Oleh
Oleh
ii
MOTTO
Metalheads
di seluruh penjuru dunia
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan sembah sujud kepada Gusti Allah Ingkang Maha Kuwaos
karena limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas
Akhir berupa skripsi yang berjudul Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi
Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang), guna mencapai gelar sarjana
S-1 di Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia
Yogyakarta.
Penulis merasa perlu mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dengan segenap
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dosen
pembimbing
satu
sekaligus
sebagai
Ketua
Jurusan
3.
4.
vii
5.
6.
7.
Saudara kandung sekaligus sebagai orang tua asuh Rr. Anystia Inang
Wulan yang telah mendukung baik moril, materiil, dan doa kepada
penulis selama menempuh masa studi.
8.
9.
10. Tidak lupa juga kepada teman-teman dan orang-orang yang membantu
skripsi ini dalam wujud yang lain: keluarga Dreeartika Adijoko
Wicaksono, Bangkit Yudha P., Bambang Minarno alias Mas Minar,
Farit Usada, Rusdi alias Day, Setya RKJ, Gigih Alfajar Novra
viii
ix
Pada akhirnya penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan skripsi ini sebagai sumbangan informasi ilmiah dan literatur
kajian musik Metal di Indonesia, bahkan dunia.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
ii
iii
iv
vi
vii
xii
xv
xvi
xix
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
2. Manfaat ...............................................................................................
11
1. Pendekatan ..........................................................................................
11
12
12
b. Observasi .........................................................................................
13
c. Wawancara ......................................................................................
13
xii
d. Pentranskripan .................................................................................
14
e. Dokumentasi ....................................................................................
14
15
15
16
19
25
31
A. Aspek Non-Musikal
1. Riasan Wajah atau Corpsepaint ........................................................
32
2. Kostum ................................................................................................
34
3. Properti Panggung
a. Sesajen .............................................................................................
41
b. Saron ................................................................................................
47
B. Aspek Musikal
1. Instrumentasi dan Teknik Permainan dalam Lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu..........................................................
48
53
55
58
70
70
xiii
71
72
73
b. Aspek Melodi
1) Nada Dasar (Pitch Center) dan
Tangga Nada atau Skala (The Scale) .........................................
74
76
78
79
80
82
83
84
89
90
90
92
B. Saran ........................................................................................................
94
KEPUSTAKAAN ...........................................................................................
95
103
DISKOGRAFI ................................................................................................
103
GLOSARIUM.................................................................................................
104
LAMPIRAN ....................................................................................................
108
xiv
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
25
3.
4.
28
29
5.
33
6.
35
7.
35
8.
42
9.
Baphomet ..................................................................................................
45
47
49
12. Contoh notasi teknik power chord, palm muting, dan sweep picking
dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu .............................................
50
13. Posisi tangan kanan pada teknik gitar palm muting ..................................
50
14. Contoh notasi teknik double bass drum pedal dengan not 1/16-an
dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu .............................................
51
15. Sukat 2/4 adalah repetisi dari 2 ketukan terakhir birama sebelumnya ......
74
75
17. Notasi melodi gitar dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu
dan tangga nada diatonis mayor yang digunakan .....................................
76
77
78
xv
78
1.
55
2.
56
3.
58
4.
71
5.
71
6.
71
7.
71
8.
72
9.
72
72
72
73
85
85
85
85
86
86
86
86
86
87
87
87
87
88
88
88
xvi
88
90
90
90
91
xvii
DAFTAR TANDA
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
g.
xviii
INTISARI
Aliran musik Black Metal yang lahir di Eropa pada awal 1980-an telah
mengalami perjalanannya yang panjang ke seluruh dunia, hingga salah satunya di
Indonesia yang muncul pada pertengahan 1990-an. Banyak band beraliran musik
Black Metal dalam komunitas-komunitas Metal Underground di Jawa berusaha
menunjukkan kejawaannya. Hal ini digagas oleh band Makam (Surakarta), yang
kemudian dipertegas oleh band Santet (Purwokerto) yang menyatakan dirinya
beraliran musik Javanese Black Metal. Aliran musik Javanese Black Metal
merupakan Black Metal dengan nuansa Jawa.
Penelitian dengan metode kualitatif dan pendekatan etnomusikologis ini
bertujuan untuk mengetahui kejawaan aliran musik Javanese Black Metal dalam
aspek musikal dan non-musikal, yang memfokuskan pada band Bathang Mayit
asal Borobudur Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
Dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kejawaan band Bathang Mayit
tampak dalam beberapa unsur yang meliputi bahasa, kesenian, sistem religi, dan
sistem teknologi dan peralatan. Meskipun pencampuran budaya Jawa ke dalam
musik Black Metal secara eksplisit terlihat sebagai pelestarian budaya, namun
sesungguhnya akan melahirkan budaya Jawa yang baru. Kekurang pahaman
makna simbol yang mereka gunakan salah satunya terlihat pada pemakaian surjan
sebagai kostum. Penggunaan sesajen yang terkesan mistis dan horor merupakan
bagian dari keperluan publisitas yang hanya sekedar gimmick. Upaya
pengidentitasan kejawaan ini untuk mencari ciri khas di antara band Black Metal
di seluruh dunia.
Kata kunci: Black Metal, budaya Jawa, Javanese Black Metal.
xix
BAB I
PENDAHULUAN
Berkenaan dengan aspek musikal, banyak band Black Metal yang ada di
Jawa berusaha memasukkan unsur tangga nada pentatonis menyerupai pelog dan
slendro ke dalam komposisi musiknya. Sebagian besar para pelaku memasukkan
syair bahasa Jawa, bahkan tidak sedikit yang menggunakan teknik vokal Jawa
(semacam nembang). Tidak hanya itu, pemakaian mantra-mantra kejawen sebagai
bagian dari syair lagu pun juga sering ditemukan di dalam karya-karya mereka.
Penggunaan nama-nama band pun terkesan menyeramkan dan
mengerikan, berhubungan dengan hal-hal mistik dan gaib di Jawa. Di antara
nama-nama band Black Metal kejawa-jawaan yang tumbuh dalam komunitas
musik Metal Underground yang tersebar di sepanjang Pulau Jawa ini antara lain
Makam (Surakarta), Santet (Purwokerto), Patigeni (Jakarta Utara), Kembang
Mayat (Madiun), Mayonggo Seto (Yogyakarta), Parewangan (Surabaya), Jolo
Sukmo (Tulungagung), dan Mbahurekso (Karanganyar). Komunitas musik Metal
Underground menyebut aliran musik ini sebagai Javanese Black Metal, namun
demikian beberapa band tidak mengakui dan tidak menerima penamaan aliran
musik Black Metal yang dipadukan dengan budaya Jawa ini sebagai Javanese
Black Metal.
Dari sekian band beraliran musik Javanese Black Metal di Jawa, salah
satunya adalah band Bathang Mayit asal Borobudur Kabupaten Magelang Jawa
Tengah. Bathang Mayit mempunyai keunikan tersendiri dari band-band beraliran
Javanese Black Metal lainnya. Dalam segi penampilan, Bathang Mayit
mengenakan kostum busana tradisional Jawa berupa baju surjan lurik dan kadang
dengan penambahan kelengkapan seperti blangkon atau iket/udeng, kain batik,
dan selop. Penggunaan surjan lurik pada setiap pementasan menjadi salah satu ciri
khas sekaligus daya tarik yang menonjol dari band tersebut. Tidak ketinggalan
seperti band-band beraliran musik Javanese Black Metal lainnya, Bathang Mayit
juga menaruh sajen di atas panggung. Contoh keunikan dalam bentuk musikal,
dapat didengar pada salah satu lagunya yang berjudul Kasembahan kagem Gusti
Ratu. Lagu ini diawali dengan permaianan instrumental rebab dan gender. Band
yang terdiri dari Fadly Aditya Benhard/Gambaz (vokal) dan Sena Sigit (gitar
elektrik) ini dengan tegas menyebut aliran musik mereka sebagai Javanese Black
Metal.1
Fenomena pencampuran budaya Jawa ke dalam Black Metal pada aliran
musik Javanese Black Metal ini sangat menarik untuk diteliti. Salah satunya
secara musikal adanya penggunaan tangga nada pentatonis (menyerupai pelog dan
slendro) ke dalam musik Black Metal yang bertangga nada diatonis. Fenomena
aliran musik ini bukanlah hal yang sederhana karena keduanya memiliki sifat dan
karakter yang berbeda. Selain itu dari perpaduan tersebut juga dihasilkan nuansa
musikal yang berbeda pula. Dalam penelitian ini, pembatasan satu obyek material
mengarah pada band Bathang Mayit sebagai studi kasus. Penelitian ini merupakan
tindak lanjut dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai aliran musik Black
Metal. Dari data yang dikumpulkan berupa buku, tesis maupun skripsi, sejauh ini
belum pernah ada yang fokus membahas tentang aliran musik Javanese Black
Metal.
Pernyataan ini dapat dikunjungi melalui facebook fans page (halaman penyuka facebook)
dari band Bathang Mayit dengan alamat: https://www.facebook.com/pages/Bathang-MayitJavanese-Black-metal/177284209372?sk=timeline&ref=page_internal. Akses tanggal 29 Agustus
2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah: bagaimana kejawaan Bathang Mayit sebagai band beraliran musik
Javanese Black Metal dalam aspek musikal dan non-musikal.
Tujuan
Secara langsung penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejawaan
Bathang Mayit sebagai band pengusung aliran musik Javanese Black Metal dalam
aspek musikal dan non-musikal. Dengan demikian akan terwakili untuk
mengetahui seperti apa dan bagaimana aliran musik Javanese Black Metal itu.
Secara tidak langsung penelitian ini juga akan memberikan sedikit-banyak
informasi megenai aliran musik Javanese Black Metal.
2.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah kepada
para pelaku Black Metal pada umumnya dan pelaku Javanese Black Metal pada
khususnya sebagai sumber yang mampu menstimulus karya-karya mereka
selanjutnya.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini akan menggunakan tesis dan skripsi sebagai
pendukung sumber tertulis atau acuan ilmiah. Tesis dan skripsi yang diperoleh
adalah penelitian mengenai Black Metal, namun dengan rumusan masalah dan
pembahasan yang sangat berbeda. Di samping belum adanya literatur buku
mengenai Black Metal di Indonesia, maka data yang terdapat dalam tesis dan
skripsi ini juga bisa berfungsi sebagai referensi dan acuan. Sumber-sumber
tersebut sebagai berikut:
Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, Retorika Visual pada Praktik
Representasi Hantu sebagai Simbol Identitas Komunitas Musik Underground di
Kota Surakarta, (Tesis Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, 2013). Tesis ini membahas bagaimana band Makam
dan Bandoso sebagai komunitas musik Black Metal di kota Surakarta yang
merepresentasikan hantu dan simbol identitas komunitas musik Black Metal
sebagai simbol visual dan simbol estetika identitas mereka. Walaupun obyeknya
hampir sama, namun terdapat perbedaan pembahasan dengan penelitian ini.
Dalam tesis ini membahas mengenai representasi hantu dalam Black Metal oleh
Makam dan Bandoso, sedangkan penelitian ini membahas mengenai kejawaan
Bathang Mayit sebagai band Javanese Black Metal. Maka dari itu, tesis ini
berfungsi sebagai batasan masalah, sekaligus sebagai sumber acuan yang sudah
dilakukan pada penelitian sebelumnya tentang aliran musik Black Metal.
Widardiyanto Kurnia Fachruddin, Drama Pencitraan Black Metal dalam
Konser, Produk Visual dan Jejaring Sosial (Studi Kasus pada Kelompok Musik
Bandoso, (Skripsi Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut
Seni Indonesia Surakarta, 2014). Skripsi ini merupakan suatu kajian untuk
mengetahui drama pencitraan yang dilakukan oleh band Bandoso yang
menggunakan citra Black Metal bernuansa horor, kejam, dan mengerikan untuk
dipresentasikan di panggung konser musik, produk visual, dan jejaring sosial.
Temuan dalam skripsi yang diperoleh melalui pendekatan teori dramaturgi ini,
menunjukkan bahwa kehidupan musik Black Metal Bandoso baik di depan
panggung (front stage) dan belakang panggung (back stage) layaknya sebuah
panggung sandiwara untuk kepentingan industri semata. Pembahasan yang
mengacu pada rumusan masalah skripsi ini sangat berbeda dengan pembahasan
yang mengacu pada rumusan masalah dalam penelitian ini. Dalam skripsi ini tidak
membicarakan aliran musik Javanese Black Metal, sehingga skripsi ini juga
berfungsi sebagai batasan masalah, sekaligus sebagai sumber acuan mengenai
aliran musik Black Metal.
Endarwati Kristiyani, Makna Ritual dalam Aliran Musik Band
Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali),
(Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi
Universitas Kristen Satya Wacana, 2013). Dalam skripsi ini membahas mengenai
keunikan yang dimiliki oleh band Siramandalem Legion asal Kabupaten Boyolali
Jawa Tengah yang beraliran musik Black Metal menggunakan ritual dalam aksi
panggung mereka. Skripsi yang menggunakan metode diskriptif-eksploratif ini
menggambarkan dan menjelaskan ritual yang dilakukan oleh band yang berasal
dari komunitas underground yang bernama Pengging Total Hitam (PTH), dari
ritual sebelum mereka tampil di atas panggung, di atas panggung, hingga selesai
tampil dari atas panggung. Ritual yang mereka lakukan untuk menjaga
kebudayaan lokal yang dikombinasikan dengan aliran musik Black Metal. Dalam
skripsi ini hanya membahas mengenai kajian ritual salah satu band beraliran
musik Black Metal saja. Tentu
penelitian ini, yang membahas aliran musik Javanese Black Metal dalam aspek
musikal dan non-musikal. Kurang lebih sama seperti skripsi sebelumnya, maka
skripsi ini sangat membantu sebagai referensi maupun sumber acuan.
Bagus Tri Wahyu Utomo, Etnografi Black Metal Jawa (Studi Kasus
Kelompok Musik Makam Surakarta), (Skripsi Jurusan Etnomusikologi Fakultas
Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta, 2014). Skripsi ini
memfokuskan permasalahan kehidupan, ideologi, dan kekaryaan musik band
Makam di Surakarta sebagai penganut aliran musik Paganisme Black Metal
berdasarkan ideologinya berupa Kedjawen Pagan Front. Elemen musik tradisi
Jawa yang berpadu dengan musik Black Metal digunakan untuk mengungkapkan
karya-karya musiknya. Atas pendekatan tersebut pada akhirnya karya musik
Makam bercampur dengan sikap hegemoni dan interkulturasi untuk membuat citra
baru mengenai Black Metal Jawa. Skripsi ini tidak ditemukan penamaan istilah
aliran musik Javanese Black Metal, namun skripsi ini dibutuhkan sebagai acuan
E. Landasan Teori
Untuk melihat kejawaan dari Bathang Mayit sebagai band beraliran musik
Javanese Black Metal, maka perlu diketahui unsur-unsur budaya Jawa dalam
aspek musikal dan non-musikal. Untuk itu diperlukan kerangka teori untuk
membedahnya. Menurut Koentjaraningrat yang dalam bukunya berjudul
Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan disebutkan tujuh unsur universal
kebudayaan. Namun sebelum mengetahui apa saja tujuh unsur universal
kebudayaan yang dimaksud, perlu diketahui bahwa budaya manusia mempunyai
paling sedikit tiga wujud:
1. Sebagai suatu kompleks dan ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, normanorma, peraturan dan sebagainya,
2. Sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat,
3. Sebagai benda-benda hasil karya manusia.2
Dari ketiga wujud kebudayaan tersebut jelas bahwa wujud pertama dan wujud
kedua merupakan buah dari akal dan budi manusia, sedangkan wujud yang ketiga
adalah buah dan karya manusia. Begitu halnya dengan band Bathang Mayit yang
mewujudkan ide-idenya menjadi karya lagu dan performa di atas panggung.
2
10
Koentjaraningrat, 1-4.
William P. Malm. Music Cultures of the Pacific, the Near East, and Asia (New Jersey:
Prentice Hall, Englewood Cliffs, 1977), 3-4.
4
11
F. Metodologi Penelitian
Penelitian dengan judul Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus
Band Bathang Mayit Borobudur Magelang) ini menggunakan metode kualitatif.
Metode penelitian kualitatif menurut Noorman K. Denzim dan Yvonna S. Lincoln
dalam buku Hanbook of Qualitative Research adalah:
...penelitian yang menggunakan banyak metode, pendekatan interpretif dan
naturalistik, mengamati obyeknya dalam latar alamiah, berusaha untuk
memaknai atau menginterpretasikan fenomena dari sudut pandang
masyarakatnya, melibatkan penggunaan berbagai mater empiris yang
diperoleh dari: studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi, cerita kehidupan,
interview, observasi, sejarah, interaksional, dan teks-teks visual, yang dapat
menggambarkan momen dan makna yang rutin dan problematik dalam
kehidupan individu.5
1.
Pendekatan
Pendekatan
dalam
penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
12
pula bagaimana kejawaan melalui unsur-unsur budaya Jawa dalam aliran musik
Black Metal, yang kemudian disebut sebagai aliran musik Javanese Black Metal.
Penelitian ini secara tidak langsung akan membahas pula aspek budaya Jawa
sebagai pembentuk aliran musik Javanese Black Metal.
2.
Metal dalam aspek musikal dan non-musikal melalui studi kasus band Bathang
Mayit asal Borobudur Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Bathang Mayit dipilih
sebagai salah satu band yang mempunyai keunikan tersendiri dalam segi
penampilan, kualitas audio yang bersih dan jernih dari lagu-lagunya, dan kualitas
dalam komposisi musiknya, yang mampu mewakili dari sekian banyak band yang
ada.
3.
a.
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari data atau informasi dari
sumber tertulis dengan mencatat segala hal yang berkaitan dan relevan dengan
obyek penelitian. Cara ini dilakukan dengan mencari sumber tertulis seperti buku,
tesis, skripsi, artikel, maupun data dari internet (blog, media sosial, dan website)
baik yang sudah dipublikasikan maupun yang tidak atau belum dipublikasikan,
baik yang berupa hasil penelitian maupun yang bukan hasil penelitian, guna
13
memperkuat data dalam penelitian ini, karena masih minimnya data mengenai
musik Javanese Black Metal maupun Black Metal di Indonesia.
b.
Observasi
Teknik observasi diperlukan untuk mengamati obyek terhadap band
Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap informan utama yaitu
personil dan manajer dari band Bathang Mayit. Teknik wawancara yang
dilakukan adalah teknik partisipan. Teknik ini diharapkan untuk mendapatkan
keaslian data yang didapatkan dari informan. Wawancara dilakukan melalui dua
tahap, yang pertama yaitu tahap wawancara bersama personil dan manajer band
Bathang Mayit pada tanggal 26 November 2014 di Puri Menoreh Hotel &
Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek Mungkid Magelang, dan
tahap yang kedua yaitu wawancara dengan masing-masing personil secara
mendalam. Bersama Fadly Aditya Benhard (alias Gambaz) pada tanggal 10
Desember 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM
5,5 Ngrajek Mungkid Magelang, sedangkan bersama Sena Sigit pada tanggal 11
14
Pentranskripan
Semua hasil wawancara dengan nara sumber berupa rekaman audio,
kemudian ditranskrip ke bentuk tulisan di atas kertas. Hal ini untuk memudahkan
pengumpulan data. Pentranskripan juga dilakukan pada salah satu lagu band
Bathang Mayit yang berjudul Kasembahan kagem Gusti Ratu dalam bentuk notasi
balok yang nantinya akan dianalisa.
e.
Dokumentasi
Dokumentasi diperlukan untuk mempermudah dalam pengumpulan data
yang nantinya akan dianalisa. Dalam penelitian ini, peneliti hanya berkesempatan
mendokumentasikan dalam bentuk visual (foto), dokumentasi lainnya berupa
audio (rekaman lagu) dan audio visual (rekaman video konser), bahkan juga
dokumentasi visual (foto konser dan poster) dikumpulkan melalui dokumentasi
yang sudah ada dari koleksi pribadi band Bathang Mayit maupun yang telah
diunggah oleh Bathang Mayit dan pengunggah lain melalui internet (blog, media
sosial, dan website). Kamera foto yang digunakan untuk mendokumentasikan
menggunakan kamera dengan merek dan tipe Canon 60D dan Casio Exilim EXZS5.
15
4.
Analisis Data
Data dari penelitian yang terkumpul nantinya akan dipilah dan diolah
sedemikian rupa, kemudian data digolongkan sebagai data primer, data skunder,
dan data pendukung yang diperlukan. Selanjutnya data tersebut diatur, diurutkan,
dan diuraikan untuk dianalisa guna mengungkap kasus dalam penelitian ini.
5.
Kerangka Penulisan
Penelitian ini akan disusun sesuai dengan kerangka penulisan standar
BAB II
ALIRAN MUSIK BLACK METAL, JAVANESE BLACK METAL,
DAN BAND BATHANG MAYIT
Deena Wenstein, Heavy Metal: The Music and Its Subcultures (Cambridge: Da Capo
Press, 2000), 289, periksa juga Yuka Dian Narendara, Setan Bukan Satan. Mengintepretasikan
Satan dalam Black Metal dan Death Metal Indonesia, dalam Prossiding the 4th International
Conference on Indonesian Studies: Unity, Diversity and Future (Jakarta: Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012), 987.
2
Yuka Dian Narendara, 987-988.
3
Black Metal bertemakan satanisme dan okultisme oleh William Philips dan Brian Cogan,
sedangkan Black Metal bertemakan okultisme dan paganisme oleh Widardiyanto Kurnia
Fachruddin. William Philips dan Brian Cogan, Encyclopedia of Heavy Metal Music (Amerika
Serikat: Greenwood Press, 2009), 34; periksa juga Yuka Dian Narendara, 988; bandingkan
Widardiyanto Kurnia Fachruddin, Drama Pencitraan Black Metal dalam Konser, Produk Visual
dan Jejaring Sosial (Studi Kasus pada Kelompok Musik Bandoso), Skripsi untuk menempuh
derajat Sarjana S-1 Program Studi Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni
Indonesia Surakarta, Surakarta, 2014, 23.
4
William Philips dan Brian Cogan, 34; Yuka Dian Narendra, 988; Albertus Rusputranto
Ponco Anggoro. Retorika Visual pada Praktik Representasi Hantu Sebagai Simbol Identitas
Komunitas Musik Underground di Kota Surakarta, Tesis untuk menempuh derajat Sarjana S-2
pada Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2013,
17
dan horor ke dalam musik mereka dengan karakter sound yang kasar, gitar yang
bising, teknik vokal shrieking (jerit), dan tempo yang cepat. 5 Venom di dalam
musiknya membuat sebuah atmosfir yang lebih gelap dan seram daripada konsep
musik pendahulunya yaitu Black Sabbath6, band asal Inggris beraliran NWOBHM
atau yang lebih populer disebut Heavy Metal saja.7
Dari konsep musik Venom tersebut, akhirnya membuat album ini sukses
dan kemudian banyak bermunculan band-band lain yang mengusung aliran musik
seperti pada album itu. Sejarah awal kemunculan istilah Black Metal dan
pergerakan mula-mula musik underground ini disebut sebagai gelombang pertama
perkembangan musik Black Metal. Singkatnya Black Metal yang lahir dari janin
Heavy Metal dan terpengaruh dari Trash Metal ini menjadi virus baru di daratan
Eropa. Selain Venom, band-band yang seperti ini di awal 1980-an antara lain
Bathory (Swedia), King Diamond atau Mercyful Fate (Denmark), dan Celtic Frost
25; Bagus Tri Wahayu Utomo, Etnografi Black Metal Jawa (Studi Kasus Kelompok Musik
Makam Surakarta), Skripsi untuk menempuh derajat Sarjana S-1 pada Program Studi
Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta, Surakarta, 37-41;
Widardiyanto Kurnia Fachruddin, 23-24; Endarwati Kristiyani, Makna Ritual dalam Aliran
Musik Band Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali), Skripsi
untuk menempuh derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2013, 33; Syammil Izuddin Bin
Mohamed Yusoff, Fatwa Mufti Kerajaan Malaysia Tentang Aliran Black Metal, Skripsi untuk
menempuh derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010, 12.
5
Black Metal, http://metalisir.forumotion.net/t9-black-metal. Akses tanggal 17 September
2014; periksa juga Endarwati Kristiyani, 33; periksa juga Albertus Rusputranto Ponco Anggoro,
25.
6
Black Sabbath dianggap sebagai pencetus aliran musik Heavy Metal yang berdiri tahun
1968 dan mengeluarkan album pertamanya pada tahun 1970. Black Sabbath,
http://en.wikipedia.org/wiki/Black_Sabbath. Akses tanggal 4 Juni 2015; Mokhammad Zakky,
Sejarah
Musik
Heavy
Metal
dan
Jenis
Alirannya,
http://museummusik.blogspot.com/2014/05/sejarah-musik-metal.html. Akses tanggal 4 Juni 2015.
Sedangkan Heavy Metal adalah Rock dengan karakter kasar, keras menggelegar. Pono Banoe,
Kamus Musik (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 183.
7
Sana Fridh, Satan: The Perfect Man, A Symbol and Gender Analysis of Satanism in
Black Metal, Tesis untuk menempuh derajat Sarjana S-2 pada Program Social Anthropology
University of Gothenberg, Bachelor, 2010, 5; periksa juga Widardiyanto Kurnia Fachruddin, 2324.
18
19
12
20
dengan gaya yang lebih liar dan ekstrem pada jamannya, meskipun lagu-lagu
yang
mereka
mainkan
bukan
lagu-lagu
sendiri.
15
Mereka
ini
yang
Metal
Underground dunia yang menyebut diri anak Metal sebagai metalheads, untuk
membedakan dengan gerakan scene Rock Underground generasi sebelumnya
yang menyebut dirinya sebagai rocker.17 Hal ini juga senada diutarakan oleh Yuka
Dian Narendara bahwa Metal Underground Indonesia muncul dengan momentum
15
Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 35; http://www.ipangrock.com/sejarah-musikrock-indonesia.html. Akses tanggal 3 Juni 2015.
16
Sejarah Musik Rock Indonesia, http://www.ipangrock.com/sejarah-musik-rockindonesia.html. Akses tanggal 3 Juni 2015.
17
Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 32.
21
beralihnya Trash Metal ke Death Metal, Grindcore, dan Black Metal.18 Ditelusuri
dari tanggal berdirinya band Makam (Surakarta), Ritual Orchestra (Malang), dan
Hellgods (Bandung) pada tahun 199519, diidentifikasi bahwa mereka adalah pionir
kemunculan Black Metal di Indonesia.
Aliran musik Black Metal terus menjamur ke seluruh daerah di Indonesia,
begitu juga hidup subur dalam komunitas-komunitas Metal Underground di Jawa.
Perkembangan Black Metal di Jawa ini kemudian melahirkan fenomena
pencampuran budaya Jawa ke dalam musik Black Metal yang diperkirakan
diawali oleh band Makam asal Surakarta sejak masuknya Jiwo (alias Shiva
Ratriarkha) sebagai vokalis akhir bulan Desember 1995, yang kemudian berperan
banyak dalam perkembangan band ini. Bersama dengan Makam, Jiwo
menyuarakan gerakan paganisme Jawa dalam Black Metal. Sejak tahun 1998
Makam menjadikan paganisme Jawa sebagai visi mereka dengan menyebut
sebagai Kedjawen Pagan Front. 20 Dari gerakan Makam mengenai paganisme
Jawa ini kemudian bermunculan konsep pagan dalam Black Metal di Jawa Timur
seperti Doho Pagan Front, Jenggala Pagan Front dan Ujung Galuh Pagan
Front.21
18
22
23
Sakral
(Tulungagung),
Bolopati
(Boyolali),
Mbahurekso
24
Pernyataan bahwa band-band beraliran musik Javanese Black Metal ini dikutip dari
facebook fans page mereka masing-masing dengan jumlah di atas 1000 penyuka. Alamat facebook
fans page masing-masing band: Azab, https://www.facebook.com/pages/AZAB-Javanese-BlackMetal-/235491799837940?fref=ts.
Akses
tanggal
20
Desember
2014;
Sedho,
https://www.facebook.com/pages/SEDHO-extreme-javanese-blackmetal/200735289997972?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Kodrat Bergowong,
https://www.facebook.com/KodratBergowongTrenggalekJavaneseGothicBlackMetal?fref=ts.
Akses tanggal 20 Desember 2014; Bondowoso, https://www.facebook.com/pages/BondowosoComal-JavaneseBlack-Metal-/103885326377739?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014;
Pesanggahan
Sakral,
https://www.facebook.com/pages/PESANGGRAHANSAKRAL/202188839799958.
Akses
tanggal
20
Desember
2014;
Bolopati,
https://web.facebook.com/pages/Bolopati/1415948545309627?ref=br_rs. Akses tanggal 4 Juni
2015;
Mbahurekso,
https://www.facebook.com/pages/Mbahurekso-Javanese-Blackmetal/244740315628209?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Semi Mortuus,
https://www.facebook.com/pages/SemiMortuus-Surabaya-Javanese-BlackMetal/145003678946889?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Sarcophagus,
https://www.facebook.com/pages/SARCOPHAGUS-Extreme-javanese-Black-Metal/176307125789319?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Mendiang Romo,
https://web.facebook.com/pages/MENDIANG-ROMO/238853006171773?ref=br_rs.
Akses
tanggal 20 Desember 2014; Kembang Mayat, https://www.facebook.com/pages/Kembang-MayatMadiun-Javanese-Black-Metal/222112231271516?ref=br_rs. Akses tanggal 20 Desember 2014;
Jolo Sukmo, https://www.facebook.com/pages/JOLO-SUKMO/291090904343270?fref=ts. Akses
tanggal
20
Desember
2014;
Condromowo,
https://web.facebook.com/CONDROMOWO.Javanesse.Black.Metal. Akses tanggal 4 Juni 2015;
Karasan Wingit, https://www.facebook.com/KarasanWingitJavaneseblackmetal?fref=ts. Akses
tanggal 20 Desember 2014; Sukmo Sirno, https://www.facebook.com/P.S.N.B.S?fref=ts. Akses
tanggal
20
Desember
2014;
Pandhowo,
https://www.facebook.com/pages/Pandhowo/135802279827877?fref=ts. Akses tanggal 20
Desember 2014; Patigeni, https://www.facebook.com/patigeni666?ref=ts&fref=ts. Akses tanggal
20 Desember 2014; Parewangan, https://web.facebook.com/pages/Parewangan-Javanese-BlackMetal/354977794587622?ref=br_rs.
Akses
tanggal
4
Juni
2015;
Kepaten,
https://web.facebook.com/KEPATEN.JavaneseBlackMetal. Akses tanggal 4 Juni 2015.
24
25
Pernyataan bahwa band-band tersebut tidak beraliran musik Javanese Black Metal
dikunjungi melalui facebook fans page mereka masing-masing, meskipun dalam karyanya
ditemukan nuansa Jawa seperti penggunaan tangga nada pentatonis dan syair bahasa Jawa dalam
bentuk rekaman audio dari lagu-lagu koleksi pribadi Julian Meru Mastodon. Alamat facebook fans
page
masing-masing
band:
Siramandalem
Legion,
https://www.facebook.com/pages/Siramandalem-Legion/287042917992678?fref=ts. Akses tanggal
20
Desember
2014;
Mayonggo
Seto,
https://www.facebook.com/pages/MayonggoSeto/370988376267000?fref=ts.
Akses
tanggal
20
Desember
2014;
Brhobosan,
https://www.facebook.com/brhobosan?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Tahlilan,
https://www.facebook.com/pages/TAHLILAN/247521171999549?fref=ts. Akses tanggal 20
Desember
2014;
Kamar
Mayat,
https://www.facebook.com/pages/Kamar-MayatGothicmetal/145901512134173?ref=ts&fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Patigeni 666,
https://www.facebook.com/pages/PATIGENI-666/255221847143?fref=ts. Akses tanggal 20
Desember 2014.
25
yang
sudah
meninggalyang
semestinya
disebut
jenazah,
26
http://bathangmayitgothicviolence.blogspot.com/2008/02/bathang-mayit.html. Akses
tanggal 3 Desember 2014, yang kemudian telah diklarifikasikan kepada Gambaz dalam sebuah
chatting (obrolan) melalui facebook tanggal 25 Desember 2014.
26
27
Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.
28
Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.
27
itu sedang kehilangan banyak personil dan masuklah Sena mengisi kekosongan
pemain gitar. Selain Sena, masuk pula Didin menggantikan Dani, Ion
menggantikan Anto, dan tahun 2011 menambah satu pemain gitar yaitu Cacing
untuk mempertajam karakter gitar agar terdengar penuh.29 Dari formasi terakhir
ini, Bathang Mayit menyatakan aliran musiknya menjadi Javanese Black Metal,
hal tersebut dengan ditunjukkannya melalui penggunaan saron untuk kebutuhan
live yang dimainkan sendiri oleh Gambaz30, penggunaan kostum surjan lurik oleh
semua personil, dan penggunaan syair bahasa Jawa ke dalam semua lagunya.
Formasi dengan lima orang ini bertahan hingga tahun 2013, kemudian personil
Bathang Mayit hanya tinggal berdua, dengan satu atau dua pemain tambahan
(additional player) pada gitar bass dan drum untuk kebutuhan live31.
Semenjak Sena didaulat sebagai arranger dari lagu-lagu band Bathang
Mayit, dia merombak lagu lama Bathang Mayit yang berjudul Kasembahan
kagem Gusti Ratu32, yang masuk dalam album kompilasi acara Wonosobo Hellfest
IV (Tak Entengke Patiku Tinimbang Aku Kalah) tahun 2013. Album kompilasi
acara Wonosobo Hellfest IV (Tak Entengke Patiku Tinimbang Aku Kalah) adalah
album kompilasi bersamaan dengan acara festival Metal Underground bernama
Wonosobo Hellfest #4 yang diselenggarakan oleh Wonosobo Underground
Society Undergrind Merch pada tanggal 3 Februari 2013 di Gedung Sasana
29
Sena, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.
30
Gambaz juga tergabung dalam grup Jatilan Bintang Muda sebagai penabuh saron di
Jayan Borobudur, daerah tempat tinggalnya.
31
Kebutuhan rekaman (recording) dilakukan sendiri oleh Sena, baik pengisian gitar
elektrik (take gitar 1, 2, dan 3) dan gitar bass elektrik. Instrumen drum dibuat menggunakan
perangkat lunak yaitu Addictive Drum : Metal AD Pack.
32
Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu dapat diunduh di reverbnation melalui alamat:
http://www.reverbnation.com/bathangmayit. Unduh tanggal 29 Agustus 2014.
28
Adipura Kencana, Wonosobo, Jawa Tengah. Di dalam album ini berisi 18 track
lagu dari band-band beraliran musik Death Metal, Brutal Death Metal, Ghotic
Metal, Grindcore ataupun pencampuran dari itu. Satu-satunya band beraliran
musik Javanese Black Metal hanyalah Bathang Mayit.
29
Band Bathang Mayit merubah aliran musiknya dari Black Metal yang
terinfluens di antaranya dari band Mayhem, Burzum, dan Venom, menjadi
Javanese Black Metal sejak Gambaz mengenal dan mendengarkan lagu-lagu dari
band Makam dan Santet. Menurut pengakuannya, bersama Bathang Mayit dia
mempunyai visi dan misi untuk melestarikan budaya Jawa melalui Black Metal.
....melestarikan dengan cara yang beda, terang Gambaz.33 Selain itu pernyataan
untuk melestarikan budaya, tertulis pula dalam facebook fans page band Bathang
Mayit, ....Lewat lagu-lagu kami, kami menghimbau kita untuk selalu
melestarikan budaya dan warisan leluhur apapun suku, adat dan budaya
33
Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.
30
kalian..... 34 Hal ini yang kemudian sejalan dengan pemikiran Sena untuk
bergabung dan bertahan hingga saat ini, meskipun Sena mengaku kadang sulit
mengeksplorasi nada dalam aransemennya karena keterbatasan dalam penggunaan
tangga nadanya35.
Band Bathang Mayit mengaku hanya bersedia tampil di acara-acara musik
Metal Underground saja. Beberapa acara Metal Underground yang pernah diikuti
oleh Bathang Mayit di antaranya yaitu Secang Bergetar (2008), Borobudur Total
Bising (2010), Purworejo Gogrog #6 (2010), Borobudur Total Bising #2 (2010),
Jogja Black Fest (2010), Borobudur Extreme Fest #2 (2011), Lamongan October
Efflux Period #2 (2011), Purworejo Extreme Fest #2 (2011), Semarang
Gentayangan #2 (2011), Borobudur Total Bising #3 (2011), Gresik Serempak #2
(2012), Borobudur Total Bising #4 (2012), Erase All Racism (2013), Wonosobo
Hellfest #4 (2013), dan acara-acara Metal Underground lainnya hingga saat ini.36
34
BAB III
KEJAWAAN BATHANG MAYIT
SEBAGAI BAND BERALIRAN MUSIK JAVANESE BLACK METAL
Bab ini akan menjelaskan dua pokok permasalahan dari band Bathang
Mayit. Pokok permasalahan yang pertama adalah membahas mengenai aspek nonmusikal berupa riasan wajah atau corpsepaint, kostum, dan properti panggung
dalam performa atau aksi panggung dari band Bathang Mayit. Pembahasan
mengenai aspek non-musikal di sini tidak hanya dari sisi kejawaannya saja,
namun dibahas pula hal-hal yang umum dilakukan oleh band Black Metal di
seluruh dunia, sebagaimana dilakukan pula oleh Bathang Mayit. Melalui Bathang
Mayit, diharapkan pembahasan ini mampu memberikan uraian bagaimana aliran
musik Javanese Black Metal dalam aspek non-musikal.
Pokok permasalahan selanjutnya adalah membahas mengenai aspek
musikal berupa instrumentasi, teknik permainan, dan analisis musik dari salah
satu lagu band Bathang Mayit yang berjudul Kasembahan kagem Gusti Ratu.
Selain itu diuraikan pula syair atau lirik dari lagu tersebut, transkrip notasi, serta
pembahasan adanya tempelan potongan lagon instrumental gender dan rebab
sebagai awalan lagu. Dengan mengetahui aspek musikal dari salah satu karya
Bathang Mayit tersebut, diharapkan mampu memberikan gambaran bagaimana
aliran musik Javanese Black Metal dalam aspek musikal.
Selanjutnya seperti yang telah disebutkan dalam landasan teori pada Bab I
sebelumnya, Koentjaraningrat menganalisa bahwa isi dari budaya manusia
sebenarnya terdiri dari tujuh unsur, yang disebutnya sebagai unsur-unsur universal
32
A. Aspek Non-Musikal
1.
performa atau aksi panggungnya semua personil Bathang Mayit merias wajahnya
yang sering disebut dengan corpsepaint sebagai salah satu identitas musik Black
Metal. Corpsepaint adalah nama untuk berbagai gaya make-up (riasan wajah)
yang digunakan oleh band-band beraliran musik Black Metal untuk memutihkan
wajah mereka agar terlihat seperti mayat atau mungkin lebih jahat. 1 Corpsepaint
untuk menciptakan citra mayat dalam diri mereka, atau secara ideologi mereka
William Philips dan Brian Cogan, Encyclopedia of Heavy Metal Music (Amerika
Serikat: Greenwood Press, 2009), 54.
33
Albertus Rusputranto Ponco Anggoro. Retorika Visual pada Praktik Representasi Hantu
sebagai Simbol Identitas Komunitas Musik Underground di Kota Surakarta, Tesis untuk
menempuh derajat Sarjana S-2 pada Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta, 2013, 31; Endarwati Kristiyani, Makna Ritual dalam Aliran Musik Band
Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali), Skripsi untuk
menempuh derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2013, 4.
34
2.
Kostum
Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa band Bathang
Mayit pada formasi ketiga mulai menggunakan busana Jawa berupa surjan lurik
sebagai kostum wajib semua personil kecuali vokalis. Pakaian bawah atau celana
tidak diharuskan menggunakan jenis celana tertentu. Kadang dengan penambahan
destar (blangkon atau iket/udeng), maupun rambut yang dibiarkan tergerai untuk
mendukung
aksi
headbanging.4
Semua
personil
pemegang
instrumen
Dibalik
Sejarah
Corpse
Paint
di
Dunia
Musik
Underground,
http://konterkultur.com/dibalik-sejarah-corpse-paint-di-dunia-musik-underground/. Akses tanggal
4 Juni 2015.
4
Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.
35
menggunakan sepatu, namun memakai selop atau malah tanpa menggunakan alas
kaki. Selain itu, kadang juga mengenakan blangkon sebagai penutup kepala.
Surjan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah baju jas laki-laki
khas Jawa berkerah tegak, berlengan panjang, terbuat dari bahan lurik atau cita
36
kembang.5 Sedangkan lurik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kain
tenun yg coraknya bergaris-garis, pada umumnya berwarna gelap, cokelat, biru
tua, dan
hijau berasal
dari Yogyakarta.6
kaki,
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Keempat (Jakarta: Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, 2008), 1396.
6
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 888.
7
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 120.
8
Mari S. Condronegoro, Busana Adat Kraton Yogyakarta (1877-1937) : Makna dan
Fungsi Dalam Berbagai Upacara. (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 1995), 29.
9
Makna Baju Surjan dan Pranakan, http://tembi.net/yogyakarta-yogyamu/makna-bajusurjan-dan-pranakan-1. Akses tanggal 23 April 2015; bandingkan Pengageman Takwa lan
Pranakan, http://tedjatirta.blogspot.com/2009/11/pengageman-takwa-lan-pranakan.html. Akses
tanggal 23 April 2015.
10
Makna Baju Surjan dan Pranakan, http://tembi.net/yogyakarta-yogyamu/makna-bajusurjan-dan-pranakan-1. Akses tanggal 23 April 2015.
37
11
38
yang dinamakan belah banten. Baju surjan terdiri atas busana kesatriyan alit dan
busana kesatriyan ageng. Busana kesatriyan alit mempunyai kelengkapan berupa
(1) baju surjan, (2) kain batik yang dilipat (diwiru) dengan ketentuan-ketentuan
tertentu14, (3) lonthong atau setagen (ikat pinggang), (4) kamus dan timang (ikat
pinggang luar) yang dililitkan tepat pada tengah lonthong, (5) keris yang
diselipkan di belakang pada lonthong, (6) blangkon (destar), dan (7) selop
(cenela), serta kadang dihiasi dengan rerenggan (misalkan bros dan asesoris
lainnya) di dada sebelah kanan. Pada busana kesatriyan ageng mempunyai
tambahan asesoris berupa rante dan karset.15 Ada pula surjan yang khusus
digunakan oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta dinamakan baju pranakan,
berbahan lurik dengan garis-garis berwarna biru tua.16
Pakaian surjan lengkap dalam masyarakat Jawa biasa digunakan untuk
acara-acara yang bersifat resmi seperti pernikahan, pertemuan, nabuh gamelan,
dan lain-lain. Selain itu, baju surjan (terutama jenis lurik) tanpa kelengkapan
sering dijumpai dipakai oleh para kusir andong di wilayah Yogyakarta karena
baju surjan lurik ini memang dapat dibeli dengan mudah dari pedagang kaki lima
di sepanjang Jalan Malioboro dan pasar Beringharjo Yogyakarta. Bahkan tidak
asing lagi jika di luar masyarakat Jawa (khususnya di luar Yogyakarta) banyak
pula yang menggunakan baju surjan lurik sebagai pakaian sehari-hari, karena baju
14
Kain batik yang digunakan sebagai pakaian bawah dengan dilipat (diwiru) mempunyai
beberapa istilah dalam bahasa Jawa: jarik (bahasa ngoko), sinjang (bahasa kromo), amping
(bahasa kromo inggil).
15
Mari S. Condronegoro, 29; periksa juga Kinting Handoko, Tata Busana Panatacara
Gaya Yogyakarta, http://pariwisata.jogjakota.go.id/index/extra.detail/2244. Akses tanggal 23 April
2015.
16
Pengageman Takwa lan Pranakan, http://tedjatirta.blogspot.com/2009/11/pengagemantakwa-lan-pranakan.html. Akses tanggal 23 April 2015.
39
surjan lurik kini telah menjadi cindera mata khas Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gambaz menjelaskan bahwa surjan lurik dipilih sebagai alternatif surjan
yang murah secara ekonomis, selain itu surjan jenis ini mampu menginformasikan
identitas orang Jawa secara pandangan masyarakat umum.17 Namun penggunaan
surjan lurik sebagai lambang hendaknya akan mempengaruhi tingkah laku
pemakainya, karena menurut Mari S. Condronegoro perangkat lambang dalam
pakaian pada hakekatnya bermakna sebagai pengatur tingkah laku, di samping
berfungsi sebagai sumber informasi menyebarkan kebudayaan. Perangkat
lambang dalam busana tidak sekedar mengandung makna, namun juga menjadi
perangsang untuk bersikap sesuai dengan makna lambang tersebut.18
Tingkah laku yang dijelaskan oleh Gambaz, bahwasannya personil
Bathang Mayit diberi kebebasan untuk tidak mengharuskan memakai destar
(blangkon atau iket) dimaksudkan untuk mendukung aksi panggung seperti
headbanging19. Tingkah laku yang lain ialah ketika tidak diharuskan memakai
kain batik dan hanya memakai celana panjang dimaksudkan untuk mendukung
aksi panggung menaikkan salah satu kaki ke atas sound control yang berada di
depan panggung layaknya rockstar. Hal inilah yang kemudian menimbulkan
kontradiktif terhadap norma-norma dalam adat-istiadat Jawa ketika memakai
surjan lengkap.
17
Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.
18
Mari S. Condronegoro, 1.
19
Headbanging merupakan goyangan gerak kepala pada saat mendengarkan dan
mengikuti irama musik Heavy Metal. Istilah ini pertama kali datang hingga menjadi populer, pada
saat Led Zeppelin pertama kali tur di Amerika Serikat. Waktu itu penonton terlihat membenturkan
kepala ke panggung. William Philips dan Brian Cogan, 110.
40
41
3.
Properti panggung
a.
Sesajen
Penggunaan sesajen menurut Gambaz pada mulanya dimaksudkan untuk
20
Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.
21
Hilda, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.
42
22
Koentjaraningrat, 310.
Koentjaraningrat, 343.
24
Clifford Geertz, Agama Jawa : Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa,
Terj. Aswab Mahasin dan Bur Rasuanto (Depok: Komunitas Bambu, 2014), 42; periksa juga
Koentjaraningrat, 364.
23
43
Sajen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu makanan (bungabungaan dan sebagainya) yang disajikan kepada orang halus dan sebagainya.25
Orang halus dalam pengertian ini diartikan sebagai makhluk halus yang tidak
kasat mata (Tuhan, dewa, setan, hantu, jin, malaikat, bidadari, iblis, roh, dan lainlain).
Sesajen menurut Budiono Herusatoto merupakan bentuk simbolis dalam
religi sebagai peninggalan jaman mitos. Ia menjelaskan bahwa maksud
diselenggarakannya sesajen adalah untuk mendukung kepercayaan terhadap
adanya kekuatan makhluk-makhluk halus yang berada (menghuni) di tempattempat tertentu26, baik ditujukan agar jangan menggangu keselamatan,
ketentraman, dan kebahagiaan, maupun sebaliknya yaitu meminta berkah dan
lindungan makhuk halus yang dimaksud dari makhluk halus lainnya.27 Hal yang
sama juga diutarakan oleh Suwardi Endraswara bahwa sesajen dilakukan agar
makhluk-makhluk halus di atas kekuatan manusia tidak mengganggu. Dengan
adanya pemberian makan secara simbolis kepada roh halus tersebut, diharapkan
roh yang dimaksud akan menjadi jinak dan mau membantu hidup manusia.28
Menurut Capt. R. P. Suyono, jenis sesajen orang Jawa terdiri dari empat
jenis yaitu: (1) selametan atau selamatan, sesajen yang diperuntukkan bagi Yang
Kuasa, rasul, para wali, dewa, bidadari, kekuatan ulama yang dihormati, setan,
hantu, dan roh, (2) penulakan yaitu sesajen sebagai sarana untuk menolak
25
44
pengaruh setan, makhluk-makhluk mengerikan, hantu, dan roh jahat, (3) wadima
merupakan sesajen yang dilakukan secara teratur kepada rasul, para wali, bidadari,
jin, kekuatan seseorang yang sudah meninggal, hantu baik, binatang, dan
tumbuhan, (4) sedekah adalah sesajen berupa makanan yang diberikan kepada
para wali, malaikat untuk keselamatan roh orang yang sudah meninggal dan
keselamatan penyelenggara acara, serta keluarga maupun hartanya. Sajen
selamatan dan penulakan terdiri dari makanan yang telah ditentukan, sajen
penulakan yaitu upacara disertai dengan kegiatan membakar kemenyan dan
mengucap doa serta mantra untuk menolak setan dan roh yang akan
mencelakakan, sedangkan wadima dan sedekah hanya terdiri dari kembangkembang yang di tempatkan di atas air dan bejana, kue-kue, dan makanan
sekedarnya.29 Jika dilihat dari sesajen yang digunakan oleh band Bathang Mayit
selalu menggunakan dupa atau kemenyan, maka sesajen tersebut tergolong
sebagai sesajen penulakan. Namun jika melihat sesajen yang digunakan lainnya
berupa bunga tabur, maka dapat digolongkan pula bahwa jenis sesajen Bathang
Mayit sebagai wadima atau sedekah.
Selain bunga tabur dan kemenyan atau dupa, daftar kebutuhan (ubarampe)
sesajen dalam aksi panggung band Bathang Mayit terdapat pula lilin dan
tengkorak kambing. Dengan adanya lilin dan tengkorak kambing ini maka sesajen
yang dipergunakan oleh Bathang Mayit bukan merupakan jenis sesajen yang
umum dipergunakan dalam ritus agami Jawi.30 Keberadaan lilin sendiri sering
29
Capt. R. P. Suyono, Dunia Mistik Orang Jawa: Roh, Ritual, Benda Magis (Yogyakarta:
Lkis, 2007), 131-132.
30
Lihat daftar sesajen dalam ritual orang Jawa melalui buku Wahyana Giri MC, Sajen dan
Ritual Orang Jawa (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2010), 18-137.
45
dijumpai dalam pertunjukan musik Black Metal di seluruh dunia. Begitu pula
halnya dengan tengkorak atau kepala kambing sebagai atribut yang umum dipakai
band-band beraliran musik Black Metal maupun Javanese Black Metal sebagai
simbol Dewa Baphomet.
46
hanya
dimaksudkan
sebagai
properti
panggung
guna
31
Arti Lambang Baphomet, http://fadli-posthardcore.blogspot.com/2011/10/arti-lambangbaphomet.html. Akses tanggal 26 Mei 2015; Setanisme, http://id.wikipedia.org/wiki/Setanisme.
Akses tanggal 26 Mei 2015; Bagus Tri Wahayu Utomo, Metode Etnografi Black Metal Jawa
(Studi Kasus Kelompok Musik Makam Surakarta), Skripsi untuk menempuh derajat Sarjana S-1
pada Program Studi Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta,
Surakarta, 2014, 73; Ann Wan Seng, Rahasia Black Metal. Membongkar Kesesatan, Kejahatan &
Kegilaan Pemuja Syaitan!, dalam Ed. Tim MQ Publishing, Membongkar Kesesatan Black Metal
(Bandung: MQ Publishing, 2007), 154.
47
simbol pernyataan diri mereka sebagai penganut kejawen, serta untuk mendukung
kesan mistis dan horor aliran musik yang diusungnamun sesajen dalam konteks
yang lebih luas menjadi tanda kesakralan yang tidak hanya terbatas pada
kebutuhan properti panggung semata.
b.
Saron
Selain
penggunaan
surjan
lurik
dan
sajen
untuk
menunjukkan
48
B. Aspek Musikal
1.
instrumen yang umum digunakan oleh band-band Black Metal. Instrumen pokok
dalam karya-karya band Bathang Mayit berupa gitar elektrik, gitar bass elektrik,
drum (tiga instrumen pokok dalam keluarga musik Heavy Metal32), dan vokal.
Band-band beraliran musik Black Metal dunia yang hanya menggunakan
instrumen-instrumen ini antara lain Venom (Inggris), Gorgoroth (Norwegia),
Mayhem (Norwegia), dan Darkthrone (Norwegia). Selain instrumen pokok
tersebut, pada saat live Bathang Mayit juga menggunakan saron, walaupun
penggunaannya masih belum maksimal. Selain itu, saron juga belum digunakan
ke dalam karya-karya lagu (sesi rekaman/recording) band Bathang Mayit.
Gitar elektrik dan gitar bass elektrik adalah pengembangan dari alat musik
gitar yang disesuaikan dengan kegunaan dalam penampilan combo band.33 Gitar
elektrik dan gitar bass elektrik adalah golongan alat musik yang sumber bunyinya
dihasilkan dari getaran dawai atau senar (chordophone). Gitar elektrik yang
digunakan oleh Sena adalah gitar costum yang tidak bermerek, yang mengadopsi
gitar merek Jackson King V 9234, walaupun bentuk V pada body gitar lebih mirip
bentuk gitar merek Flying V. Sena mengaku tidak selalu menggunakan jenis efek
gitar tertentu. Untuk keperluan pada saat live, Sena mengandalkan pengolahan
32
49
suara dari amplifier yang disediakan di atas panggung. Apabila kondisi amplifier
panggung tidak sesuai seperti apa yang diharapkan, Sena membawa efek gitar
dengan merek Line 6 POD X3.35
Teknik iringan gitar (rhythm guitar) pada lagu Kasembahan kagem Gusti
Ratu menggunakan progres akord berupa power chord, dengan picking (teknik
memetik senar menggunakan pick) berupa downstroke (pukulan ke bawah).
Power chord adalah akord (chord) yang hanya terdiri dari dua nada, yaitu nada
pertama atau nada dasar (tonika) dan nada kelima (dominan). Karakter suara
iringan gitar yang terdengar garang dalam lagu ini dihasilkan dari teknik palm
muting. Teknik palm muting adalah teknik untuk meredam getaran yang
35
50
Gambar 12. Contoh notasi teknik power chord (atas), palm muting (tengah),
dan sweep picking (bawah) dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu
Gambar 13. Posisi tangan kanan pada teknik gitar palm muting
(Foto Bathang Mayit)
36
37
2015.
51
Band Bathang Mayit pada saat live tidak menggunakan merek gitar bass
tertentu, penggunaan gitar bass disesuaikan dengan kebutuhan dari pemain
tambahan (additional player). Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu yang baru
direkam tahun 2013 (setelah formasi dua orang), dilakukan sendiri oleh Sena
menggunakan gitar bass elektrik custom menyerupai Sterling by Music Man
Ray34. Baik gitar elektrik dan gitar bass elektrik pada sesi rekaman menggunakan
efek gitar dengan merek Line 6 POD X3.38
Drum adalah jenis alat musik perkusi yang sumber bunyinya dihasilkan
dari
getaran
membran
yang
direntangkan
pada
landasan
berongga
Gambar 14. Contoh notasi teknik double bass drum pedal dengan not 1/16-an
dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu
38
Wawancara dengan Sena Sigit berupa chatting melalui facebook tanggal 15 Juni 2015,
diijinkan untuk dikutip.
39
Pono Banoe, 123.
52
Lirik yang disampaikan melalui vokal merupakan salah satu unsur penting
dalam sebuah musik (begitu juga dalam dunia musik populer). Melalui vokal
maka pesan dalam sebuah lagu akan lebih cepat ditangkap dan dicerna oleh
pendengar. Namun vokal dalam musik Black Metal, Death Metal, Brutal Death
Metal, Metalcore, dan beberapa aliran musik Metal ekstrem justru artikulasi
vokalnya sengaja dilafalkan secara samar atau kurang jelas. Beberapa teknik
vokal yang menghasilkan artikulasi ekstrem dalam musik Metal ekstrem antara
lain scream dan growl. Aliran musik Black Metal pada umumnya menggunakan
teknik vokal scream, namun mulai gelombang ketiga banyak juga band yang
memadukan teknik vokal growl seperti band Dimmu Borgir (Norwegia).
Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu cenderung menggunakan teknik
vokal scream exhale dengan gaya vokal resitatif. Scream adalah jenis teknik vokal
berteriak yang umum dipakai dalam aliran musik Black Metal. Teknik vokal ini
menghasilkan suara tinggi melengking dengan efek suara distorsi. Teknik vokal
scream dalam musik Black Metal dibagi menjadi dua teknik berdasarkan metode
pernafasannya yaitu teknik vokal scream inhale dan scream exhale. Scream
inhale adalah teknik vokal dengan ciri pernafasan menarik nafas dari luar ke
dalam dengan menekan otot-otot tenggorokan, menghasilkan distorsi yang lebih
berat daripada teknik exhale. Sedangkan exhale adalah kebalikan dari teknik
inhale, yaitu teknik menghembuskan nafas dari dalam tubuh keluar dengan
menekan otot-otot tenggorokan, karakter vokal yang dihasilkan lebih bervariasi
dari teknik vokal inhale.40 Gaya vokal dalam lagu ini menggunakan gaya resitatif,
40
53
yaitu gaya menyanyi yang mirip berbicara dengan tinggi nada tertentu.
Ritmenya sesuai dengan ritme suku kata dan urutan nada-nadanya lebih
cenderung pada repetisi nada tertentu.41
2.
Jawa. Dengan adanya penggunaan bahasa Jawa dalam tiap lagunya ini,
menimbulkan kejawaan dari karya-karya Bathang Mayit. Berikut adalah syair atau
lirik dari salah satu lagu Bathang Mayit yang berjudul Kasembahan kagem Gusti
Ratu:
Kasembahan kagem Gusti Ratu
Kasembahan kagem Kanjeng Gusti Ratu panguasaning segara kidul
Sampun cekap sesaji lelarungan
Pandonganing keslametan manungsa ing ndhuwur jagad
Sembah sinuwun kagem paringaning Gusti
Sendika dhawuh Gusti
Sembah sinuwun kagem paringaning Gusti Ratu
Pandonganing keslametan manungsa ing ndhuwur jagad
*Kunfayakun slamet rahayu sangga lingga
Araning menyan sekul pethak ganda arum
Minangka bektiku araning leluhur
Mugi Gusti maringi keslametan manungsa ing ndhuwur jagad
Supayaning manungsa kathah akehing ngibadhah
Sembah sujud dumateng Kanjeng Gusti
Kawula mangabdi dumateng Kanjeng Gusti Ratu
Mugi diparingi keslametan donya lan akherat
(diulang ke tanda*)
41
Dieter Mack, Ilmu Melodi (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1995), 147.
54
42
55
3.
a.
instrumental gender dan rebab berupa potongan lagon laras slendro pathet sanga.
Meskipun potongan lagon tersebut hanya terkesan sebagai tempelan (kolase)44,
namun potongan lagon ini adalah bagian dari karya lagu yang tidak bisa
dipisahkan, begitu pula yang terjadi pada saat live.45 Potongan lagon ini kurang
lebih dapat dilihat sebagai introduksi. Adanya tempelan potongan lagon
merupakan salah satu upaya untuk menampakkan kejawaan band Bathang Mayit
dalam salah satu lagunya. Di bawah ini adalah notasi keseluruhan lagon slendro
pathet sanga secara utuh yang ditulis menggunakan notasi kepatihan. Notasi yang
berada di antara garis dua adalah potongan lagon yang dimaksud.
-
.x.x.x5
x.x.x.x2
.1yt
.y1.
x.x5x.x6
.tew
x5x xj.x5x6x x5
x!x6x!x5
j.y1 j1yjty
111Gq
j.tjy1jytjy1 jytjy1te
43
[x5x x.x5x6
[j.1y1t
x!x6x!x5
x5x.x5x6]
.2..]
[x!x6x!x5
x!x6x!x5 ]_
www. [j.1y1t
x5x.x5x6]
.2..]
x5xj.x5x6x x5
.y1j1yt
56
x.x.x5x6
x.x!x6x5
x.x6x!x@
x.x!x.x@
x.x.x6x.
x@x.x.x!
x.x.x.x.
x.x.x.x6
x.x.x.x.
x.x.x.x!
x6x@x!x6
x.x.x.x5
x.x.x.x2
[x.x1x.x2]
x.x.x.x.
x2x3x2x.
x.x2x3x5
x.x.x.x.
x.x!x6x5 x.x.x1x2
x.x.x.x!
x6x5x.x.
x3x2x.x.
x.x.x.x5
x.x.x.x.
23..
...5
.ety
.ty1
.121
....
.6..
yy..
...1
..yt
...2
6555
....
...t
..ew
6.6.
x.x.x!x.
.6.6
x.x@x.x!
...1
.y1.
x.x.x.x.
.t.Gw
1... ty..
....
.1.Gy
[y.y.]
x.x2x.x.
....
x.x.x1x.
.y.y
x.x2x.x1
...q
x.x3x5x6
...y
x.x@x!x@ _
...gt _
2j2ky1222j23j2111j12jy1G11j121
j2k322j2kjy1222j322 _ j2k35j5k32j2k355
6!j!k6521j2k3221Gyyyjy1y
22j23j21j12jy1G11j121
21j2k322jyk1yt.twegt _
Tangga nada dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu menggunakan
tangga nada diatonis mayor dan pentatonis yang menyerupai laras pelog. Lagon
dengan laras slendro pathet sanga, nada berat dalam satu kalimat (gong) lazimnya
jatuh pada nada ji dan ma mendekati nada do dan sol (tonika dan dominan).
Tonika (nada pertama) dan dominan (nada kelima) bila dibunyikan bersamaan
akan membentuk akord 5 (power chord) sebagai akord yang digunakan dalam
57
lagu ini. Selain itu, laras slendro pathet sanga yang dalam satu kalimat nada
beratnya jatuh pada nada ji dan ma, mendekati nada nem dan lu pada laras pelog
pathet nem. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel pendekatan tangga nada
diatonis dengan laras pelog dan slendro:
Tabel Pendekatan Tangga Nada Diatonis
dengan Laras Pelog dan Slendro
Nada
Nama tangga nada
atau laras
Diatonis Mayor
Slendro Pathet Sanga
Pelog Pathet Nem
do
ji
nem
re
ro
mi
lu
ji
fa
ro
sol
ma
lu
la
nem
si
ma
Tabel 1. Tabel pendekatan tangga nada diatonis dengan laras pelog dan slendro
Maka dari itu, wajar apabila dalam lagu ini diawali potongan lagon yang
menggunakan laras slendro pathet sanga, sedangkan tangga nada yang digunakan
dalam lagu ini berupa tangga nada diatonis mayor dan pentatonis yang mendekati
laras pelog.
58
b.
46
Instrumen ditranskrip oleh Julian Meru Mastodon dan Raprika Bangkit, vokal
ditranskrip oleh Seta Dewa dan diedit oleh Julian Meru Mastodon.
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
4.
a.
Aspek Waktu
1) Tempo
Tempo adalah waktu atau kecepatan, kecepatan dalam ukuran langkah
tertentu.48 Untuk menunjukkan cepat atau lambatnya sebuah lagu yang dimainkan,
dalam musik digunakan tanda tempo. Tempo dalam musik ditentukan melalui
bantuan metronome (alat pengukur kecepatan tempo).
Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu memiliki dua tempo yaitu 120
ketukan per menit dan 240 ketukan per menit. Tempo dengan ketukan 120 per
menit tergolong sebagai tempo cepat (120 hingga 192 ketukan per menit) dan
ketukan 240 per menit tergolong di atas tempo cepat.49 Dalam lagu Kasembahan
kagem Gusti Ratu, tempo 120 terdapat pada birama ke-1 hingga 20, kemudian
temponya berubah menjadi 240 pada birama ke-21 hingga 68, setelah itu berubah
kembali ke tempo 120 pada birama ke-69 hingga 94, dan terakhir kembali lagi ke
tempo 240 pada birama 156 hingga berakhirnya lagu pada birama 183.
2) Pola Ritme
Ritme adalah derap atau langkah teratur.50 Ritme merupakan elemen
musikal yang berhubungan dengan waktu. Pola ritme dalam lagu Kasembahan
kagem Gusti Ratu dapat dibagi menjadi dua, yang pertama adalah pola ritme gitar
(rhythm guitar) dan gitar bass, yang mempunyai pola ritme sama, dan yang kedua
pola ritme drum.
47
Dianalisa oleh Julian Meru Mastodon dan dibantu oleh Dreeartika Adijoko Wicaksono.
Pono Banoe, 410.
49
George Thaddeus Jones, Music Theory (New York, Hagerstown, San Fransisco,
London: Barnes & Noble, 1974), 16.
50
Pono Banoe, 158.
48
71
a)
Pola ritme 1
Pola ritme 1 pada gitar dan gitar bass seperti yang terlihat di atas, dalam
lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-2 hingga 17, birama
ke-21 hingga 44, birama ke-95 hingga 118, dan birama ke-156 hingga 179.
-
Pola ritme 2
Pola ritme 2 pada gitar dan gitar bass seperti yang terlihat di atas, dalam
lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-45 hingga 68 dan
birama ke-119 hingga 142.
-
Pola ritme 3
Pola ritme 3 pada gitar dan gitar bass seperti yang terlihat di atas, dalam
lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-69 hingga 80,
birama ke-81 hingga 92 (khusus gitar 1 versi recording), dan birama ke-144
hingga 154.
-
Pola ritme 4
Pola ritme 4 pada gitar dan gitar bass seperti yang terlihat di atas, dalam
lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-81 hingga 92 (solo
gitar 1).
72
Pola ritme 1
Pola ritme 1 pada drum seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-2 hingga 17.
-
Pola ritme 2
Pola ritme 2 pada drum seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-21 hingga 44, birama ke95 hingga 118, dan birama ke-156 hingga 178.
-
Pola ritme 3
Pola ritme 3 pada drum seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-45 hingga 68 dan birama
ke-119 hingga 142.
-
Pola ritme 4
Pola ritme 4 pada drum seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-69 hingga 80 dan birama
ke-143 hingga 154.
73
Pola ritme 5
Pola ritme 5 pada drum tersebut, dalam lagu Kasembahan kagem Gusti
Ratu terdapat pada birama ke-81 hingga 88 dan birama ke-90 hingga 91.
3) Meter Lagu atau Sukat
Sukat dikenal sebagai tanda di dalam sebuah penulisan lagu atau karya
musik untuk mengetahui jumlah ketukan atau nilai nada. Ada berbagai macam
sukat yang sering dipergunakan di dalam sebuah lagu atau karya musik. Contoh
sukat di antaranya adalah 2/4 (di dalam satu birama terdapat dua ketuk nada
seperempat) dan 4/4 (di dalam satu birama terdapat empat ketuk nada
seperempat). Tanda sukat dalam istilah musik sering disebut sebagai time
signature.
Pada lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu menggunakan dua meter lagu
atau sukat, yaitu 4/4 dan 2/4. Dalam lagu ini secara keseluruhan menggunakan
sukat 4/4 yang terdapat pada hampir semua birama. Sedangkan sukat 2/4 hanya
terdapat pada satu birama saja, yaitu birama 155. Dalam sukat 2/4 tersebut,
terdapat variasi drum sebagai jembatan untuk menuju kembali ke sukat 4/4.
Variasi drum tersebut merupakan repetisi dari dua ketukan terakhir pada birama
sebelumnya (birama 154). Berikut adalah notasi yang dimaksud:
74
Gambar 15. Sukat 2/4 adalah repetisi dari 2 ketukan terakhir pada birama sebelumnya
Di dalam sukat terdapat istilah tesis dan arsis. Tesis adalah penyebutan
tekanan kuat atau berat suatu lagu, sedangkan arsis adalah tekanan lemah suatu
lagu. Tesis dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu jatuh pada ketukan
pertama, sedangkan arsis jatuh pada ketukan ketiga.
b.
Aspek Melodi
1) Nada Dasar (Pitch Center) dan Tangga Nada atau Skala (The Scale)
Nada dasar adalah nada pertama dalam urutan suatu tangga nada yang
menjadi nama tangga nada yang bersangkutan. Dalam lagu Kasembahan kagem
Gusti Ratu ini mempunyai dua nada dasar yaitu nada dasar F pada birama ke-2
hingga 20, kemudian mengalami modulasi (perubahan nada dasar) menjadi
bernada dasar C pada birama ke-21 hingga berakhirnya lagu pada birama 183.
75
Tangga nada adalah urutan nada yang disusun secara berjenjang.51 Tangga
nada dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu menggunakan tangga nada
pentatonis (lima nada) dan tangga nada diatonis (tujuh nada). Tangga nada
pentatonis yang digunakan adalah tangga nada F A Bes C E (do mi fa sol
si) yang terdapat pada birama ke-2 hingga 20. Kemudian ketika mengalami
modulasi pada birama selanjutnya, yaitu birama ke-21 hingga berakhirnya lagu
pada birama 183, tangga nada yang digunakan berubah menjadi C E F G A
B (do mi fa sol si). Nada 3 4 5 7 1 (mi fa sol si do) ini menyerupai atau
mendekati laras pelog, yaitu 1 2 3 5 6 (ji ro lu ma nem). Dengan adanya
tangga nada pentatonis yang mengadaptasi laras pelog ini, kemudian
menimbulkan kejawaan dalam karya lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu. Berikut
adalah gambar penjelasan mengenai tangga nada pentatonis dengan pendekatan
laras pelog:
Selain tangga nada pentatonis seperti yang telah dijelaskan di atas, dalam
lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu di bagian melodi gitar (solo gitar) pada
birama ke-81 hingga 94 menggunakan tangga nada diatonis, meskipun musik
iringan (rhythm guitar dan bass guitar) tetap menggunakan tangga nada
pentatonis. Hal ini yang kemudian menimbulkan keunikan tersendiri dalam lagu
51
76
Gambar 17. Notasi melodi gitar dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu (atas)
dan tangga nada diatonis mayor yang digunakan (bawah)
2) Wilayah Nada atau Register (Range) dan Jumlah Nada yang Digunakan
(Frequency of Notes)
Wilayah nada atau register adalah jangkauan atau wilayah tinggi-rendah
nada suatu instrumen atau suara (vokal) manusia. Pada lagu Kasembahan Gusti
Ratu dibagi dua wilayah nada, yaitu suara vokal dan suara instrumen yang terdiri
dari gitar dan gitar bass. Pentranskripan nada vokal pada lagu ini sebenarnya
dilakukan dengan pendekatan nada tertentu, karena nada yang digunakan lebih
77
cenderung datar dan sangat sulit ditentukan nadanya. Dengan demikian, register
vokal dalam lagu ini hanya berdasar perkiraan dari nada tertentu ke nada tertentu.
Wilayah nada pada gitar antara nada E3 hingga nada E7, sedangkan wilayah nada
pada gitar bass dari nada E2 hingga nada C4. Untuk wilayah nada pada vokal
berkisar antara nada B3 hingga nada G4. Dalam analisa ini, nada C4 sebagai nada
C tengah pada tuts piano.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa pembagian jumlah nada juga
dibagi dua, yaitu jumlah nada pada vokal dan jumlah nada pada dua intrumen
yang terdiri dari gitar dan gitar bass. Jumlah nada yang digunakan pada vokal
diperkirakan terdiri dari enam nada, yaitu nada B3, C4, D4, E4, F4, dan G4. Nada
E4 merupakan nada vokal yang paling sering digunakan, bahkan untuk
keseluruhan birama dalam lagu ini cenderung menggunakan nada E4. Nada yang
paling jarang digunakan adalah nada B3, yang hanya terdengar dua kali not -an
pada birama 119.
Nada yang digunakan pada gitar berjumlah tiga puluh dua nada, yang
terdiri dari nada E3, F3, G3, A3, Bes3, B3, C4, D4, E4, F4, G4, A4, B4, C5, D5,
E5, F5, G5, A5, B5, C6, D6, Dis6, E6, F6, Fis6, G6, A6, B6, C7, D7, dan E7.
Nada yang paling sering digunakan di hampir setiap birama adalah nada F3 dan
nada dengan jarak kelima (kwint) dari F3 yaitu C4. Nada F dan C yang
dibunyikan bersamaan akan membentuk akord F5 (power chord). Sedangkan
78
nada yang paling jarang digunakan adalah nada Dis6 dan Fis6 yang masingmasing hanya satu kali dibunyikan dalam not -an pada birama 90. Untuk
instrumen gitar bass, nada yang digunakan berjumlah sebelas nada, yang terdiri
dari nada E2, F2, G2, A2, Bes2, C3, E3, F3, G3, B3, dan C4. Jumlah nada yang
paling banyak digunakan adalah nada F2 yang terdapat di hampir semua birama,
sedangkan nada yang paling sedikit digunakan adalah nada C4, yang hanya terdiri
dari dua belas nada dalam not -an.
79
Pada lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu, dua nada yang membentuk
interval harmonik adalah nada yang membentuk akord 5 (power chord) yang
dihasilkan dari instrumen gitar yaitu pada nada C G, E B, F C, G D, A E,
dan Bes F. Dua nada yang dibunyikan bersamaan tersebut mempunyai interval
P5 (kwint murni atau perfect quint atau perfect fifth).
Interval melodik terdiri dari interval ascending (dari nada rendah ke nada
yang lebih tinggi) dan interval descending (dari nada tinggi ke nada yang lebih
rendah), maupun dua nada yang dibunyikan bergantian namun tidak mengalami
perpindahan nada atau tetap. Nada yang membentuk interval melodik terdapat
pada instrumen gitar bass, gitar 1 (lead guitar), dan vokal.
a)
M3 (terts besar atau major terza atau major third) yaitu nada C E, F A,
dan G B,
P4 (kwart murni atau perfect quart atau perfect fourth) yaitu nada G C,
80
Interval descending pada gitar bass dalam lagu Kasembahan kagem Gusti
Ratu terdiri dari:
-
M3 (terts besar atau major terza atau major third) yaitu nada E C, A F,
dan B G,
m3 (terts kecil atau minor terza atau minor third) yaitu nada G E,
P4 (kwart murni atau perfect quart atau perfect fourth) yaitu nada A E,
d5 (kwint diminish atau diminished quint atau diminished fifth) yaitu nada
Bes E.
Instrumen gitar bass dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu juga
terdapat dua nada yang dibunyikan bergantian dan tidak mengalami perpindahan
nada atau statis, yaitu nada C C, E E, F F, G G, dan B B, yang
mempunyai interval P1 (prim murni atau perfect prime atau perfect unison).
b) Interval Gitar 1
Interval ascending pada gitar 1 (lead guitar) dalam lagu Kasembahan
kagem Gusti Ratu terdiri dari:
-
81
M3 (terts besar atau major terza atau major third) yaitu nada C E, F A,
dan G B,
m3 (terts kecil atau minor terza atau minor third) yaitu nada E G, A C,
dan B D,
P4 (kwart murni atau perfect quart atau perfect fourth) yaitu nada C F, D
G, dan B E,
P5 (kwint murni atau perfect quint atau perfect fifth) yaitu nada C G, E
B, F C, dan B F,
M6 (sekt besar atau major sext atau major sixth) yaitu nada G E,
M7 (septim besar atau major septime atau major seventh) yaitu nada F E,
M10 (decim besar atau major decime atau major tenth) yaitu nada C E.
Interval descending pada gitar 1 (lead guitar) dalam lagu Kasembahan
M3 (terts besar atau major terza atau major third) yaitu nada E C, A F,
dan B G,
m3 (terts kecil atau minor terza atau minor third) yaitu nada C A, D B,
dan G E,
82
P4 (kwart murni atau perfect quart atau perfect fourth) yaitu nada D A,
E B, F C, dan G D,
M6 (sekt besar atau major sext atau major sixth) yaitu nada E G.
Selain interval yang telah disebutkan di atas, dalam lagu Kasembahan
kagem Gusti Ratu pada instrumen gitar 1 (lead guitar) juga terdapat dua nada
yang dibunyikan bergantian dan tidak mengalami perpindahan nada atau statis,
yaitu nada C C, D D, E E, G G, A A, B B, yang mempunyai interval
P1 (prim murni atau perrfect prime atau perfect unison).
c)
Interval Vokal
Vokal dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu lebih cenderung
83
84
4. Phrygian cadence adalah kadens dengan urutan akord IV6 V minor (sub
dominan dominan minor).55
Kadens dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu terdiri dari gerakan
akord V IV III (dominan sub dominan median), contohnya terdapat pada
birama ke-25 hingga 27, birama ke-47 hingga 49, dan birama ke-71 hingga 72.
Kadens dengan gerakan akord tersebut merupakan pola kadens non-konvensional
dalam teori musik. Maka dari itu, pola kadens dalam lagu Kasembahan kagem
Gusti Ratu adalah kadens yang tidak lazim. Selain itu, dalam kadens tersebut juga
tidak dapat disebut sebagai gerakan akord, karena hanya terdiri dari dua nada yang
dibunyikan bersamaan, yang kemudian membentuk akord 5 (power chord). Hal
ini yang kemudian menambah keunikan tersendiri dari lagu tersebut.
5) Formula Melodi (Melodic Formulas)
Formula melodi adalah nada-nada yang membentuk melodi. Melodi
sendiri adalah pembentuk rasa musikal pada suatu karya musik, yang di dalamnya
terdapat beberapa formula motif melodi pokok yang membentuknya. Motif adalah
unit terkecil dari suatu melodi, yang terdiri dari tiga nada atau lebih yang menjadi
ide pembentukan melodi.
Dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu formula melodi dibentuk dari
instrumen gitar 1 (lead guitar) dan vokal. Namun dalam analisa formula melodi
ini, hanya fokus menganalisa formula melodi yang dibentuk dari instrumen gitar
1, karena wilayah nada-nadanya jelas dan dapat ditentukan, daripada nada-nada
yang terdapat pada vokal. Berikut adalah motif-motif melodi pada gitar 1:
55
85
- Motif melodi 1:
Dari dua frase tersebut (contoh birama ke-69 hingga 74) akan membentuk sebuah
kalimat sebagai berikut:
86
- Motif melodi 2:
Motif melodi 2 pada gitar 1 seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama 81 (kecuali ketukan
terakhir). Kemudian dari motif tersebut terjadi pengembangan motif berupa isian
pada birama 81 (ketukan terakhir) hingga birama 84 (ketukan pertama). Berikut
adalah notasi yang dimaksud:
- Motif melodi 3:
Motif melodi 3 pada gitar 1 seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama 84. Dari motif tersebut,
kemudian terjadi pengembangan motif berupa sekuens naik pada birama 85 dan
86 sebagai berikut:
87
- Motif melodi 4:
Motif melodi 4 pada gitar 1 seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama 87. Dari motif tersebut,
kemudian terjadi pengembangan motif berupa sekuens turun pada birama 88 dan
89 sebagai berikut:
88
- Motif melodi 5:
Motif melodi 5 pada gitar 1 seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama 90 dan 91 (dua ketukan
pertama). Dari motif tersebut, kemudian terjadi pengembangan motif berupa isian
pada birama 91 (ketukan keempat) hingga birama 94. Berikut adalah notasi yang
dimaksud:
89
6) Kontur (Contour)
Kontur biasanya ditandai dengan menarik atau menggambar garis untuk
melihat sebuah alur melodi atau perjalanan melodi sebuah komposisi musik. Ada
beberapa jenis kontur antara lain:
1. Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnya naik dari nada rendah ke nada
yang lebih tinggi.
2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang tinggi
ke nada yang lebih rendah.
3. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang
rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah. Atau
sebaliknya dari nada yang tinggi ke nada yang lebih rendah kemudian
kembali ke nada yang lebih tinggi.
4. Teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga
dari nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian sejajar.
5. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap.56
Untuk mengetahui kontur melodi dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu
dapat dilihat melalui alur melodi pada vokal dan instrumen gitar 1 (lead guitar).
56
William P. Malm, Music Cultures of the Pacific, the Near East, and Asia (New Jersey:
Prentice Hall, Englewood Cliffs, 1977), 76.
90
a)
Jenis kontur pada notasi di atas merupakan jenis kontur statis, yaitu garis
melodi yang sifatnya tetap atau datar, seperti yang terlihat pada salah satu contoh
penggalan notasi vokal dari birama ke-69 hingga 82.
b) Kontur Melodi Gitar 1
- Kontur melodi 1:
Jenis kontur pada notasi di atas (birama ke-69 hingga 71) merupakan jenis
kontur pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada rendah
ke nada yang yang lebih tinggi, kemudian kembali ke nada rendah.
- Kontur melodi 2:
91
Notasi tersebut terdapat pada birama ke-81 hingga 89. Kontur melodi
tersebut menunjukkan jenis kontur pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya
melengkung dari nada yang rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke
nada rendah.
- Kontur melodi 3:
Notasi di atas terdapat pada birama ke-90 hingga 94, merupakan lanjutan
dari birama sebelumnya. Kontur melodi di atas menunjukkan jenis kontur
teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga dari
nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian sejajar.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aliran musik Black Metal yang lahir di Eropa pada awal 1980-an telah
mengalami perjalanannya yang panjang ke seluruh dunia, hingga salah satunya di
Indonesia. Banyak band beraliran musik Black Metal di Jawa berusaha
memadukan budaya Jawa ke dalam aliran musik Black Metal, baik dalam aspek
musikal dan non-musikal. Ide pencampuran ini digagas oleh band Makam asal
Surakarta sebagai salah satu pelopor Black Metal di Indonesia, yang lahir pada
tahun 1995. Kemudian Santet yang lahir pada tahun 1997 asal Purwokerto,
mempertegas dengan menyatakan dirinya beraliran musik Javanese Black Metal.
Penamaan istilah aliran musik Javanese Black Metal ini menunjukkan adanya
nuansa Jawa dalam musik Black Metal. Adapun beberapa band Black Metal yang
juga melakukan hal serupa (memadukan budaya Jawa ke dalam musik Black
Metal), tidak memproklamirkan diri sebagai pengusung aliran musik Javanese
Black Metal. Dari sekian banyak band yang ada, salah satunya adalah band
Bathang Mayit.
Bathang Mayit adalah band asal Borobudur Kabupaten Magelang Jawa
Tengah yang berdiri pada tahun 2007. Kejawaan band Bathang Mayit dalam
aspek musikal dan non-musikal tampak dalam beberapa unsur, di antaranya yaitu:
(1) unsur sistem teknologi dan peralatan berupa penggunaan surjan lurik sebagai
kostum, (2) unsur sistem religi berupa penggunaan sesajen sebagai properti
93
panggung, (3) unsur bahasa berupa penggunaan bahasa Jawa dalam lirik lagunya,
dan (4) unsur kesenian berupa penggunaan tangga nada pentatonis yang
mengadaptasi laras pelog, penempelan potongan lagon instrumental gender dan
rebab ke dalam salah satu lagunya yang berjudul Kasembahan kagem Gusti Ratu,
dan penggunaan saron yang difungsikan tidak hanya sebagai alat musik namun
sebagai properti panggung. Meskipun demikian, unsur-unsur seperti bahasa,
kesenian, sistem religi, dan sistem teknologi dan peralatan tersebut, ditujukan
sebagai hasil dari karya seni yang merupakan keperluan dari unsur kesenian saja.
Pencampuran budaya Jawa ke dalam musik Black Metal yang dilakukan
oleh band Bathang Mayit secara eksplisit terlihat sebagai pelestarian budaya
Jawa, namun sesungguhnya akan melahirkan budaya Jawa yang baru. Kekurang
pahaman makna simbol yang mereka gunakan salah satunya terlihat pada
pemakaian surjan sebagai kostum, bahwa surjan mengandung makna filosofis
keislaman yang akan menimbulkan kontradiksi terhadap tema aliran musik Black
Metal yang mengidentifikasi dirinya sebagai satanis, okultis, dan paganis.
Penggunaan sesajen yang terkesan mistis dan horor, yang hanya berfungsi sebagai
properti panggung, merupakan bagian dari keperluan publisitas yang hanya
sekedar gimmick. Upaya ini tidak lain hanya sebagai upaya pengidentitasan
kejawaan mereka, sebagai band Black Metal yang berusaha mencari ciri khas di
antara band Black Metal di seluruh dunia.
94
B. Saran
Apa yang dilakukan oleh band yang mengaku beraliran musik Javanese
Black Metal atau pun band yang tetap mengaku mengusung aliran musik Black
Metal dengan mencampurkan budaya Jawa ke dalam aspek musikal dan nonmusikalnya, sangat dimungkinkan akan terus dilakukan dengan segala
perkembangan kreatifitas para pelakukunya. Hal ini merupakan upaya yang sangat
menarik dan perlu dihargai untuk memunculkan potensi-potensi lokal Indonesia
ke dalam peta global. Namun seyogyanya diimbangi dengan pengetahuan yang
cukup terhadap budaya lokal yang akan diangkat, agar mampu menghasilkan
karya yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penelitian ini pada dasarnya masih sangat terbatas dengan kasus yang
hanya meliputi satu band saja, sehingga kesimpulan yang dibuat masih bersifat
sementara. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan menyangkut
permasalahan serupa, agar data yang diperoleh dapat digunakan untuk membuat
generalisasi. Selain itu, fenomena aliran musik Javanese Black Metal dan
berbagai aliran musik Metal ekstrem di komunitas-komunitas Metal Underground
di Indonesia merupakan area kajian yang menarik untuk dipelajari lebih jauh oleh
peneliti dari berbagai disiplin ilmu, dimana literatur terhadap musik Metal di
Indonesia juga masih sangat terbatas. Literatur-literatur tersebut nantinya,
seyogyanya tidak hanya berada di dalam perpustakaan dan berhenti untuk
diinformasikan kepada khalayak umum, khususnya para pelaku dan penikmat
musik Metal di Indonesia. Dengan demikian literatur-literatur tersebut mampu
menstimulus karya-karya para pelaku selanjutnya.
KEPUSTAKAAN
Sumber Tercetak
Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.
Condronegoro, Mari S. 1995. Busana Adat Kraton Yogyakarta (1877-1937) :
Makna dan Fungsi Dalam Berbagai Upacara. Yogyakarta: Yayasan
Pustaka Nusatama.
Denzim, Noorman K. dan Yvonna S. Lincoln (ed). 2009. Hanbook of Qualitative
Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Endraswara, Suwardi. 2006. Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme, dan
Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa, Edisi Revisi. Yogyakarta: Narasi.
Geertz, Clifford. 2014. Agama Jawa : Abangan, Santri, Priyayi dalam
Kebudayaan Jawa, Terj. Aswab Mahasin dan Bur Rasuanto. Depok:
Komunitas Bambu.
Giri MC, Wahyana. 2010. Sajen dan Ritual Orang Jawa. Yogyakarta: Penerbit
Narasi.
Herusatoto, Budiono. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Jones, George Thaddeus. 1974. Music Theory. New York, Hagerstown, San
Fransisco, London: Barnes & Noble.
Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan. Jakarta: P.T.
Gramedia.
______________. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Mack, Dieter. 1995. Ilmu Melodi. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
Malm, William P.. 1977. Music Cultures of the Pacific, the Near East, and Asia.
New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Nettl, Bruno. 2012. Teori dan Metode dalam Etnomusikologi, Terj. Nathalian
H.P.D. Putra. Jayapura: Jayapura Center of Music.
Philips, William dan Brian Cogan. 2009. Encyclopedia of Heavy Metal Music.
Amerika Serikat: Greenwood Publishing Press.
Prier SJ, Karl-Elmund. 1996. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik
Liturgi.
96
97
Sumber Internet
10 Kasus Kejahatan Terparah Yang Pernah Dilakukan Musisi Black Metal.
http://area-frontal.com/10-kasus-kejahatan-terparah-yang-pernahdilakukan-musisi-black-metal-part-i/. Akses tanggal 5 Juni 2015.
Arti Lambang Baphomet. http://fadli-posthardcore.blogspot.com/2011/10/artilambang-baphomet.html. Akses tanggal 26 Mei 2015.
Black Metal. http://metalisir.forumotion.net/t9-black-metal. Akses tanggal 17
September 2014.
Black Sabbath. http://en.wikipedia.org/wiki/Black_Sabbath. Akses tanggal 3 Juni
2015.
98
Unduh
bulan
http://pamfleteventmetal.blogspot.com/2011/10/borobudur-total-bising-3.html.
Unduh bulan Desember 2014.
http://sakietdjiwa.blogspot.com/2011/06/hellscum-community-presentsemarang.html. Unduh bulan Desember 2014.
http://www.acara-acara.com/events/801#.VH4iTzGsUbh. Unduh bulan Desember
2014.
http://www.reverbnation.com/bathangmayit. Unduh tanggal 29 Agustus 2014.
http://www.spirit-of-metal.com/index-l-en.html. Akses tanggal 12 September
2014.
https://commons.wikimedia.org. Akses tanggal 26 Mei 2015.
https://www.facebook.com/fadli.binasah/media_set?set=a.1225916742789.27620.
1675155251&type=3. Akses tanggal 4 Juni 2015.
99
https://www.facebook.com/pages/Bathang-Mayit-Javanese-Blackmetal/177284209372?sk=info&tab=page_info.
Akses
tanggal
Desember 2014.
29
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=525583284129691&set=pb.10000034
0734332.-2207520000.1437918452.&type=3&theater. Akses tanggal 26
Juli 2014.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=748205988534085&set=pb.10000034
0734332.-2207520000.1437918452.&type=3&theater. Akses tanggal 26
Juli 2014.
https://www.facebook.com/SANTETtrueJavaneseBlackMetal/timeline.
tanggal 20 Desember 2014.
Akses
100
Akses
Bondowoso:
https://www.facebook.com/pages/Bondowoso-Comal-JavaneseBlack-Metal/103885326377739?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Brhobosan:
https://www.facebook.com/brhobosan?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Condromowo:
https://web.facebook.com/CONDROMOWO.Javanesse.Black.Metal.
tanggal 4 Juni 2015.
Akses
Jolo Sukmo:
https://www.facebook.com/pages/JOLO-SUKMO/291090904343270?fref=ts.
Akses tanggal 20 Desember 2014.
Kamar Mayat:
https://www.facebook.com/pages/Kamar-MayatGothicmetal/145901512134173?ref=ts&fref=ts.
Desember 2014.
Akses
tanggal
Karasan Wingit:
https://www.facebook.com/KarasanWingitJavaneseblackmetal?fref=ts.
tanggal 20 Desember 2014.
20
Akses
Kembang Mayat:
https://www.facebook.com/pages/Kembang-Mayat-Madiun-Javanese-BlackMetal/222112231271516?ref=br_rs. Akses tanggal 20 Desember 2014.
101
Kepaten:
https://web.facebook.com/KEPATEN.JavaneseBlackMetal. Akses tanggal 4 Juni
2015.
Kodrat Bergowong:
https://www.facebook.com/KodratBergowongTrenggalekJavaneseGothicBlackMe
tal?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Mayonggo Seto:
https://www.facebook.com/pages/Mayonggo-Seto/370988376267000?fref=ts.
Akses tanggal 20 Desember 2014.
Mbahurekso:
https://www.facebook.com/pages/Mbahurekso-Javanese-Blackmetal/244740315628209?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Mendiang Romo:
https://web.facebook.com/pages/MENDIANGROMO/238853006171773?ref=br_rs. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Pandhowo:
https://www.facebook.com/pages/Pandhowo/135802279827877?fref=ts.
tanggal 20 Desember 2014.
Akses
Parewangan:
https://web.facebook.com/pages/Parewangan-Javanese-BlackMetal/354977794587622?ref=br_rs. Akses tanggal 4 Juni 2015.
Patigeni:
https://www.facebook.com/patigeni666?ref=ts&fref=ts.
Desember 2014.
Akses
tanggal
20
Patigeni 666:
https://www.facebook.com/pages/PATIGENI-666/255221847143?fref=ts. Akses
tanggal 20 Desember 2014.
Pesanggahan Sakral:
https://www.facebook.com/pages/PESANGGRAHANSAKRAL/202188839799958. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Santet:
https://web.facebook.com/SANTETtrueJavaneseBlackMetal?fref=ts.
tanggal 20 Desember 2014.
Akses
102
Sarcophagus:
https://www.facebook.com/pages/SARCOPHAGUS-Extreme-javanese-BlackMetal-/176307125789319?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Sedho:
https://www.facebook.com/pages/SEDHO-extreme-javanese-blackmetal/200735289997972?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Semi Mortuus:
https://www.facebook.com/pages/SemiMortuus-Surabaya-Javanese-BlackMetal/145003678946889?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Siramandalem Legion:
https://www.facebook.com/pages/SiramandalemLegion/287042917992678?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Sukmo Sirno:
https://www.facebook.com/P.S.N.B.S?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Tahlilan:
https://www.facebook.com/pages/TAHLILAN/247521171999549?fref=ts. Akses
tanggal 20 Desember 2014.
Sumber Film
Aaron Aites dan Audrey Ewell. 2009. Until The Light Takes Us. Amerika Serikat:
Artists Public Domain, Field Pictures, The Group Entertainment.
103
DISKOGRAFI
Kasembahan kagem Gusti Ratu, Bathang Mayit, album kompilasi acara
Wonosobo Hellfest IV (Tak Entengke Patiku Tinimbang Aku Kalah),
Wonosobo: Wonosobo Underground Society Undergrind Merch, 2013.
104
GLOSARIUM
additional player
agami Jawi
amplifier
Arranger
baju pranakan
Band
blog
chordophone
corpsepaint
costum
Death Metal
Doom Metal
105
downstroke
gimmick
Glam Rock
:
:
Gothic Metal
Grindcore
growl
headbanging
Heavy Metal
lagon
lead guitar
lelembut
:
:
106
live
membranophone
merchandise
Metal
Metalheads
metronome
nembang
Nordik
okultisme
paganisme
palm muting
pathet
picking
pocongan
power chord
recording
reverbnation
rhythm guitar
Rock
rocker
rockstar
satanisme
: secara langsung
: golongan alat musik yang sumber bunyinya
dihasilkan dari membran atau selaput kulit
: barang dagangan, souvenir
: jenis musik keras melebihi karakter Rock
: penikmat atau penggemar musik Metal
: alat pengukur kecepatan tempo
: bernyanyi, identik dengan teknik vokal karawitan
Jawa
: kepercayaan masyarakat Eropa Utara (negara
Denmark, Norwegia, Islandia, dan Swedia)
sebelum kedatangan agama Kristen
: kepercayaan kepada kekuatan gaib yang dapat
dikuasai manusia, kajian tentang kekuatan gaib
: perihal (keadaan) tidak beragama, paham pada
masa sebelum adanya (datangnya, masuknya)
agama (Kristen, Islam, dan sebagainya)
: teknik bermain gitar untuk meredam getaran yang
dihasilkan oleh senar dengan menggunakan sisi
telapak tangan kanan
: susunan nada dalam suatu laras yang dapat
menimbulkan nuansa tertentu, istilah dalam
karawitan Jawa
cara memetik senar pada gitar menggunakan pick
(alat pemetik senar)
: hantu pocong, hantu dengan wujud manusia
terbungkus kain kavan layaknya orang meninggal
(jenazah) dalam agama Islam
: akord yang hanya terdiri dari dua nada yaitu nada
pertama atau nada dasar (tonika) dan nada kelima
(dominan)
: rekaman, merekam audio
: salah satu situs di dunia internet yang bisa
menampung data audio, dan biasanya digunakan
untuk kegiatan promosi karya musik
: gitar pengiring
: jenis karakter musik keras yang menghentakhentak, berkembang dari aliran musik Rock n Roll
dan juga terpengaruh oleh musik Blues
: penikmat atau penggemar musik Rock
: musisi atau bintang musik Rock yang sangat
dikagumi
: aliran kepercayaan yang menjadi pengikut atau
penyembah setan. Mereka menolak agama dan
biasanya dalam ajarannya melaksanakan hal-hal
yang mengandung kontradiksi dengan agama
107
scene
scream
selametan
shrieking
sound control
spike
sweep picking
Trash Metal
underground
108
LAMPIRAN
Penulis bersama personil dan manajer band Bathang Mayit seusai wawancara
(Foto Adib Yayuda, 26 November 2014)
Unit komputer yang digunakan untuk rekaman (recording) band Bathang Mayit
(Foto Julian Meru Mastodon, 11 Desember 2014)
109
Beberapa poster acara yang pernah diikuti oleh band Bathang Mayit
(Foto dikumpulkan dari berbagai sumber)
Biodata Penulis
- Nama lengkap
- Jenis kelamin
- Tempat dan tanggal lahir
- Alamat
- Nomer HP
- Email
- Facebook
- Pekerjaan
Riwayat Pendidikan
- SD PIRI Nitikan, Yogyakarta (1994-1995)
- SD Negeri Nogosari, Jetis Bantul (1995-2000)
- SMP Negeri 10 Yogyakarta (2000-2004)
- SMK Negeri 2 Kasihan Bantul (Sekolah Menengah Musik Yogyakarta), mayor Contra
Bass (2004-2005), mayor Cello (2005-2006)
- SMA Budi Luhur, Yogyakarta (2006-2007)
- Program Studi S-1 Etnomusikologi Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan
(FSP) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta (2008-2015)