Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

GEOGRAFI
TENTANG

KEBUDAYAAN YANG ADA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

RAHMAT ARYA

RANDA MAULANA

SILVIATUL HASANAH

YUNI DESMAWATI

KELAS XI.IPS

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT


SMA NEGERI 10 SOLOK SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan Puji syukur atas rahmat dan ridho Allah
SWT, karena tanpa Rahmat dan Ridho-Nya, penulis tidak dapat menyelesaikan mekalah ini
dengan baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang terkait membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah
ini.
Dalam makalah ini penulis menjelaskan Kebudayaan Yang Ada Di Indonesia
terutama budaya suku flores. Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang
belum penulis ketahui. Maka dari itu penulis mohon saran dan kritik dari teman-teman
maupun guru. Demi tercapainya makalah yang sempurna.

Solok Selatan, 09 Mei 2023


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Identifikasi Flores........................................................................................................2

B. Sistem Kekerabatan.....................................................................................................3

C. Sistem Kemasyarakatan...............................................................................................3

D. Upacara Adat................................................................................................................4

BAB III PENUTUP

A. Simpulan
...........................................................................................................................................
12

B. Saran
...........................................................................................................................................
12

DAFTAR PUSTAKA
..................................................................................................................................................
13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Flores berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Flores termasuk


dalamgugusan Kepulauan Sunda Kecil bersama Bali dan NTB, dengan luas wilayah
sekitar 14.300 km². Daerah ini termasuk daerah yang kering dengan curah hujan
rendah,memiliki potensi bidang pertanian yang rendah. Meskipun potensi di bidang pertanian
rendah, Flores memiliki potensi di bidang lain yang cukup menjanjikan.Tetapi sayang, tidak
banyak yang tahu mengenai potensi tersebut. Potensi pariwisatadan budaya Flores dianggap
akan dapat memakmurkan perekonomian daerah Flores.Daerah Flores yang indah sangat
mendukung untuk dikembangkannya pariwisatadisana. Ada banyak tempat-tempat indah di
Flores yang bisa dikunjungi olehwisatawan, baik wisatawan luar negeri maupun dalam
negeri, misalnya Air TerjunKedebodu/Ae Poro, Kebun Contoh Detu Bapa, Air Panas Ae Oka
Detusoko, Air Panas Liasembe dan sebagainya.
Tetapi pengembangan atas bidang ini masih sangat kurang. Budaya Flores
yang beraneka ragam juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Anekatarian, lagu daerah, alat musik dan berbagai produk budaya lainnya
merupakankekayaan Flores yang menuntut warganya untuk selalu melestarikannya. Upacara-
upacara adat yang unik juga dapat memberikan ciri khas bagi daerah Flores. Apabila potensi-
potensi di bidang budaya ini dikembangkan, akan dapat memajukan danmeningkatkan
perekonomian Flores di masa depan. Pembelajaran, pendalaman, pengembangan dan
pelestarian terhadap budaya-budaya Flores harus mulaidilakukan sekarang, terutama oleh
masyarakat Flores sendiri.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI FLORES

Nama Pulau Flores mulanya berasal dari bahasa Portugis Cabo de Flores´ yang berarti
Tanjung Bunga´. Nama ini semula diberikan oleh S. M. Cabot untuk menyebut wilayah
paling timur dari pulau Flores. Nama ini kemudian dipakai secararesmi sejak tahun 1636 oleh
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Nama Flores yang sudah hidup hampir
empat abad ini sesungguhnya tidak mencerminkan kekayaan flora yang dikandung oleh pulau
ini. Karena itu, lewatsebuah studi yang cukup mendalam Orinbao (1969) mengungkapkan
bahwa namaasli Pulau Flores adalah Nusa Nipa yang artinya Pulau Ular.
Dari sudut Antropologi, istilah ini lebih bermanfaat karena mengandung
berbagaimakna filosofis, kultural dan ritual masyarakat Flores.
Sejarah kependudukan masyarakat Flores menunjukkan bahwa pulau ini dihuni
oleh berbagai kelompok etnik yang hidup dalam komunitas-komunitas yang hampir eksklusif sifatnya.
Masing-masing etnis menempati wilayah tertentu lengkap dengan pranata sosial budaya dan
ideologi yang mengikat anggota masyarakatnya secarautuh (Barlow,1989;Taum,1997b).
Heterogenitas penduduk Flores terlihat dalam sejarah asal-usul, suku, bahasa,
filsafatdan pandangan dunia.
Suku bangsa Flores dianggap merupakan percampuran etnis antara
Melayu,Melanesia, dan Portugis. Dikarenakan lokasi yang berdekatan dengan Timor,
yang pernah menjadi Koloni Portugis, maka interaksi dengan kebudayaan Portugis
pernahterjadi dalam kebudayaan Flores, baik melalui Genetik, Agama, dan Budaya.

2
B. SISTEM KEKERABATAN

Klen (Clan) sering juga disebut kerabat luas atau keluarga besar. Klen
merupakankesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan
kesatuanadat (tradisi). Klen adalah sistem sosial yang berdasarkan ikatan darah atauketurunan
yang sama umumnya terjadi pada masyarakat unilateral.Pada MasyarakatFlores menganut
klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) di mana klennyadisebut Fam antara lain :
Fernandes, Wangge, Da Costa, Leimena, Kleden, De-Rosari, Paeira.
Kelompok kekerabatan di Manggarai yang paling kecil dan yang berfungsi
palingintensif sebagai kesatuan dalam kehidupan sehari-sehari di dalam rumah tangga ataudi
ladang dan kebun, adalah keluarga luas yang virilokal (kilo). Pada orang ngadasuatu keluarga
luas virilokal serupa itu disebut sipopali.
Beberapa istilah yang dikenal dalam sistem kekerabatan Manggarai antara lain
WaeTua (turunan dari kakak), Wae Koe (turunan dari adik), Ana Rona (turunan
keluargamama), Ana Wina (turunan keluarga saudara perempuan), Amang (saudara
lelakimama), Inang (saudara perempuan bapak), Ema Koe (adik dari bapak), Ema Tua(kakak
dari bapak), Ende Koe (adik dari mama), Ende Tua (kakak dari mama), Ema(bapak), Ende
(mama), Kae (kakak), Ase (adik), Nana (saudara lelaki), dan Enu(saudara wanita atau istri).

C. SISTEM KEMASYARAKATAN
Dalam masyarakat sub-sub suku bangsa di flores yang kuno ada suatu system
strafikasi sosial kuno, yang terdiri dari tiga lapisan. Dasar dari pelapisan itu ialahketurunan
dari klen-klen yang dianggap mempunyai sifat keaslian atau asassenioritet. Biasanya ada tiga
lapisan sosial. Pada orang manggarai misalnya ada lapisan orang kraeng, lapisan orang ata

3
ehe dan lapisan orang budak. Pada orang Ngada misalnya ada lapisan orang gae meze,
lapisan orang gae kisa dan juga lapisanorang budak (azi ana).
Lapisan kraeng dan gae meze, adalah lapisan orang bangsawan yang secara
khususterbagi lagi dalam beberapa sub lapisan, tergantung kepada sifat keaslian dari klen-klen tertentu, yang
dianggap secara historis atau menurut dongeng-dongengmitodologi, telah menduduki suatu daerah
tertentu lebih dahulu dari klen-klen yanglain. Demikian warga dari klen-klen yang berkuasa dalam
dalu-dalu atau glaring-glarang, pada orang Manggarai, termasuk lapisan kraeng.
Lapisan ata leke dan gae kisa adalah lapisan orang biasa, bukan keturunan orang-orang senior.
Orang ata leke biasanya bekerja sebagai petani, tukang-tukang atau pedagang, walau banyak
dari orang bangsawan ada juga yang dalam kehidupansehari-hari juga hanya menjadi saja.
Lapisan budak, yang sekarang tentu sudah tidak ada lagi.
D. UPACARA ADAT
Upacara adat yang ada di wilayah Nusa Tenggara Timur sangatlah beragam
dimanamasing-masing suku memiliki caranya masing-masing, upacara adat tersebut
terdiridari upacara perkawinan, upacara menyambut datangnya panen, upacara pemanggilan
hujan dan lain-lain.
1. Upacara Kelahiran
Kelahiran Pada masa kehamilan di Tetum, merupakan upacara yang bertujuan agar
siibu tetap sehat dan tidak dianggap roh jahat disebut upacara Keti Kebas Metan(mengikat
dengan tali benang kitan). Pada peristiwa kelahiran, dukun beranak memegang peranan
penting pada peristiwa tersebut ada dua upcara yang pentingyaitu pengurusan ari-ari dan
pemberian nama bayi.
2. Upacara Menjelang dewasa
Masa Remaja Setelah anak menjelang dewasa biasanya diadakan serangkaianupacara
yaitu cukuran rambut pada masa anak-anak dan sunat bagi laki dan potonggigi untuk wanita
yang biasa disebut Koa Ngll. Koa Ngll merupakan upacara potonggigi massal untuk gadis
memasuki usia remaja. Upacara ini menandakan gadis-gadisyang telah mengikuti upacara ini
telah dewasa dan boleh dipinang untuk membangunrumah tangga.
3. Upacara Perkawinan
Berikut ini kami sajikan beberapa upacara adat perkawinan dari beberapa
daerahantara lain :
a) Wanita dan Perkawinan di Fores Timur Kehidupan wanita dalam adat istiadat
Lamaholot sangat tinggi nilainya. Wanitamerupakan pusat kehidupan masyarakat
karena itu harus diperhatikan oleh yangmengelilinginya. Nilai seorang wanita pada
4
mas kawin yang dikonkritkan dalam jumlah dan ukuran gading gajah yang sulit
diperoleh 
b) Wanita dan Adat Perkawinan di SikkaUrusan perkawinan antara pria dan wanita
merupakan pertalian yang tidak dapatdilepaskan. Hubungan yang menyatu itu terlukis
dalam ungkapan Ea Daa Ribang, Nopok, Tinu daa koli tokar (Pertalian kekrabatan
antara kedua belah pihak akan berlangsung terus menerus dengan saling memberi dan
menerima sampai kepadaturun temurun. Norma-norma yang mengatur perkawinan ini
dalam bahasa hukum adat yangdisebut Naruk dua - moang dan kleteng latar yang tinggi nilai
budayanya.
c) Perkawinan Adat Masyarakat NgadaPerkawinan di wilayah kabupaten Ngada
berbentuk patriachat (Nagekeo, Soa,dan Riung, sebagian masyarakat Ngada di
Todabelu). Perkawinan ini dilakuakantanpa belis, seluruh biaya perkawinan
ditanggung oleh klen perempuan, pola pemukiman pasca nikah pun dirumah wanita
karena yang akan mewarisi hartakekayaan klennya, apalagi kalau cuma satu satu putri
tunggal.Perkawinan patriachat selalu didahului oleh peminangan bere tere/nio
manu/idiweti, masuk minta. Masuk minta dilakukan oleh klen laki-laki ditemani
bibinyamembawa tempat siri pinang atau kepe oka. Acara ini biasanya dilakukan
padasaat pesta reba, puru witu. Jika hantaran kepe oka ditolak oleh klen wanita
artinyalamarannya ditolak. Seluruh rangkaian acara pinangan disebut Beret ere oka
pale, bheku mebhu tana tigi, idi tua manu.
d) Perkawinan Adat Masyarakat ManggaraiSecara garis besar di Manggarai dikenal
beberapa jenis perkawinan antara lain:
1) Perkawinan antar pelapisan social tingkat atas didasarkan atas kesepakatanorang
tua untuk melanjutkan kekuasaan. Besarnya belis tidak merupakanlambang
pemabayaran wanita tetapi penghargan kepada orang tua wanita yangtelah
membesarkannya.
2) Perkawinan pelapisan menengah, biasanya diputuskan oleh pemuda dan
pemudiitu sendiri tanpa (kadang-kadang) mengikuti sertakan orang tua
dalam pemilihan jodoh.
3) Perkawinan tungku salang, perkawinan yang terjadi karena memiliki
hubungandarah misalnya anak laki-laki dari tante dapat dinikahkan dengan
anak  perempuan dari om
4) Perkawianan tungku kala adalah jenis perkawinan yang dilakukan
tidak  berdasarkan hubungan darah.
5
5) Perkawinan silih tikar ganti tikar ialah jenis perkawinan sororat dan levirat.
4. Upacara Kematian
Upacara Kematian Menurut kepercayaan mereka kematian adalah berpindahnya
daridunia ramai kekehidupan gaib. Untuk pesta kematian ini dikorbankan sajian berpuluh-
puluh ekor sapi, kerbau dan babi Rangkaian upacara meliputi beberapatahap : Adat meratap,
yaitu menangis dimuka mayat yang dilakukan oleh wanita.Adat memakan mayat, yaitu
memakan mayat selama beberapa hari sebelum dikubur.Merawat mayat, sebelum dikubur
mayat dimandikan terlebih dahulu, kemudiandiberi pakaian yang bagus atau pakaian
kebesaran. Upacara waktu penguburan,tempatnya didekat rumah, untuk laki disebelah barat
dan perempuan disebelah timur.Upacara setelah penguburan, malam harinya diadakan pesta besar-
besaran denganmembunyikan bunyi-bunyian dan tari-tarian.
5. Upacara Pembangunan Rumah
Dalam melaksanakan pembangunan rumah adat, pertama kali akan
dilakukanmusyawarah yang dipimpin oleh tetua adat untuk memperoleh kesepakatan.
Seharisebelum upacara pembangunan rumah dimulai, masyarakat melangsungkan
upacaraMaalaba yaitu penghormatan kepada tetua adat yang nantinya akan berperan
dalam proses pembangunan rumah. Upacara ini dilanjutkan dengan acara makan bersama.
Dalam pelaksanaan upacara dipersiapkan terlebih dahulu sesajian yang terdiri
atas pisang, tebu, dan seekor anak babi. Selanjutnya anak babi ditusuk dengan bendatajam
dan darahnya ditampung dalam wadah. Darah tersebut kemudian dipercikankepada bagian-
bagian rumah agar roh-roh leluhur memberkati pembangunannya danmengusir roh-roh yang
jahat. Anak babi kemudian disembelih dan bagian-bagiannya diberikan kepada tetua adat
untuk diperiksa apakah terdapat tanda-tanda boleh atautidaknya pembangunan rumah
diteruskan.
Setelah dinyatakan boleh, kemudian anak babi tersebut dikuliti, dimasak dengan
caradibakar. Upacara dilanjutkan dengan acara makan bersama sambil minum tuak.Dalam
acara doa bersama, mereka berharap mendapatkan restu dan petunjuk agar  berhasil dalam
membangun rumah mereka. Dalam bentuknya lebih miniatur, simbol bhaga atau ngadu dapat
dilihat pada atap rumah yang berstatus "rumah adat".
6. Upacara Penutupan Bulan Maria
Dalam upacara ini tampak patung Bunda Maria diarak di atas perahu kecil
yangdipikul empat orang diiringi doa Rosario dan tarian khas Flores menuju gereja.Sebelum
memasuki gereja, arak-arakan berhenti sejenak di tiap kabupaten, sepertiKabupaten Flores
Timur, Ende, Bajawa, Manggarai, dan Maumere. Ini sebagaisimbol umat yang disatukan oleh
6
Tuhan dengan perantara Bunda Maria. Prosesiseperti ini biasa dilakukan umat Katolik di
NTT.Setelah diletakkan di atas altar, patung Bunda Maria mendapat penghormatanterakhir.
Permohonan dari perwakilan beragam etnis disampaikan sebagai wujud persatuan dalam
Bhinneka Tunggal Ika. Bulan Maria biasanya diperingati tiapOktober.
Pada awal dan akhir bulan biasanya diselenggarakan upacara Bulan Mariaoleh tiap
umat Katolik di penjuru dunia. Berdasarkan tradisi gereja, bulan tersebutmemang
dikhususkan untuk menghormati Maria.
7. Upacara Adat di Sampar
Upacara ini dilakukan di desa Sampar yang berkaitan dengan perayaan atasselesainya
rumah adat yang baru yang juga bentuknya diilhami oleh sarang laba-laba. Perayaan ini dimeriahkan
dengan Permainan kesenian yang disebut Caci, dimana 2 orang laki-laki akan saling
berhadapan, seorang dengan senjata cambuk dari kulit kerbau akan berusaha memukul
lawannya yang akan bertahan denganmenangkis menggunakan sebuah tameng kulit dan
sebuah tongkat rotan.
Pukulan hanya dibolehkan sekali dan kemudian ganti posisi, si pemukul akan berganti
menjadi pihak yang bertahan dan sebaliknya, laki-laki yang tadi bertahansekarang
menggenggam cambuk kulit. Jarang sekali cambukan tersebut mengenakarena kelihaian
mengkis, tapi sekali kena, cukup bikin kulit peserta robek.Permainan ini diikuti oleh 2
kelompok dengan pemain yang bergantian maju tampilke gelanggang.
8. Upacara Iyegerek 
Warga Lamalera, dikenal sebagai pemburu paus yang tangguh, memilih spermsebagai
buruannya. Paus hasil buruan, menurut adat, dibagikan kepada sejumlahwarga. Terutama
kepada tuan tanah, lamafa (juru tikam), rumah adat, matros (anak  buah kapal), dan pemilik
perahu. Perjalanan dilanjutkan ke laut. Empat orang bermahkota daun turi menceburkan diri
ke laut, sebagai ritual memanggil ikan.Sementara dua orang pemegang tombak menanti di
pantai. Upacara berakhir ketikaempat orang itu mentas dari laut.
Setelah upacara iyegerek, mereka menggelar misa arwah pada sore harinya.
Selama perayaan misa arwah, nelayan pantang melaut. Setelah serangkaian acara,
misaditutup dengan doa khusus untuk arwah. Masyarakat Lamalera percaya, jika
jenazahmereka yang hilang tidak diperhatikan maka arwahnya akan marah.
9. Takung
Takung (persembahan), yakni upacara persembahan hewan kurban bagi
penunggutanah agar memperlihatkan arwah para korban. Selain itu meminta kepada

7
arwahkorban untuk memperlihatkan dirinya agar mereka bisa dikuburkan sesuai adat.
Upacara adat ini dilakukan dengan menyembelih seekor kambing.
10. Upacara Giit Mendong
Inti upacara adat yang sering dilaksanakan dalam setiap perayaan kemasyarakatan
diKabupaten Sikka ini, yakni meminta kehadiran arwah nenek moyang masyarakatSikka
untuk merestui setiap perayaan yang dilakukan.
11. Tradisi Megalitik di Flores
Pulau Flores yang terdiri dari berbagai suku bangsa, mempunyai kekayaan sejarahdan
budaya yang tinggi. Daerah ini menjadi obyek penelitian yang menarik bagi paraetnolog dan
arkeolog. Pulau Flores dan pulau-pulau kecil disekitarnya mulai dariujung barat sampai ujung timur
mengandung peninggala-peninggalan baik yang berujud budaya materil maupun nilai-nilai tradisi
yang berakar sejak zaman dulu.
Salah satu tradisi yang masih berakar kuat dan menonjol dalam sistem
perilaku budaya sehari-hari adalah tradisi megalitik di beberapa sub etnis Flores.
Misalnya,tradisi mendirikan dan memelihara bangunan-bangunan pemujaan bagi
arwahleluhur. Dalam buku, "Aneka Ragam Khasanah Budaya IV" yang dikeluarkan
DirjenDikti tahun 2000 ditulis bahwa tradisi pendirian bangunan megalitik sebagai
ujud penghormatan (kultus) terhadap para leluhur dan arwahnya berawal sejak sekitar 2500 -
3000 tahun lalu dan sebagian diantaranya masih berlangsung sampai sekarang.
Dampak pendirian monumen-monumen tradisi megalitik itu tradisi megalitik
itu begitu luas mencakup aspek simbolisme, pandangan terhadap kosmos (jagat raya),asal
mula kejadian manusia, binatang dan sebagainya. Upacara doa dan mantra, serta berbagai
media untuk mengekspresikan simbol-simbol secara fisik dalam kebersamaan.
Tradisi megalitik yang berkembang di Pulau Flores awal pemunculannya,
tampak  pada sisa-sisa peninggalan seperti rancang rumah adat dan monumen-monumen
pemujaan terhadap arwah leluhur, termasuk seni ragam hiasnya. Tampak juga padaupacara
pemujaan termasuk prosesi doa mantra, pakaian, pelaku seni, seni suara dantari serta
perlengkapan-perlengkapan upacara (ubarampe) dan sebagainya.
Tradisi megalitik pun tampak pada tata ruang, fungsi, konstruksi serta
struktur  bangunan. Tak ketinggalan pada upacara siklus hidup mulai dari lahir,
inisiasi, perkawinan dan pola menetap setelah perkawinan dan kematian, penguburan
serta perkabungan. Sudah tentu juga berkaitan dengan upacara untuk mencari mata pencarian,
seperti pembukaan lahan, penebaran benih, panen, berburuan, pengolahanlogam dan
sebagainya, serta pembuatan benda-benda gerabah, tenun dan senjata.
8
12. Nyale
Masyarakat Wanukaka yang menyelenggarakan nyale ini di awal bulan Maret,
telahmelakukan berbagai macam ritual dari jauh-jauh hari. Salah satunya dilakukan dirumah
masing-masing, malam sebelum nyale.
Potong ayam dan membuat ketupat, salah satu ritual yang wajib
dilaksanakanmasyarakat Wanukaka. Seperti juga di salah satu rumah warga Kampung Ubu
Bewiini. Sebab ritual ini erat kaitannya dengan kegiatan Pasola. Sebagai pertanda,
untuk melihat baik dan buruknya nasib seseorang yang akan ikut dalam Pasola.
Sang pemimpin adat atau rato melihat hasil olahan ayam dan ketupat. Apabila
ayam panggang masih mengeluarkan darah dari ususnya, dan ketupat yang telah masak,ada
yang berwarna merah, atau kecoklatan, maka diyakini ini merupakan pertanda buruk. Yakni
anggota keluarga yang ikut Pasola, akan mendapat bahaya, sepertimenderita luka-luka, atau
bahkan meninggal dunia.
Ketika malam semakin larut, para rato dari Suku Ubu Bewi, yang bertugasmengamati
munculnya bulan purnama, segera bersiap-siap memakai pakaiankebesaran rato. Atau dalam
bahasa Wanukaka disebut rowa rato, untuk berdoa diatas batu kubur, menghadap ke arah
bulan purnama.
Dengan menghadap ke arah bulan purnama, para rato bisa memastikan ketepatan dan
posisi bulan, serta keadaangelombang laut di pantai. Dari situlah akan diputuskan saatnya
nyale.
Begitu nyaleatau cacing laut sudah terlihat, seluruh warga yang telah berkumpul sejak
subuh,memulai perburuannya. Ternyata menangkap nyale tidak sesulit yang
dibayangkan.Tidak perlu susah-susah mencarinya hingga ke bagian laut yang agak dalam.
Cukupdi tepi saja, kita sudah dapat menemukan sekumpulan nyale.
Sesungguhnya nyale merupakan acara inti, dari serangkaian upacara adat
yangdilakukan masyarakat pada bulan Pasola. Kehadiran nyale, harus dirayakan
dalam bentuk perayaan, yakni atraksi Pasola. Bagi masyarakat agraris seperti di
Wanukakaini, kedatangan nyale juga punya kaitan erat, dengan hasil panen di daerah
mereka.Semakin banyak nyale yang muncul, kian besar juga kemungkinan hasil panen
akan berjalan baik.
Asal usul adanya nyale dan Pasola bermula dari cerita rakyat Waiwuang.
Konon,ribuan tahun silam hiduplah tiga orang bersaudara dari Desa Waiwuang. Mereka pergi
melaut selama berbulan-bulan. Karena tak kunjung pulang, salah satu istrimereka menikah
dengan pria lain. Ternyata ketiga pria itu kembali dan menemuikenyataan, istri dari salah satu
9
pria itu menikah dengan orang lain. Mereka sempatmerasa dipermalukan, namun toh
akhirnya selesai secara damai. Dengan sejumlah persyaratan antara lain sang istri dan suami
barunya, harus menyediakan satu bungkus nyale hidup.
Atas dasar hikayat ini, tiap tahun warga mengadakan bulan nyale yang diakhiri
pestaPasola. Lucunya, tidak semua warga tahu mengapa ada nyale. Terutama
generasimudanya. Bagi mereka, ini adalah saatnya bersenang-senang. Sebuah selingan
darirutinitas sehari-hari.
Setelah nyale menghilang dari pantai, perburuan pun usai. Para pria berkuda berdatangan ke
pantai. Mereka akan melakukan Pasola. Ini bukanlah Pasola inti.Hanya berlangsung tak lebih
dari 2 jam, Pasola ini semacam pemanasan menuju keatraksi yang sesungguhnya. Pasola di
lapangan nan luas.
13. Pasola
Pasola berasal dari kata `sola' atau `hola', yang berarti sejenis lembing kayu
yangdipakai untuk saling melempar dari atas kuda yang sedang dipacu kencang oleh
duakelompok yang berlawanan. Setelah mendapat imbuhan `pa' (pa-sola, pa-hola),artinya
menjadi permainan.
Jadi pasola atau pahola berarti permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari
atas punggung kuda yang sedang dipacu kencang antara dua kelompok yang berlawanan. Pasola
dilaksanakan di bentangan padangluas, disaksikan oleh segenap warga Kabisu dan Paraingu
dari kedua kelompok yang bertanding dan oleh masyarakat umum.
Sedangkan peserta permainan adalah pria pilih tanding dari kedua Kabius yang
harusmenguasai dua keterampilan sekaligus yakni memacu kuda dan melempar
lembing(hola). Pasola biasanya menjadi klimaks dari seluruh rangkaian kegiatan dalamrangka
pesta nyale.
14. Etu

Etu adalah sebutan dalam etnis Nagekeo / Sagi adalah sebutan dalam suku
Ngadhamerupakan atraksi tinju tradisional dengan manampilkan jago-jago dari kampong

10
masing-masing untuk mengadu kekuatan dan ketangkasan masing-masing peserta.Atraksi ini
berlangsung dalam arena yang dibuat di tengah kampung. Tiga harisebelum pertandingan
diadakan ritual adat memohon kekuatan untuk peserta tinju.
15. Toalako
Toalako merupakan kegiatan yang diadakan pada musim panas
mengatraksikankemampuan binatang peliharaan yaitu kuda dan anjing serta peralatan
berburu(misalnya tombak / tuba dan bhou) dalam menangkap binatang buruan yaitu : rusadan
babi hutan (celeng). Hasil tangkapan ini disantap secara bersama di lokasi (loka)yang telah
disediakan oleh masing-masing suku.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Budaya Flores yang beraneka ragam menuntut semua pihak untuk ikut serta
dalamusaha pengembangan dan pelestarian budaya Flores. Dalam hal ini, masyarakatFlores
sendirilah yang diharapkan memberikan sumbangan yang paling besar terhadap upaya pengembangan
dan pelestarian budayanya. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa masyarakat Flores yang
seharusnya paling tahu dan pahamterhadap budayanya. Demikian yang dapat penulis
sampaikan dalam makalah inimengenai budaya Flores.
B.SARAN
Setelah mengetahui kebudayaan suku flores semoga pembaca dapat
memahami apa yang dipaparkan dalam makalah ini. Kebudayaan flores sangatlah kental
dengan tradisi keagamaanya. Demikian makalah yang saya sajikan, semoga bermanfaat dan
dapat menambah pengetahuan bagi kita semua. Saya mohon maaf atas kekurangan yang ada
dalam makalah ini. Saya menyadari dalam makalah ini jauh dari kata sempurna untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif.Semoga dapat bermenfaat bagi
semua pihak yangmembacanya. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan
dalamrangka perbaikan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Daeng, Hans J., 2000. Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungan: TinjauanAnropologis
Fernandez, Inyo Yos., 1996. Relasi Historis Kekerabatan Bahasa Flores: Kajian Linguistik
Historis komparatif terhadap Sembilan Bahasa di Flores. Ende: Nusa Indah
.Fernandez, Stephanus Osias, 1990. Kebijakan Manusia Nusa Tenggara Timur Dulu dan
Kini. Ledalero: Sekolah Tinggi Filsafat Katolik.
Ghono, John, 1992. Nilai Religius Budaya NTT Sebelum dan Sesudah Masuknya Pengaruh Kristianitas´
Makalah Diskusi Panel Sehari Pelestarian Budaya Lokal.

13

Anda mungkin juga menyukai