Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI NEGARA


NAMA : EDI SUSANTO

BP : 1910023810158

DOSEN : YOHANIS,S,Sos, Mpd

Hubungan Ilmu Negara Dengan Ilmu Sosial»


Dalam pembahasan dibawah ini akan terbagi menjadi 2 hubungan, pertama Hubungan Ilmu Negara
Secara Umum dan Hubungannya Secara Khusus. Untuk mempermudah pemaham kita
mengenai Hubungan Ilmu Negara Dengan Ilmu SosialLainnya, alangkah baiknya kita pahami dulu apa
itu  Ilmu Negara.? “ Solly Lubis, SH, dalam bukunya Ilmu Negara menyatakan bahwa Ilmu Negara adalah
ilmu yang mempelajari negara secara umum mengenai asal-usul, wujud, lenyapnya, perkembangan dan
jenis-jenisnya. Obyek ilmu negara bersifat abstrak dan umum, bahkan tidak terikat ruang, tempat, waktu”.

 Hubungan secara Umum


Ilmu tidak dapat dipisah-pisahkan dalam kotak-kota yang terpaku mati. Oleh karena itu, tidak mungkin
ilmu tersebut berdiri sendiri terpisah satu sama lainnya tanpa adanya pengaruh dan hubungaan. Dalam hal
ini, ilmu negara sebagai salah satu cabang dari ilmu pengetahuan sosial sebagaimana halnya dengan ilmu
hokum, politik, ekonomi, kebudayaan,psikologi,dan lain sebagainya, merupakan cabang dari ilmu
pengetahuan sosial yang khusus. Semua ilmu-ilmu sosial khusus ini secara bersama-sama akan membentuk
suatu ilmu sosial umum yang akan tersalur ke dalam ilmu induknya.

Oleh karena itu, ilmu negara sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial umum, harus bekerja
sama dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan sosial lainnya, karena dapat memberi dan menerima
pengaruhnya dan bantuan jasanya satu sama lain yang saling memerlukan, sehingga dapat saling mengisi
dan saling melengkapi, sehingga terwujud hubungan komplementer.

Juga terdapat hubungan secara interdependen diantara cabang-cabang ilmu pengetahuan sosial itu
dengan yang lainnya, dikarenakan metode dan teknik yang sama. Metode dan teknik ilmu pengetahuan
sosial pada umumnya dipergunakan pula oleh hamper semua cabang-cabang ilmu pengetahuan sosial pada
khususnya, seperti ilmu negara,ilmu hukum, ilmu poltik, dan lain sebagainya.

Obyek penyelidikan ilmu-ilmu sosial, diselidiki pula selaku obyek oleh cabang-cabang ilmu
pengetahuan khusus lainnya. Sehingga tidak terdapat monopoli obyek oleh ilmu sosial khusus itu sendiri.
Tentu tekanan, intensitas, luas dan sempitnya lapangan penyelidikan serta peranan personalianya,dapat
dibedakan cabang-cabang ilmu pengetahuan sosial itu satau dengan yang lainnya. Namun demikian, tidaklah
berarti ilmu-ilmu tersaebut selalu terpisah-pisah menjadi bagian yang terputus-putus dalam kotak-kotak
yang terpaku mati, melainkan selalu terdapat hubungan yang timbal balik dan saling tergantung serta saling
mempergunakanhasil satu sama lain.

Hubungan Secara Khusus


1.    Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik

Kalau diperhatikan pendapat Georg Jellinek dalam bukunya”ALgemeine Staatslehre”, ilmu Negara
sebagai theoritische staatswissenschaft  atau staatslehre merupakan hasi penyelidikan dari staten kunde.
Bahan-bahan tersebut di bahas, dianalisis, dan di perbandingkan satu sama lain,sehinnga terdapat
persamaan-persamaan diantara berbagai sifat dari organisasi-organisasi negara itu.

Dari fakta yang bermacam-macam itu di cari sifat-sifat dan unsur-unsur pokoknya yang bersifat umum
seakan-akan intisari unsur-unsur itu merupakan”pembagi persekutuan terbesar” dalam ilmu hitung
atau grootste gemene deler-nya dari keadaan yang berbeda-beda itu.dan jika pekerjaan tersebut dijalankan
atau diterapkan di dalam peraktek untuk mencapai tujuan tertentu, tugas itu diserahkan kepada angewandte
staatswissenschaft atau ilmu politik. Jadi ilmu negara sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat
teoretis,segala hasil penyelidikannya di peraktekkan oleh ilmu politik sebagai ilmu pengetahuan yang
bersifat peraktis. Dengan demikian, jelaslah, bahwa ilmu politik itu tidaklah merupakan ilmu pengetahuan
sosial yang berdiri sendiri.

Ilmu negara lebih menitik beratkan kepada sifat-sifat teoretis, sehingga kurang dinamis. Hal ini berarti
bahwa lebih banyak memerhatikan unsur-unsur statis dari negara yang mempunyai tugas utama untuk
melengkapi dengan memberikan pengertian-pengertian pokok yang jelas. Yang mendasari konsepsi-
konsepsi ilmu politik lebih menitikberatkan kepada faktor-faktor yang konkrit, terutama sekali berpusat
kepada gejala-gejala kekuasaan, baik yang mengenai organisasi Negara maupun yang memengaruhi
pelaksanaan tugas-tugas Negara.

Oleh karena itu, lebih dinamis. Sehubung dengan hal tersebut, berkatalah H.R. Hoetink dalam kata
pengantar buku J.Barents”De wetenschap der Politiek meteen terrain verkenning”, bahwa ilmu politik
merupakan sociologie van de staat(sosiologi negara) atau bet vless er om been (atau daging yang meliputi
sekitarnya), atau dalam bahasanya J.Barents adalah bet vless om bet geraantevan de staat(daging yang
meliputi sekitar kerangka bangunan negara).

Maka dalam hubungan ini jelaslah ada sifat-sifat komplementer. Karena itu, ilmu negara merupakan
salah satu bardcore (teras inti) dari ilmu politik.

2. Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Hukum Tata Negara dan Ilmu Hukum Administrasi Negara

Ilmu hukum tata negara dan ilmu hukum administrasi negara mempunyai hubungan yang erat dengan
ilmu negara karena ilmu-ilmu tersebut mempunyai obyek yang sama dengan ilmu negara, yaitu negara.
Perbedaannya ilmu hukum tata Negara dan ilmu hokum administrasi negara memandang negara dari
sifatnya atau pengertiannya yang konkrit. Obyek dari ilmu hukum tata negara dan ilmu hokum administrasi
negara adalah negara yang sudah terikat pada tempat, keadaan, dan waktu. Jadi telah mempunyai ajektif
tertentu,misalnya Negara republic Indonesia.

Kemudian negara dalam pengertiannya yang konkrit itu di selidiki lebih lanjut mengenai susunannya,
alat-alat perlengkapannya, wewenang, dan kewajibawan alat-alat perlengkapannya. Kedua cabang ilmu
pengetahuaan tersebut adalah hukum positif, dan di dalam sistematika Georg Jellinek, kedua cabang ilmu
tersebut termasuk dalam kategori recbtswissenscbaft.

Antara ilmu hukum tata Negara dan ilmu hukuk administrasi negara terdapat hubungan yang sangat
erat pula. Bahkan di negeri belanda, dua lapangan hukum tersebut pernah disebut bersama-sama,
yaitu staats en administratief recbt, bahkan selalu di ajarkan oleh seorang guru besar. Meskipun demikian,
tidaklah berarti bahwa kedua cabang imu tersebut adalah sama.

Oppenheimer menyebutkan bahwa peraturan-peraturan hukum tata negara adalah peraturan


mengenai de staat in rust (Negara yang sedang beristirahat, atau negara dalam keadaan tak bergerak).
Sebaliknya, mengenai peraturan-peraturan hukum administrasi negara adalah peraturan mengenai de staat in
beweging atau negara yang sedang bergerak. Berdasarkan rumusan-rumusan tersebut, maka ilmu hukum tata
negara dan ilmu hukum administrasi Negara sudah jelas lapangan penyelidikannya hanya terdapat Negara-
negara tertentu (hukum positif), sedangkan ilmi negara tidak mengenai Negara-negara tertentu, melainkan
negara-negara di dunia ini pada umumnya.

Dengan demikian, ilmu hukum tata negara dan ilmu hukum administrasi negara di satu pihak dengan
ilmu negara di pihak lain mempunyai hubungan aling memengaruhi dan saling menjelaskan. Oleh karena
itu, dalam buku-buku tentang ilmu hukum tata negara dan hukum administrasi negara, hal dari imu negara
dapat di pakai sebagai batu loncatan untuk sampai kepada kedua cabang hukum tersebut. Sebaliknya, buku-
buku tentang ilmu negara, hal-hal mengenai ilmu hukum tata negara dan ilmu hukum administrasi negara
dapat di pakai sebagai contoh dari apa yang diuraiakan di dalam ilmu negara.

Kranenburg dalam bukunya “ALgemene Staatsleer” menguraiakan bahwa bagi orang yang
mempelajari hukum tata negara positif Negeri belanda, pengetahuan teori negara umum atau ilmu negara
sangat perlu. Akan tetapi, dengan mengingat tingkat ilmu pengetahuan sekarang ini, serta melihat organisasi
perguruan tinggi hukum yang sekarang ada untuk sebagian besar di tentukan oleh kebutuhan-kebutauhan
peraktik yang segera, maka pengetahuan teoretis untuk kebanyakan ahli hukum hanya terbatas kepada apa
yabg mereka pelajari sebagai pengantar hukum tata Negara positif.

Akan tetapi, hal yang bagi ilmu hukum tata negara positif merupakan suatu pengantar, satu syarat
mutlak untuk pekerjaan selanjutnya, bagi ilmu negara merupakan tujuan sesungguhnya dari penyelidikan-
penyelidikan yang di lakukannya. Oleh ilmu negara masalah-masalah umum yang terdapat pada negara
organisasinya di jadikan pusat penyelidikannya serta di coba untuk di pecahkannya.

Maka dengan demikian, jelaslah bahwa ilmu negara yang merupakan ilmu pengetahuan yang
menyelidiki pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi pokok negara dapat memberikan dasar-dasar
teoretis yang bersifat umum untuk hukum tata negara. Oleh karena itu, agar dapat mengerti dengan sebaik-
baiknnya dan sedalam-dalamnya system hukum ketatanegaraan dan administrasi negara sesuatu negara
tertentu, sudah sewajarnyalah kita harus terlebih dahulu memiliki pengetahuan segala hal ikhwalnya secara
umum tentang negara yang di dapat dalam ilmu Negara.

3.    Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara

Ilmu perbandingan hukum tata negara ini di kenal dengan sebutan vergelijkende


staatsrecbtswetenscbap atau comparative government, dan M. Nasroen menamakannya “Ilmu Perbandingan
Pemerintahan”, sebagaimana judul bukunya.
Keranenburg menyatakan bahwa dari ilmu pengetahuan dan diferensiasi itu, di hasilkan ilmu
perbandingan tata negara. Kemudian yang menjadi obyek penyelididkan ilmu perbandingan hukum tata
negara ialah bahwa: dalam peninjauan lebih lanjut, mungkin ternyata manfaat mengadakan perbandingan
secara metodis dab sistematis terhadap”bentuk”yang bermacam-macam dari sifat-sifat dan ketentuan-
ketentuan umum dari genus”negara”. Dan sekali lagi, jikalau penyelidikan itu berkembang dapatlah di capai
suatu tingkatan yang menghendaki agar penyelidikan dan kumpulan-kumpulan masalahnya di jadikan satu
kesatuan yang baru sekali dan sekali lagi timbullah suatu cabang ilmu pengetahuan, yaitu ilmu perbandingan
hukum tata negara.

Jadi jelaslah, bahwa ilmu hukum perbandingan tata Negara bertugas menganalisis secara teratur,
menetapkan secara sistematis, sifat-sifat apakah yang melekat padanya, sebab-sebab apa yang
menimbulkannya mengubah dan menghilangkan atau menyebabkan yang satu memasuki yang lain terhadap
bentuk-bentuk negara itu.

Maka dalam hubungan ini, Keranenburg menyatakan bahwa dalam menunaikan tugasnya, ilmu
perbandingan hukum tata negara itu haruslah mempergunakan hasil yang diperoleh ilmu negara. Karena itu,
perkembangan ilmu negara dan ilmu hukum merupakan syarat mutlak bagi kesuburan tubuhnya ilmu
perbandingan hukum tata negara untuk menjadi ilmu yang member keterangan dan perbandingan.

Dan untuk itu, ditegaskan pula oleh M. Nasroen bahwa cara ilmu perbandingan pemerintahan itu
mempergunakan Negara-negara itu sebagai alat, ialah dengan mempergunakan hasil yang diperoleh ilmu
negara umum dalam hal asal mula, sari, dan wujud negara itu. Selanjutnya di katakan pula bahwa dari hasil
yang diperoleh dari ketentuan-ketentuan yang di berikan oleh ilmu negara umum, maka ilmu perbandingan
pemerintahan akan memakainya untuk menentukan derajat dan sifat kepada tugas mengadakan
perbandingan.

4.   Rangkaian Hubungan antara Ilmu Negara, Ilmu Politik, Ilmu Hukum Tata Negara dan Ilmu
Perbandingan Hukum Tata Negara

Sjachran Basah mengemukakan tentang rangkaian hubungan antara ilmu negara,ilmu politik, ilmu
hukum tata negara, dan ilmu perbandingan tata negara. Ilmu negara yang bersifat teoretis dan umum itu di
dalam penyelidikan terhadap obyeknya lebih menitikberatkan kepada bangunan-bangunan atau lembaga-
lembaga formal yang di batasi oleh hukum yang berlaku. Ilmu politik dalam penyelidikannya lebih
menitikberatkan kepada gejala sosio-politik dalam masyarakat sebagai gelanggang pertarungan factor
kekuasaan yang nyata, dan memperhatikan pula bagaimanakah pelaksanaan serta kegiatan-kegiatan lembaga
tersebut di dalam peraktek kenyataanya, maka sifat ilmu politik itu dinamis

Factor teoretis umum dan factor peraktis dinamis itu saling melangkapi satu sama lainnya, saling
membutuhkan dan melengkapi untuk menjadi dasar bahan-bahan yang akan diterapkan oleh ilmu hukum
tata Negara dalam obyek penyelidikannya terhadap”satu”Negara tertentu, untuk menyelidiki”dapatlah di
capai tujuan-tujaun sosial yang di kejar Negara”. Hal itu senada dengan istilah hans kelsen : politik als
ethik dan”upaya” alat-alat apa saja kah yang dapat di pakai untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut itu”, atau
pun menerapkan istilah pengertian hans kelsen politik als technik.

Hal-hal tersebut di atas di perlukan sebagai bahan-bahan lebih lanjut dalam proses perkembangan
dan diferensiasinya oleh ilmu perbandingan hkum tata negara. Tujuannya untuk mengadakan penyelidikan
berdasarkan perbandingan yang akan menberikan pengetahuan lebih banyak jika di tinjau secara
berdampingan terhadap bermacam-macam bentuk negara dan pemerintahan atau beranekaragam badan-
badan perlengkapan kenegaraan, sebagai bagian tertentu dari suatu system yang di pergunakan untuk
mencapai wujud pemerintahan yang sama dengan demikian, dari penggambaram dan keterangan itu akan di
hasilkan oleh suatu nilai, yaitu apakah yang di wujudkan dengan kesadaran bernegara itu merupakan
keadilan, kemakmuran, dan kebahagiaan untuk sebagian tertentu aatu beberapa golongan saja, atau kah
untuk seluruh rakyat?.

Ilmu negara, selaku bahan-bahan yang besrsifat teoretis umum, kiranya akan mendapatkan tempat
sebagai bahan-bahan nyata dalm ilmu hukum tata negara dan ilmu perbandingan hukum tata negara

Meskipun terdapat hubungan berangkai yang eratantara ilmu negara, ilmu politik, ilmu hukum tata
negara, dan ilmu pebandingan tata negara, yang secara saling melengkapi satu sama lainnya, dan di
golongkan ke dalam ilmu pengetahuan sosial khusus yang berobjekkan sama yaitu Negara pada pokok
hahikatnya, namun harus di akui dan di sadari ucapan P.J. Bouman, menyatakan tidaklah mungkin untuk
mengolong-golongkan ilmu pengetahuan semata-mata menurut objeknya dalam ilmu-ilmu pengetahuan
yang lebih memegang peranan adalah persoalnnya lebih dari pada benda yang menjadi pokoknya.

Sehubungan dengan hal tersebut jikalau dilihat, ilmu negara itu teoretis karena itu menunjukkan sifat
umum, abstrak, dan bebas niali (valuafres atau werd frei), yang di pelajari demi ilmu itu sendiri dan
pengetahuan yang diperolehnya. Sedangkan ilmu politik bersifat peraktis.

Mengenai persoalan ilmu negara dan ilmu politik, meskipun persoalan pokoknya  adalah negara,
akan tetapi cara melakukan pendekatan,peninjauan, dan pembahasannya berlain-lainan, juga terdapat batas-
batas pada lapangan penyelidikan.

Bahwa ilmu politik akan membatasi lapangan penyelidikannya, justru memang kepada rangka yang
bersifat umum hukum, atau bahwa ilmu politik tidak akan pula merupakan suatau ilmu tentang negara-
negara. Hal ini berarti mempertahankan istilah”ilmu politik” dari herman heller yang mengemukakan
dengan tepat bahwa batas-batas pokok antara ilmu negara dengan ilmu politik lebih tajam dari pada
perbedaannya dalan peraktek, sehingga yang pertama untuk sebagian terbesar di tuntut oleh para ahli
hukum, dan yang penghabisan oleh alhi sosiologi.

Sedangkan ilmu negara dan ilmu hukum tata negara itu mempersoalkan Negara, namun ilmu hukum
tata negara menyelidiki satu negara dengan system ketatanegaraannya yang tertentu, karena itu merupakan
hal yang spesies, konkrit dan bersifat praktis.

Demikian pula halnya ilmu negara terhadap ilmu perbandingan hukum tata negara. Meskipun
obyeknya adalah negara, namun ilmu perbandingan hukum tata negara itu, berhubunagan dengan tidak
terdapatnya communis opinion doctrum tentang negara dalam ilmu negara, maka kranenburg
menitikberatkan kepada ilmu perbandingan hukum tat negara itu, memperbandingkan satu sama lain
bermacam-macam bentuk negara, dan bukanlah negara itu sendiri.

Maka jelaslah, meskipun terdapat hubungan berangkai yang sangat erat antara ilmu negara, ilmu
politik, ilmu hukum tata negara, dan ilmu perbandingan hukum tata negara, dan di golongkan bahwa objek
sama, namun terdapat persoalan-persoalan yang di hadapi oleh ilmu-ilmu tersebut berlain-lain.

Anda mungkin juga menyukai