabuhan Tuban, yaitu di Gesik untuk
berdakwah menyebarkan kebenaran Islam kepada penduduk sekitar. Sebuah
kitab tulisan tangan yang dikenal di kalangan pesantren dengan namaUsui
Nem Bis, yaitu sejilid kitab berisi enam kitab dengan enam
bismillahirrahmanirrahim, ditulis atas nama Syekh Ibrahim Asmoroqondi. Itu
16
berarti, sambil berdakwah menyiarkan agama Islam, Syekh Ibrahim
Asmoroqondi juga menyusun sebuah kitab.
Menurut cerita tutur yang berkembang di masyarakat, Syekh Ibrahim
Asmoroqondi dikisahkan tidak lama berdakwah di Gesik. Sebelum tujuannya
ke ibukota Majapahit terwujud, Syekh Ibrahim Asmoroqondi dikabarkan
meninggal dunia.Beliau dimakamkan di Gesik tak jauh dari pantai.Karena
dianggap penyebar Islam pertama di Gesik dan juga ayah dari tokoh Sunan
Ampel, makam Syekh Ibrahim Asmoroqondi dikeramatkan masyarakat dan
dikenal dengan sebutan makam Sunan Gagesik atau Sunan Gesik. Dikisahkan
bahwa sepeninggal Syekh Ibrahim Asmoroqondi, putera-puteranya Ali
Murtadho dan Ali Rahmatullah beserta kemenakannya, Raden Burereh (Abu
Hurairah) beserta beberapa kerabat asal Champa lainnya, melanjutkan
perjalanan ke ibukota Majapahit untuk menemui bibi mereka Dewi Darawati
yang menikah dengan Raja Majapahit. Perjalanan ke ibukota Majapahit
dilakukan dengan mengikuti jalan darat dari Pelabuhan Tuban ke Kutaraja
Majapahit.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Selama kami melaksanakan study tour di Bali, kami mempelajari banyak
hal, baik dari cerita tiap objek wisatanya maupun kebudayaan masyarakat
Bali. Dan dengan adanya study tour ini menambah wawasan kami sebagai
pelajar khususnya. Untuk melengkapi syarat pengambilan Raport Kelas XI
Semester II. Untuk memperluas wawasan mengenai sejarah dan budaya
tempat-tempat wisata di Bali. Sebagai latihan untuk memperlancar sastra dan
bahasa. Sebagai perbandingan antara teori di kelas dan kenyataan langsung di
lapangan. Menanamkan rasa cinta Tanah Air. Untuk berlatih menyusun Karya
Tulis secara Sistematis. Untuk mengetahui kehidupan dan kebudayaan
masyarakat Pulau Bali. Menambah wawasan siswa-siswi akan tempat-tempat
wisata di Pulau Bali
3.2 Saran
Progam sekolah seperti study tour di harapkan akan terus dilaksanakan
setiap 3 tahun sekali pada kelas XI setelah UKK dan dapat dimanfaatkan para
siswa dengan sebaik mungkin. Selain sebagai media refresing, study tour
dapat menunjang pengembangan intelektualitis dan keilmuan para siswa.
Kegiatan study tour juga dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
para siswa. Sebaiknya , sebelum berkunjung ke objek wisata kita persiapkan
segala sesuatu yang sekiranya di butuhkan di lokasi. Misalnya, alat tulis,
kamera, dan P3K. Di lokasi kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin
dan jangan merusak benda-benda yang ada di lokasi. Kita juga harus tetap
menjaga nama baik sekolah. Dalam penyusunan laporan setelah study tour
diperlukan adanya kerjasama yang baik antar anggota kelompok.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN FOTO
20
21