Anda di halaman 1dari 129

ALIRAN MUSIK JAVANESE BLACK METAL

(STUDI KASUS BAND BATHANG MAYIT BOROBUDUR MAGELANG)

Oleh

Julian Meru Mastodon


0810326015

TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 ETNOMUSIKOLOGI


JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2015

ALIRAN MUSIK JAVANESE BLACK METAL


(STUDI KASUS BAND BATHANG MAYIT BOROBUDUR MAGELANG)

Oleh

Julian Meru Mastodon


0810326015

Tugas Akhir ini Diajukan Kepada Dewan Penguji


Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menempuh Gelar Sarjana S-1
dalam Bidang Etnomusikologi
2015

ii

MOTTO

Jika hanya terbiasa melihat dalam terang,


maka akan sulit melihat dalam gelap.
Namun jika terbiasa melihat dalam gelap,
maka akan semakin mudah melihat dalam terang.
(Julian Meru Mastodon)

Sura dira jayaningrat, lebur dening pangastuti.


(Rangga Warsita)

Karya Tulis ini dipersembahkan kepada

Metalheads
di seluruh penjuru dunia

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan sembah sujud kepada Gusti Allah Ingkang Maha Kuwaos
karena limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas
Akhir berupa skripsi yang berjudul Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi
Kasus Band Bathang Mayit Borobudur Magelang), guna mencapai gelar sarjana
S-1 di Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia
Yogyakarta.
Penulis merasa perlu mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dengan segenap
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Dosen

pembimbing

satu

sekaligus

sebagai

Ketua

Jurusan

Etnomusikologi FSP ISI Yogyakarta Drs. Haryanto, M. Ed. atas


bimbingan dan dukungan terhadap penulis untuk memilih obyek ini
sebagai skripsi.
2.

Dosen pembimbing dua Dr. Aris Wahyudi, S. Sn., M. Hum. yang


selalu sabar membimbing dan memberi motivasi, serta berbagi
ilmunya yang sangat bermanfaat bagi penulis untuk dikemudian hari.

3.

Sekretaris Jurusan Etnomusikologi FSP ISI Yogyakarta Warsana, S.


Sn., M. Sn. yang telah memfasilitasi jalannya ujian pendadaran Tugas
Akhir ini.

4.

Dosen wali Drs. Sukotjo, M. Hum. yang selalu sabar membimbing


penulis dalam belajar selama masa studi.

vii

5.

Dosen penguji ahli Dr. I Wayan Senen, M. Hum. yang telah


memberikan banyak masukan dan pandangan dalam skripsi ini.

6.

Kedua orang tua R. M. Soekartono dan R. Ngt. Sarjinah yang telah


mendukung baik moril, materiil, dan doa kepada penulis selama
menempuh masa studi.

7.

Saudara kandung sekaligus sebagai orang tua asuh Rr. Anystia Inang
Wulan yang telah mendukung baik moril, materiil, dan doa kepada
penulis selama menempuh masa studi.

8.

Saudara kandung Rr. Mersawati Kusumastuti dan R. Khristyawan


Bemi Chandra, serta kakak ipar Mas Tri Laksono, yang telah
membantu banyak hal yang tidak terhitung selama masa studi penulis.
Kedua keponakan Kika dan Yaya yang telah hadir di sela-sela
penyusunan skripsi ini dengan kelucuan dan keributannya. Tidak lupa
juga untuk saudara angkat Almarhum Amir Urip Alit Sembodo yang
menginspirasi penulis ke jalur seni sebagai pilihan hidup.

9.

Teman-teman yang terlibat atau bersinggungan secara langsung


membantu penulis menyelesaikan skripsi ini: Dreeartika Adijoko
Wicaksono, Raprika Bangkit, Seta Dewa, dan Anggit Wirasta. Tanpa
bantuan Anda semua, skripsi ini tidak akan pernah terwujud.

10. Tidak lupa juga kepada teman-teman dan orang-orang yang membantu
skripsi ini dalam wujud yang lain: keluarga Dreeartika Adijoko
Wicaksono, Bangkit Yudha P., Bambang Minarno alias Mas Minar,
Farit Usada, Rusdi alias Day, Setya RKJ, Gigih Alfajar Novra

viii

Wulanda, Adib Yayuda, Okky Hendra Permana, Arindra Kristiaji,


Brian Trinanda Kusuma Adi, Muhammad Akbar Fadlillah, Mas Adil,
R. M. Sumartono, Roni Driastoto, Mbak Eli Irawati, Barep Chandra,
Aris Setyawan, Gandhi Eka, Agni Tirta, Mas Deswin Hardyanto (ISI
Surakarta), Mas Widardiyanto Kurnia Fachruddin (ISI Surakarta), dan
Mas Bagus Tri Wahyu Utomo (ISI Surakarta). Tanpa bantuan Anda
semua, skripsi ini juga tidak akan pernah terwujud.
11. Teman-teman Bathang Mayit: Fadly Aditya Benhard alias Mas
Gambaz, Mas Sena Sigit, dan Mbak Rahma Hilda Amonnisa yang
telah meluangkan waktunya bersedia menjadi nara sumber dan obyek
penelitian dalam skripsi ini.
12. Teman-teman Komunitas Nunut Ngeyup maupun penghuni belakang
rektorat lama, BLM, dan BEM ISI Yogyakarta.
13. Teman-teman kelompok musik Bob Sponge, Mendadak Keroncong,
Nunut Ngeyup Tembang Dolanan, Confused, dan Ratman yang telah
berproses panjang tanpa mengenal lelah sampai kapanpun.
14. Teman-teman pendukung ujian instrumen bawaan yang tidak pernah
terlupakan.
15. Teman-teman satu angkatan 2008 se-ISI Yogyakarta yang mengatas
namakan intuISI dan teman-teman satu angkatan 2008 se-Jurusan
Etnomusikologi FSP ISI Yogyakarta yang tidak dapat disebutkan satupersatu.

ix

16. Keluarga besar Jurusan Etnomusikologi FSP ISI Yogyakarta (pada


khususnya) dan ISI Yogyakarta (pada umumnya) yang telah banyak
membantu penulis belajar dan berproses selama ini.
17. Segenap dosen dan karyawan di Jurusan Etnomusikologi FSP ISI
Yogyakarta yang telah banyak membantu penulis belajar dan
memfasilitasi selama masa studi.
18. Basirun alias Balunk Mayonggo Seto yang menginspirasi penulis
meneliti Black Metal, Mas Yuka Dian Narendra yang menginspirasi
penulis untuk mengkaji musik Metal, serta teman-teman Metalheads
di Surakarta dan Yogyakarta yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
19. Teman-teman seperjuangan dalam menempuh Tugas Akhir: Farit
Etnomusikologi 08, Anggit Karawitan 09, Ajar Patung 08, Usmanto
Kriya 08, Hera Ragil Karawitan 09, Ajik Gitar 08, dan Tommy Gitar
08 atas saling supportnya selama menempuh Tugas Akhir ini.
20. Teman-teman seperjuangan dalam menempuh Tugas Akhir di Jurusan
Etnomusikologi FSP ISI Yogyakarta: Gigih, Akbar, Panji, Antok
Nogho, Priyanto Adi, Sabri Arasyid, dan Alfin atas saling supportnya
waktu itu, walaupun kalian lulus lebih dulu. Sial.
21. Sahabat lama Maryanto sebagai partner dalam belajar gitar pertama
kali dan guru seni musik SMP N 10 Yogyakarta Bu Heni yang dulu
memberi jalan terang penulis hingga mengenal dan memilih musik
sebagai jalan hidup. Keduanya tidak akan pernah terlupakan.
22. Metalheads di seluruh penjuru dunia, salam \m/

Pada akhirnya penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan skripsi ini sebagai sumbangan informasi ilmiah dan literatur
kajian musik Metal di Indonesia, bahkan dunia.

Yogyakarta, 27 Juli 2015

Penulis

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

HALAMAN PENGAJUAN ...........................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................

iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................

iv

HALAMAN MOTTO ....................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................

vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................

vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

xv

DAFTAR TRANSKRIP NOTASI ................................................................

xvi

DAFTAR TANDA .......................................................................................... xviii


INTISARI .......................................................................................................

xix

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................

B. Rumusan Masalah...................................................................................

C. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan .................................................................................................

2. Manfaat ...............................................................................................

D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................

E. Landasan Teori .......................................................................................

F. Metodologi Penelitian .............................................................................

11

1. Pendekatan ..........................................................................................

11

2. Penentuan Obyek Penelitian .............................................................

12

3. Teknik Pengumpulan Data


a. Studi Pustaka ...................................................................................

12

b. Observasi .........................................................................................

13

c. Wawancara ......................................................................................

13

xii

d. Pentranskripan .................................................................................

14

e. Dokumentasi ....................................................................................

14

4. Analisis Data .......................................................................................

15

5. Kerangka Penulisan ...........................................................................

15

BAB II: ALIRAN MUSIK BLACK METAL, JAVANESE BLACK METAL,


DAN BAND BATHANG MAYIT
A. Sekilas Mengenai Black Metal ................................................................

16

B. Sekilas Kemunculan Black Metal di Indonesia dan


Javanese Black Metal di Jawa ................................................................

19

C. Band Bathang Mayit ...............................................................................

25

BAB III: KEJAWAAN BATHANG MAYIT SEBAGAI BAND BERALIRAN


MUSIK JAVANESE BLACK METAL ..........................................................

31

A. Aspek Non-Musikal
1. Riasan Wajah atau Corpsepaint ........................................................

32

2. Kostum ................................................................................................

34

3. Properti Panggung
a. Sesajen .............................................................................................

41

b. Saron ................................................................................................

47

B. Aspek Musikal
1. Instrumentasi dan Teknik Permainan dalam Lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu..........................................................

48

2. Syair atau Lirik Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu ...................

53

3. Transkrip Notasi Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu


a. Transkrip Notasi Gender dan Rebab ...............................................

55

b. Transkrip Notasi Vokal, Gitar, Gitar Bass, dan Drum ....................

58

4. Analisis Musik Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu


a. Aspek Waktu
1) Tempo ........................................................................................

70

2) Pola Ritme .................................................................................

70

xiii

a) Pola Ritme Gitar dan Gitar Bass..........................................

71

b) Pola Ritme Drum .................................................................

72

3) Meter Lagu atau Sukat ...............................................................

73

b. Aspek Melodi
1) Nada Dasar (Pitch Center) dan
Tangga Nada atau Skala (The Scale) .........................................

74

2) Wilayah Nada atau Register (Range) dan


Jumlah Nada yang Digunakan (Frequency of Notes) ...............

76

3) Jumlah Interval (Prevalent Interval) .........................................

78

a) Interval Gitar Bass ...............................................................

79

b) Interval Gitar 1.....................................................................

80

c) Interval Vokal ......................................................................

82

4) Pola Kadens (Cadence Patterns) ...............................................

83

5) Formula Melodi (Melodic Formulas) ........................................

84

6) Kontur (Contour) .......................................................................

89

a) Kontur Melodi Vokal ..........................................................

90

b) Kontur Melodi Gitar 1 .........................................................

90

BAB IV: PENUTUP


A. Kesimpulan ..............................................................................................

92

B. Saran ........................................................................................................

94

KEPUSTAKAAN ...........................................................................................

95

DAFTAR NARA SUMBER ..........................................................................

103

DISKOGRAFI ................................................................................................

103

GLOSARIUM.................................................................................................

104

LAMPIRAN ....................................................................................................

108

xiv

DAFTAR GAMBAR

1.

Kostum pocongan vokalis band Mayonggo Seto .....................................

2.

Logo band Bathang Mayit ........................................................................

25

3.

CD album kompilasi acara Wonosobo Hellfest IV


(Tak Entengke Patiku Tinimbang Aku Kalah) ..........................................

4.

28

Kaus produksi band Bathang Mayit bergambar wayang


bertuliskan aksara Jawa kasembahan kagem gusti ratu ........................

29

5.

Corpsepaint band Bathang Mayit .............................................................

33

6.

Kostum band Bathang Mayit mengenakan surjan lurik............................

35

7.

Kostum vokalis band Bathang Mayit........................................................

35

8.

Sesajen band Bathang Mayit.....................................................................

42

9.

Baphomet ..................................................................................................

45

10. Saron juga berfungsi sebagai pendukung properti panggung ...................

47

11. Gitar elektrik yang dipakai band Bathang Mayit ......................................

49

12. Contoh notasi teknik power chord, palm muting, dan sweep picking
dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu .............................................

50

13. Posisi tangan kanan pada teknik gitar palm muting ..................................

50

14. Contoh notasi teknik double bass drum pedal dengan not 1/16-an
dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu .............................................

51

15. Sukat 2/4 adalah repetisi dari 2 ketukan terakhir birama sebelumnya ......

74

16. Tangga nada pentatonis dengan pendekatan laras pelog ..........................

75

17. Notasi melodi gitar dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu
dan tangga nada diatonis mayor yang digunakan .....................................

76

18. Perkiraan nada yang digunakan pada vokal


dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu .............................................

77

19. Nada yang digunakan pada gitar


dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu .............................................

78

20. Nada yang digunakan pada gitar bass


dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu .............................................

xv

78

DAFTAR TRANSKRIP NOTASI

1.

Transkrip notasi gender .............................................................................

55

2.

Transkrip notasi rebab ...............................................................................

56

3.

Transkrip notasi vokal, gitar, gitar bass, dan drum ...................................

58

4.

Pola ritme gitar dan gitar bass: pola ritme 1 .............................................

71

5.

Pola ritme gitar dan gitar bass: pola ritme 2 .............................................

71

6.

Pola ritme gitar dan gitar bass: pola ritme 3 .............................................

71

7.

Pola ritme gitar dan gitar bass: pola ritme 4 .............................................

71

8.

Pola ritme drum: pola ritme 1 ...................................................................

72

9.

Pola ritme drum: pola ritme 2 ...................................................................

72

10. Pola ritme drum: pola ritme 3 ...................................................................

72

11. Pola ritme drum: pola ritme 4 ...................................................................

72

12. Pola ritme drum: pola ritme 5 ...................................................................

73

13. Formula melodi: motif melodi 1 ...............................................................

85

14. Pengembangan motif melodi 1 .................................................................

85

15. Frase (motif melodi 1 dan pengembangan)...............................................

85

16. Kalimat (gabungan frase) ..........................................................................

85

17. Formula melodi: motif melodi 2 ...............................................................

86

18. Pengembangan motif melodi 2..................................................................

86

19. Frase 1 (motif melodi 2 dan pengembangan)............................................

86

20. Formula melodi: motif melodi 3 ...............................................................

86

21. Pengembangan motif melodi 3 .................................................................

86

22. Frase 2 (motif melodi 3 dan pengembangan)............................................

87

23. Formula melodi: motif melodi 4 ...............................................................

87

24. Pengembangan motif melodi 4 .................................................................

87

25. Frase 3 (motif melodi 4 dan pengembangan)............................................

87

26. Formula melodi: motif melodi 5 ...............................................................

88

27. Pengembangan motif melodi 5 .................................................................

88

28. Frase 4 (motif melodi 5 dan pengembangan)............................................

88

xvi

29. Kalimat (gabungan frase 1, 2, 3, dan 4) ....................................................

88

30. Kontur melodi vokal .................................................................................

90

31. Kontur melodi gitar 1: kontur melodi 1 ....................................................

90

32. Kontur melodi gitar 1: kontur melodi 2 ....................................................

90

33. Kontur melodi gitar 1: kontur melodi 3 ....................................................

91

xvii

DAFTAR TANDA

Tanda notasi balok untuk instrumen drum:

Keterangan:
1.

Tanda untuk notasi hi-hat terbuka (open hi-hat)

2.

Tanda untuk notasi crash cymbal

3.

Tanda untuk notasi ride cymbal

4.

Tanda untuk notasi snare drum

5.

Tanda untuk notasi high-tom

6.

Tanda untuk notasi middle-tom

7.

Tanda untuk notasi floor-tom

8.

Tanda untuk notasi bass drum

Tanda notasi kepatihan untuk instrumen gender dan rebab:


G.

= tanda untuk notasi gong siyem

g.

= tanda untuk notasi gong ageng

[ ] = tanda repetisi (pengulangan)


_

= tanda potongan lagon

xviii

INTISARI

Aliran musik Black Metal yang lahir di Eropa pada awal 1980-an telah
mengalami perjalanannya yang panjang ke seluruh dunia, hingga salah satunya di
Indonesia yang muncul pada pertengahan 1990-an. Banyak band beraliran musik
Black Metal dalam komunitas-komunitas Metal Underground di Jawa berusaha
menunjukkan kejawaannya. Hal ini digagas oleh band Makam (Surakarta), yang
kemudian dipertegas oleh band Santet (Purwokerto) yang menyatakan dirinya
beraliran musik Javanese Black Metal. Aliran musik Javanese Black Metal
merupakan Black Metal dengan nuansa Jawa.
Penelitian dengan metode kualitatif dan pendekatan etnomusikologis ini
bertujuan untuk mengetahui kejawaan aliran musik Javanese Black Metal dalam
aspek musikal dan non-musikal, yang memfokuskan pada band Bathang Mayit
asal Borobudur Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
Dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kejawaan band Bathang Mayit
tampak dalam beberapa unsur yang meliputi bahasa, kesenian, sistem religi, dan
sistem teknologi dan peralatan. Meskipun pencampuran budaya Jawa ke dalam
musik Black Metal secara eksplisit terlihat sebagai pelestarian budaya, namun
sesungguhnya akan melahirkan budaya Jawa yang baru. Kekurang pahaman
makna simbol yang mereka gunakan salah satunya terlihat pada pemakaian surjan
sebagai kostum. Penggunaan sesajen yang terkesan mistis dan horor merupakan
bagian dari keperluan publisitas yang hanya sekedar gimmick. Upaya
pengidentitasan kejawaan ini untuk mencari ciri khas di antara band Black Metal
di seluruh dunia.
Kata kunci: Black Metal, budaya Jawa, Javanese Black Metal.

xix

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menyeramkan, mengerikan, dan menakutkan merupakan kesan pertama
kali yang ditangkap ketika melihat pertunjukan musik Black Metal. Awal
menyaksikan pertunjukan ini akan terbayang bahwa musik ini adalah musik cadas
hitam dan gelap yang berbau dengan hal-hal mistis, ritual, horor, setan,
kematian, alam kubur, pagan, dan anti-Kristus. Black Metal terkesan menawarkan
suguhan musik yang tidak lazim. Mungkin hal ini yang menyebabkan pertunjukan
musik tersebut sulit dijumpai di televisi dibandingkan dengan musik populer
lainnya. Pertunjukan musik Black Metal hanya bisa dijumpai di pergelaranpergelaran musik Rock atau Metal baik skala internasional, nasional, maupun
lokal.
Menyemburkan darah, menyembelih kelinci, menggotong tengkorak
binatang ke atas panggung, merupakan beberapa hal yang tidak asing dijumpai
dalam pertunjukan musik Black Metal. Dandanan dan cara berpenampilan bandband beraliran musik ini menggunakan jubah panjang lengkap dengan kerudung
kepala atau pakaian serba hitam dengan asesoris seperti spike, cincin, kalung,
gelang, dan lain-lain. Simbol seperti pentagram terbalik, angka 666, salib
terbalik, dan tengkorak kambing umum dipergunakan dalam atribut, asesoris,
gambar kaus, sampul album, merchandise, dan pernak-pernik lainnya. Selain itu
untuk menciptakan kesan mayat mereka menggunakan riasan wajah yang sering

disebut sebagai corpsepaint. Kesemuanya itu semakin menguatkan kesan horor


dalam aliran musik ini.
Hal-hal seperti di atas merupakan gambaran singkat mengenai Black
Metal yang umum di seluruh dunia, namun demikian terdapat perbedaan dengan
fenomena Black Metal dalam komunitas-komunitas Metal Underground di Jawa.
Para pelaku Black Metal di Jawa memadukan budaya Jawa dalam aksi panggung,
atribut, dan juga karya musiknya. Hal demikian sangat mungkin agar tampak
njawani dalam rangka mendapat pengakuan sebagai orang Jawa yang nge-Black
Metal. Pembakaran dupa atau kemenyan, menyebarkan bunga tabur, membawa
keranda mayat, membawa payung jenazah, merupakan beberapa aksi panggung
aliran musik Black Metal yang hanya bisa dijumpai di Jawa. Ada kesan
menggelitik di balik tampilannya yang seram. Vokalis band Mayonggo Seto
(Yogyakarta) dan Tahlilan (Tangerang) misalnya, lewat kostumnya menghadirkan
bentuk lelembut berupa pocongan.

Gambar 1. Kostum pocongan vokalis band Mayonggo Seto


(Foto Basirun alias Balunk vokalis Mayonggo Seto)

Berkenaan dengan aspek musikal, banyak band Black Metal yang ada di
Jawa berusaha memasukkan unsur tangga nada pentatonis menyerupai pelog dan
slendro ke dalam komposisi musiknya. Sebagian besar para pelaku memasukkan
syair bahasa Jawa, bahkan tidak sedikit yang menggunakan teknik vokal Jawa
(semacam nembang). Tidak hanya itu, pemakaian mantra-mantra kejawen sebagai
bagian dari syair lagu pun juga sering ditemukan di dalam karya-karya mereka.
Penggunaan nama-nama band pun terkesan menyeramkan dan
mengerikan, berhubungan dengan hal-hal mistik dan gaib di Jawa. Di antara
nama-nama band Black Metal kejawa-jawaan yang tumbuh dalam komunitas
musik Metal Underground yang tersebar di sepanjang Pulau Jawa ini antara lain
Makam (Surakarta), Santet (Purwokerto), Patigeni (Jakarta Utara), Kembang
Mayat (Madiun), Mayonggo Seto (Yogyakarta), Parewangan (Surabaya), Jolo
Sukmo (Tulungagung), dan Mbahurekso (Karanganyar). Komunitas musik Metal
Underground menyebut aliran musik ini sebagai Javanese Black Metal, namun
demikian beberapa band tidak mengakui dan tidak menerima penamaan aliran
musik Black Metal yang dipadukan dengan budaya Jawa ini sebagai Javanese
Black Metal.
Dari sekian band beraliran musik Javanese Black Metal di Jawa, salah
satunya adalah band Bathang Mayit asal Borobudur Kabupaten Magelang Jawa
Tengah. Bathang Mayit mempunyai keunikan tersendiri dari band-band beraliran
Javanese Black Metal lainnya. Dalam segi penampilan, Bathang Mayit
mengenakan kostum busana tradisional Jawa berupa baju surjan lurik dan kadang
dengan penambahan kelengkapan seperti blangkon atau iket/udeng, kain batik,

dan selop. Penggunaan surjan lurik pada setiap pementasan menjadi salah satu ciri
khas sekaligus daya tarik yang menonjol dari band tersebut. Tidak ketinggalan
seperti band-band beraliran musik Javanese Black Metal lainnya, Bathang Mayit
juga menaruh sajen di atas panggung. Contoh keunikan dalam bentuk musikal,
dapat didengar pada salah satu lagunya yang berjudul Kasembahan kagem Gusti
Ratu. Lagu ini diawali dengan permaianan instrumental rebab dan gender. Band
yang terdiri dari Fadly Aditya Benhard/Gambaz (vokal) dan Sena Sigit (gitar
elektrik) ini dengan tegas menyebut aliran musik mereka sebagai Javanese Black
Metal.1
Fenomena pencampuran budaya Jawa ke dalam Black Metal pada aliran
musik Javanese Black Metal ini sangat menarik untuk diteliti. Salah satunya
secara musikal adanya penggunaan tangga nada pentatonis (menyerupai pelog dan
slendro) ke dalam musik Black Metal yang bertangga nada diatonis. Fenomena
aliran musik ini bukanlah hal yang sederhana karena keduanya memiliki sifat dan
karakter yang berbeda. Selain itu dari perpaduan tersebut juga dihasilkan nuansa
musikal yang berbeda pula. Dalam penelitian ini, pembatasan satu obyek material
mengarah pada band Bathang Mayit sebagai studi kasus. Penelitian ini merupakan
tindak lanjut dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai aliran musik Black
Metal. Dari data yang dikumpulkan berupa buku, tesis maupun skripsi, sejauh ini
belum pernah ada yang fokus membahas tentang aliran musik Javanese Black
Metal.

Pernyataan ini dapat dikunjungi melalui facebook fans page (halaman penyuka facebook)
dari band Bathang Mayit dengan alamat: https://www.facebook.com/pages/Bathang-MayitJavanese-Black-metal/177284209372?sk=timeline&ref=page_internal. Akses tanggal 29 Agustus
2014.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah: bagaimana kejawaan Bathang Mayit sebagai band beraliran musik
Javanese Black Metal dalam aspek musikal dan non-musikal.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.

Tujuan
Secara langsung penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejawaan

Bathang Mayit sebagai band pengusung aliran musik Javanese Black Metal dalam
aspek musikal dan non-musikal. Dengan demikian akan terwakili untuk
mengetahui seperti apa dan bagaimana aliran musik Javanese Black Metal itu.
Secara tidak langsung penelitian ini juga akan memberikan sedikit-banyak
informasi megenai aliran musik Javanese Black Metal.

2.

Manfaat
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah kepada

para akademisi (khususnya para etnomusikolog) untuk melihat dengan tanpa


sebelah mata sebuah aliran musik Javanese Black Metal yang merupakan
perkembangan dari aliran musik Black Metal yang dianggap sebagai musik
pemberontakan dan musik yang tidak lazim, bahwa musik ini juga layak menjadi
bahan kajian ilmiah. Diharapkan pula sebagai bahan informasi secara umum untuk
masyarakat luas dan secara khusus untuk penggemar dan penikmat musik cadas
atau musik Metal ekstrem. Harapan besar penelitian ini juga ditujukan kepada

para pelaku Black Metal pada umumnya dan pelaku Javanese Black Metal pada
khususnya sebagai sumber yang mampu menstimulus karya-karya mereka
selanjutnya.

D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini akan menggunakan tesis dan skripsi sebagai
pendukung sumber tertulis atau acuan ilmiah. Tesis dan skripsi yang diperoleh
adalah penelitian mengenai Black Metal, namun dengan rumusan masalah dan
pembahasan yang sangat berbeda. Di samping belum adanya literatur buku
mengenai Black Metal di Indonesia, maka data yang terdapat dalam tesis dan
skripsi ini juga bisa berfungsi sebagai referensi dan acuan. Sumber-sumber
tersebut sebagai berikut:
Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, Retorika Visual pada Praktik
Representasi Hantu sebagai Simbol Identitas Komunitas Musik Underground di
Kota Surakarta, (Tesis Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, 2013). Tesis ini membahas bagaimana band Makam
dan Bandoso sebagai komunitas musik Black Metal di kota Surakarta yang
merepresentasikan hantu dan simbol identitas komunitas musik Black Metal
sebagai simbol visual dan simbol estetika identitas mereka. Walaupun obyeknya
hampir sama, namun terdapat perbedaan pembahasan dengan penelitian ini.
Dalam tesis ini membahas mengenai representasi hantu dalam Black Metal oleh
Makam dan Bandoso, sedangkan penelitian ini membahas mengenai kejawaan
Bathang Mayit sebagai band Javanese Black Metal. Maka dari itu, tesis ini

berfungsi sebagai batasan masalah, sekaligus sebagai sumber acuan yang sudah
dilakukan pada penelitian sebelumnya tentang aliran musik Black Metal.
Widardiyanto Kurnia Fachruddin, Drama Pencitraan Black Metal dalam
Konser, Produk Visual dan Jejaring Sosial (Studi Kasus pada Kelompok Musik
Bandoso, (Skripsi Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut
Seni Indonesia Surakarta, 2014). Skripsi ini merupakan suatu kajian untuk
mengetahui drama pencitraan yang dilakukan oleh band Bandoso yang
menggunakan citra Black Metal bernuansa horor, kejam, dan mengerikan untuk
dipresentasikan di panggung konser musik, produk visual, dan jejaring sosial.
Temuan dalam skripsi yang diperoleh melalui pendekatan teori dramaturgi ini,
menunjukkan bahwa kehidupan musik Black Metal Bandoso baik di depan
panggung (front stage) dan belakang panggung (back stage) layaknya sebuah
panggung sandiwara untuk kepentingan industri semata. Pembahasan yang
mengacu pada rumusan masalah skripsi ini sangat berbeda dengan pembahasan
yang mengacu pada rumusan masalah dalam penelitian ini. Dalam skripsi ini tidak
membicarakan aliran musik Javanese Black Metal, sehingga skripsi ini juga
berfungsi sebagai batasan masalah, sekaligus sebagai sumber acuan mengenai
aliran musik Black Metal.
Endarwati Kristiyani, Makna Ritual dalam Aliran Musik Band
Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali),
(Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi
Universitas Kristen Satya Wacana, 2013). Dalam skripsi ini membahas mengenai
keunikan yang dimiliki oleh band Siramandalem Legion asal Kabupaten Boyolali

Jawa Tengah yang beraliran musik Black Metal menggunakan ritual dalam aksi
panggung mereka. Skripsi yang menggunakan metode diskriptif-eksploratif ini
menggambarkan dan menjelaskan ritual yang dilakukan oleh band yang berasal
dari komunitas underground yang bernama Pengging Total Hitam (PTH), dari
ritual sebelum mereka tampil di atas panggung, di atas panggung, hingga selesai
tampil dari atas panggung. Ritual yang mereka lakukan untuk menjaga
kebudayaan lokal yang dikombinasikan dengan aliran musik Black Metal. Dalam
skripsi ini hanya membahas mengenai kajian ritual salah satu band beraliran
musik Black Metal saja. Tentu

sangat berbeda dengan pembahasan dalam

penelitian ini, yang membahas aliran musik Javanese Black Metal dalam aspek
musikal dan non-musikal. Kurang lebih sama seperti skripsi sebelumnya, maka
skripsi ini sangat membantu sebagai referensi maupun sumber acuan.
Bagus Tri Wahyu Utomo, Etnografi Black Metal Jawa (Studi Kasus
Kelompok Musik Makam Surakarta), (Skripsi Jurusan Etnomusikologi Fakultas
Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta, 2014). Skripsi ini
memfokuskan permasalahan kehidupan, ideologi, dan kekaryaan musik band
Makam di Surakarta sebagai penganut aliran musik Paganisme Black Metal
berdasarkan ideologinya berupa Kedjawen Pagan Front. Elemen musik tradisi
Jawa yang berpadu dengan musik Black Metal digunakan untuk mengungkapkan
karya-karya musiknya. Atas pendekatan tersebut pada akhirnya karya musik
Makam bercampur dengan sikap hegemoni dan interkulturasi untuk membuat citra
baru mengenai Black Metal Jawa. Skripsi ini tidak ditemukan penamaan istilah
aliran musik Javanese Black Metal, namun skripsi ini dibutuhkan sebagai acuan

mengenai fenomena pencampuran budaya Jawa ke dalam Black Metal, dimana


Makam merupakan salah satu band yang berpengaruh melahirkan aliran musik
Javanese Black Metal.

E. Landasan Teori
Untuk melihat kejawaan dari Bathang Mayit sebagai band beraliran musik
Javanese Black Metal, maka perlu diketahui unsur-unsur budaya Jawa dalam
aspek musikal dan non-musikal. Untuk itu diperlukan kerangka teori untuk
membedahnya. Menurut Koentjaraningrat yang dalam bukunya berjudul
Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan disebutkan tujuh unsur universal
kebudayaan. Namun sebelum mengetahui apa saja tujuh unsur universal
kebudayaan yang dimaksud, perlu diketahui bahwa budaya manusia mempunyai
paling sedikit tiga wujud:
1. Sebagai suatu kompleks dan ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, normanorma, peraturan dan sebagainya,
2. Sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat,
3. Sebagai benda-benda hasil karya manusia.2
Dari ketiga wujud kebudayaan tersebut jelas bahwa wujud pertama dan wujud
kedua merupakan buah dari akal dan budi manusia, sedangkan wujud yang ketiga
adalah buah dan karya manusia. Begitu halnya dengan band Bathang Mayit yang
mewujudkan ide-idenya menjadi karya lagu dan performa di atas panggung.
2

Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Yogyakarta: P.T.


Gramedia Pustaka Utama, 2000), 5-8.

10

Selanjutnya Koentjaraningrat menganalisa bahwa isi sebenarnya dari


budaya manusia yang terdiri dari tujuh unsur, disebutnya sebagai unsur-unsur
universal dari kebudayaan. Unsur-unsur universal tersebut merupakan isi dari
semua kebudayaan yang ada di dunia, yaitu: (1) sistem religi dan upacara
keagamaan, (2) sistem dan organisasi kemasyarakatan, (3) sistem pengetahuan,
(4) bahasa, (5) kesenian, (6) sistem mata pencaharian hidup, dan (7) sistem
teknologi dan peralatan.3
Setelah mengetahui kejawaan melalui unsur-unsur budaya Jawa dari band
Bathang Mayit, diperlukan pula kerangka teori untuk membahas aspek musikal
dari salah satu lagu band Bathang Mayit yang berjudul Kasembahan kagem Gusti
Ratu. Dalam penelitian ini, kerangka teori yang digunakan untuk menganalisa
lagu tersebut, mengacu pada buku Music Cultures of the Pacific, the Near East,
and Asia. Dasar analisis musik William P. Malm ini mencakup aspek waktu dan
aspek melodi. Aspek waktu meliputi: (1) tempo, (2) pola ritme, (3) meter lagu
atau sukat, sedangkan aspek melodi mencakup weighted scale yang meliputi: (1)
nada dasar (pitch center), (2) tangga nada atau skala (the scale), (3) wilayah nada
atau register (range), (4) jumlah nada yang digunakan (frequency of notes), (5)
jumlah interval (prevalent intervals), (6) pola kadens (cadence patterns), (7)
formula melodi (melodic formulas), dan (8) kontur (contour).4

Koentjaraningrat, 1-4.
William P. Malm. Music Cultures of the Pacific, the Near East, and Asia (New Jersey:
Prentice Hall, Englewood Cliffs, 1977), 3-4.
4

11

F. Metodologi Penelitian
Penelitian dengan judul Aliran Musik Javanese Black Metal (Studi Kasus
Band Bathang Mayit Borobudur Magelang) ini menggunakan metode kualitatif.
Metode penelitian kualitatif menurut Noorman K. Denzim dan Yvonna S. Lincoln
dalam buku Hanbook of Qualitative Research adalah:
...penelitian yang menggunakan banyak metode, pendekatan interpretif dan
naturalistik, mengamati obyeknya dalam latar alamiah, berusaha untuk
memaknai atau menginterpretasikan fenomena dari sudut pandang
masyarakatnya, melibatkan penggunaan berbagai mater empiris yang
diperoleh dari: studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi, cerita kehidupan,
interview, observasi, sejarah, interaksional, dan teks-teks visual, yang dapat
menggambarkan momen dan makna yang rutin dan problematik dalam
kehidupan individu.5

1.

Pendekatan
Pendekatan

dalam

penelitian

ini

menggunakan

pendekatan

etnomusikologis. Bruno Nettl mengatakan bahwa fokus seorang etnomusikolog


adalah musik sebagai bagian dari kebudayaan dan struktur musik. Tentunya cara
terbaik untuk memahami musik ialah mengetahui konteks budayanya karena
musik memiliki kaitan erat dengan aspek-aspek lain dalam suatu kebudayaan. 6
Secara substansial dalam pendekatan etnomusikologis bahwa tidak hanya faktor
musik itu sendiri yang dijadikan obyek material penelitian, akan tetapi mencakup
seluruh aspek budaya yang memiliki relevansi dengan musik tersebut. Dalam
penelitian ini selain bertujuan mengetahui bagaimana aspek musikal dari band
Bathang Mayit yang beraliran musik Javanese Black Metal, maka akan membahas

Noorman K. Denzim dan Yvonna S. Lincoln (ed), Hanbook of Qualitative Research


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 2.
6
Bruno Nettl. Teori dan Metode dalam Etnomusikologi, Terj. Nathalian H.P.D. Putra.
(Jayapura: Jayapura Center of Music, 2012), 262-263.

12

pula bagaimana kejawaan melalui unsur-unsur budaya Jawa dalam aliran musik
Black Metal, yang kemudian disebut sebagai aliran musik Javanese Black Metal.
Penelitian ini secara tidak langsung akan membahas pula aspek budaya Jawa
sebagai pembentuk aliran musik Javanese Black Metal.

2.

Penentuan Obyek Penelitian


Penelitian ini membahas mengenai kejawaan aliran musik Javanese Black

Metal dalam aspek musikal dan non-musikal melalui studi kasus band Bathang
Mayit asal Borobudur Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Bathang Mayit dipilih
sebagai salah satu band yang mempunyai keunikan tersendiri dalam segi
penampilan, kualitas audio yang bersih dan jernih dari lagu-lagunya, dan kualitas
dalam komposisi musiknya, yang mampu mewakili dari sekian banyak band yang
ada.

3.

Teknik Pengumpulan Data

a.

Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari data atau informasi dari

sumber tertulis dengan mencatat segala hal yang berkaitan dan relevan dengan
obyek penelitian. Cara ini dilakukan dengan mencari sumber tertulis seperti buku,
tesis, skripsi, artikel, maupun data dari internet (blog, media sosial, dan website)
baik yang sudah dipublikasikan maupun yang tidak atau belum dipublikasikan,
baik yang berupa hasil penelitian maupun yang bukan hasil penelitian, guna

13

memperkuat data dalam penelitian ini, karena masih minimnya data mengenai
musik Javanese Black Metal maupun Black Metal di Indonesia.
b.

Observasi
Teknik observasi diperlukan untuk mengamati obyek terhadap band

Bathang Mayit. Pengamatan yang dilakukan melalui hasil dokumentasi foto,


rekaman lagu, dan rekaman video yang diunggah di beberapa media sosial dan
situs internet. Pengamatan dilakukan dari bulan Juli hingga November 2014.
Selain itu, telah dilakukan jauh sebelumnya berupa observasi dari pertengahan
tahun 2013 untuk mengamati dan mengikuti secara langsung mengenai aliran
musik Javanese Black Metal dalam komunitas-komunitas musik Metal
Underground di Jawa (Jawa Tengah, Surakarta, dan Yogyakarta).
c.

Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap informan utama yaitu

personil dan manajer dari band Bathang Mayit. Teknik wawancara yang
dilakukan adalah teknik partisipan. Teknik ini diharapkan untuk mendapatkan
keaslian data yang didapatkan dari informan. Wawancara dilakukan melalui dua
tahap, yang pertama yaitu tahap wawancara bersama personil dan manajer band
Bathang Mayit pada tanggal 26 November 2014 di Puri Menoreh Hotel &
Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek Mungkid Magelang, dan
tahap yang kedua yaitu wawancara dengan masing-masing personil secara
mendalam. Bersama Fadly Aditya Benhard (alias Gambaz) pada tanggal 10
Desember 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM
5,5 Ngrajek Mungkid Magelang, sedangkan bersama Sena Sigit pada tanggal 11

14

Desember 2014 di rumahnya, Senden Bumiharjo Borobudur Magelang. Alat


untuk merekam audio pada saat wawancara langsung menggunakan alat digital
perekam audio dengan merek dan tipe Olympus VN-8500 PC. Selain itu
dilakukan pula wawancara secara tidak langsung, yaitu berupa obrolan (chatting)
melalui facebook bersama Gambaz pada tanggal 25 Desember 2014 dan bersama
Sena pada tanggal 15 Juni 2015.
d.

Pentranskripan
Semua hasil wawancara dengan nara sumber berupa rekaman audio,

kemudian ditranskrip ke bentuk tulisan di atas kertas. Hal ini untuk memudahkan
pengumpulan data. Pentranskripan juga dilakukan pada salah satu lagu band
Bathang Mayit yang berjudul Kasembahan kagem Gusti Ratu dalam bentuk notasi
balok yang nantinya akan dianalisa.
e.

Dokumentasi
Dokumentasi diperlukan untuk mempermudah dalam pengumpulan data

yang nantinya akan dianalisa. Dalam penelitian ini, peneliti hanya berkesempatan
mendokumentasikan dalam bentuk visual (foto), dokumentasi lainnya berupa
audio (rekaman lagu) dan audio visual (rekaman video konser), bahkan juga
dokumentasi visual (foto konser dan poster) dikumpulkan melalui dokumentasi
yang sudah ada dari koleksi pribadi band Bathang Mayit maupun yang telah
diunggah oleh Bathang Mayit dan pengunggah lain melalui internet (blog, media
sosial, dan website). Kamera foto yang digunakan untuk mendokumentasikan
menggunakan kamera dengan merek dan tipe Canon 60D dan Casio Exilim EXZS5.

15

4.

Analisis Data
Data dari penelitian yang terkumpul nantinya akan dipilah dan diolah

sedemikian rupa, kemudian data digolongkan sebagai data primer, data skunder,
dan data pendukung yang diperlukan. Selanjutnya data tersebut diatur, diurutkan,
dan diuraikan untuk dianalisa guna mengungkap kasus dalam penelitian ini.

5.

Kerangka Penulisan
Penelitian ini akan disusun sesuai dengan kerangka penulisan standar

karya ilmiah. Kerangka penulisannya sebagai berikut:


Bab I berupa pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,
dan metodologi penelitian.
Bab II berisi mengenai sekilas aliran musik Black Metal, sekilas
kemunculan Black Metal di Indonesia dan Javanese Black Metal di Jawa, dan
mengenai band Bathang Mayit.
Bab III berupa analisis kejawaan Bathang Mayit sebagai band beraliran
musik Javanese Black Metal dalam aspek musikal dan non-musikal.
Bab IV berupa penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari penelitian
ini.

BAB II
ALIRAN MUSIK BLACK METAL, JAVANESE BLACK METAL,
DAN BAND BATHANG MAYIT

A. Sekilas Mengenai Black Metal


Black Metal dalam pohon silsilah keluarga besar musik Heavy Metal
merupakan artikulasi yang paling ekstrem. Secara musikal Black Metal
mengeksplorasi kebisingan dan kecepatan yang brutal diwariskan oleh Trash
Metal. 1 Para vokalis band Black Metal menghadirkan suara setan dari neraka
dengan cara menjerit pada nada tinggi yang sering disebut sebagai scream.2 Tema
aliran musik ini mengidentifikasi dirinya dengan satanisme, okultisme, dan
paganisme.3
Secara historis penamaan aliran musik Black Metal diambil dari album
yang berjudul Black Metal yang dirilis tahun 1982 milik Venom, band asal
Inggris beraliran New Wave of British Heavy Metal (NWOBHM) dan Trash
Metal.4 Band ini memasukkan unsur-unsur yang berbau satanis, mistis, paganis,

Deena Wenstein, Heavy Metal: The Music and Its Subcultures (Cambridge: Da Capo
Press, 2000), 289, periksa juga Yuka Dian Narendara, Setan Bukan Satan. Mengintepretasikan
Satan dalam Black Metal dan Death Metal Indonesia, dalam Prossiding the 4th International
Conference on Indonesian Studies: Unity, Diversity and Future (Jakarta: Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012), 987.
2
Yuka Dian Narendara, 987-988.
3
Black Metal bertemakan satanisme dan okultisme oleh William Philips dan Brian Cogan,
sedangkan Black Metal bertemakan okultisme dan paganisme oleh Widardiyanto Kurnia
Fachruddin. William Philips dan Brian Cogan, Encyclopedia of Heavy Metal Music (Amerika
Serikat: Greenwood Press, 2009), 34; periksa juga Yuka Dian Narendara, 988; bandingkan
Widardiyanto Kurnia Fachruddin, Drama Pencitraan Black Metal dalam Konser, Produk Visual
dan Jejaring Sosial (Studi Kasus pada Kelompok Musik Bandoso), Skripsi untuk menempuh
derajat Sarjana S-1 Program Studi Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni
Indonesia Surakarta, Surakarta, 2014, 23.
4
William Philips dan Brian Cogan, 34; Yuka Dian Narendra, 988; Albertus Rusputranto
Ponco Anggoro. Retorika Visual pada Praktik Representasi Hantu Sebagai Simbol Identitas
Komunitas Musik Underground di Kota Surakarta, Tesis untuk menempuh derajat Sarjana S-2
pada Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2013,

17

dan horor ke dalam musik mereka dengan karakter sound yang kasar, gitar yang
bising, teknik vokal shrieking (jerit), dan tempo yang cepat. 5 Venom di dalam
musiknya membuat sebuah atmosfir yang lebih gelap dan seram daripada konsep
musik pendahulunya yaitu Black Sabbath6, band asal Inggris beraliran NWOBHM
atau yang lebih populer disebut Heavy Metal saja.7
Dari konsep musik Venom tersebut, akhirnya membuat album ini sukses
dan kemudian banyak bermunculan band-band lain yang mengusung aliran musik
seperti pada album itu. Sejarah awal kemunculan istilah Black Metal dan
pergerakan mula-mula musik underground ini disebut sebagai gelombang pertama
perkembangan musik Black Metal. Singkatnya Black Metal yang lahir dari janin
Heavy Metal dan terpengaruh dari Trash Metal ini menjadi virus baru di daratan
Eropa. Selain Venom, band-band yang seperti ini di awal 1980-an antara lain
Bathory (Swedia), King Diamond atau Mercyful Fate (Denmark), dan Celtic Frost
25; Bagus Tri Wahayu Utomo, Etnografi Black Metal Jawa (Studi Kasus Kelompok Musik
Makam Surakarta), Skripsi untuk menempuh derajat Sarjana S-1 pada Program Studi
Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta, Surakarta, 37-41;
Widardiyanto Kurnia Fachruddin, 23-24; Endarwati Kristiyani, Makna Ritual dalam Aliran
Musik Band Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali), Skripsi
untuk menempuh derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2013, 33; Syammil Izuddin Bin
Mohamed Yusoff, Fatwa Mufti Kerajaan Malaysia Tentang Aliran Black Metal, Skripsi untuk
menempuh derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010, 12.
5
Black Metal, http://metalisir.forumotion.net/t9-black-metal. Akses tanggal 17 September
2014; periksa juga Endarwati Kristiyani, 33; periksa juga Albertus Rusputranto Ponco Anggoro,
25.
6
Black Sabbath dianggap sebagai pencetus aliran musik Heavy Metal yang berdiri tahun
1968 dan mengeluarkan album pertamanya pada tahun 1970. Black Sabbath,
http://en.wikipedia.org/wiki/Black_Sabbath. Akses tanggal 4 Juni 2015; Mokhammad Zakky,
Sejarah
Musik
Heavy
Metal
dan
Jenis
Alirannya,
http://museummusik.blogspot.com/2014/05/sejarah-musik-metal.html. Akses tanggal 4 Juni 2015.
Sedangkan Heavy Metal adalah Rock dengan karakter kasar, keras menggelegar. Pono Banoe,
Kamus Musik (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 183.
7
Sana Fridh, Satan: The Perfect Man, A Symbol and Gender Analysis of Satanism in
Black Metal, Tesis untuk menempuh derajat Sarjana S-2 pada Program Social Anthropology
University of Gothenberg, Bachelor, 2010, 5; periksa juga Widardiyanto Kurnia Fachruddin, 2324.

18

atau Hellhammer (Switzerland).8 Keberadaan band-band tersebut dikenal sebagai


gelombang pertama invasi Black Metal di Eropa.
Band-band Black Metal gelombang pertama kemudian merasuki dan
menjiwai anak-anak muda di Skandinavia untuk memulai sesuatu yang lebih
ekstrem dengan penjiwaan paganis sesuai dengan kebudayaan nenek moyang
mereka sebagai bangsa Viking. Mereka juga melakukan perlawanan terhadap
kebudayaan Kristen yang dianggap bersalah dalam melakukan tekanan dan
peniadaan agama lokal mereka. Kemunculan gelombang keduanya di rentang
1980-an hingga 1990-an dan wilayah endemitnya paling banyak di Norwegia,
seperti band Darkthrone 9 , Burzum dan Mayhem. 10 ystein Aarseth (alias
Euronymous, gitaris Mayhem) dan Varg Vikernes (alias Count Grishnackh,
Burzum) membentuk pergerakan Black Metal di Norwegia dengan nama Inner
Circle (Black Circle) dengan jumlah kedua belas anggotanya termasuk Leif Gylve
Nagell (alias Fenriz dari Darkthrone). Black Circle inilah yang menentukan arah
pergerakan Black Metal di Norwegia, salah satunya pembakaran lebih dari 50
gereja yang terjadi pada tahun 1992-1996.11
Selepas munculnya gerakan Black Circle, timbul sorotan-sorotan negatif
yang salah satunya dari media massa terhadap aliran musik Black Metal.
8

Sejarah Black Metal, http://dzaoent.blogspot.com/p/sejarah-black-metal.html. Akses


tanggal 24 Desember 2014; periksa juga Endarwati Kristiyani, 33.
9
Darkthrone dengan lirik lagu-lagunya yang bertemakan paganisme, okultisme, setan, dan
anti agama ini pada akhirnya dianggap sebagai pionir Black Metal. Darkthrone,
http://up3x.net/darkthrone. Akses tanggal 4 Juni 2015; periksa juga Albertus Rusputranto Ponco
Anggoro, 27.
10
Widardiyanto Kurnia Fachruddin, 25; Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 26.
11
10 Kasus Kejahatan Terparah Yang Pernah Dilakukan Musisi Black Metal, http://areafrontal.com/10-kasus-kejahatan-terparah-yang-pernah-dilakukan-musisi-black-metal-part-i/. Akses
tanggal 5 Juni 2015; bandingkan Film Dokumenter karya Aaron Aites dan Audrey Ewell, Until
The Light Takes Us (Amerika Serikat: Artists Public Domain, Field Pictures, The Group
Entertainment, 2009).

19

Publisitas negatif ini kemudian memicu munculnya band-band baru yang


kualitasnya jauh lebih baik dibandingkan pendahulu-pendahulunya.12 Kemunculan
band-band baru seperti Dimmu Borgir (Norwegia), Gorgoroth (Norwegia), dan
Cradle of Filth (Inggris) menandai dimulainya gelombang Black Metal modern
(gelombang ketiga). Perkembangan secara musikal terlihat di antaranya pada
penggunaan efek-efek musik modern pada karya musiknya, misalnya penggunaan
synthesizer atau efek-efek digital lainnya. 13 Perkembangan musik Black Metal
modern ini terus merambah ke berbagai penjuru dunia.

B. Sekilas Kemunculan Black Metal di Indonesia dan Javanese Black Metal


di Jawa
Jauh sebelum aliran musik Black Metal muncul di Indonesia, diawali
dengan musik Rock yang tidak lepas dari sejarah kemunculan band Koes
Bersaudara pada tahun 1965 dan The Rollies yang beraliran Jazz Rock pada tahun
1967. 14 Kemudian pada tahun 1970-1980-an mulai bermunculan band-band
seperti Guruh Gipsy (Jakarta), God Bless (Jakarta), Gang Pegangsaan (Jakarta),
Giant Step (Bandung), Super Kid (Bandung), Trencem (Surakarta), Bentoel
(Malang), dan AKA/SAS (Surabaya). Pada 1970-an ini kemudian dikenal istilah
underground yang digunakan oleh majalah Aktuil (majalah musik dan gaya hidup
dari Bandung) untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras

12

Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 26.


Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 29.
14
Sejarah Musik Rock Indonesia, http://www.ipangrock.com/sejarah-musik-rockindonesia.html. Akses tanggal 3 Juni 2015; Periodesasi Sejarah Musik Rock Indonesia,
http://belajarsejarah.tumblr.com/post/74258125271/periodisasi-sejarah-musik-rock-indonesia.
Akses tanggal 3 Juni 2015.
13

20

dengan gaya yang lebih liar dan ekstrem pada jamannya, meskipun lagu-lagu
yang

mereka

mainkan

bukan

lagu-lagu

sendiri.

15

Mereka

ini

yang

memperkenalkan embrio musik Metal kepada masyarakat Indonesia sebelum


terjadi demam Trash Metal menjelang dekade akhir tahun 1980-an.
Ketika era 80-an di seluruh dunia sedang mengalami demam musik Thrash
Metal dengan band-band-nya yang populer pada saat itu antara lain Slayer,
Metallica, Exodus, Megadeth, Sepultura, dan lain-lain, di Indonesia lahir
komunitas-komunitas underground di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Bali yang berangkat dari jenis musik ini.
Komunitas Metal ekstrem di Jakarta pertama kali tampil di depan publik pada
awal tahun 1988.16
Albertus Rusputranto Ponco Anggoro dalam tesisnya menyebutkan bahwa
paruh dekade 1990-an di beberapa kota besar di Jawa-Bali digegerkan oleh
gerakan musik Metal Underground. Jenis-jenis musik Metal ekstrem yang saat itu
sangat digemari antara lain Death Metal, Brutal Death Metal, Grindcore, Black
Metal, Gothic Metal, dan Doom Metal. Bermunculan band-band yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari komunitas

Metal

Underground dunia yang menyebut diri anak Metal sebagai metalheads, untuk
membedakan dengan gerakan scene Rock Underground generasi sebelumnya
yang menyebut dirinya sebagai rocker.17 Hal ini juga senada diutarakan oleh Yuka
Dian Narendara bahwa Metal Underground Indonesia muncul dengan momentum
15

Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 35; http://www.ipangrock.com/sejarah-musikrock-indonesia.html. Akses tanggal 3 Juni 2015.
16
Sejarah Musik Rock Indonesia, http://www.ipangrock.com/sejarah-musik-rockindonesia.html. Akses tanggal 3 Juni 2015.
17
Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 32.

21

beralihnya Trash Metal ke Death Metal, Grindcore, dan Black Metal.18 Ditelusuri
dari tanggal berdirinya band Makam (Surakarta), Ritual Orchestra (Malang), dan
Hellgods (Bandung) pada tahun 199519, diidentifikasi bahwa mereka adalah pionir
kemunculan Black Metal di Indonesia.
Aliran musik Black Metal terus menjamur ke seluruh daerah di Indonesia,
begitu juga hidup subur dalam komunitas-komunitas Metal Underground di Jawa.
Perkembangan Black Metal di Jawa ini kemudian melahirkan fenomena
pencampuran budaya Jawa ke dalam musik Black Metal yang diperkirakan
diawali oleh band Makam asal Surakarta sejak masuknya Jiwo (alias Shiva
Ratriarkha) sebagai vokalis akhir bulan Desember 1995, yang kemudian berperan
banyak dalam perkembangan band ini. Bersama dengan Makam, Jiwo
menyuarakan gerakan paganisme Jawa dalam Black Metal. Sejak tahun 1998
Makam menjadikan paganisme Jawa sebagai visi mereka dengan menyebut
sebagai Kedjawen Pagan Front. 20 Dari gerakan Makam mengenai paganisme
Jawa ini kemudian bermunculan konsep pagan dalam Black Metal di Jawa Timur
seperti Doho Pagan Front, Jenggala Pagan Front dan Ujung Galuh Pagan
Front.21

18

Yuka Dian Narendra, 989


Tahun kemunculan/kelahiran band diperoleh melalui: http://www.spirit-ofmetal.com/index-l-en.html. Akses tanggal 12 September 2014.
20
Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 48-49.
Kejawen pagan dengan nilai spiritual kabuyutan hangajawi adalah persilangan serapan
spiritualitas yang mempunyai ciri perilaku animis, dinamis, menghormati keluhuran nenek
moyang, menghargai keseimbangan alam, dan bersinergi dengan kekuatan pendanyangan sebagai
penjaga alam beserta manifestasinya. Penggunaan istilah pagan sebenarnya semata-mata hanya
untuk melekatkan konsep spiritual kejawaan dengan kultur tema sub-genre music heavy metal
global. Usman Kalabintalu, Vorstendom, Katalog pameran artwork Black Metal Kedjawen
Pagan Front Bentara Budaya Balai Soedjatmoko Surakarta, 1-5 November 2014.
21
Albertus Rusputranto Ponco Anggoro, 42-43.
19

22

Hal yang dilakukan oleh band Makam kemudian meinginspirasi lahirnya


penyebutan aliran musik baru oleh band-band Black Metal di Jawa yaitu aliran
musik Javanese Black Metal, meskipun Makam sendiri tidak pernah menyatakan
bahwa nama aliran musik mereka sebagai Javanese Black Metal. Yuka Dian
Narendra menyebutkan bahwa aliran musik Javanese Black Metal lebih populer
disebut sebagai Kedjawen Black Metal 22 , namun dalam penelitian sejauh ini
belum ditemukan satu band sekali pun yang memproklamirkan beraliran
Kedjawen Black Metal. Para pelaku dengan bangga menyebut bahwa aliran musik
mereka sebagai Javanese Black Metal, begitu juga dengan para penikmat yang
berada di komunitas-komunitas musik Metal Underground yang lebih mengenal
dengan penamaan aliran musik Javanese Black Metal.
Penamaan aliran musik Javanese Black Metal diperkirakan dan sangat
dimungkinkan diawali oleh band Santet asal Purwokerto yang dirujuk dari
pernyataan dalam facebook fans page Santet:
p[P]ertama kali bernama s[S]antet saat manggung itu ya tgl[tanggal] 5
m[M]ei 1997..dengan mengusung lagu dari d[D]arkthrone dan ciptaan
sendiri...
Santet pertama kali dibentuk oleh sang leader[leader], Budi Blackustadz
bersama
Rudy
Hailstorm.
Di
kancah
scene[scene]
Underground[underground] Indonesia Santet menjadi lebih dikenal setelah
menunjukkan diri sebagai pembawa panji Javanese Black Metal[Javanese
Black Metal].23
Sangat dimungkinkan dari pernyataan tersebut kemudian diikuti oleh
band-band yang dengan bangga menyatakan bahwa Javanese Black Metal sebagai
aliran musik yang diusung. Beberapa di antaranya adalah Azab (Tangerang),
22

Yuka Dian Narendra, 993.


https://www.facebook.com/SANTETtrueJavaneseBlackMetal/timeline. Akses tanggal
29 Agustus 2014.
23

23

Sedho (Surabaya), Kodrat Bergowong (Trenggalek), Bondowoso (Pekalongan),


Pesanggrahan

Sakral

(Tulungagung),

Bolopati

(Boyolali),

Mbahurekso

(Karanganyar), Semi Mortuus (Surabaya), Sarcophagus (Sukoharjo), Mendiang


Romo (Tuban), Kembang Mayat (Madiun), Jolo Sukmo (Tulungagung),
Condromowo (Sukoharjo), Karasan Wingit (Banjar Baru, Kalimantan), Sukmo
Sirno (Surabaya), Pandhowo (Kediri), Patigeni (Jakarta Utara), Parewangan
(Surabaya), Kepaten (Surabaya), Bathang Mayit (Borobudur), dan masih banyak
lagi.24

24

Pernyataan bahwa band-band beraliran musik Javanese Black Metal ini dikutip dari
facebook fans page mereka masing-masing dengan jumlah di atas 1000 penyuka. Alamat facebook
fans page masing-masing band: Azab, https://www.facebook.com/pages/AZAB-Javanese-BlackMetal-/235491799837940?fref=ts.
Akses
tanggal
20
Desember
2014;
Sedho,
https://www.facebook.com/pages/SEDHO-extreme-javanese-blackmetal/200735289997972?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Kodrat Bergowong,
https://www.facebook.com/KodratBergowongTrenggalekJavaneseGothicBlackMetal?fref=ts.
Akses tanggal 20 Desember 2014; Bondowoso, https://www.facebook.com/pages/BondowosoComal-JavaneseBlack-Metal-/103885326377739?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014;
Pesanggahan
Sakral,
https://www.facebook.com/pages/PESANGGRAHANSAKRAL/202188839799958.
Akses
tanggal
20
Desember
2014;
Bolopati,
https://web.facebook.com/pages/Bolopati/1415948545309627?ref=br_rs. Akses tanggal 4 Juni
2015;
Mbahurekso,
https://www.facebook.com/pages/Mbahurekso-Javanese-Blackmetal/244740315628209?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Semi Mortuus,
https://www.facebook.com/pages/SemiMortuus-Surabaya-Javanese-BlackMetal/145003678946889?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Sarcophagus,
https://www.facebook.com/pages/SARCOPHAGUS-Extreme-javanese-Black-Metal/176307125789319?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Mendiang Romo,
https://web.facebook.com/pages/MENDIANG-ROMO/238853006171773?ref=br_rs.
Akses
tanggal 20 Desember 2014; Kembang Mayat, https://www.facebook.com/pages/Kembang-MayatMadiun-Javanese-Black-Metal/222112231271516?ref=br_rs. Akses tanggal 20 Desember 2014;
Jolo Sukmo, https://www.facebook.com/pages/JOLO-SUKMO/291090904343270?fref=ts. Akses
tanggal
20
Desember
2014;
Condromowo,
https://web.facebook.com/CONDROMOWO.Javanesse.Black.Metal. Akses tanggal 4 Juni 2015;
Karasan Wingit, https://www.facebook.com/KarasanWingitJavaneseblackmetal?fref=ts. Akses
tanggal 20 Desember 2014; Sukmo Sirno, https://www.facebook.com/P.S.N.B.S?fref=ts. Akses
tanggal
20
Desember
2014;
Pandhowo,
https://www.facebook.com/pages/Pandhowo/135802279827877?fref=ts. Akses tanggal 20
Desember 2014; Patigeni, https://www.facebook.com/patigeni666?ref=ts&fref=ts. Akses tanggal
20 Desember 2014; Parewangan, https://web.facebook.com/pages/Parewangan-Javanese-BlackMetal/354977794587622?ref=br_rs.
Akses
tanggal
4
Juni
2015;
Kepaten,
https://web.facebook.com/KEPATEN.JavaneseBlackMetal. Akses tanggal 4 Juni 2015.

24

Band Javanese Black Metal secara musikal berusaha menggunakan tangga


nada pentatonis menyerupai pelog dan slendro ke dalam komposisi musiknya.
Sebagian besar menggunakan syair bahasa Jawa, bahkan pemakaian mantramantra kejawen seperti ajian semar mesem, ki wisa karma, dan jaran goyang ke
dalam syair lagu. Tidak sedikit pula dalam karyanya menggunakan teknik vokal
Jawa (semacam nembang). Beberapa band pada komposisi musiknya juga
mengadaptasi warna suara gamelan, walaupun penggunaannya masih terbatas
dengan instrumen keyboard.
Ada pula band-band yang menggunakan unsur-unsur yang telah
disebutkan di atas ke dalam karya-karyanya (beberapa atau hanya satu karya saja)
namun tidak menyatakan diri beraliran musik Javanese Black Metal dan hanya
menyatakan beraliran musik Black Metal saja. Band-band tersebut di antaranya
adalah Siramandalem Legion (Boyolali), Mayonggo Seto (Yogyakarta),
Brhobosan (Boyolali), Tahlilan (Tangerang), Kamar Mayat (Semarang), Patigeni
666 (Cilacap), dan lain sebagainya.25

25

Pernyataan bahwa band-band tersebut tidak beraliran musik Javanese Black Metal
dikunjungi melalui facebook fans page mereka masing-masing, meskipun dalam karyanya
ditemukan nuansa Jawa seperti penggunaan tangga nada pentatonis dan syair bahasa Jawa dalam
bentuk rekaman audio dari lagu-lagu koleksi pribadi Julian Meru Mastodon. Alamat facebook fans
page
masing-masing
band:
Siramandalem
Legion,
https://www.facebook.com/pages/Siramandalem-Legion/287042917992678?fref=ts. Akses tanggal
20
Desember
2014;
Mayonggo
Seto,
https://www.facebook.com/pages/MayonggoSeto/370988376267000?fref=ts.
Akses
tanggal
20
Desember
2014;
Brhobosan,
https://www.facebook.com/brhobosan?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Tahlilan,
https://www.facebook.com/pages/TAHLILAN/247521171999549?fref=ts. Akses tanggal 20
Desember
2014;
Kamar
Mayat,
https://www.facebook.com/pages/Kamar-MayatGothicmetal/145901512134173?ref=ts&fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014; Patigeni 666,
https://www.facebook.com/pages/PATIGENI-666/255221847143?fref=ts. Akses tanggal 20
Desember 2014.

25

C. Band Bathang Mayit


Bathang Mayit adalah band asal Borobudur Kabupaten Magelang Jawa
Tengah yang berdiri pada tanggal 31 Oktober 2007. 26 Bathang Mayit saat ini
beranggotakan Fadly Aditya Benhard (alias Gambaz) dan Sena Sigit. Gambaz
sebagai vokalis, pemain saron, dan penulis syair lagu, sedangkan Sena Sigit
sebagai pemain gitar elektrik yang juga bertugas sebagai arranger.

Gambar 2. Logo band Bathang Mayit (Foto Bathang Mayit)

Dalam bahasa Indonesia, arti bathang mayit secara harafiah adalah


bangkai mayat. Namun dalam bahasa Jawa, penggunaan kata bathang pada
manusia

yang

sudah

meninggalyang

semestinya

disebut

jenazah,

menimbulkan konotasi negatif, karena kata bathang dalam bahasa Jawa


lazimnya ditujukan untuk binatang. Hal ini mengandung makna agar

26

http://bathangmayitgothicviolence.blogspot.com/2008/02/bathang-mayit.html. Akses
tanggal 3 Desember 2014, yang kemudian telah diklarifikasikan kepada Gambaz dalam sebuah
chatting (obrolan) melalui facebook tanggal 25 Desember 2014.

26

mengingatkan manusia semasa hidupnya melakukan hal-hal baik, sehingga setelah


meninggal jenazahnya tidak disebut sebagai bathang.27
Pada awalnya band Bathang Mayit terdiri dari empat orang personil yaitu
Gambaz, Elang (gitar), Yusuf (gitar bass), dan Esa (drum), yang merupakan teman
satu sekolah di SMK Satya Persada Magelang. Gambaz yang merupakan pendiri
band, mengatakan tidak menemukan keseriusan dari para personilnya, sehingga
formasi yang hanya sempat mengalami satu kali tampil pada acara Secang
Bergetar (2008) ini, secara tidak langsung dinyatakan hilang semenjak Gambaz
pindah sekolah.
Tiga tahun semenjak berdiri, tepatnya tahun 2010 Gambaz merencanakan
untuk kembali merekrut personil baru guna mengikuti acara Borobudur Total
Bising. Pada formasi kedua ini diisi oleh Dedi dan Galih (gitar), Dani (gitar bass),
dan Anto (drum). Dalam formasi ini musik Black Metal Bathang Mayit sudah
mulai berbau nuansa Jawa dan sang vokalis sudah mulai menggunakan surjan
sebagai identitas barunya, meskipun waktu itu belum menyatakan beraliran musik
Javanese Black Metal. Formasi kedua ini juga tidak bertahan lama, satu-persatu
personil keluar karena kurangnya penjiwaan, keseriusan, dan totalitas dalam
band.28
Perkenalan Gambaz dengan Sena dimulai sejak Bathang Mayit bergabung
dalam komunitas Muntilan Metal Sindikat pada tahun 2010. Bathang Mayit kala

27

Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.
28
Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.

27

itu sedang kehilangan banyak personil dan masuklah Sena mengisi kekosongan
pemain gitar. Selain Sena, masuk pula Didin menggantikan Dani, Ion
menggantikan Anto, dan tahun 2011 menambah satu pemain gitar yaitu Cacing
untuk mempertajam karakter gitar agar terdengar penuh.29 Dari formasi terakhir
ini, Bathang Mayit menyatakan aliran musiknya menjadi Javanese Black Metal,
hal tersebut dengan ditunjukkannya melalui penggunaan saron untuk kebutuhan
live yang dimainkan sendiri oleh Gambaz30, penggunaan kostum surjan lurik oleh
semua personil, dan penggunaan syair bahasa Jawa ke dalam semua lagunya.
Formasi dengan lima orang ini bertahan hingga tahun 2013, kemudian personil
Bathang Mayit hanya tinggal berdua, dengan satu atau dua pemain tambahan
(additional player) pada gitar bass dan drum untuk kebutuhan live31.
Semenjak Sena didaulat sebagai arranger dari lagu-lagu band Bathang
Mayit, dia merombak lagu lama Bathang Mayit yang berjudul Kasembahan
kagem Gusti Ratu32, yang masuk dalam album kompilasi acara Wonosobo Hellfest
IV (Tak Entengke Patiku Tinimbang Aku Kalah) tahun 2013. Album kompilasi
acara Wonosobo Hellfest IV (Tak Entengke Patiku Tinimbang Aku Kalah) adalah
album kompilasi bersamaan dengan acara festival Metal Underground bernama
Wonosobo Hellfest #4 yang diselenggarakan oleh Wonosobo Underground
Society Undergrind Merch pada tanggal 3 Februari 2013 di Gedung Sasana
29

Sena, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.
30
Gambaz juga tergabung dalam grup Jatilan Bintang Muda sebagai penabuh saron di
Jayan Borobudur, daerah tempat tinggalnya.
31
Kebutuhan rekaman (recording) dilakukan sendiri oleh Sena, baik pengisian gitar
elektrik (take gitar 1, 2, dan 3) dan gitar bass elektrik. Instrumen drum dibuat menggunakan
perangkat lunak yaitu Addictive Drum : Metal AD Pack.
32
Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu dapat diunduh di reverbnation melalui alamat:
http://www.reverbnation.com/bathangmayit. Unduh tanggal 29 Agustus 2014.

28

Adipura Kencana, Wonosobo, Jawa Tengah. Di dalam album ini berisi 18 track
lagu dari band-band beraliran musik Death Metal, Brutal Death Metal, Ghotic
Metal, Grindcore ataupun pencampuran dari itu. Satu-satunya band beraliran
musik Javanese Black Metal hanyalah Bathang Mayit.

Gambar 3. CD album kompilasi acara Wonosobo Hellfest IV


(Tak Entengke Patiku Tinimbang Aku Kalah)
(Foto Julian Meru Mastodon, 15 Desember 2014)

Layaknya band Black Metal dan band Metal Underground pada


umumnya, Bathang Mayit juga menjual merchandise berupa kaus. Gambar kaus
yang mereka jual ada beberapa macam, dua di antaranya yaitu kaus bergambar
wayang dengan tulisan aksara Jawa kasembahan kagem gusti ratu dan kaus
bergambar Gunung Merapi meletus bertuliskan aksara Jawa kidung ati tangise
bumi, keduanya menjadi judul lagu milik Bathang Mayit. Gambar kaus semacam
ini jarang sekali ditemui dalam merchandise band beraliran musik Black Metal
lainnya.

29

Gambar 4. Kaus produksi band Bathang Mayit bergambar wayang


bertuliskan aksara Jawa kasembahan kagem gusti ratu
(Foto facebook Gambaz, edit Julian Meru Mastodon)

Band Bathang Mayit merubah aliran musiknya dari Black Metal yang
terinfluens di antaranya dari band Mayhem, Burzum, dan Venom, menjadi
Javanese Black Metal sejak Gambaz mengenal dan mendengarkan lagu-lagu dari
band Makam dan Santet. Menurut pengakuannya, bersama Bathang Mayit dia
mempunyai visi dan misi untuk melestarikan budaya Jawa melalui Black Metal.
....melestarikan dengan cara yang beda, terang Gambaz.33 Selain itu pernyataan
untuk melestarikan budaya, tertulis pula dalam facebook fans page band Bathang
Mayit, ....Lewat lagu-lagu kami, kami menghimbau kita untuk selalu
melestarikan budaya dan warisan leluhur apapun suku, adat dan budaya

33

Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.

30

kalian..... 34 Hal ini yang kemudian sejalan dengan pemikiran Sena untuk
bergabung dan bertahan hingga saat ini, meskipun Sena mengaku kadang sulit
mengeksplorasi nada dalam aransemennya karena keterbatasan dalam penggunaan
tangga nadanya35.
Band Bathang Mayit mengaku hanya bersedia tampil di acara-acara musik
Metal Underground saja. Beberapa acara Metal Underground yang pernah diikuti
oleh Bathang Mayit di antaranya yaitu Secang Bergetar (2008), Borobudur Total
Bising (2010), Purworejo Gogrog #6 (2010), Borobudur Total Bising #2 (2010),
Jogja Black Fest (2010), Borobudur Extreme Fest #2 (2011), Lamongan October
Efflux Period #2 (2011), Purworejo Extreme Fest #2 (2011), Semarang
Gentayangan #2 (2011), Borobudur Total Bising #3 (2011), Gresik Serempak #2
(2012), Borobudur Total Bising #4 (2012), Erase All Racism (2013), Wonosobo
Hellfest #4 (2013), dan acara-acara Metal Underground lainnya hingga saat ini.36

34

https://www.facebook.com/pages/Bathang-Mayit-Javanese-Blackmetal/177284209372?sk=info&tab=page_info. Akses tanggal 20 Desember 2014.


35
Berbeda dengan Gambaz, Sena tidak pernah mendengarkan lagu-lagu dari band-band
Javanese Black Metal. Inspirasinya datang dari karawitan yang dia dengar. Kebetulan ayah dari
Sena merupakan penabuh gamelan di Senden Bumiharjo Borobudur, daerah tempat tinggalnya.
Wawancara dengan Sena Sigit tanggal 11 Desember 2014 di kediamannya, Senden Bumiharjo
Borobudur, diijinkan untuk dikutip.
36
Personil Bathang Mayit tidak ingat acara apa saja yang pernah diikuti. Pencarian data
dikumpulkan dari berbagai sumber. Di antaranya melalui koleksi dokumentasi foto Bathang Mayit
dan pencarian melalui google dari publikasi poster yang telah diunggah. Diunduh dan
dikumpulkan selama bulan Desember 2014 dengan beberapa alamat yang ditemukan:
http://aliefadam.blogspot.com/2011/03/pamflet-killer-in-street-borobudur.html;
http://pamfleteventmetal.blogspot.com/2011/10/borobudur-total-bising-3.html;
http://dispersal-blustery.blogspot.com/2012/04/borobudur-total-bising-4.html;
http://indometalzine.blogspot.com/2013/09/erase-all-racism-magelang.html;
http://noisevoices.blogspot.com/2013_07_01_archive.html;
http://cimanggisextremmedia.blogspot.com/2010/05/purworejo-gogrog-6.html;
http://sakietdjiwa.blogspot.com/2011/06/hellscum-community-present-semarang.html;
http://www.acara-acara.com/events/801#.VH4iTzGsUbh.

BAB III
KEJAWAAN BATHANG MAYIT
SEBAGAI BAND BERALIRAN MUSIK JAVANESE BLACK METAL

Bab ini akan menjelaskan dua pokok permasalahan dari band Bathang
Mayit. Pokok permasalahan yang pertama adalah membahas mengenai aspek nonmusikal berupa riasan wajah atau corpsepaint, kostum, dan properti panggung
dalam performa atau aksi panggung dari band Bathang Mayit. Pembahasan
mengenai aspek non-musikal di sini tidak hanya dari sisi kejawaannya saja,
namun dibahas pula hal-hal yang umum dilakukan oleh band Black Metal di
seluruh dunia, sebagaimana dilakukan pula oleh Bathang Mayit. Melalui Bathang
Mayit, diharapkan pembahasan ini mampu memberikan uraian bagaimana aliran
musik Javanese Black Metal dalam aspek non-musikal.
Pokok permasalahan selanjutnya adalah membahas mengenai aspek
musikal berupa instrumentasi, teknik permainan, dan analisis musik dari salah
satu lagu band Bathang Mayit yang berjudul Kasembahan kagem Gusti Ratu.
Selain itu diuraikan pula syair atau lirik dari lagu tersebut, transkrip notasi, serta
pembahasan adanya tempelan potongan lagon instrumental gender dan rebab
sebagai awalan lagu. Dengan mengetahui aspek musikal dari salah satu karya
Bathang Mayit tersebut, diharapkan mampu memberikan gambaran bagaimana
aliran musik Javanese Black Metal dalam aspek musikal.
Selanjutnya seperti yang telah disebutkan dalam landasan teori pada Bab I
sebelumnya, Koentjaraningrat menganalisa bahwa isi dari budaya manusia
sebenarnya terdiri dari tujuh unsur, yang disebutnya sebagai unsur-unsur universal

32

dari kebudayaan. Unsur universal kebudayaan ini diperlukan untuk melihat


kejawaan dari band Bathang Mayit dalam aspek musikal dan non-musikal.
Namun unsur universal kebudayaan dalam kasus ini hanya ada empat, di
antaranya yaitu: (1) unsur sistem teknologi dan peralatan berupa penggunaan
surjan lurik sebagai kostum, (2) unsur sistem religi berupa penggunaan sesajen
sebagai properti panggung, (3) unsur bahasa berupa penggunaan bahasa Jawa ke
dalam lirik lagunya, (4) unsur kesenian berupa penggunaan tangga nada
pentatonis yang mengadaptasi laras pelog, penempelan potongan lagon
instrumental gender dan rebab ke dalam salah satu lagunya yang berjudul
Kasembahan kagem Gusti Ratu, dan penggunaan saron yang difungsikan tidak
hanya sebagai alat musik, namun sebagai properti panggung.

A. Aspek Non-Musikal
1.

Riasan Wajah atau Corpsepaint


Layaknya band beraliran musik Black Metal di seluruh dunia, dalam setiap

performa atau aksi panggungnya semua personil Bathang Mayit merias wajahnya
yang sering disebut dengan corpsepaint sebagai salah satu identitas musik Black
Metal. Corpsepaint adalah nama untuk berbagai gaya make-up (riasan wajah)
yang digunakan oleh band-band beraliran musik Black Metal untuk memutihkan
wajah mereka agar terlihat seperti mayat atau mungkin lebih jahat. 1 Corpsepaint
untuk menciptakan citra mayat dalam diri mereka, atau secara ideologi mereka

William Philips dan Brian Cogan, Encyclopedia of Heavy Metal Music (Amerika
Serikat: Greenwood Press, 2009), 54.

33

ingin mengutarakan konsep inhumanity (kebiadaban) yang immortal (abadi),


melawan sifat mortal (fana) alami dalam diri manusia.2

Gambar 5. Corpsepaint band Bathang Mayit


(Foto Bathang Mayit, edit Julian Meru Mastodon)

Corpsepaint sebelum populer menjadi gaya riasan wajah band beraliran


musik Black Metal akhir 1980-an, pada awal berkembangnya musik Rock dari
zaman hippies dan populernya musik Glam Rock di awal 1970-an, musisi-musisi
seperti Arthur Brown, Alice Cooper dan band KISS telah menggunakan dandanan
serupa corpsepaint dalam aksi panggung mereka yang glamor dan teatrikal.
Selanjutnya pada awal 1980-an, setelah musik Metal mulai bangkit dan
mengembangkan ciri khasnya sendiri yang semakin agresif, King Diamond
(vokalis band Mercyful Fate) adalah musisi pertama yang menggunakan

Albertus Rusputranto Ponco Anggoro. Retorika Visual pada Praktik Representasi Hantu
sebagai Simbol Identitas Komunitas Musik Underground di Kota Surakarta, Tesis untuk
menempuh derajat Sarjana S-2 pada Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta, 2013, 31; Endarwati Kristiyani, Makna Ritual dalam Aliran Musik Band
Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali), Skripsi untuk
menempuh derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2013, 4.

34

dandanan corpsepaint dalam aksi panggungnya, meskipun pada masa King


Diamond belum ada band Black Metal yang sejati. Hingga akhirnya dandanan ini
benar-benar identik dan populer dengan aliran musik Black Metal yang pada
transisi dekade 80-an ke 90-an oleh band Mayhem yang sangat kontroversial.3

2.

Kostum
Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa band Bathang

Mayit pada formasi ketiga mulai menggunakan busana Jawa berupa surjan lurik
sebagai kostum wajib semua personil kecuali vokalis. Pakaian bawah atau celana
tidak diharuskan menggunakan jenis celana tertentu. Kadang dengan penambahan
destar (blangkon atau iket/udeng), maupun rambut yang dibiarkan tergerai untuk
mendukung

aksi

headbanging.4

Semua

personil

pemegang

instrumen

menggunakan sepatu seperti band-band Black Metal pada umumnya.


Kostum yang dikenakan vokalis agak berbeda dari personil lainnya, karena
vokalis berada di depan dan tengah panggung, menjadi pusat perhatian penonton.
Pakaian yang digunakan kadang memakai surjan lurik atau kemeja putih berjas
hitam. Celana yang dikenakan adalah celana kain tipis (celana kolor) ukuran di
bawah lutut. Mengenakan kain batik yang diwiru hingga mata kaki (seperti yang
terlihat pada abdi dalem keraton dan wiyaga) atau sebatas paha (seperti yang
terlihat pada prajurit bregada Keraton Yogyakarta dan penari Jatilan). Tidak

Dibalik
Sejarah
Corpse
Paint
di
Dunia
Musik
Underground,
http://konterkultur.com/dibalik-sejarah-corpse-paint-di-dunia-musik-underground/. Akses tanggal
4 Juni 2015.
4
Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.

35

menggunakan sepatu, namun memakai selop atau malah tanpa menggunakan alas
kaki. Selain itu, kadang juga mengenakan blangkon sebagai penutup kepala.

Gambar 6. Kostum band Bathang Mayit mengenakan surjan lurik


(Foto Bathang Mayit, edit Julian Meru Mastodon)

Gambar 7. Kostum vokalis band Bathang Mayit


(Foto Bathang Mayit, edit Julian Meru Mastodon)

Surjan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah baju jas laki-laki
khas Jawa berkerah tegak, berlengan panjang, terbuat dari bahan lurik atau cita

36

kembang.5 Sedangkan lurik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kain
tenun yg coraknya bergaris-garis, pada umumnya berwarna gelap, cokelat, biru
tua, dan

hijau berasal

dari Yogyakarta.6

Pada sebuah catatan

kaki,

Koentjaraningrat mendefinisikan lurik sebagai berikut:


Kain seni tenun tradisional Jawa. Pada tahun 50-an banyak wanita maupun
pria masih menggunakan kain atau baju lurik. Saat ini kerajinan tersebut
sudah hampir hilang karena terdesak oleh bahan impor. Namun di beberapa
kota seperti Yogyakarta dan Surakarta, seni kerajinan ini masih dihidupkan
untuk keperluan industri pariwisata.7
Arti kata surjan menurut Mari S. Condronegoro yang dikutip dari K.R.T.
Dipura Danarta, diambil dari kata surja yang berarti nglungsur wonten jaja atau
meluncur melewati dada, sehingga bentuk surjan lebih panjang di depan daripada
belakang.8 Namun ada pula pendapat lain yang dikutip dari K.R.T. Jatiningrat
dalam makalah yang diterbitkan oleh Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta,
bahwa surjan berasal dari istilah siro + jan yang berarti pelita atau yang memberi
terang.9
K.R.T. Jatiningrat menjelaskan bahwa baju surjan atau takwa diprakarsai
oleh Sunan Kalijaga pada abad 16 M sejak Kerajaan Mataram (Zaman Mataram
Islam awal10). Setelah perjanjian Giyanti tahun 1755, dimana Kerajaan Mataram
terpecah menjadi dua yaitu Keraton Surakarta Hadiningrat dan Keraton
5

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Keempat (Jakarta: Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, 2008), 1396.
6
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 888.
7
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 120.
8
Mari S. Condronegoro, Busana Adat Kraton Yogyakarta (1877-1937) : Makna dan
Fungsi Dalam Berbagai Upacara. (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 1995), 29.
9
Makna Baju Surjan dan Pranakan, http://tembi.net/yogyakarta-yogyamu/makna-bajusurjan-dan-pranakan-1. Akses tanggal 23 April 2015; bandingkan Pengageman Takwa lan
Pranakan, http://tedjatirta.blogspot.com/2009/11/pengageman-takwa-lan-pranakan.html. Akses
tanggal 23 April 2015.
10
Makna Baju Surjan dan Pranakan, http://tembi.net/yogyakarta-yogyamu/makna-bajusurjan-dan-pranakan-1. Akses tanggal 23 April 2015.

37

Yogyakarta Hadiningrat, kemudian diteruskan oleh Sultan Hamengku Buwono I


sebagai busana pria yang dinamakan surjan atau takwa.11 Takwa berasal dari
bahasa Arab yaitu taqwa yang mempunyai arti patuh kepada Allah, dengan
demikian harapannya bahwa para pemakainya selalu mentaati perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya.12
Surjan yang disebut juga sebagai baju takwa terkandung makna-makna
filosofis, di antaranya: (1) bagian leher baju surjan memiliki tiga pasang kancing
(6 biji kancing) menggambarkan rukun iman yaitu iman kepada Allah, iman
kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada utusan Allah, iman
kepada hari kiamat, dan iman kepada takdir, (2) dua buah kancing di bagian dada
sebelah kiri dan kanan berupa simbol dua kalimat syahadat yaitu percaya tiada
Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah, (3) tiga buah kancing di
dalam (bagian dada dekat perut) yang letaknya tertutup (tidak kelihatan dari luar)
menggambarkan tiga macam nafsu manusia yang harus diredam atau
dikendalikan. Nafsu-nafsu tersebut adalah nafsu bahimah (hewani), nafsu
lauwamah (nafsu makan dan minum), dan nafsu syaitoniah (nafsu setan).13
Perbedaan antara baju takwa dan surjan terletak pada bentuk lengannya.
Lengan baju takwa dipotong serong, tanpa kancing, dan sedikit longgar,
sedangkan ujung lengan surjan terlihat lebih sempit dengan beberapa kancing

11

Pengageman Takwa lan Pranakan, http://tedjatirta.blogspot.com/2009/11/pengagemantakwa-lan-pranakan.html. Akses tanggal 23 April 2015.


12
Mari
S.
Condronegoro,
29;
Pengageman
Takwa
lan
Pranakan,
http://tedjatirta.blogspot.com/2009/11/pengageman-takwa-lan-pranakan.html. Akses tanggal 23
April 2015; Surjan dan Tradisi Luhur Bangsa Kita, http://jogjareview.net/istimewa/surjan-dantradisi-luhur-bangsa-kita/. Akses tanggal 23 April 2015.
13
Sartono. Makna Baju Surjan dan Pranakan, http://tembi.net/yogyakartayogyamu/makna-baju-surjan-dan-pranakan-1. Akses tanggal 23 April 2015.

38

yang dinamakan belah banten. Baju surjan terdiri atas busana kesatriyan alit dan
busana kesatriyan ageng. Busana kesatriyan alit mempunyai kelengkapan berupa
(1) baju surjan, (2) kain batik yang dilipat (diwiru) dengan ketentuan-ketentuan
tertentu14, (3) lonthong atau setagen (ikat pinggang), (4) kamus dan timang (ikat
pinggang luar) yang dililitkan tepat pada tengah lonthong, (5) keris yang
diselipkan di belakang pada lonthong, (6) blangkon (destar), dan (7) selop
(cenela), serta kadang dihiasi dengan rerenggan (misalkan bros dan asesoris
lainnya) di dada sebelah kanan. Pada busana kesatriyan ageng mempunyai
tambahan asesoris berupa rante dan karset.15 Ada pula surjan yang khusus
digunakan oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta dinamakan baju pranakan,
berbahan lurik dengan garis-garis berwarna biru tua.16
Pakaian surjan lengkap dalam masyarakat Jawa biasa digunakan untuk
acara-acara yang bersifat resmi seperti pernikahan, pertemuan, nabuh gamelan,
dan lain-lain. Selain itu, baju surjan (terutama jenis lurik) tanpa kelengkapan
sering dijumpai dipakai oleh para kusir andong di wilayah Yogyakarta karena
baju surjan lurik ini memang dapat dibeli dengan mudah dari pedagang kaki lima
di sepanjang Jalan Malioboro dan pasar Beringharjo Yogyakarta. Bahkan tidak
asing lagi jika di luar masyarakat Jawa (khususnya di luar Yogyakarta) banyak
pula yang menggunakan baju surjan lurik sebagai pakaian sehari-hari, karena baju

14

Kain batik yang digunakan sebagai pakaian bawah dengan dilipat (diwiru) mempunyai
beberapa istilah dalam bahasa Jawa: jarik (bahasa ngoko), sinjang (bahasa kromo), amping
(bahasa kromo inggil).
15
Mari S. Condronegoro, 29; periksa juga Kinting Handoko, Tata Busana Panatacara
Gaya Yogyakarta, http://pariwisata.jogjakota.go.id/index/extra.detail/2244. Akses tanggal 23 April
2015.
16
Pengageman Takwa lan Pranakan, http://tedjatirta.blogspot.com/2009/11/pengagemantakwa-lan-pranakan.html. Akses tanggal 23 April 2015.

39

surjan lurik kini telah menjadi cindera mata khas Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gambaz menjelaskan bahwa surjan lurik dipilih sebagai alternatif surjan
yang murah secara ekonomis, selain itu surjan jenis ini mampu menginformasikan
identitas orang Jawa secara pandangan masyarakat umum.17 Namun penggunaan
surjan lurik sebagai lambang hendaknya akan mempengaruhi tingkah laku
pemakainya, karena menurut Mari S. Condronegoro perangkat lambang dalam
pakaian pada hakekatnya bermakna sebagai pengatur tingkah laku, di samping
berfungsi sebagai sumber informasi menyebarkan kebudayaan. Perangkat
lambang dalam busana tidak sekedar mengandung makna, namun juga menjadi
perangsang untuk bersikap sesuai dengan makna lambang tersebut.18
Tingkah laku yang dijelaskan oleh Gambaz, bahwasannya personil
Bathang Mayit diberi kebebasan untuk tidak mengharuskan memakai destar
(blangkon atau iket) dimaksudkan untuk mendukung aksi panggung seperti
headbanging19. Tingkah laku yang lain ialah ketika tidak diharuskan memakai
kain batik dan hanya memakai celana panjang dimaksudkan untuk mendukung
aksi panggung menaikkan salah satu kaki ke atas sound control yang berada di
depan panggung layaknya rockstar. Hal inilah yang kemudian menimbulkan
kontradiktif terhadap norma-norma dalam adat-istiadat Jawa ketika memakai
surjan lengkap.

17

Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.
18
Mari S. Condronegoro, 1.
19
Headbanging merupakan goyangan gerak kepala pada saat mendengarkan dan
mengikuti irama musik Heavy Metal. Istilah ini pertama kali datang hingga menjadi populer, pada
saat Led Zeppelin pertama kali tur di Amerika Serikat. Waktu itu penonton terlihat membenturkan
kepala ke panggung. William Philips dan Brian Cogan, 110.

40

Baju surjan tanpa kelengkapan seperti yang digunakan band Bathang


Mayit akan mempengaruhi performa atau aksi panggungnya. Pemakaian surjan
lurik tanpa kelengkapan tersebut kemudian akan mempengaruhi tingkah laku yang
berbeda dengan pemakai surjan lengkap. Maka dari itu tidak dapat dipungkiri
bahwa tingkah laku dalam performa para personil Bathang Mayit di atas
panggung tidak sama seperti masyarakat Jawa ketika berpakaian surjan lengkap,
karena kelengkapan surjan juga akan mempengaruhi tingkah laku pemakainya.
Dalam hal ini adalah pengaruh dari material (benda) yang dipakai. Pengaruh
tingkah laku tersebut tidak hanya terletak pada baju surjannya, namun pada
kelengkapan itu sendiri.
Pemakaian baju surjan ini adalah upaya untuk menampakkan kejawaan
Bathang Mayit sebagai band pengusung aliran musik Javanese Black Metal, atau
dengan kata lain sebagai band Black Metal yang bernafaskan Jawa. Namun baju
surjan lurik yang dikombinasikan dengan copsepaint untuk mencitrakan kesan
mayat pada identitas musik Black Metal juga akan menimbulkan pertanyaan lebih
lanjut terhadap makna filosofis yang terkandung dalam baju surjan itu sendiri,
karena tema musik Black Metal mengidentifikasi dirinya dengan satanisme,
okultisme, dan paganisme, sedangkan baju surjan banyak mengandung makna
folosofis keislaman.

41

3.

Properti panggung

a.

Sesajen
Penggunaan sesajen menurut Gambaz pada mulanya dimaksudkan untuk

memberikan sesembahan kepada makhluk halus yang berada di sekitar panggung.


Namun semenjak Hilda menjadi manajer band Bathang Mayit pada tahun 2012,
dalam sebuah acara mengalami kerasukan, kini sajen berubah fungsi sebagai
simbol dan kebutuhan properti panggung saja.20 Hilda yang mengaku sebagai
penganut kejawen menjelaskan bahwa sesajen digunakan sebagai upaya
simbolisasi empat unsur alam, yaitu (1) api berupa lilin, (2) udara berupa bau
kemenyan atau dupa, (3) tanah berupa beras atau tanah, dan (4) air berupa kelapa
muda.21
Penggunaan sesajen oleh Bathang Mayit macamnya tidak tetap. Macam
sesajen di antaranya terdiri dari: (1) bunga tabur berupa mawar merah dan putih,
bunga kantil (cempaka putih), dan bunga kenanga, (2) kemenyan atau dupa, (4)
beras, (5) kelapa muda, (4) lilin, dan (5) tengkorak kambing. Bunga tabur ditaruh
di atas nyiru (tampah) atau daun pisang, beserta dengan kemenyan yang dibakar
di atas anglo berukuran kecil. Sedangkan lilin dinyalakan di atas atau tanpa
tempat lilin (kandil) berbahan keramik.

20

Gambaz, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.
21
Hilda, wawancara dengan personil dan manajer band Bathang Mayit tanggal 26
November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya Borobudur KM 5,5 Ngrajek
Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.

42

Gambar 8. Sesajen band Bathang Mayit


(Foto Bathang Mayit, edit Julian Meru Mastodon)

Sebelum mambahas mengenai sajen atau sesajen, perlu diketahui terlebih


dahulu bahwa Koentjaraningrat membagi bentuk religi orang Jawa terdiri dari
agami Jawi dan agama Islam Santri. Pada dasarnya bahwa agama Islam Jawa
terdiri dari: (1) agama Islam sinkretis, yang menyatukan unsur-unsur pra-Hindu,
Hindu, dan Islam disebut sebagai agami Jawi (kejawen), dan (2) agama Islam
puritan yaitu mengikuti ajaran agama lebih taat yang disebut agama Islam
Santri.22 Seperti yang telah disebutkan, bahwa agami Jawi karena pengaruh praHindu dan Hindu maka hal yang tidak dapat dilepaskan dari sistem upacara agami
Jawi adalah berbagai jenis sesajen yang terlibat di dalamnya.23 Clifford Geertz
mengatakan bahwa sajen selalu ada dalam setiap upacara orang Jawa, bahkan
sajen disediakan tanpa suatu upacara apa pun.24

22

Koentjaraningrat, 310.
Koentjaraningrat, 343.
24
Clifford Geertz, Agama Jawa : Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa,
Terj. Aswab Mahasin dan Bur Rasuanto (Depok: Komunitas Bambu, 2014), 42; periksa juga
Koentjaraningrat, 364.
23

43

Sajen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu makanan (bungabungaan dan sebagainya) yang disajikan kepada orang halus dan sebagainya.25
Orang halus dalam pengertian ini diartikan sebagai makhluk halus yang tidak
kasat mata (Tuhan, dewa, setan, hantu, jin, malaikat, bidadari, iblis, roh, dan lainlain).
Sesajen menurut Budiono Herusatoto merupakan bentuk simbolis dalam
religi sebagai peninggalan jaman mitos. Ia menjelaskan bahwa maksud
diselenggarakannya sesajen adalah untuk mendukung kepercayaan terhadap
adanya kekuatan makhluk-makhluk halus yang berada (menghuni) di tempattempat tertentu26, baik ditujukan agar jangan menggangu keselamatan,
ketentraman, dan kebahagiaan, maupun sebaliknya yaitu meminta berkah dan
lindungan makhuk halus yang dimaksud dari makhluk halus lainnya.27 Hal yang
sama juga diutarakan oleh Suwardi Endraswara bahwa sesajen dilakukan agar
makhluk-makhluk halus di atas kekuatan manusia tidak mengganggu. Dengan
adanya pemberian makan secara simbolis kepada roh halus tersebut, diharapkan
roh yang dimaksud akan menjadi jinak dan mau membantu hidup manusia.28
Menurut Capt. R. P. Suyono, jenis sesajen orang Jawa terdiri dari empat
jenis yaitu: (1) selametan atau selamatan, sesajen yang diperuntukkan bagi Yang
Kuasa, rasul, para wali, dewa, bidadari, kekuatan ulama yang dihormati, setan,
hantu, dan roh, (2) penulakan yaitu sesajen sebagai sarana untuk menolak
25

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 1244.


Tempat-tempat tertentu seperti: pohon-pohon besar berumur tua, tempat mata air
(sendang, sungai, dan belik), kuburan atau makam, dan tempat-tempat yang dianggap keramat dan
mengandung kekuatan gaib.
27
Budiono Herusatoto, Simbolisme Jawa (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2008), 158-159.
28
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufisme dalam
Budaya Spiritual Jawa, Edisi Revisi (Yogyakarta: Narasi, 2006), 247.
26

44

pengaruh setan, makhluk-makhluk mengerikan, hantu, dan roh jahat, (3) wadima
merupakan sesajen yang dilakukan secara teratur kepada rasul, para wali, bidadari,
jin, kekuatan seseorang yang sudah meninggal, hantu baik, binatang, dan
tumbuhan, (4) sedekah adalah sesajen berupa makanan yang diberikan kepada
para wali, malaikat untuk keselamatan roh orang yang sudah meninggal dan
keselamatan penyelenggara acara, serta keluarga maupun hartanya. Sajen
selamatan dan penulakan terdiri dari makanan yang telah ditentukan, sajen
penulakan yaitu upacara disertai dengan kegiatan membakar kemenyan dan
mengucap doa serta mantra untuk menolak setan dan roh yang akan
mencelakakan, sedangkan wadima dan sedekah hanya terdiri dari kembangkembang yang di tempatkan di atas air dan bejana, kue-kue, dan makanan
sekedarnya.29 Jika dilihat dari sesajen yang digunakan oleh band Bathang Mayit
selalu menggunakan dupa atau kemenyan, maka sesajen tersebut tergolong
sebagai sesajen penulakan. Namun jika melihat sesajen yang digunakan lainnya
berupa bunga tabur, maka dapat digolongkan pula bahwa jenis sesajen Bathang
Mayit sebagai wadima atau sedekah.
Selain bunga tabur dan kemenyan atau dupa, daftar kebutuhan (ubarampe)
sesajen dalam aksi panggung band Bathang Mayit terdapat pula lilin dan
tengkorak kambing. Dengan adanya lilin dan tengkorak kambing ini maka sesajen
yang dipergunakan oleh Bathang Mayit bukan merupakan jenis sesajen yang
umum dipergunakan dalam ritus agami Jawi.30 Keberadaan lilin sendiri sering

29

Capt. R. P. Suyono, Dunia Mistik Orang Jawa: Roh, Ritual, Benda Magis (Yogyakarta:
Lkis, 2007), 131-132.
30
Lihat daftar sesajen dalam ritual orang Jawa melalui buku Wahyana Giri MC, Sajen dan
Ritual Orang Jawa (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2010), 18-137.

45

dijumpai dalam pertunjukan musik Black Metal di seluruh dunia. Begitu pula
halnya dengan tengkorak atau kepala kambing sebagai atribut yang umum dipakai
band-band beraliran musik Black Metal maupun Javanese Black Metal sebagai
simbol Dewa Baphomet.

Gambar 9. Baphomet (Foto https://commons.wikimedia.org)

Baphomet yang dikenal dengan kambing Mendes adalah makhluk


bertubuh manusia, berkepala kambing yang bertanduk, bertangan manusia,
berkaki kambing, dan mempunyai sayap. Pada dahi antara dua tanduk di bawah
suluh terdapat lambang pentagram. Baphomet digambarkan sebagai makhluk
hemafrodit (berkelamin ganda) yang mempunyai buah dada lambang kewanitaan
dan lingga lambang kelaki-lakian. Baphomet adalah dewa Romawi kuno yang
menjadi lambang bagi orang yang memuja setan pada zaman itu. Baphomet
merupakan salah satu makhluk penting dalam mitologi Nordik. Keberadaan

46

simbol Baphomet mengesahkan adanya ideologi paganisme dalam perkembangan


Black Metal.31
Dalam dunia seni pertunjukan Jawa, sesajen juga menjadi media penting,
misalnya dapat dijumpai pada pertunjukan karawitan Jawa dan pertunjukan
wayang kulit. Sesajen dalam karawitan dan wayang kulit di Jawa, umum
ditempatkan di belakang agar tidak terjamah orang, karena sesajen tersebut
dianggap sakral sehingga diperlakukan secara terhormat pula. Namun berbeda
dengan penempatan sesajen yang dipergunakan oleh band Bathang Mayit. Sesajen
tersebut ditempatkan di atas panggung sebelah depan dekat vokalis, dengan begitu
sesajen ini terlihat jelas dipertontonkan kepada para penonton karena penggunaan
sesajen sebagai properti panggung merupakan hal yang umum dilakukan oleh
band-band beraliran musik Javanese Black Metal.
Walaupun

hanya

dimaksudkan

sebagai

properti

panggung

guna

mendukung kebutuhan pertunjukan saja, namun sikap perlakuan vokalis Bathang


Mayit tetap memposisikan (menghormati) sesajen tersebut layaknya sesajen yang
memiliki nilai kesakralan. Misalnya saja dapat dilihat dalam salah satu aksi
panggung Gambaz yang sering melakukan sembah terhadap sesajen tersebut.
Hal ini dimungkinkan bahwa sesajen dalam budaya Jawa begitu lekat dengan
kehidupan orang Jawa. Walaupun sesajen berfungsi sebagai properti panggung

31

Arti Lambang Baphomet, http://fadli-posthardcore.blogspot.com/2011/10/arti-lambangbaphomet.html. Akses tanggal 26 Mei 2015; Setanisme, http://id.wikipedia.org/wiki/Setanisme.
Akses tanggal 26 Mei 2015; Bagus Tri Wahayu Utomo, Metode Etnografi Black Metal Jawa
(Studi Kasus Kelompok Musik Makam Surakarta), Skripsi untuk menempuh derajat Sarjana S-1
pada Program Studi Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta,
Surakarta, 2014, 73; Ann Wan Seng, Rahasia Black Metal. Membongkar Kesesatan, Kejahatan &
Kegilaan Pemuja Syaitan!, dalam Ed. Tim MQ Publishing, Membongkar Kesesatan Black Metal
(Bandung: MQ Publishing, 2007), 154.

47

simbol pernyataan diri mereka sebagai penganut kejawen, serta untuk mendukung
kesan mistis dan horor aliran musik yang diusungnamun sesajen dalam konteks
yang lebih luas menjadi tanda kesakralan yang tidak hanya terbatas pada
kebutuhan properti panggung semata.
b.

Saron
Selain

penggunaan

surjan

lurik

dan

sajen

untuk

menunjukkan

kejawaannya nampak secara visual, band Bathang Mayit membawa serta


instrumen gamelan Jawa berupa saron. Selain sebagai alat musik yang dimainkan
untuk membuka repertoarsebelum lagu pertama dimainkanpada saat live saja,
saron juga berfungsi sebagai pendukung properti panggung. Penggunaan saron
sendiri juga masih belum difungsikan sebagai alat musik ke dalam karya-karya
lagu Bathang Mayit.

Gambar 10. Saron juga berfungsi sebagai pendukung properti panggung


(Foto Bathang Mayit, edit Julian Meru Mastodon)

48

B. Aspek Musikal
1.

Instrumentasi dan Teknik Permainan dalam Lagu Kasembahan kagem


Gusti Ratu
Instrumentasi dari band Bathang Mayit menggunakan instrumen-

instrumen yang umum digunakan oleh band-band Black Metal. Instrumen pokok
dalam karya-karya band Bathang Mayit berupa gitar elektrik, gitar bass elektrik,
drum (tiga instrumen pokok dalam keluarga musik Heavy Metal32), dan vokal.
Band-band beraliran musik Black Metal dunia yang hanya menggunakan
instrumen-instrumen ini antara lain Venom (Inggris), Gorgoroth (Norwegia),
Mayhem (Norwegia), dan Darkthrone (Norwegia). Selain instrumen pokok
tersebut, pada saat live Bathang Mayit juga menggunakan saron, walaupun
penggunaannya masih belum maksimal. Selain itu, saron juga belum digunakan
ke dalam karya-karya lagu (sesi rekaman/recording) band Bathang Mayit.
Gitar elektrik dan gitar bass elektrik adalah pengembangan dari alat musik
gitar yang disesuaikan dengan kegunaan dalam penampilan combo band.33 Gitar
elektrik dan gitar bass elektrik adalah golongan alat musik yang sumber bunyinya
dihasilkan dari getaran dawai atau senar (chordophone). Gitar elektrik yang
digunakan oleh Sena adalah gitar costum yang tidak bermerek, yang mengadopsi
gitar merek Jackson King V 9234, walaupun bentuk V pada body gitar lebih mirip
bentuk gitar merek Flying V. Sena mengaku tidak selalu menggunakan jenis efek
gitar tertentu. Untuk keperluan pada saat live, Sena mengandalkan pengolahan

32

William Philips dan Brian Cogan, 80.


Pono Banoe, 176.
34
Wawancara dengan Sena Sigit berupa chatting melaui facebook tanggal 15 Juni 2015,
diijinkan untuk dikutip.
33

49

suara dari amplifier yang disediakan di atas panggung. Apabila kondisi amplifier
panggung tidak sesuai seperti apa yang diharapkan, Sena membawa efek gitar
dengan merek Line 6 POD X3.35

Gambar 11. Gitar elektrik yang dipakai band Bathang Mayit


(Foto Julian Meru Mastodon, 11 Desember 2014)

Teknik iringan gitar (rhythm guitar) pada lagu Kasembahan kagem Gusti
Ratu menggunakan progres akord berupa power chord, dengan picking (teknik
memetik senar menggunakan pick) berupa downstroke (pukulan ke bawah).
Power chord adalah akord (chord) yang hanya terdiri dari dua nada, yaitu nada
pertama atau nada dasar (tonika) dan nada kelima (dominan). Karakter suara
iringan gitar yang terdengar garang dalam lagu ini dihasilkan dari teknik palm
muting. Teknik palm muting adalah teknik untuk meredam getaran yang

35

Wawancara dengan Sena Sigit tanggal 11 Desember 2014 di rumahnya, Senden


Bumiharjo Borobudur, diijinkan untuk dikutip.

50

dihasilkan oleh senar dengan menggunakan sisi telapak tangan kanan.36


Sedangkan melodi gitar (lead guitar) pada beberapa birama di bagian solo gitar
menggunakan teknik sweep picking. Sweep picking adalah teknik bermain gitar
dimana cara memetik senarnya (menggunakan pick) dengan gerakan menyapu.37
Dalam musik klasik teknik ini menyerupai arpeggio. Untuk memperjelas berikut
adalah beberapa notasi dan gambar dari teknik-teknik tersebut.

Gambar 12. Contoh notasi teknik power chord (atas), palm muting (tengah),
dan sweep picking (bawah) dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

Gambar 13. Posisi tangan kanan pada teknik gitar palm muting
(Foto Bathang Mayit)

36

Palm Mute, https://en.wikipedia.org/wiki/Palm_mute. Akses tanggal 16 Juni 2015.


Sweep-picking, https://en.wikipedia.org/wiki/Sweep-picking. Akses tanggal 16 Juni

37

2015.

51

Band Bathang Mayit pada saat live tidak menggunakan merek gitar bass
tertentu, penggunaan gitar bass disesuaikan dengan kebutuhan dari pemain
tambahan (additional player). Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu yang baru
direkam tahun 2013 (setelah formasi dua orang), dilakukan sendiri oleh Sena
menggunakan gitar bass elektrik custom menyerupai Sterling by Music Man
Ray34. Baik gitar elektrik dan gitar bass elektrik pada sesi rekaman menggunakan
efek gitar dengan merek Line 6 POD X3.38
Drum adalah jenis alat musik perkusi yang sumber bunyinya dihasilkan
dari

getaran

membran

yang

direntangkan

pada

landasan

berongga

(membranophone).39 Dalam kebutuhan live, band Bathang Mayit tidak membawa


drum milik pribadi. Drum dalam kebutuhan live menyesuaikan perangkat drum
yang disediakan di atas panggung. Untuk keperluan rekaman instrumen drum
dibuat menggunakan perangkat lunak yaitu Addictive Drum : Metal AD Pack.
Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu menggunakan perangkat drum yang umum
dalam combo band terdiri dari snare drum, high-tom, middle-tom, floor-tom, bass
drum, hi-hat cymbal, crash cymbal, dan ride cymbal. Dalam lagu ini
menggunakan teknik double bass drum pedal pada pukulan 1/16-an.

Gambar 14. Contoh notasi teknik double bass drum pedal dengan not 1/16-an
dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

38

Wawancara dengan Sena Sigit berupa chatting melalui facebook tanggal 15 Juni 2015,
diijinkan untuk dikutip.
39
Pono Banoe, 123.

52

Lirik yang disampaikan melalui vokal merupakan salah satu unsur penting
dalam sebuah musik (begitu juga dalam dunia musik populer). Melalui vokal
maka pesan dalam sebuah lagu akan lebih cepat ditangkap dan dicerna oleh
pendengar. Namun vokal dalam musik Black Metal, Death Metal, Brutal Death
Metal, Metalcore, dan beberapa aliran musik Metal ekstrem justru artikulasi
vokalnya sengaja dilafalkan secara samar atau kurang jelas. Beberapa teknik
vokal yang menghasilkan artikulasi ekstrem dalam musik Metal ekstrem antara
lain scream dan growl. Aliran musik Black Metal pada umumnya menggunakan
teknik vokal scream, namun mulai gelombang ketiga banyak juga band yang
memadukan teknik vokal growl seperti band Dimmu Borgir (Norwegia).
Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu cenderung menggunakan teknik
vokal scream exhale dengan gaya vokal resitatif. Scream adalah jenis teknik vokal
berteriak yang umum dipakai dalam aliran musik Black Metal. Teknik vokal ini
menghasilkan suara tinggi melengking dengan efek suara distorsi. Teknik vokal
scream dalam musik Black Metal dibagi menjadi dua teknik berdasarkan metode
pernafasannya yaitu teknik vokal scream inhale dan scream exhale. Scream
inhale adalah teknik vokal dengan ciri pernafasan menarik nafas dari luar ke
dalam dengan menekan otot-otot tenggorokan, menghasilkan distorsi yang lebih
berat daripada teknik exhale. Sedangkan exhale adalah kebalikan dari teknik
inhale, yaitu teknik menghembuskan nafas dari dalam tubuh keluar dengan
menekan otot-otot tenggorokan, karakter vokal yang dihasilkan lebih bervariasi
dari teknik vokal inhale.40 Gaya vokal dalam lagu ini menggunakan gaya resitatif,

40

Bagus Tri Wahayu Utomo, 162-163.

53

yaitu gaya menyanyi yang mirip berbicara dengan tinggi nada tertentu.
Ritmenya sesuai dengan ritme suku kata dan urutan nada-nadanya lebih
cenderung pada repetisi nada tertentu.41

2.

Syair atau Lirik Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu


Semua syair atau lirik lagu dari band Bathang Mayit menggunakan bahasa

Jawa. Dengan adanya penggunaan bahasa Jawa dalam tiap lagunya ini,
menimbulkan kejawaan dari karya-karya Bathang Mayit. Berikut adalah syair atau
lirik dari salah satu lagu Bathang Mayit yang berjudul Kasembahan kagem Gusti
Ratu:
Kasembahan kagem Gusti Ratu
Kasembahan kagem Kanjeng Gusti Ratu panguasaning segara kidul
Sampun cekap sesaji lelarungan
Pandonganing keslametan manungsa ing ndhuwur jagad
Sembah sinuwun kagem paringaning Gusti
Sendika dhawuh Gusti
Sembah sinuwun kagem paringaning Gusti Ratu
Pandonganing keslametan manungsa ing ndhuwur jagad
*Kunfayakun slamet rahayu sangga lingga
Araning menyan sekul pethak ganda arum
Minangka bektiku araning leluhur
Mugi Gusti maringi keslametan manungsa ing ndhuwur jagad
Supayaning manungsa kathah akehing ngibadhah
Sembah sujud dumateng Kanjeng Gusti
Kawula mangabdi dumateng Kanjeng Gusti Ratu
Mugi diparingi keslametan donya lan akherat
(diulang ke tanda*)

41

Dieter Mack, Ilmu Melodi (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1995), 147.

54

Mangga kita sareng-sareng ndedonga


Nyuwun keslametan marang Kanjeng Gusti Ratu
Mugi diparingi keslametanipun
Terjemahan bebas:
Persembahan untuk Gusti Ratu
Persembahan untuk Kanjeng Gusti Ratu penguasa laut selatan
Sudah cukup sesajen lelabuhan
Doa keselamatan manusia di atas bumi
Sembah baginda (persembahan dari raja) atas pemberian dari Gusti
Hamba siap menjalankan perintah Gusti
Sembah baginda (persembahan dari raja) atas pemberian dari Gusti
Doa keselamatan manusia di atas bumi
*Yang terjadi, terjadilah! (bahasa Arab) selamat sejahtera terhindar dari
malapetaka
Yang dimaksud kemenyan bagaikan nasi putih yang wangi
Sebagai tanda baktiku terhadap leluhur
Semoga Gusti memberi keselamatan manusia di atas bumi
Supaya seluruh manusia banyak-banyak beribadah
Sembah sujud kepada Kanjeng Gusti
Hamba mengabdi kepada Kanjeng Gusti Ratu
Semoga diberi keselamatan dunia dan akhirat
(diulang ke tanda*)
Mari kita bersama-sama berdoa
Mohon keselamatan pada Kanjeng Gusti Ratu
Semoga diberi keselamatannya.42

42

Diterjemahkan secara bebas oleh Julian Meru Mastodon.

55

3.

Transkrip Notasi Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

a.

Transkrip Notasi Gender dan Rebab43


Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu diawali suara permainan

instrumental gender dan rebab berupa potongan lagon laras slendro pathet sanga.
Meskipun potongan lagon tersebut hanya terkesan sebagai tempelan (kolase)44,
namun potongan lagon ini adalah bagian dari karya lagu yang tidak bisa
dipisahkan, begitu pula yang terjadi pada saat live.45 Potongan lagon ini kurang
lebih dapat dilihat sebagai introduksi. Adanya tempelan potongan lagon
merupakan salah satu upaya untuk menampakkan kejawaan band Bathang Mayit
dalam salah satu lagunya. Di bawah ini adalah notasi keseluruhan lagon slendro
pathet sanga secara utuh yang ditulis menggunakan notasi kepatihan. Notasi yang
berada di antara garis dua adalah potongan lagon yang dimaksud.
-

Transkrip notasi gender:

.x.x.x5

x.x.x.x2

.1yt

.y1.

x.x5x.x6
.tew

x5x xj.x5x6x x5

x!x6x!x5

x3x x.x x3x x5

x3x x.x x3x2

j.y1 j1yjty

111Gq

j.tjy1jytjy1 jytjy1te
43

[x5x x.x5x6

[j.1y1t
x!x6x!x5

x5x.x5x6]

.2..]

[x!x6x!x5

x!x6x!x5 ]_

.y1j.y [tttj.y 111j.y]_


x5x3x5x2 [x5x x.x5x6

www. [j.1y1t

x5x.x5x6]

.2..]

x5xj.x5x6x x5

.y1j1yt

Ditranskrip oleh Anggit Wirasta.


Kolase adalah istilah yang dipinjam dari seni rupa yang berarti: sebuah teknik dengan
cara menempel materi-materi selain cat seperti kertas, kaca, logam, tanah, dan lain-lain kemudian
dikombinasikan dengan penggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya. Mikke Susanto, Diksi
Rupa : Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa, Edisi Revisi (Yogyakarta: DictiArt Lab, 2011),
225.
45
Pada saat live, sebelum lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu dimainkan, potongan lagon
tersebut dimainkan dalam bentuk sampling. Wawancara dengan personil dan manajer band
Bathang Mayit tanggal 26 November 2014 di Puri Menoreh Hotel & Restaurant, Jalan Raya
Borobudur KM 5,5 Ngrajek Mungkid Magelang, diijinkan untuk dikutip.
44

56

x.x.x5x6

x.x!x6x5

x.x6x!x@

x.x!x.x@

x.x.x6x.

x@x.x.x!

x.x.x.x.

x3x.x3x5 [x.x3x.x5] x.x.x3x.

x.x.x.x6

x.x.x.x.

x.x.x.x!

x6x@x!x6

x.x.x.x5

x.x.x.x2

[x.x1x.x2]

x.x.x.x.

x2x3x2x.

x.x2x3x5

x.x.x.x.

x.x!x6x5 x.x.x1x2

x.x.x.x!

x6x5x.x.

x3x2x.x.

x.x.x.x5

x.x.x.x.

23..
...5
.ety
.ty1
.121

....
.6..
yy..
...1
..yt

...2
6555
....
...t
..ew

6.6.

x.x.x!x.
.6.6

x.x@x.x!
...1

.2.. [2.2.] .2.2


.1yt
.y11
.ett

.y1.

x.x.x.x.
.t.Gw

1... ty..
....

.1.Gy
[y.y.]
x.x2x.x.

....

x.x.x1x.
.y.y

x.x2x.x1
...q

x.x3x5x6

...y

x.x@x!x@ _
...gt _

Transkrip notasi rebab:

2j2ky1222j23j2111j12jy1G11j121
j2k322j2kjy1222j322 _ j2k35j5k32j2k355
6!j!k6521j2k3221Gyyyjy1y
22j23j21j12jy1G11j121
21j2k322jyk1yt.twegt _
Tangga nada dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu menggunakan
tangga nada diatonis mayor dan pentatonis yang menyerupai laras pelog. Lagon
dengan laras slendro pathet sanga, nada berat dalam satu kalimat (gong) lazimnya
jatuh pada nada ji dan ma mendekati nada do dan sol (tonika dan dominan).
Tonika (nada pertama) dan dominan (nada kelima) bila dibunyikan bersamaan
akan membentuk akord 5 (power chord) sebagai akord yang digunakan dalam

57

lagu ini. Selain itu, laras slendro pathet sanga yang dalam satu kalimat nada
beratnya jatuh pada nada ji dan ma, mendekati nada nem dan lu pada laras pelog
pathet nem. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel pendekatan tangga nada
diatonis dengan laras pelog dan slendro:
Tabel Pendekatan Tangga Nada Diatonis
dengan Laras Pelog dan Slendro
Nada
Nama tangga nada

atau laras
Diatonis Mayor
Slendro Pathet Sanga
Pelog Pathet Nem

do
ji
nem

re
ro

mi
lu
ji

fa
ro

sol
ma
lu

la
nem

si
ma

Tabel 1. Tabel pendekatan tangga nada diatonis dengan laras pelog dan slendro

Maka dari itu, wajar apabila dalam lagu ini diawali potongan lagon yang
menggunakan laras slendro pathet sanga, sedangkan tangga nada yang digunakan
dalam lagu ini berupa tangga nada diatonis mayor dan pentatonis yang mendekati
laras pelog.

58

b.

Transkrip Notasi Vokal, Gitar, Gitar Bass, dan Drum46


Transkrip notasi vokal, gitar, gitar bass, dan drum dari lagu Kasembahan

kagem Gusti Ratu sebagai berikut:

46

Instrumen ditranskrip oleh Julian Meru Mastodon dan Raprika Bangkit, vokal
ditranskrip oleh Seta Dewa dan diedit oleh Julian Meru Mastodon.

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

4.

Analisis Musik Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu47

a.

Aspek Waktu

1) Tempo
Tempo adalah waktu atau kecepatan, kecepatan dalam ukuran langkah
tertentu.48 Untuk menunjukkan cepat atau lambatnya sebuah lagu yang dimainkan,
dalam musik digunakan tanda tempo. Tempo dalam musik ditentukan melalui
bantuan metronome (alat pengukur kecepatan tempo).
Lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu memiliki dua tempo yaitu 120
ketukan per menit dan 240 ketukan per menit. Tempo dengan ketukan 120 per
menit tergolong sebagai tempo cepat (120 hingga 192 ketukan per menit) dan
ketukan 240 per menit tergolong di atas tempo cepat.49 Dalam lagu Kasembahan
kagem Gusti Ratu, tempo 120 terdapat pada birama ke-1 hingga 20, kemudian
temponya berubah menjadi 240 pada birama ke-21 hingga 68, setelah itu berubah
kembali ke tempo 120 pada birama ke-69 hingga 94, dan terakhir kembali lagi ke
tempo 240 pada birama 156 hingga berakhirnya lagu pada birama 183.
2) Pola Ritme
Ritme adalah derap atau langkah teratur.50 Ritme merupakan elemen
musikal yang berhubungan dengan waktu. Pola ritme dalam lagu Kasembahan
kagem Gusti Ratu dapat dibagi menjadi dua, yang pertama adalah pola ritme gitar
(rhythm guitar) dan gitar bass, yang mempunyai pola ritme sama, dan yang kedua
pola ritme drum.
47

Dianalisa oleh Julian Meru Mastodon dan dibantu oleh Dreeartika Adijoko Wicaksono.
Pono Banoe, 410.
49
George Thaddeus Jones, Music Theory (New York, Hagerstown, San Fransisco,
London: Barnes & Noble, 1974), 16.
50
Pono Banoe, 158.
48

71

a)

Pola Ritme Gitar dan Gitar Bass


-

Pola ritme 1

Pola ritme 1 pada gitar dan gitar bass seperti yang terlihat di atas, dalam
lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-2 hingga 17, birama
ke-21 hingga 44, birama ke-95 hingga 118, dan birama ke-156 hingga 179.
-

Pola ritme 2

Pola ritme 2 pada gitar dan gitar bass seperti yang terlihat di atas, dalam
lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-45 hingga 68 dan
birama ke-119 hingga 142.
-

Pola ritme 3

Pola ritme 3 pada gitar dan gitar bass seperti yang terlihat di atas, dalam
lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-69 hingga 80,
birama ke-81 hingga 92 (khusus gitar 1 versi recording), dan birama ke-144
hingga 154.
-

Pola ritme 4

Pola ritme 4 pada gitar dan gitar bass seperti yang terlihat di atas, dalam
lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-81 hingga 92 (solo
gitar 1).

72

b) Pola Ritme Drum


-

Pola ritme 1

Pola ritme 1 pada drum seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-2 hingga 17.
-

Pola ritme 2

Pola ritme 2 pada drum seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-21 hingga 44, birama ke95 hingga 118, dan birama ke-156 hingga 178.
-

Pola ritme 3

Pola ritme 3 pada drum seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-45 hingga 68 dan birama
ke-119 hingga 142.
-

Pola ritme 4

Pola ritme 4 pada drum seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-69 hingga 80 dan birama
ke-143 hingga 154.

73

Pola ritme 5

Pola ritme 5 pada drum tersebut, dalam lagu Kasembahan kagem Gusti
Ratu terdapat pada birama ke-81 hingga 88 dan birama ke-90 hingga 91.
3) Meter Lagu atau Sukat
Sukat dikenal sebagai tanda di dalam sebuah penulisan lagu atau karya
musik untuk mengetahui jumlah ketukan atau nilai nada. Ada berbagai macam
sukat yang sering dipergunakan di dalam sebuah lagu atau karya musik. Contoh
sukat di antaranya adalah 2/4 (di dalam satu birama terdapat dua ketuk nada
seperempat) dan 4/4 (di dalam satu birama terdapat empat ketuk nada
seperempat). Tanda sukat dalam istilah musik sering disebut sebagai time
signature.
Pada lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu menggunakan dua meter lagu
atau sukat, yaitu 4/4 dan 2/4. Dalam lagu ini secara keseluruhan menggunakan
sukat 4/4 yang terdapat pada hampir semua birama. Sedangkan sukat 2/4 hanya
terdapat pada satu birama saja, yaitu birama 155. Dalam sukat 2/4 tersebut,
terdapat variasi drum sebagai jembatan untuk menuju kembali ke sukat 4/4.
Variasi drum tersebut merupakan repetisi dari dua ketukan terakhir pada birama
sebelumnya (birama 154). Berikut adalah notasi yang dimaksud:

74

Gambar 15. Sukat 2/4 adalah repetisi dari 2 ketukan terakhir pada birama sebelumnya

Di dalam sukat terdapat istilah tesis dan arsis. Tesis adalah penyebutan
tekanan kuat atau berat suatu lagu, sedangkan arsis adalah tekanan lemah suatu
lagu. Tesis dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu jatuh pada ketukan
pertama, sedangkan arsis jatuh pada ketukan ketiga.
b.

Aspek Melodi

1) Nada Dasar (Pitch Center) dan Tangga Nada atau Skala (The Scale)
Nada dasar adalah nada pertama dalam urutan suatu tangga nada yang
menjadi nama tangga nada yang bersangkutan. Dalam lagu Kasembahan kagem
Gusti Ratu ini mempunyai dua nada dasar yaitu nada dasar F pada birama ke-2
hingga 20, kemudian mengalami modulasi (perubahan nada dasar) menjadi
bernada dasar C pada birama ke-21 hingga berakhirnya lagu pada birama 183.

75

Tangga nada adalah urutan nada yang disusun secara berjenjang.51 Tangga
nada dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu menggunakan tangga nada
pentatonis (lima nada) dan tangga nada diatonis (tujuh nada). Tangga nada
pentatonis yang digunakan adalah tangga nada F A Bes C E (do mi fa sol
si) yang terdapat pada birama ke-2 hingga 20. Kemudian ketika mengalami
modulasi pada birama selanjutnya, yaitu birama ke-21 hingga berakhirnya lagu
pada birama 183, tangga nada yang digunakan berubah menjadi C E F G A
B (do mi fa sol si). Nada 3 4 5 7 1 (mi fa sol si do) ini menyerupai atau
mendekati laras pelog, yaitu 1 2 3 5 6 (ji ro lu ma nem). Dengan adanya
tangga nada pentatonis yang mengadaptasi laras pelog ini, kemudian
menimbulkan kejawaan dalam karya lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu. Berikut
adalah gambar penjelasan mengenai tangga nada pentatonis dengan pendekatan
laras pelog:

Gambar 16. Tangga nada pentatonis dengan pendekatan laras pelog

Selain tangga nada pentatonis seperti yang telah dijelaskan di atas, dalam
lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu di bagian melodi gitar (solo gitar) pada
birama ke-81 hingga 94 menggunakan tangga nada diatonis, meskipun musik
iringan (rhythm guitar dan bass guitar) tetap menggunakan tangga nada
pentatonis. Hal ini yang kemudian menimbulkan keunikan tersendiri dalam lagu
51

Pono Banoe, 406.

76

ini. Tangga nada diatonis yang digunakan terdiri dari C D E F G A B


(do re mi fa sol la si). Meskipun dalam melodi gitar tersebut juga memainkan
nada Dis dan Fis (ri dan fi), dua nada tersebut hanya digunakan sebagai penghias
motif dalam melodi. Berikut adalah notasi melodi gitar dan tangga nada diatonis
yang digunakan:

Gambar 17. Notasi melodi gitar dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu (atas)
dan tangga nada diatonis mayor yang digunakan (bawah)

2) Wilayah Nada atau Register (Range) dan Jumlah Nada yang Digunakan
(Frequency of Notes)
Wilayah nada atau register adalah jangkauan atau wilayah tinggi-rendah
nada suatu instrumen atau suara (vokal) manusia. Pada lagu Kasembahan Gusti
Ratu dibagi dua wilayah nada, yaitu suara vokal dan suara instrumen yang terdiri
dari gitar dan gitar bass. Pentranskripan nada vokal pada lagu ini sebenarnya
dilakukan dengan pendekatan nada tertentu, karena nada yang digunakan lebih

77

cenderung datar dan sangat sulit ditentukan nadanya. Dengan demikian, register
vokal dalam lagu ini hanya berdasar perkiraan dari nada tertentu ke nada tertentu.
Wilayah nada pada gitar antara nada E3 hingga nada E7, sedangkan wilayah nada
pada gitar bass dari nada E2 hingga nada C4. Untuk wilayah nada pada vokal
berkisar antara nada B3 hingga nada G4. Dalam analisa ini, nada C4 sebagai nada
C tengah pada tuts piano.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa pembagian jumlah nada juga
dibagi dua, yaitu jumlah nada pada vokal dan jumlah nada pada dua intrumen
yang terdiri dari gitar dan gitar bass. Jumlah nada yang digunakan pada vokal
diperkirakan terdiri dari enam nada, yaitu nada B3, C4, D4, E4, F4, dan G4. Nada
E4 merupakan nada vokal yang paling sering digunakan, bahkan untuk
keseluruhan birama dalam lagu ini cenderung menggunakan nada E4. Nada yang
paling jarang digunakan adalah nada B3, yang hanya terdengar dua kali not -an
pada birama 119.

Gambar 18. Perkiraan nada yang digunakan pada vokal


dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

Nada yang digunakan pada gitar berjumlah tiga puluh dua nada, yang
terdiri dari nada E3, F3, G3, A3, Bes3, B3, C4, D4, E4, F4, G4, A4, B4, C5, D5,
E5, F5, G5, A5, B5, C6, D6, Dis6, E6, F6, Fis6, G6, A6, B6, C7, D7, dan E7.
Nada yang paling sering digunakan di hampir setiap birama adalah nada F3 dan
nada dengan jarak kelima (kwint) dari F3 yaitu C4. Nada F dan C yang
dibunyikan bersamaan akan membentuk akord F5 (power chord). Sedangkan

78

nada yang paling jarang digunakan adalah nada Dis6 dan Fis6 yang masingmasing hanya satu kali dibunyikan dalam not -an pada birama 90. Untuk
instrumen gitar bass, nada yang digunakan berjumlah sebelas nada, yang terdiri
dari nada E2, F2, G2, A2, Bes2, C3, E3, F3, G3, B3, dan C4. Jumlah nada yang
paling banyak digunakan adalah nada F2 yang terdapat di hampir semua birama,
sedangkan nada yang paling sedikit digunakan adalah nada C4, yang hanya terdiri
dari dua belas nada dalam not -an.

Gambar 19. Nada yang digunakan pada gitar


dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

Gambar 20. Nada yang digunakan pada gitar bass


dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu

3) Jumlah Interval (Prevalent Intervals)


Interval adalah jarak antara nada satu dengan yang lain atau perbedaan
tinggi-rendah nada (pitch) antara dua nada. Jenis interval berdasarkan cara
dimainkan pun dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu interval harmonik, dua
nada yang dibunyikan secara bersamaan dan interval melodik, dua nada yang
dibunyikan secara bergantian.

79

Pada lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu, dua nada yang membentuk
interval harmonik adalah nada yang membentuk akord 5 (power chord) yang
dihasilkan dari instrumen gitar yaitu pada nada C G, E B, F C, G D, A E,
dan Bes F. Dua nada yang dibunyikan bersamaan tersebut mempunyai interval
P5 (kwint murni atau perfect quint atau perfect fifth).
Interval melodik terdiri dari interval ascending (dari nada rendah ke nada
yang lebih tinggi) dan interval descending (dari nada tinggi ke nada yang lebih
rendah), maupun dua nada yang dibunyikan bergantian namun tidak mengalami
perpindahan nada atau tetap. Nada yang membentuk interval melodik terdapat
pada instrumen gitar bass, gitar 1 (lead guitar), dan vokal.
a)

Interval Gitar Bass


Interval ascending pada gitar bass dalam lagu Kasembahan kagem Gusti

Ratu terdiri dari:


-

M2 (sekonde besar atau major second) yaitu nada Bes C dan F G,

m2 (sekonde kecil atau minor second) yaitu nada E F dan A Bes,

M3 (terts besar atau major terza atau major third) yaitu nada C E, F A,
dan G B,

P4 (kwart murni atau perfect quart atau perfect fourth) yaitu nada G C,

A7 (septim augmented atau augmented septime atau augmented seventh)


yaitu nada F E.

P8 (oktaf murni atau perfect octave) yaitu nada E E.

80

Interval descending pada gitar bass dalam lagu Kasembahan kagem Gusti
Ratu terdiri dari:
-

M2 (sekonde besar atau major second) yaitu nada C Bes dan G F,

m2 (sekonde kecil atau minor second) yaitu nada C B, F E dan Bes


A,

M3 (terts besar atau major terza atau major third) yaitu nada E C, A F,
dan B G,

m3 (terts kecil atau minor terza atau minor third) yaitu nada G E,

P4 (kwart murni atau perfect quart atau perfect fourth) yaitu nada A E,

d5 (kwint diminish atau diminished quint atau diminished fifth) yaitu nada
Bes E.
Instrumen gitar bass dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu juga

terdapat dua nada yang dibunyikan bergantian dan tidak mengalami perpindahan
nada atau statis, yaitu nada C C, E E, F F, G G, dan B B, yang
mempunyai interval P1 (prim murni atau perfect prime atau perfect unison).
b) Interval Gitar 1
Interval ascending pada gitar 1 (lead guitar) dalam lagu Kasembahan
kagem Gusti Ratu terdiri dari:
-

M2 (sekonde besar atau major second) yaitu nada C D, D E, E Fis,


dan A B,

m2 (sekonde kecil atau minor second) yaitu nada Dis E, E F, Fis G,


dan B C,

81

M3 (terts besar atau major terza atau major third) yaitu nada C E, F A,
dan G B,

m3 (terts kecil atau minor terza atau minor third) yaitu nada E G, A C,
dan B D,

P4 (kwart murni atau perfect quart atau perfect fourth) yaitu nada C F, D
G, dan B E,

A4 (kwart augmented atau augmented quart atau ugmented fourth) yaitu


nada F B,

P5 (kwint murni atau perfect quint atau perfect fifth) yaitu nada C G, E
B, F C, dan B F,

M6 (sekt besar atau major sext atau major sixth) yaitu nada G E,

M7 (septim besar atau major septime atau major seventh) yaitu nada F E,

M10 (decim besar atau major decime atau major tenth) yaitu nada C E.
Interval descending pada gitar 1 (lead guitar) dalam lagu Kasembahan

kagem Gusti Ratu terdiri dari:


-

M2 (sekonde besar atau major second) yaitu nada D C, E D, G F, A


G, dan B A,

m2 (sekonde kecil atau minor second) yaitu nada C B dan F E,

M3 (terts besar atau major terza atau major third) yaitu nada E C, A F,
dan B G,

m3 (terts kecil atau minor terza atau minor third) yaitu nada C A, D B,
dan G E,

82

P4 (kwart murni atau perfect quart atau perfect fourth) yaitu nada D A,
E B, F C, dan G D,

A4 (kwart augmented atau augmented quart atau ugmented fourth) yaitu


nada B F,

d4 (kwart diminish atau diminished quart atau diminished fourth) yaitu


nada G Dis,

M6 (sekt besar atau major sext atau major sixth) yaitu nada E G.
Selain interval yang telah disebutkan di atas, dalam lagu Kasembahan

kagem Gusti Ratu pada instrumen gitar 1 (lead guitar) juga terdapat dua nada
yang dibunyikan bergantian dan tidak mengalami perpindahan nada atau statis,
yaitu nada C C, D D, E E, G G, A A, B B, yang mempunyai interval
P1 (prim murni atau perrfect prime atau perfect unison).
c)

Interval Vokal
Vokal dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu lebih cenderung

memakai nada-nada datar yaitu nada E E yang mempunyai interval P1 (prim


murni atau perrfect prime atau perfect unison). Selain nada E E yang sangat
nampak pada vokal tersebut, interval prim murni juga dihasilkan dari gerakan
nada C C, F F, dan B B. Meskipun demikian, diperkirakan vokal dalam lagu
ini juga mengandung beberapa interval yang lain, yaitu:
-

Interval ascending berupa interval M2 (sekonde besar atau major second)


terdiri dari nada C D dan F G, dan interval m2 (sekonde kecil atau
minor second) yang dihasilkan dari lompatan nada E F.

83

Interval descending berupa interval M2 (sekonde besar atau major second)


yang dihasilkan dari nada G F, interval m2 (sekonde kecil atau minor
second) dari lompatan nada F E, dan interval M3 (terts besar atau major
terza atau major third) hasil dari nada E C.

4) Pola Kadens (Cadence Patterns)


Istilah kadens memiliki banyak arti, salah satunya berasal dari bahasa latin
yaitu cadere yang berarti turun atau terjun, seperti kesan gravitasi dalam urutan
harmonis.52 Dalam arti lain, kadens dapat diartikan sebagai cara untuk mengakhiri
komposisi musik dengan berbagai kombinasi akord, sehingga terasa berakhirnya
sebuah lagu atau sebuah frase lagu.53 Akord adalah paduan beberapa nada yang
dibunyikan bersamaan paling sedikit terdiri dari tiga nada atau tri nada. 54 Nama
akord menurut tingkatannya yaitu tonik (I) supertonik (II) median (III) sub
dominan (IV) dominan (V) sub median (VI) leadingtone (VII) oktaf
(VIII). Berikut beberapa kemungkinan perubahan untuk mengakhiri suatu gerakan
akord dalam kadens antara lain :
1. Authentic cadence (kadens otentik) adalah kadens dengan urutan akord IV
V I (sub dominan dominan tonik).
2. Imperfect cadence (kadens sementara atau kadens tidak sempurna) adalah
kadens dengan urutan akord I V (tonik dominan). Kadens ini
merupakan penyelesaian sementara.
3. Plagal cadence adalah kadens dengan urutan akord IV I (sub dominan
tonik).
52

Dieter Mack, 138.


Pono Banoe, 68.
54
Pono Banoe, 83.
53

84

4. Phrygian cadence adalah kadens dengan urutan akord IV6 V minor (sub
dominan dominan minor).55
Kadens dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu terdiri dari gerakan
akord V IV III (dominan sub dominan median), contohnya terdapat pada
birama ke-25 hingga 27, birama ke-47 hingga 49, dan birama ke-71 hingga 72.
Kadens dengan gerakan akord tersebut merupakan pola kadens non-konvensional
dalam teori musik. Maka dari itu, pola kadens dalam lagu Kasembahan kagem
Gusti Ratu adalah kadens yang tidak lazim. Selain itu, dalam kadens tersebut juga
tidak dapat disebut sebagai gerakan akord, karena hanya terdiri dari dua nada yang
dibunyikan bersamaan, yang kemudian membentuk akord 5 (power chord). Hal
ini yang kemudian menambah keunikan tersendiri dari lagu tersebut.
5) Formula Melodi (Melodic Formulas)
Formula melodi adalah nada-nada yang membentuk melodi. Melodi
sendiri adalah pembentuk rasa musikal pada suatu karya musik, yang di dalamnya
terdapat beberapa formula motif melodi pokok yang membentuknya. Motif adalah
unit terkecil dari suatu melodi, yang terdiri dari tiga nada atau lebih yang menjadi
ide pembentukan melodi.
Dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu formula melodi dibentuk dari
instrumen gitar 1 (lead guitar) dan vokal. Namun dalam analisa formula melodi
ini, hanya fokus menganalisa formula melodi yang dibentuk dari instrumen gitar
1, karena wilayah nada-nadanya jelas dan dapat ditentukan, daripada nada-nada
yang terdapat pada vokal. Berikut adalah motif-motif melodi pada gitar 1:

55

Dieter Mack, 138. Pono Banoe 68.

85

- Motif melodi 1:

Motif melodi 1 pada gitar 1 tersebut, dalam lagu Kasembahan kagem


Gusti Ratu terdapat pada birama 69, 72, 75, 78, 143, 146, 149, dan 152. Dari
motif tersebut (contoh birama 69), kemudian terjadi pengembangan motif
pemerkecilan interval (diminuation of the ambitus) pada birama selanjutnya
(contoh birama 70), kemudian terjadi variasi motif berupa isian pada birama
selanjutnya (contoh birama 71). Berikut adalah notasi yang dimaksud (contoh
birama 70 dan 71) :

Motif 1 dan pengembangannya tersebut kemudian membentuk frase. Dari frase


tersebut kemudian terjadi pengulangan harafiah pada frase selanjutnya (contoh
birama ke-72 hingga 74). Berikut adalah notasi yang dimaksud:

Dari dua frase tersebut (contoh birama ke-69 hingga 74) akan membentuk sebuah
kalimat sebagai berikut:

86

- Motif melodi 2:

Motif melodi 2 pada gitar 1 seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama 81 (kecuali ketukan
terakhir). Kemudian dari motif tersebut terjadi pengembangan motif berupa isian
pada birama 81 (ketukan terakhir) hingga birama 84 (ketukan pertama). Berikut
adalah notasi yang dimaksud:

Dari motif melodi 2 dan pengembangannya tersebut, kemudian akan membentuk


frase 1. Berikut adalah frase yang dimaksud:

- Motif melodi 3:

Motif melodi 3 pada gitar 1 seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama 84. Dari motif tersebut,
kemudian terjadi pengembangan motif berupa sekuens naik pada birama 85 dan
86 sebagai berikut:

87

Dari motif melodi 3 dan pengembangannya tersebut, kemudian akan membentuk


frase 2. Berikut adalah frase yang dimaksud:

- Motif melodi 4:

Motif melodi 4 pada gitar 1 seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama 87. Dari motif tersebut,
kemudian terjadi pengembangan motif berupa sekuens turun pada birama 88 dan
89 sebagai berikut:

Dari motif melodi 4 dan pengembangannya tersebut, kemudian akan membentuk


frase 3. Berikut adalah frase yang dimaksud:

88

- Motif melodi 5:

Motif melodi 5 pada gitar 1 seperti yang terlihat di atas, dalam lagu
Kasembahan kagem Gusti Ratu terdapat pada birama 90 dan 91 (dua ketukan
pertama). Dari motif tersebut, kemudian terjadi pengembangan motif berupa isian
pada birama 91 (ketukan keempat) hingga birama 94. Berikut adalah notasi yang
dimaksud:

Dari motif melodi 4 dan pengembangannya tersebut, kemudian akan membentuk


frase 4 sebagai berikut:

Penggabungan frase 1 hingga 4 tersebut akan membentuk sebuah kalimat


(birama ke-81 hingga 94). Kalimat ini adalah bagian melodi gitar (solo gitar) dari
lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu. Melodi gitar dalam lagu Kasembahan
kagem Gusti Ratu terdapat pada birama ke-81 hingga 94 sebagai berikut:

89

6) Kontur (Contour)
Kontur biasanya ditandai dengan menarik atau menggambar garis untuk
melihat sebuah alur melodi atau perjalanan melodi sebuah komposisi musik. Ada
beberapa jenis kontur antara lain:
1. Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnya naik dari nada rendah ke nada
yang lebih tinggi.
2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang tinggi
ke nada yang lebih rendah.
3. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang
rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah. Atau
sebaliknya dari nada yang tinggi ke nada yang lebih rendah kemudian
kembali ke nada yang lebih tinggi.
4. Teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga
dari nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian sejajar.
5. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap.56
Untuk mengetahui kontur melodi dalam lagu Kasembahan kagem Gusti Ratu
dapat dilihat melalui alur melodi pada vokal dan instrumen gitar 1 (lead guitar).

56

William P. Malm, Music Cultures of the Pacific, the Near East, and Asia (New Jersey:
Prentice Hall, Englewood Cliffs, 1977), 76.

90

a)

Kontur Melodi Vokal

Jenis kontur pada notasi di atas merupakan jenis kontur statis, yaitu garis
melodi yang sifatnya tetap atau datar, seperti yang terlihat pada salah satu contoh
penggalan notasi vokal dari birama ke-69 hingga 82.
b) Kontur Melodi Gitar 1
- Kontur melodi 1:

Jenis kontur pada notasi di atas (birama ke-69 hingga 71) merupakan jenis
kontur pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada rendah
ke nada yang yang lebih tinggi, kemudian kembali ke nada rendah.
- Kontur melodi 2:

91

Notasi tersebut terdapat pada birama ke-81 hingga 89. Kontur melodi
tersebut menunjukkan jenis kontur pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya
melengkung dari nada yang rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke
nada rendah.
- Kontur melodi 3:

Notasi di atas terdapat pada birama ke-90 hingga 94, merupakan lanjutan
dari birama sebelumnya. Kontur melodi di atas menunjukkan jenis kontur
teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga dari
nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian sejajar.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aliran musik Black Metal yang lahir di Eropa pada awal 1980-an telah
mengalami perjalanannya yang panjang ke seluruh dunia, hingga salah satunya di
Indonesia. Banyak band beraliran musik Black Metal di Jawa berusaha
memadukan budaya Jawa ke dalam aliran musik Black Metal, baik dalam aspek
musikal dan non-musikal. Ide pencampuran ini digagas oleh band Makam asal
Surakarta sebagai salah satu pelopor Black Metal di Indonesia, yang lahir pada
tahun 1995. Kemudian Santet yang lahir pada tahun 1997 asal Purwokerto,
mempertegas dengan menyatakan dirinya beraliran musik Javanese Black Metal.
Penamaan istilah aliran musik Javanese Black Metal ini menunjukkan adanya
nuansa Jawa dalam musik Black Metal. Adapun beberapa band Black Metal yang
juga melakukan hal serupa (memadukan budaya Jawa ke dalam musik Black
Metal), tidak memproklamirkan diri sebagai pengusung aliran musik Javanese
Black Metal. Dari sekian banyak band yang ada, salah satunya adalah band
Bathang Mayit.
Bathang Mayit adalah band asal Borobudur Kabupaten Magelang Jawa
Tengah yang berdiri pada tahun 2007. Kejawaan band Bathang Mayit dalam
aspek musikal dan non-musikal tampak dalam beberapa unsur, di antaranya yaitu:
(1) unsur sistem teknologi dan peralatan berupa penggunaan surjan lurik sebagai
kostum, (2) unsur sistem religi berupa penggunaan sesajen sebagai properti

93

panggung, (3) unsur bahasa berupa penggunaan bahasa Jawa dalam lirik lagunya,
dan (4) unsur kesenian berupa penggunaan tangga nada pentatonis yang
mengadaptasi laras pelog, penempelan potongan lagon instrumental gender dan
rebab ke dalam salah satu lagunya yang berjudul Kasembahan kagem Gusti Ratu,
dan penggunaan saron yang difungsikan tidak hanya sebagai alat musik namun
sebagai properti panggung. Meskipun demikian, unsur-unsur seperti bahasa,
kesenian, sistem religi, dan sistem teknologi dan peralatan tersebut, ditujukan
sebagai hasil dari karya seni yang merupakan keperluan dari unsur kesenian saja.
Pencampuran budaya Jawa ke dalam musik Black Metal yang dilakukan
oleh band Bathang Mayit secara eksplisit terlihat sebagai pelestarian budaya
Jawa, namun sesungguhnya akan melahirkan budaya Jawa yang baru. Kekurang
pahaman makna simbol yang mereka gunakan salah satunya terlihat pada
pemakaian surjan sebagai kostum, bahwa surjan mengandung makna filosofis
keislaman yang akan menimbulkan kontradiksi terhadap tema aliran musik Black
Metal yang mengidentifikasi dirinya sebagai satanis, okultis, dan paganis.
Penggunaan sesajen yang terkesan mistis dan horor, yang hanya berfungsi sebagai
properti panggung, merupakan bagian dari keperluan publisitas yang hanya
sekedar gimmick. Upaya ini tidak lain hanya sebagai upaya pengidentitasan
kejawaan mereka, sebagai band Black Metal yang berusaha mencari ciri khas di
antara band Black Metal di seluruh dunia.

94

B. Saran
Apa yang dilakukan oleh band yang mengaku beraliran musik Javanese
Black Metal atau pun band yang tetap mengaku mengusung aliran musik Black
Metal dengan mencampurkan budaya Jawa ke dalam aspek musikal dan nonmusikalnya, sangat dimungkinkan akan terus dilakukan dengan segala
perkembangan kreatifitas para pelakukunya. Hal ini merupakan upaya yang sangat
menarik dan perlu dihargai untuk memunculkan potensi-potensi lokal Indonesia
ke dalam peta global. Namun seyogyanya diimbangi dengan pengetahuan yang
cukup terhadap budaya lokal yang akan diangkat, agar mampu menghasilkan
karya yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penelitian ini pada dasarnya masih sangat terbatas dengan kasus yang
hanya meliputi satu band saja, sehingga kesimpulan yang dibuat masih bersifat
sementara. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan menyangkut
permasalahan serupa, agar data yang diperoleh dapat digunakan untuk membuat
generalisasi. Selain itu, fenomena aliran musik Javanese Black Metal dan
berbagai aliran musik Metal ekstrem di komunitas-komunitas Metal Underground
di Indonesia merupakan area kajian yang menarik untuk dipelajari lebih jauh oleh
peneliti dari berbagai disiplin ilmu, dimana literatur terhadap musik Metal di
Indonesia juga masih sangat terbatas. Literatur-literatur tersebut nantinya,
seyogyanya tidak hanya berada di dalam perpustakaan dan berhenti untuk
diinformasikan kepada khalayak umum, khususnya para pelaku dan penikmat
musik Metal di Indonesia. Dengan demikian literatur-literatur tersebut mampu
menstimulus karya-karya para pelaku selanjutnya.

KEPUSTAKAAN
Sumber Tercetak
Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.
Condronegoro, Mari S. 1995. Busana Adat Kraton Yogyakarta (1877-1937) :
Makna dan Fungsi Dalam Berbagai Upacara. Yogyakarta: Yayasan
Pustaka Nusatama.
Denzim, Noorman K. dan Yvonna S. Lincoln (ed). 2009. Hanbook of Qualitative
Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Endraswara, Suwardi. 2006. Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme, dan
Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa, Edisi Revisi. Yogyakarta: Narasi.
Geertz, Clifford. 2014. Agama Jawa : Abangan, Santri, Priyayi dalam
Kebudayaan Jawa, Terj. Aswab Mahasin dan Bur Rasuanto. Depok:
Komunitas Bambu.
Giri MC, Wahyana. 2010. Sajen dan Ritual Orang Jawa. Yogyakarta: Penerbit
Narasi.
Herusatoto, Budiono. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Jones, George Thaddeus. 1974. Music Theory. New York, Hagerstown, San
Fransisco, London: Barnes & Noble.
Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan. Jakarta: P.T.
Gramedia.
______________. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Mack, Dieter. 1995. Ilmu Melodi. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
Malm, William P.. 1977. Music Cultures of the Pacific, the Near East, and Asia.
New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Nettl, Bruno. 2012. Teori dan Metode dalam Etnomusikologi, Terj. Nathalian
H.P.D. Putra. Jayapura: Jayapura Center of Music.
Philips, William dan Brian Cogan. 2009. Encyclopedia of Heavy Metal Music.
Amerika Serikat: Greenwood Publishing Press.
Prier SJ, Karl-Elmund. 1996. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik
Liturgi.

96

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional.
Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa : Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa.
Edisi Revisi. Yogyakarta: DictiArt Lab.
Suyono, Capt. R. P.. 2007. Dunia Mistik Orang Jawa: Roh, Ritual, Benda Magis.
Yogyakarta: Lkis.
Wan Seng, Ann. 2007. Rahasia Black Metal. Membongkar Kesesatan, Kejahatan
& Kegilaan Pemuja Syaitan!, dalam Ed. Tim MQ Publishing,
Membongkar Kesesatan Black Metal. Bandung: MQ Publishing.
Wenstein, Deena. 2010. Heavy Metal: The Music and Its Subcultures. Cambridge:
Da Capo Press.

Sumber Tidak Tercetak


I Wayan Senen, I Nyoman Cau Arsana, Cepi Irawan, Budi Raharja, Sunaryo,
Krismus Purba, Haryanto, Joko Tri Laksono. 2015. Pedoman Penulisan
Tugas Akhir Kompetensi Pengkajian dan Penciptaan Musik Etnis. Edisi
Revisi, Program Studi S-1 Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Kalabintalu, Usman. 2014. Vorstendom, Katalog pameran artwork Black Metal
Kedjawen Pagan Front Bentara Budaya Balai Soedjatmoko.
Narendara, Yuka Dian. 2012. Setan Bukan Satan. Mengintepretasikan
Satan dalam Black Metal dan Death Metal Indonesia, dalam Prossiding
the 4th International Conference on Indonesian Studies: Unity, Diversity
and Future. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia.

Sumber Tesis dan Skripsi


Anggoro, Albertus Rusputranto Ponco. 2013. Retorika Visual pada Praktik
Representasi Hantu sebagai Simbol Identitas Komunitas Musik
Underground di Kota Surakarta, Tesis untuk menempuh derajat Sarjana
S-2 pada Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata
Dharma.

97

Fachruddin, Widardiyanto Kurnia. 2014. Drama Pencitraan Black Metal dalam


Konser, Produk Visual dan Jejaring Sosial (Studi Kasus pada Kelompok
Musik Bandoso), Skripsi untuk menempuh derajat Sarjana S-1 Program
Studi Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia
Surakarta.
Fridh, Sana. 2010. Satan: The Perfect Man, A Symbol and Gender Analysis of
Satanism in Black Metal, Tesis untuk menempuh derajat Sarjana S-2
pada Program Social Anthropology University of Gothenberg.
Kristiyani, Endarwati. 2013. Makna Ritual dalam Aliran Musik Band
Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten
Boyolali), Skripsi untuk menempuh derajat Sarjana S-1 pada Program
Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas
Kristen Satya Wacana.
Nugroho, Yudhistira Ardi. 2006. Busana dalam Lingkup Kelompok punk,
reggae, dan black metal di Surakarta, Skripsi untuk menempuh
derajat Sarjana S-1 Jurusan Kriya Seni/Tekstil Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret.
Utomo, Bagus Tri Wahayu. 2014. Etnografi Black Metal Jawa (Studi Kasus
Kelompok Musik Makam Surakarta), Skripsi untuk menempuh derajat
Sarjana S-1 pada Program Studi Etnomusikologi Fakultas Seni
Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta.
Yusoff, Syammil Izuddin Bin Mohamed. 2010. Fatwa Mufti Kerajaan Malaysia
Tentang Aliran Black Metal, Skripsi untuk menempuh derajat Sarjana S-1
pada Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.

Sumber Internet
10 Kasus Kejahatan Terparah Yang Pernah Dilakukan Musisi Black Metal.
http://area-frontal.com/10-kasus-kejahatan-terparah-yang-pernahdilakukan-musisi-black-metal-part-i/. Akses tanggal 5 Juni 2015.
Arti Lambang Baphomet. http://fadli-posthardcore.blogspot.com/2011/10/artilambang-baphomet.html. Akses tanggal 26 Mei 2015.
Black Metal. http://metalisir.forumotion.net/t9-black-metal. Akses tanggal 17
September 2014.
Black Sabbath. http://en.wikipedia.org/wiki/Black_Sabbath. Akses tanggal 3 Juni
2015.

98

Darkthrone. http://up3x.net/darkthrone. Akses tanggal 4 Juni 2015.


Dibalik Sejarah
Corpse Paint
di Dunia Musik Underground.
http://konterkultur.com/dibalik-sejarah-corpse-paint-di-dunia-musikunderground/. Akses tanggal 4 Juni 2015.
Handoko,
Kinting.
Tata
Busana
Panatacara
Gaya
Yogyakarta.
http://pariwisata.jogjakota.go.id/index/extra.detail/2244. Akses tanggal 23
April 2015.
http://aliefadam.blogspot.com/2011/03/pamflet-killer-in-street-borobudur.html.
Unduh bulan Desember 2014.
http://bathangmayitgothicviolence.blogspot.com/2008/02/bathang-mayit.html.
Akses tanggal 3 Desember 2014.
http://cimanggisextremmedia.blogspot.com/2010/05/purworejo-gogrog-6.html.
Unduh bulan Desember 2014.
http://dispersal-blustery.blogspot.com/2012/04/borobudur-total-bising-4.html.
Unduh Desember 2014.
http://indometalzine.blogspot.com/2013/09/erase-all-racism-magelang.html.
Unduh bulan Desember 2014.
http://noisevoices.blogspot.com/2013_07_01_archive.html.
Desember 2014.

Unduh

bulan

http://pamfleteventmetal.blogspot.com/2011/10/borobudur-total-bising-3.html.
Unduh bulan Desember 2014.
http://sakietdjiwa.blogspot.com/2011/06/hellscum-community-presentsemarang.html. Unduh bulan Desember 2014.
http://www.acara-acara.com/events/801#.VH4iTzGsUbh. Unduh bulan Desember
2014.
http://www.reverbnation.com/bathangmayit. Unduh tanggal 29 Agustus 2014.
http://www.spirit-of-metal.com/index-l-en.html. Akses tanggal 12 September
2014.
https://commons.wikimedia.org. Akses tanggal 26 Mei 2015.
https://www.facebook.com/fadli.binasah/media_set?set=a.1225916742789.27620.
1675155251&type=3. Akses tanggal 4 Juni 2015.

99

https://www.facebook.com/pages/Bathang-Mayit-Javanese-Blackmetal/177284209372?sk=info&tab=page_info.
Akses
tanggal
Desember 2014.

29

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=525583284129691&set=pb.10000034
0734332.-2207520000.1437918452.&type=3&theater. Akses tanggal 26
Juli 2014.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=748205988534085&set=pb.10000034
0734332.-2207520000.1437918452.&type=3&theater. Akses tanggal 26
Juli 2014.
https://www.facebook.com/SANTETtrueJavaneseBlackMetal/timeline.
tanggal 20 Desember 2014.

Akses

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). http://kbbi.web.id/. Akses bulan


September 2014 Juli 2015.
Palm Mute. https://en.wikipedia.org/wiki/Palm_mute. Akses tanggal 16 Juni
2015.
Pengageman
Takwa
lan
Pranakan.
http://tedjatirta.blogspot.com/2009/11/pengageman-takwa-lanpranakan.html. Akses tanggal 23 April 2015.
Periodesasi
Sejarah
Musik
Rock
Indonesia.
http://belajarsejarah.tumblr.com/post/74258125271/periodisasi-sejarahmusik-rock-indonesia. Akses tanggal 3 Juni 2015.
Sartono. Makna Baju Surjan dan Pranakan. http://tembi.net/yogyakartayogyamu/makna-baju-surjan-dan-pranakan-1. Akses tanggal 23 April
2015.
Sejarah Black Metal. http://dzaoent.blogspot.com/p/sejarah-black-metal.html.
Akses tanggal 24 Desember 2014.
Sejarah Musik Rock Indonesia. http://www.ipangrock.com/sejarah-musik-rockindonesia.html. Akses tanggal 3 Juni 2015.
Setanisme. http://id.wikipedia.org/wiki/Setanisme. Akses tanggal 26 Mei 2015.
Surjan dan Tradisi Luhur Bangsa Kita. http://jogjareview.net/istimewa/surjandan-tradisi-luhur-bangsa-kita/. Akses tanggal 23 April 2015.
Sweep-picking. https://en.wikipedia.org/wiki/Sweep-picking. Akses tanggal 16
Juni 2015.

100

Zakky, Mokhammad. Sejarah Musik Heavy Metal dan Jenis Alirannya.


http://museummusik.blogspot.com/2014/05/sejarah-musik-metal.html.
Akses tanggal 3 Juni 2015.

Sumber Facebook Fans Page


Azab:
https://www.facebook.com/pages/AZAB-Javanese-Black-Metal/235491799837940?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Bathang Mayit:
https://www.facebook.com/pages/Bathang-Mayit-Javanese-Blackmetal/177284209372?ref=br_rs. Akses tanggal 29 Agustus 2014.
Bolopati:
https://web.facebook.com/pages/Bolopati/1415948545309627?ref=br_rs.
tanggal 4 Juni 2015.

Akses

Bondowoso:
https://www.facebook.com/pages/Bondowoso-Comal-JavaneseBlack-Metal/103885326377739?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Brhobosan:
https://www.facebook.com/brhobosan?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Condromowo:
https://web.facebook.com/CONDROMOWO.Javanesse.Black.Metal.
tanggal 4 Juni 2015.

Akses

Jolo Sukmo:
https://www.facebook.com/pages/JOLO-SUKMO/291090904343270?fref=ts.
Akses tanggal 20 Desember 2014.
Kamar Mayat:
https://www.facebook.com/pages/Kamar-MayatGothicmetal/145901512134173?ref=ts&fref=ts.
Desember 2014.

Akses

tanggal

Karasan Wingit:
https://www.facebook.com/KarasanWingitJavaneseblackmetal?fref=ts.
tanggal 20 Desember 2014.

20

Akses

Kembang Mayat:
https://www.facebook.com/pages/Kembang-Mayat-Madiun-Javanese-BlackMetal/222112231271516?ref=br_rs. Akses tanggal 20 Desember 2014.

101

Kepaten:
https://web.facebook.com/KEPATEN.JavaneseBlackMetal. Akses tanggal 4 Juni
2015.
Kodrat Bergowong:
https://www.facebook.com/KodratBergowongTrenggalekJavaneseGothicBlackMe
tal?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Mayonggo Seto:
https://www.facebook.com/pages/Mayonggo-Seto/370988376267000?fref=ts.
Akses tanggal 20 Desember 2014.
Mbahurekso:
https://www.facebook.com/pages/Mbahurekso-Javanese-Blackmetal/244740315628209?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Mendiang Romo:
https://web.facebook.com/pages/MENDIANGROMO/238853006171773?ref=br_rs. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Pandhowo:
https://www.facebook.com/pages/Pandhowo/135802279827877?fref=ts.
tanggal 20 Desember 2014.

Akses

Parewangan:
https://web.facebook.com/pages/Parewangan-Javanese-BlackMetal/354977794587622?ref=br_rs. Akses tanggal 4 Juni 2015.
Patigeni:
https://www.facebook.com/patigeni666?ref=ts&fref=ts.
Desember 2014.

Akses

tanggal

20

Patigeni 666:
https://www.facebook.com/pages/PATIGENI-666/255221847143?fref=ts. Akses
tanggal 20 Desember 2014.
Pesanggahan Sakral:
https://www.facebook.com/pages/PESANGGRAHANSAKRAL/202188839799958. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Santet:
https://web.facebook.com/SANTETtrueJavaneseBlackMetal?fref=ts.
tanggal 20 Desember 2014.

Akses

102

Sarcophagus:
https://www.facebook.com/pages/SARCOPHAGUS-Extreme-javanese-BlackMetal-/176307125789319?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Sedho:
https://www.facebook.com/pages/SEDHO-extreme-javanese-blackmetal/200735289997972?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Semi Mortuus:
https://www.facebook.com/pages/SemiMortuus-Surabaya-Javanese-BlackMetal/145003678946889?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Siramandalem Legion:
https://www.facebook.com/pages/SiramandalemLegion/287042917992678?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Sukmo Sirno:
https://www.facebook.com/P.S.N.B.S?fref=ts. Akses tanggal 20 Desember 2014.
Tahlilan:
https://www.facebook.com/pages/TAHLILAN/247521171999549?fref=ts. Akses
tanggal 20 Desember 2014.

Sumber Film
Aaron Aites dan Audrey Ewell. 2009. Until The Light Takes Us. Amerika Serikat:
Artists Public Domain, Field Pictures, The Group Entertainment.

103

DAFTAR NARA SUMBER


Fadly Aditya Benhard (alias Gambaz), 24 tahun, pendiri/vokalis/penabuh saron
band Bathang Mayit, pekerja pariwisata dan pelayaran, Jalan Syailendra
Raya No. 50 Jayan Borobudur Magelang, Jawa Tengah.
Sena Sigit, 24 tahun, gitaris/bassis sesi rekaman/arranger band Bathang Mayit,
musisi dan teknisi audio rekaman, Senden Bumiharjo Borobudur
Magelang, Jawa Tengah.
Rahma Hilda Amonnisa, 24 tahun, manajer band Bathang Mayit, Jalan Dieng
Desa Kepakisan RT/RW 02/04 Batur Banjarnegara, Jawa Tengah.

DISKOGRAFI
Kasembahan kagem Gusti Ratu, Bathang Mayit, album kompilasi acara
Wonosobo Hellfest IV (Tak Entengke Patiku Tinimbang Aku Kalah),
Wonosobo: Wonosobo Underground Society Undergrind Merch, 2013.

104

GLOSARIUM
additional player
agami Jawi

amplifier
Arranger
baju pranakan

Band

blog

Brutal Death Metal

chordophone
corpsepaint

costum
Death Metal

Doom Metal

: pemain tambahan untuk melengkapi kebutuhan


formasi pada kelompok musik atau band
: menurut Koentjaraningrat adalah penyebutan untuk
agama Islam sinkretis, yang menyatukan unsurunsur pra-Hindu, Hindu, dan Islam
unit elektronik penguat suara dari instrumen
elektrik
: aransir, penggubah aransemen lagu atau musik
: baju surjan yang khusus digunakan oleh abdi dalem
Keraton Yogyakarta, berbahan lurik dengan garisgaris berwarna biru tua
: kelompok musik atau satuan musik. Formasi band
pada musik Metal umum terdiri dari vokal, gitar,
gitar bass, drum, dan keyboard. Adapun beberapa
band yang menambahkan istrumen perkusi,
turntables, instrumen tiup logam, dan saxophone,
sesuai dengan kebutuhan band itu sendiri. Istilah
lain yaitu, combo band adalah band unit kecil
: situs web yang berisi tulisan, artikel atau informasi
bermanfaat yang di-update (diperbaharui) secara
teratur dan dapat diakses secara online baik untuk
umum maupun pribadi
: sub aliran musik dari Heavy Metal, perkembangan
aliran musik Death Metal dengan tempo yang lebih
cepat
: golongan alat musik yang sumber bunyinya
dihasilkan dari getaran dawai atau senar
: gaya riasan wajah (make-up) untuk memutihkan
wajah agar terlihat seperti mayat atau setan, yang
umum dilakukan oleh band-band Black Metal
: dibuat menurut pesanan pribadi
: sub aliran musik dari Heavy Metal yang
berkembang dari Trash Metal pada awal 1980-an.
Beberapa ciri khasnya lirik lagu bertemakan
kekerasan atau kematian, stem gitar rendah
(downtuned rhythm guitars), tempo drum yang
cepat, dan intensitas dinamis, vokal biasa
dinyanyikan dengan gerutuan (death grunt),
geraman garau (guttural growl), atau geraman maut
(death growl)
: sub aliran musik Heavy Metal yang sangat khas,
mempunyai tempo yang sangat lamban, stem gitar
yang rendah, dan suara gitar lebih tebal atau lebih
berat dari suara aliran Metal yang lainnya. Musik

105

double bass drum pedal

downstroke

facebook fans page

gimmick
Glam Rock

:
:

Gothic Metal

Grindcore

growl

headbanging

Heavy Metal

lagon

lead guitar
lelembut

:
:

dan lirik cenderung menimbulkan perasaan putus


asa, rasa takut, dan berharap akan terjadinya ajal
atau malapetaka
drum bass dengan pedal ganda, digunakan pada
musik-musik Metal
teknik memetik senar menggunakan pick dengan
pukulan ke bawah
sebuah halaman khusus layaknya blog yang
menyediakan informasi yang beragam sesuai
dengan keinginan pemiliknya, mulai dari
perusahaan, pendidikan, layanan, produk fisik,
artis, komunitas, dan masih banyak lainnya.
Facebook adalah nama jejaring atau media sosial
dalam dunia internet
tiruan, bohongan
sub aliran musik Rock pasca-hippies berasal dari
Britania Raya pada awal tahun 1970-an. Penyanyi
dan pemusiknya memakai pakaian, rias wajah, dan
model rambut yang serba gemerlap, serta
mengenakan sepatu bot berhak tinggi
sub aliran musik Heavy Metal yang mempunyai
konsep lagu yang bercerita tentang kegelapan,
pagan, kemuraman, dan sebagainya. Biasanya
kelompok-kelompok aliran musik ini menggunakan
dua vokalis (wanita dan pria). Vokalis wanita
menggunakan karakter suara sopran, serta vokalis
pria biasanya menggunakan karakter vokal scream
dan shrieking
sub aliran musik Heavy Metal yang muncul pada
awal hingga pertengahan 1980-an. Musik ini adalah
gabungan dari beberapa musik ekstrem seperti
Death Metal dan beberapa variasi Hardcore Punk
teknik vokal dengan geraman pada musik Death
Metal
gerakan mengayun-ayunkan atau menganggukanggukkan kepala saat menikmati musik Metal
suatu jenis aliran musik Metal yang muncul pada
tahun 1970-an dipelopori oleh Black Sabbath, band
asal Inggris
sekadar lagu yang diucapkan dalang guna mencari
keseimbangan nada, untuk membangun suasana
pada pathet. Lagon adalah istilah karawitan gaya
Yogyakarta, pathetan istilah karawitan gaya
Surakarta.
gitar yang menonjol, memainkan melodi
makhuk halus

106

live
membranophone
merchandise
Metal
Metalheads
metronome
nembang
Nordik

okultisme
paganisme

palm muting

pathet

picking
pocongan

power chord

recording
reverbnation

rhythm guitar
Rock

rocker
rockstar
satanisme

: secara langsung
: golongan alat musik yang sumber bunyinya
dihasilkan dari membran atau selaput kulit
: barang dagangan, souvenir
: jenis musik keras melebihi karakter Rock
: penikmat atau penggemar musik Metal
: alat pengukur kecepatan tempo
: bernyanyi, identik dengan teknik vokal karawitan
Jawa
: kepercayaan masyarakat Eropa Utara (negara
Denmark, Norwegia, Islandia, dan Swedia)
sebelum kedatangan agama Kristen
: kepercayaan kepada kekuatan gaib yang dapat
dikuasai manusia, kajian tentang kekuatan gaib
: perihal (keadaan) tidak beragama, paham pada
masa sebelum adanya (datangnya, masuknya)
agama (Kristen, Islam, dan sebagainya)
: teknik bermain gitar untuk meredam getaran yang
dihasilkan oleh senar dengan menggunakan sisi
telapak tangan kanan
: susunan nada dalam suatu laras yang dapat
menimbulkan nuansa tertentu, istilah dalam
karawitan Jawa
cara memetik senar pada gitar menggunakan pick
(alat pemetik senar)
: hantu pocong, hantu dengan wujud manusia
terbungkus kain kavan layaknya orang meninggal
(jenazah) dalam agama Islam
: akord yang hanya terdiri dari dua nada yaitu nada
pertama atau nada dasar (tonika) dan nada kelima
(dominan)
: rekaman, merekam audio
: salah satu situs di dunia internet yang bisa
menampung data audio, dan biasanya digunakan
untuk kegiatan promosi karya musik
: gitar pengiring
: jenis karakter musik keras yang menghentakhentak, berkembang dari aliran musik Rock n Roll
dan juga terpengaruh oleh musik Blues
: penikmat atau penggemar musik Rock
: musisi atau bintang musik Rock yang sangat
dikagumi
: aliran kepercayaan yang menjadi pengikut atau
penyembah setan. Mereka menolak agama dan
biasanya dalam ajarannya melaksanakan hal-hal
yang mengandung kontradiksi dengan agama

107

scene
scream
selametan
shrieking
sound control
spike

sweep picking
Trash Metal
underground

: suatu tempat atau kehidupan (menunjukkan


komunitas dalam wilayah yang lebih luas)
: jenis teknik vokal berteriak yang umum dipakai
dalam aliran musik Black Metal
: sesajen yang dipersembahkan untuk Tuhan, yang
ditinggikan derajatnya
: teknik vokal dengan cara menjerit terdapat pada
jenis musik Metal atau Rock
: perangkat sistem suara untuk mengontrol suara dari
permainan musik, biasanya berada di depan pemain
: asesoris yang dibuat dari kulit imitasi yang
ditanami logam-logam runcing. Asesoris tersebut di
antaranya dipakai pada pergelangan tangan dan
digunakan juga sebagai ikat pinggang
: teknik bermain gitar dimana cara memetik senarnya
(menggunakan pick) dengan gerakan menyapu
: sub aliran musik/perkembangan dari Heavy Metal
yang muncul pada tahun 1980-an
: sebuah sistem yang menganut konsep bawah
tanah, biasanya pergerakannya secara sembunyisembunyi, dan hanya lingkup komunitas saja

108

LAMPIRAN

Manajer dan personil band Bathang Mayit


(Foto facebook Hilda)

Penulis bersama personil dan manajer band Bathang Mayit seusai wawancara
(Foto Adib Yayuda, 26 November 2014)

Unit komputer yang digunakan untuk rekaman (recording) band Bathang Mayit
(Foto Julian Meru Mastodon, 11 Desember 2014)

109

Beberapa poster acara yang pernah diikuti oleh band Bathang Mayit
(Foto dikumpulkan dari berbagai sumber)

Kaus produksi band Bathang Mayit dengan tulisan aksara Jawa


(Foto facebook Hilda)

Biodata Penulis
- Nama lengkap
- Jenis kelamin
- Tempat dan tanggal lahir
- Alamat
- Nomer HP
- Email
- Facebook
- Pekerjaan

: Julian Meru Mastodon


: Laki-laki
: Yogyakarta, 27 Juli 1987
: Perumahan Kasongan Permai, Jalan Yudhistira No. C 26,
Pendowoharjo Sewon Bantul Yogyakarta, Kode Pos 55185
: +6285643503688
: bobjoelian@yahoo.com / bob.julian.sponge@gmail.com
: Julian Meru Mastodon: bobjoelian@yahoo.com
Ki Cemeng: bob.julian.sponge@gmail.com
: Musisi, penata musik, pengamat musik

Riwayat Pendidikan
- SD PIRI Nitikan, Yogyakarta (1994-1995)
- SD Negeri Nogosari, Jetis Bantul (1995-2000)
- SMP Negeri 10 Yogyakarta (2000-2004)
- SMK Negeri 2 Kasihan Bantul (Sekolah Menengah Musik Yogyakarta), mayor Contra
Bass (2004-2005), mayor Cello (2005-2006)
- SMA Budi Luhur, Yogyakarta (2006-2007)
- Program Studi S-1 Etnomusikologi Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan
(FSP) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta (2008-2015)

Anda mungkin juga menyukai