Anda di halaman 1dari 39

MENGENAL KERATUAN DARAH PUTIH

DAN KEKAYAAN BUDAYANYA


(Makalah)

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Ganjil

Disusun oleh :

Nama ……..

NIS ……..

SEKOLAH MENENGAH ATAS


SMA KEBANGSAAN LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

i
PRAKATA

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah swt., atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari berbagai pihak yang telah
berkontribusi dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan
penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah berikutnya.

Lampung Selatan, 08 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL HALAMAN...................................................................................i
PRAKATA.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii

I. PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................5
1.3 Tujuan Makalah..........................................................................................6
1.4 Manfaat Makalah........................................................................................6

II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................7


2.2 Teori dan pembahasan..................................................................................7
2.3 Teori dan pembahasan................................................................................9

III. PENUTUP................................................................................................18
3.1 Simpulan.....................................................................................................18
3.2 Saran...........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Indonesia yang memiliki kurang lebih 1340 suku bangsa yang mempunyai banyak
keanekaragaman budaya yang sangat menarik dan unik. Salah satunya adalah Suku
lampung yang mendiami wilayah selatan Pulau sumatera atau ujung Pulau sumatera.

Keratuan Darah Putih merupakan salah satu Keratuan (Kerajaan) yang berada di
Provinsi Lampung. Secara administratif, ibukota pemerintahan Keratuan Darah Putih
berada di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan, dengan wilayah
meliputi Desa Kuripan, Desa Kekiling, Desa Negeri Pandan, Desa Taman Baru, Desa
Kelaw, Desa Ruang Tengah, dan Desa Teta’an. Pusat pemerintahan Keratuan Darah
Putih berada di Desa Kuripan, yang disebut Bandar. Sebagian besar masyarakat yang
tinggal di daerah adalah masyara kat Lampung asli, dengan prosentase sekitar 95%,
sedangkan sisanya adalah penduduk pendatang.
Wilayah kekuasaan Keratuan Darah Putih meliputi 5 (lima) kecamatan di Kabupaten
Lampung Selatan dan sebagian berada di wilayah Kabupaten Lampung Timur. Lima
kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan adalah Kecamatan Penengahan,
Kecamatan Kalianda, Kecamatan Rajabasa, Kecamatan Katibung, dan sebagian
Kecamatan Bakauheni.

Saat ini, Keratuan Darah Putih dipimpin oleh Dalom Kesuma Ratu, yang merupakan
keturunan dari Radin Inten II, yaitu Erwin Syahrial Dalom Kesuma Ratu atau Radin
Inten IV. Sebagaimana kepemimpinan pada kerajaan di Indonesia pada umumnya,
kepemimpinan di Keratuan Darah Putih juga merupakan keturunan dari kepemimpinan
yang memimpin sebelumnya, dalam artian kepemimpinan di Keratuan Darah Putih
Marga Ratu bersifat diwariskan dari orang tua kepada anaknya, dengan gelar
menggunakan budaya penamongan, yaitu menggunakan gelar kakek. Sebagai contoh,
Erwin Syahrial Dalom Kesuma Ratu yang sekarang, adalah merupakan anak dari Hasan
Basri Radin Imba IV. Radin Imba IV merupakan anak tertua dari Radin Inten III. Maka
gelar yang dipakai oleh Erwin Syahrial adalah Radin Inten IV, yang merupakan anak
dari Radin Imba IV dan merupakan cucu dari Radin Inten III. Putra sulung Erwin
Syahrial, yaitu Aji Batin Ratu, gelarnya adalah Radin Imba V.

Sebagai Kerajaan tentu banyak sekali budaya – budaya yang dipakai dalam kegiatan
sehari-hari maupun pada saat upacara kerajaan, seperti : pernikahan, khitanan, dan lain
sebagainya. Budaya-budaya tersebut antara lain : Sekilat (Pencak silat khas Keratuan
Darah Putih), arak-arakan Keratuan Darah Putih, Tuping 12, Rumah adat (Lamban
Balak Keratuan Darah Putih), Khudat ( iring-iringan tarian dan nyanyian seperti
membca sholawat Nabi), Pakaian Adat Keratuan Darah Putih, Tari-tarian khas
Keratuan Darah Putih (Tari Siger, Tari Anjak Kiamat, Tari Ruwah, Tari Selapanan dan
Tari Radin Inten II), hingga makam Keratuan Darah Putih yang dijadikan sebagai
wisata religi.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tentang Keratuan Darah Putih dan


Kekayaan Budayanya di atas maka bisa dirumuskan beberapa masalah berikut
ini: 
1. Bagaimana sejarah / asal usul Keratuan Darah Putih?
2. Apa sajakah kebudayaan yang ada di Keratuan Darah Putih?
3. Seperti Rumah adat Keratuan Darah Putih?
4. Bagaiaman Pakaian adat Keratuan Darah Putih?
5. Dimana lokasi makan Keratuan Darah Putih berada?

1.3 Tujuan Makalah

Makalah ini dibuat sebagai tugas awal semester genap Tahun Pelajaran 2022/2023
bagi siswa-siswi SMA Kebangsaan, dengan nama tugas : penulisan karya tulis
ilmiah Kebhinnekaan terkait budaya daerah di sekitar tempat tinggal atau asal
daerah.

1.4 Manfaat Makalah

Manfaat pembuatan makalah tentang karya tulis ilmiah Kebhinnekaan terkait


budaya daerah di sekitar tempat tinggal atau asal daerah ini yaitu agar mengetahui
dan memperdalam sejarah daerah masing-masing serta tertanam jiwa nasionalisme
dalam diri siswa-siswi SMA Kebangsaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Keratuan Darah Putih

Masih banyak masyarakat Lampung dan khususnya Lampung Selatan, begitu awam dan
tidak mengetahui atau mengenal sejarah dari keratuan Ratu Darah Putih yang menjadi awal
mulanya penyebaran islam di daerah Lampung, tepatnya di daerah Lampung Selatan.

Menurut Febrial gelar Khaja Muda, beliau merupakan Tokoh adat dan budayawan
Lampung. mengatakan, bahwa awal mula keberadaan Ratu Darah Putih berasalkan dari
Kesultanan Cirebon yaitu Syarif Hidayatullah yang di kenal dengan Sunan Gunung Djati,
menurut cerita keberadaan Ratu Darah Putih yang berada di desa Kuripan, Penengahan,
Lampung Selatan berdiri pada abad ke 15.

Adanya Ratu Darah Putih, berasal dari perjalanan Sunan Gunung Djati dari tanah Cirebon,
Pada saat itu Sunan Gunung Djati melihat pancaran cahaya yang berada di Keratuan Pugung
Lampung Timur. Setelah Gunung Djati melihat ada pancaran yang berasal dari Keratuan
Pugung, Maka Sunan Gunung Djati pun mendatangi Keratuan Pugung tersebut, Tepatnya di
Lampung Timur.

Keratuan Pugung adalah sebuah kerajaan kecil yang makmur, aman dan tentram yang
berada di wilayah timur pada kala itu atau yang di kenal sekarang dengan Pugung Raharjo,
Lampung Timur. Secara arkeologi di Taman Purbakala di Pugung Raharjo, memang
terdapat istana yang luasnya sekitar 2,5 hektare.

Pada saat mendatangi Keratuan Pugung, Sunan Gunung Djati melihat Putri dari Ratu
Pugung, yaitu Putri Sinar Alam. Ketika Sunan Gunung Djati mengutarakan maksud untuk
menikahi Putri Sinar Alam, ternyata Ratu Pugung menolak pinangan tersebut. Dengan
alasan, Putri Pertama tidak boleh menikah dengan selain keturunan Keratuan Pugung.

Dahulu ada 4 Keratuan yang terkenal di Lampung yaitu : Keratuan dipuncak di Lampung
Barat, Keratuan dibalau di Bandar Lampung, Keratuan pemanggilan di tegineneng Lampung
Tengah, kemudian ada Keratuan Pugung di Lampung Timur. Dulu di Keratuan Pugung ini
ada seseorang yang bernama Ratu (Raja) nya namanya Ratu Pelebuk Kaca, Ratu pelebuk
kaca ini mempunyai anak namanya Putri Sinar Alam, Putri Sinar Alam ini mempunyai
Suami yang bernama Syarif Hidayatullah yang di kenal dengan Sunan Gunung Djati,
Perkawinan Syarif Hidayatullah dengan Putri Sinar Alam melahirkan seorang anak yang
dikasih gelar ” Minak Gejala Ratu”, nama aslinya Muhammad Aji Saka, dia di kenal dengan
Ratu Darah Putih ini.

Ceritanya, Pada waktu Minak Gejala Ratu ke Cirebon mencari ayahnya, ayah nya itu bicara:
kalau betul kamu ini anak saya, kalau saya torek dahi keluar darah putih, maka kamu anak
saya. kemudian ditoreh lah dahi Minak Gejala Ratu itu dengan padi kemudian keluarlah
darah berwarna putih, maka dikenal lah Minak Gejala Ratu itu dengan Ratu Darah Putih.

Ternyata Ratu Darah Putih itu bersaudara dengan Sultan Hasanuddin, ada namanya
Perjanjian Banten-Lampung dikenal namanya Dalung. Kalau di banten dikenal dalung kalau
di kuripan dikenal dengan saksi dalung, kalau di maringgai disebut dengan serat kencana.
disitulah menunjukkan bahwa mereka itu bersaudara. Nah jadi Ratu Darah Putih dengan
Sultan Hasanuddin itu bersaudara, gelarnya Sultan Hasanuddin itu Pangeran Sabak
kingking, jadi Pangeran Sabak kingking mengadekkan Ratu darah Putih.

Jadi, di Keratuan Pugung itu terbagi dua : daerah Maringgai diambil oleh Minak Gejala
Bidin ( saudara Ratu Darah Putih lain ibu), kemudian di daerah Pugung diambil oleh Minak
Gejala Ratu ( Ratu Darah Putih). Dan setelah daerah ini islam Pugung ditutup karena di situ
banyak Punden-punden (tempat sesembahan), kalau tidak ditutup orang yang sudah masuk
islam tadi ditakutkan pindah lagi agama, daerah pugung ditutup ibu kota nya dipindah ke
daerah saksi nama nya yang berada sekarang di daearh Kuripan Penengahan, arkeologi telah
meneliti bahwa di daerah saksi tersebut ada bekas penghuni nya atau penduduknya.

Kemudian Ratu Darah Putih menikah dengan Putri Sultan Aceh yang bernama Putri Tun
Penatih. Sementara makam Ratu Darah Putih beserta istri berada di desa Kuripan
Penengahan Lampung Selatan, cikal bakal Pangeran Radin Inten itu berasal dari keturunan
Ratu Darah Putih.
2.2 Arakan Keratuan Darah Putih

Arak-arakan adalah iring-iringan orang dan sebagainya yang berjalan atau

bergerak bersama-sama. Arak-arakan juga bias disebut pawai / festival.

(Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Pada Keratuan Darah Putih, terdapat arak-arakan yang dijadikan sebagai

budaya, biasanya dilakukan pada saat acara pernikahan dan khitanan.

Dalam gawi adat Keratuan Darah Putih, posisi arak-arakan pengiring Khatu terbagi

dalam beberapa kelompok, uraian posisi sebagai berikut :

1. Penyeccakh Himbokh

Penyeccakh Himbokh adalah petugas terdepan dalam arak-arakan, atau ketika keluarga

Keratuan sedang dalam perjalanan, tugasnya adalah membersihkan jalan yang akan

dilewati oleh Khatu, Memantau keadaan, Penunjuk jalan. Tugas ini dirmban oleh

kelompok Ngabihi Pelihakha, Jabatan kepenyimbangan ngabihi pelihakha dikepalai

oleh seorang Temunggung

2. Pasukan Jaga Pamuk

Pasukan Jaga Pamuk adalah pasukan elite terdepan setelah penyeccakh himbokh yang

bertugas melindungi rombongan arakan Khatu, pasukan ini bisa dikatakan sebagai

pasukan anti huru hara, Pasukan Jaga Pamuk dikepalai oleh seorang pejabat berpangkat

Karya/Kekhia yaitu Kekhia Jaga Pamuk / Mapak Pamuk.


Gambar. Pimpinan Pasukan Jaga Pamuk, Kekhia Jaga Pamuk (kiri)Pasukan Jaga Pamuk

3. Pasukan Tuping

Pasukan Tuping atau Bala-bala Khua Belas, merupakan pasukan yang berciri khas

dengan menggunakan Tuping/topeng, keunikan pakaian dan karakter. Pasukan ini

dipengaruhi oleh unsur magis.

Gambar. Tuping Bala bala khua belas

4. Umbul umbul
Umbul umbul adalah sejenis bendera Keratuan bertulis Lafadz Allah yang dibawa oleh

petugas

Gambar. Petugas pembawa umbul-umbul

5. Pitcak Khakkot

Pitcak Khakkot adalah Kesenian bela diri dalam arak arakan, baik berupa tangan kosong

ataupun memakai senjata.


Gambar. Pencak silat Sinding/ 40 hari – Keratuan Darah Putih

6. Sakhedapan

Sakhedapan adalah kesenian yang berfungsi sebagai hiburan bagi Khatu, juga berfungsi

sebagai penanda ketika Khatu sedang Ngakhak. Macam kesenian nya berupa Tari

Memandapan, Khudat, Segata & Ngias.


Gambar. Tari MemandapanTari KhudatPetugas Ngias, Sagata, Pemusik Khudat
7. Pasukan Jaga Pati
Pasukan Jaga Pati merupakan pasukan yang bertugas khusus melindungi Khatu atau

Keluarga Keratuan, Pasukan jaga pati hanya berada disekitar Khatu, pasukan ini

dipimpin oleh pejabat berpangkat Karya/ Kekhia yaitu Kekhia Jaga Pati.

Pasukan Jaga PatiPasukan Jaga Pati Khatu (merah)

8. Setiakh

Gambar. Pasukan Jaga Pati Khatu (merah)


8. Setiakh

Setiakh adalah air didalam mangkuk yang bercampur dengan irisan jeruk nipis dan

sudah didoakan, dan dipercikkan keseluruh orang atau tempat oleh petugas, hal ini

diemban oleh seorang wanita.

Gambar. Petugas Setiakh

9. Pengasanan & Pengitopan

Pengasanan adalah tempat yang dibawa oleh petugas untuk menyajikan makanan yang

terdiri dari sirih, kapur, gambir, buah pinang dan tembakau, petugas adalah seorang

wanita.
Gambar. Petugas Pengasanan
Pengitopan

Pengitopan adalah sebuah wadah / tempat yang dibawa oleh petugas wanita, fungsi nya

untuk membuang sisa makanan khatu.

Gambar. Petugas Pembawa Pengitopan


10. Penawit Khatu

Penawit Khatu adalah merupakan pendamping kiri kanan Khatu, Khusus untuk

Keratuan penawitnya dari Pengikhan Putra, Pengikhan Jimat, Pengikhan Imba,

Pengikhan Wakhga. Untuk masyarakat pada umumnya penawit atau pendamping nya

adalah anak bay dari keluarga mereka sendiri.

Gambar. Penawit / Pendamping Khatu


11. Pemangga Khatu

Pemangga Khatu atau petugas mengangkat kursi Khatu bertugas untuk mengangkat

kursi yang sudah dihias sebatas siku, petugas berasal dari Pengikhan Putra, Pengikhan

Jimat, Pengikhan Imba, Pengikhan Wakhga.

Gambar. Petugas Mangga / Pemangga Khatu


12. Dunungan

Dunungan / Khatu / Pimpinan Hadat tertinggi dalam Keratuan Darah Putih, adalah

tokoh utama dalam arak-arakan. Dan dibelakang diikuti oleh rombongan baik keluarga,

punggawa dan penyimbang Keratuan Darah Putih

2.3 Pakaian Adat Keratuan Darah Putih

Pakaian adat Lampung Keratuan Darah Putih memiliki kekhasan tersendiri, berbeda
dengan pakaian adat Lampung lainnya.

Gambar. Pakaian Pengantin Keratuan Darah Putih


Pakaian adat Lampung Keratuan Darah Putih mrupakan pakaian adat Lampung
Saibatin.
Pria tampak gagah dengan balutan mengenakan atasan lengan panjang berwarna putih.
Atasan ini dipadankan dengan celana panjang warna hitam atau warna senada atasan.
Untuk menambah kegagahan, sebuah sarung dililitkan di bagian pinggang hingga lutut.
Sarung ini juga disebut Sarung Tumpal karena memiliki motif tumpal.

Untuk menutupi bagian kepala, Pria menggunakan Kikat atau Tukkus yang terbuat dari
kain tapis atau songket, sedangkan untuk wanita menggunakan Siger. Wanita Lampung
juga mengenakan anting emas berbentuk buah kenari yang disebut subang. Sementara di
bagian pinggang, dikenakan bulu serti yang terbuat dari beludru merah dan dihiasi
dengan kelopak bunga dari logam kuningan.

Selain beberapa aksesoris di atas, pengantin wanita dan pria Lampung juga mengenakan
beberapa aksesoris yang sama. Yang pertama adalah kalung buah jukum, kalung yang
berbentuk rangkaian buah jukum. Kalung ini merupakan doa agar kedua pengantin
segera mendapatkan keturunan. Yang kedua adalah kalung papan jajar, yaitu kalung
yang memiliki tiga lempengan berbentuk siger atau perahu kecil. Kalung ini
menggambarkan kehidupan baru yang akan dilanjutkan turun-temurun hingga ke anak-
cucu.

Yang ketiga adalah selempang pinang, yaitu kalung panjang yang menyerupai buah atau
bunga. Yang keempat adalah gelang burung, yaitu sepasang gelang pipih dengan
ornamen burung Garuda terbang, yang dikenakan di lengan atas tangan kiri dan kanan.
Gelang ini bermakna kehidupan pernikahan yang panjang, serta kekerabatan yang
terjalin setelah pernikahan.

Kelima adalah gelang kano, sepasang gelang berbentuk ban yang dikenakan di bawah
gelang burung. Gelang ini sebagai simbol untuk menghindari segala perbuatan buruk
setelah menikah. Terakhir adalah gelang bibit, yaitu gelang yang dipakai di bawah
gelang kano. Gelang ini melambangkan doa agar pengantin segera dikaruniai keturunan.
Gambar. Pentup kepala untuk pria yang sering disebut kikat atau tukkus
2.4 Lamban Balak, rumah khas Keratuan Darah Putih

Rumah adat Lampung didominasi oleh rumah panggung, begitu pula dengan lamban
balak Keratuan Darah Putih.

Gambar. Lamban Balak Keratuan Darah Putih


2.5 Tarian Keratuan Darah Putih

1. Tari Kiamat

Tari Kiamat merupakan satu tarian yang hidup dan berkembang pada masyarakat adat
Keratuan Darah Putih di Desa Kuripan Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung
Selatan di Provinsi Lampung. Tari Kiamat adalah tarian penutup dari ruwah atau
syukuran tujuh hari tujuh malam perkawinan pihak Keratuan Darah Putih yang
disebut Nuhot atau Nyambai. Upacara ini dilaksanakan bersamaan dengan
pengukuhan adok atau gelar adat tertinggi yang merupakan satu bagian penting dalam
upacara pernikahan pada Keratuan Darah Putih. Tari Kiamat memiliki fungsi sebagai
penutup atau sebagai akhir segala proses rangkaian upacara, merupakan bentuk rasa
syukur dan rasa terima kasih atas kerja sama para punggawa, penyimbang, dan
masyarakat adat Keratuan Darah Putih di Desa Kuripan Kecamatan Penengahan
Kabupaten Lampung Selatan dalam mendukung seluruh rangkaian acara. Pokok
permasalahan penelitian ini adalah makna dan simbol Tari Kiamat pada masyarakat
Keratuan Darah Putih, yang dipecahkan dengan teori Ferdinand De Saussure terkait
petanda dan penanda yang merupakan kunci dalam pengungkapan analisis makna
terhadap simbol-simbol yang ada pada Tari Kiamat. Makna-makna yang telah
didapatkan nantinya akan dikaitkan dengan adanya relasi sistem kemasyarakatan pada
masyarakat Keratuan Darah Putih. Hasil analisis data dalam penemuan makna dari
simbol-simbol pada Tari Kiamat menunjukkan relasi sistem kemasyarakatan Keratuan
Darah Putih. Hal tersebut dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Keratuan Darah
Putih yang hidup dengan berpedoman pada Piil pesenggiri yang juga merupakan bagian
dari pedoman kehidupan masyarakat Lampung. Seluruh keterkaitan tersebut
diterangkan dalam bentuk penyajian Tari Kiamat yang disuguhkan sebagai tarian yang
sakral karena hanya boleh ditarikan oleh keturunan atau atas seizin dari pihak Keratuan
Darah Putih. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya bentuk Tari Kiamat dalam
acara ruwah perkawinan adat Keratuan Darah Putih yang umumnya hanya terjadi pada
kurun waktu 20 – 30 tahun sekali.
2. Tari Selapanan

Tari Selapanan ditarikan minimal 30 tahun sekali dikarenakan tari selapanan hanya
untuk pernikahan keturunan laki-laki pertama puhak keratuan dan acara-acara besar di
Keratuan Darah Putih seperti pada saat pengangkatan gelar “Pahlawan Radin Intan II “
tahun 1987.
Tarian Selapanan merupakan tarian adat yang ditarikan pada acara Ruwah/Syukuran
tepan sehari sebelum acara berakhir, penarinya adalah perwakilan dari berbagai
penyimbang adat yaitu muli dan mekhanai yang ada di Keratuan Darah Putih, secara
umum gerak Tari Selapanan mengadopsi tarian Lampung lain seperti tari Sigeh
Pengunten, ragam gerak yang ada pada Tarian Selapan terdapat empat ragam gerak
yaitu Sembah, Kenui Melayang, Samber dan Piccak.
Tarian Selapanan merupakan tarian yang ada di Keratuan Darah Putih yang ditarikan
berpasangan pada acara Ruwah/Syukuran yang dilaksanakan kurang lebih 30 tahun
sekali. Tari Selapanan ditarikan oleh 4 orang penari dua penari laki-laki dan dua penari
perempuan, dengan gerak yang sama serta ada pula yang berbeda dan menggunakan
kostum adat pengantin dari Keratuan Darah Putih hanya saja yang membedakan
aksesoris yang dikenakan pada jumlah gelang Kano dan Kalung Buah Jukung.
Pada Tarian Selapanan ini penari laki-laki berusaha untuk menjatuhkan Kikat yaitu pada
gerak samber gunanya untuk menunjukkan kebolehan masing-masing  jika salah satu
penari laki-laki kikatnya terjatuh maka tarian dihentikan dan dilanjutkan lagi dengan
pasangan penari yang lainnya. Tari Selapanan juga menggunakan properti kipas yang
dipakai oleh penari perempuan, yang menarikan Tarian Selapanan ialah perwakilan
muli dan mekhanai dari tiap penyimbang adat. Tiap penyimbang adat diwajibkan
mengirim perwakilannya untuk menarikan tari selapanan, tarian ini ditarikan di
Bebakhung yang disaksikan oleh para penyimbang adat maupun pimpinan di Keratuan
Darah Putih serta masyarakat.

Tari Selapanan ditarikan 22.00 WIB hingga selesai, pada zaman dulu durasi tarian
selapanan ini tidak ditentukan, sesuai dengan  para penyimbang jika menurut
penyimbang adat sudah cukup maka penari pun dikeluarka dari bebakhung.  
Menurut penasehat Keratuan Darah Putih di eraglobalisasi saat ini pihak Keratuan
Darah Putih memberi kebijakan, dikarenakan penari yang pernah menarikan tari
selapanan saat ini sudah bertambah usia dan berumur 56 tahun dan banyak yang
menetap di luar dari Desa Kuripan, menurut penasehat Keratuan Darah Putih jika tarian
selapanan ini ditampilkan tahun 2028 maka penari yang pernah menarikannya rata-rata
berumur 66 tahun maka penari akan kesulitan untuk mengingat ragam gerak serta pola
lantai tari selapanan dari situlah perlu adanya regenerasi agar tarian selapanan akan
tetap ada dan dapat diwariskan adari generasi kegenerasi, nantinya diharapkan tari
selapanan dikenal dan diajarkan kemasyarakat diluar Keratuan Darah Putih agar nanti
masyarakat dan generasi muda ikut serta dalam pelestarian budaya lampung karena Tari
Selapanan merupakan warisan tak benda dari Keratuan Darah Putih.
3. Tari Khudat
 ari Khudat ditarikan pada upacara “ngakhak” dalam rangka acara ruwah, khitanan,
maupun pernikahan masyarakat di Keratuan Darah Putih,yang berfungsi sebagai
penyambutan anggota keluarga baru. koreografi Tari Khudat memiliki 10 bentuk gerak
didominasi pada gerak gesture dengan desain gerak asimetris yang memiliki ciri gerak
yaitu pada gerak innani gerakan yang dimaknai sebagai penghormatan keluarga baru
yang akan diterima masyarakat. Busana dalam Tari Khudat menggunakan model
pakaian teluk belanga (pakaian melayu pria) dengan motif etnis yang menunjukan
identitas masyarakat Lampung dan warna busana yang senada dengan iringan tabuhan
musik hadrah serta syair-syair didalamnya sebagai pujian kepada Tuhan. Dengan
demikian Tari Khudat adalah tari penerimaan dan penyambutan anggota keluarga baru
masyarakat adat Saibatin dan mencerminkan Pi’il Pesenggiri yang bermakna
kehormatan dan harga diri masyarakat Lampung.

4. Tari Tuping
2.6 Makam Ratu Darah Putih

Makam Ratu Darah Putih berasama sang istri (Tun Penatih , Putri dari Aceh) terletak di
Keramat Saksi, Kuripan, Penengahan. Dari Ratu Darah Putih inilah nantinya akan
menurunkan pahlawan nasional Lampung, yaitu Raden Intan II.
Alamat: 7MJP+P58, Kuripan, Penengahan, South Lampung Regency, Lampung 35592
2.7 Makam Radin Intan

Wisata Sejarah Makam Pahlawan Raden Intan II merupakan makam seorang pahlawan
nasional Lampung Selatan yang melawan kolonialisme Belanda dan meninggal pada
tahun 1856.

Lokasi Makam Raden Inten II terletak di Desa Gedungharta Kecamatan Penengahan


Kabupaten Lampung Selatan, dikenal dengan nama Benteng Cempaka, jarak tempuh
sekitar 18 km dari Kota Kalianda.
Untuk rutenya sendiri jika peziarah datang dari arah Bandar Lampung sampai
perempatan Gayam maka belok kanan menemui jalan kampung setelah itu akan
bertemu kembali menemui pertigaan dan ambil arah sebelah kanan, tak jauh dari situ,
lokasi makam pahlawan Raden Intan II berada tepat di sebelah kanan jalan.

Ketika tiba dilokasi, tepat di depan gerbang peziarah akan disambut dengan tugu Raden
Inten II serta gundukan tanah yang ada di belakang patung, yang konon dulunya
digunakan sebagai benteng pertahanan untuk mengatasi serangan tentara Belanda.

Di kawasan makam juga terdapat museum mini yang menyimpan barang-barang

peninggalan Radin Inten II semasa hidupnya. Tak jauh dari lokasi terlihat pula Gunung
Rajabasa yang penuh dengan bekas peninggalan benteng dan kubu pertahanan perang
yang menjadi saksi bisu dari kepahlawanan Raden Inten II.

Makam yang juga sebagai tempat wisata di Lampung Selatan ini cukup sering
dikunjungi wisatawan yang ingin berziarah serta melihat berbagai peninggalan dan juga
sejarahnya.

Tak hanya datang dari wilayah Lampung Selatan saja. Banyak peziarah yang datang
dari luar provinsi Lampung hingga luar sumatera yang ingin ziarah dan berdoa di
makam beliau.
Sementara, sebagai bentuk penghormatan serta mengenang jasa-jasa pahlawan
kebanggaan Lampung Selataan ini, Haul Raden Intan II diperingati setiap tanggal 5
Oktober, bertepatan dengan tanggal Raden Intan II gugur.
Jika dirunut sejarahnya, Radin Inten II ini keturunan dari Kesultanan Banten yang
Berjaya di abad 16. Dan juga masih ada ikatan darah kekerabatan dengan Kesultanan
Aceh. Raden Inten II Gelar Kusuma Ratu (1834-1856) merupakan keturunan Fatahillah
dari perkawinannya dengan Putri Sinar Alam dari Keratuan Pugung, dikenal sebagai
pemimpin yang gigih menentang penjajahan Belanda. (kmf)
2.8 Hubungan antara Ratu Darah Putih dengan Pahlawan Raden Intan II

Untuk mengetahui bagaimana hubungan kekerabatan antara Ratu Darah Putih dengan
Raden Intan II, marilah kita lihat silsilah berikut ini:
Radin Inten II adalah sosok pahlawan nasional kebanggaan masyarakat Lampung yang
gigih melawan Belanda di usia yang sangat belia.
Dalam beberapa catatan sejarah disebutkan bahwa Radin Inten II mulai melakukan
perlawanan mengusir Belanda sesaat setelah dinobatkan sebagai Ratu Negara Ratu di
Lampung. Saat dinobatkan menjadi ratu, Radin Inten II masih berusia 16 tahun. Catatan
sejarah menyebutkan penobatan itu terjadi tahun 1850. Asal dan Silsilah Radin Inten II
Radin Inten II merupakan anak dari Radin Inten Kesuma atau Radin Imba II. Radin
Inten II mewarisi darah kebangsawanan dari sang ayah. Kakeknya adalah Radin Inten I.
Silsilah keluarganya ini cukup dekat dengan silsilah Kerajaan Banten.

Dalam beberapa catatan disebutkan, silsilah Radin Inten II ini bersambung hingga
Fatahillah. Diketahui, Fatahillah juga seorang pejuang yang berhasil mengusir Portugis
dari Sunda Kelapa pada tahun 1527. Keberhasilan itu membuat Fatahillah mengubah
nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Nama ini diambil dari bahasa Arab, yaitu
Fathan Mubina, yang artinya kemenangan yang nyata. Baca juga: Sultan Thaha
Syaifudin, Raja Terakhir Kesultanan Jambi yang Ditetapkan Jadi Pahlawan Nasional
Radin Inten II lahir di desa Kuripan pada tahun 1834.

Daerah kelahirannya itu kini dikenal sebagai wilayah Provinsi Lampung. Namun Radin
Inten II lahir dan tumbuh besar tanpa mengenal sosok sang ayah. Pasalnya, pada tahun
1834, tahun kelahirannya itu, sang ayah ditangkap Belanda dan dibuang ke Pulau
Timor. Ayah Radin Inten II yaitu Radin Imba II ditangkap Belanda karena melakukan
perlawanan. Dia memimpin perlawanan bersenjata untuk menolak kehadiran Belanda di
bumi Lampung.

Dari sini dapat dipahami bahwa Radin Inten II mewarisi darah perjuangan dari sang
ayah. Berjuang Melawan Belanda Lihat Foto Nama Radin Inten II diabadikan sebagai
nama Bandar Udara di Lampung.(wikipedia.org) Pada saat Radin Imba II ditangkap dan
dibuang, sang istri yang bernama Ratu Mas dalam keadaan mengandung Radin Inten II.
Saat itu, Ratu Mas tidak ikut ditangkap dan dibuang oleh Belanda. Setelah Radin Imba
II sebagai ratu tidak ada, maka pemerintahan Keratuan Lampung dijalankan oleh Dewan
Perwalian, di bawah kontrol Belanda.

Beberapa waktu kemudian Ratu Mas melahirkan bayi laki-laki yang sehat dan lincah.
Lahir di lingkungan istana dan berstatus sebagai pewaris tahta membuat Radin Inten II
tumbuh menjadi sosok yang cerdas. Baca juga: Sejarah Surabaya, Kota Pahlawan
dengan Pertempuran Ikan Sura dan Buaya yang Melegenda Pada usia 16 tahun, Radin
Inten II pun dinobatkan sebagai ratu dengan gelar Radin Inten II Gelar Kusuma Ratu.
Sejak saat itu, Radin Inten II sudah memberikan sinyal untuk melakukan perlawanan
terhadap Belanda.

Di sisi lain, Belanda juga merasa terancam dengan Radin Inten II. Belanda lantas
melakukan politik adu domba di kalangan masyarakat Lampung. Namun kondisi itu
tidak membuat Radin Inten II mengurungkan niatnya. Dia tetap menyiapkan pasukan
dan dikonsentrasikan di beberapa benteng. Merasa perang tidak bisa dihindarkan,
Belanda pun mendatangkan pasukan dari Batavia pada 10 Agustus 1856. Pasukan ini
dipimpin oleh Kolonel Welson, dan tiba di dermaga Canti keesokan harinya. Pasukan
Welson lantas bergabung dengan pasukan Pangeran Sempurna Jaya Putih. Dia adalah
bangsawan Lampung yang membelot dari Radin Inten II dan memilih bergabung
dengan Belanda. Kedatangan pasukan Belanda ini segera diketahui oleh pasukan Radin
Inten II.

Sementara Belanda memberikan ultimatum kepada Radin Inten II untuk menyerahkan


diri dalam waktu kurang dari 5 hari. Ultimatum itu tidak digubris oleh Radin Inten II.
Hingga Belanda pun mulai melancarkan serangan ke benteng-benteng pasukan Radin
Inten II. Namun, Radin Inten II selalu berhasil menghindari serangan terbuka Belanda.
Benteng yang diserang pun selalu dalam keadaan kosong. Akhir Perjuangan Radin Inten
II Lihat Foto Kampus Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Dalam perlawanan ini, Radin Inten II memilih untuk melakukan perang gerilya. Radin
Inten II sadar tidak akan bisa menang jika perang terbuka dengan Belanda yang
jumlahnya jauh lebih besar. Hingga bulan Oktober 1856, Belanda belum berhasil
menangkap Radin Inten II. Belanda tak kehabisan akal. Sama seperti saat meredam
perlawanan yang lain, Belanda selalu menggunakan cara licik dengan menghasut salah
seorang prajurit. Siasat licik itu membuahkan hasil. Belanda kemudian mendapat
informasi bahwa Radin Inten II ada di bagian utara Lampung, menyeberangi Way
Seputih. Maka Belanda mengirim pasukan untuk memotong jalan Radin Inten II dan
pasukannya. Hingga akhirnya Belanda dapat menemukan tempat persembunyian Radin
Inten II. Radin Inten II sedang menyantap makanan saat Belanda menyergap. Radin
Inten II yang tidak siap berusaha melawan satu per satu pasukan Belanda. Namun
banyaknya jumlah yang harus dilawan membuat pertahanan Radin Inten II melemah.
Radin Inten II dikeroyok hingga gugur dengan luka dan lumuran darah memenuhi
tubuhnya.

Dia gugur pada usia 22 tahun. Radin Inten II dimakamkan di Desa Gedung Harta.
Daerah ini dikenal dengan nama Benteng Cempaka, berjarak 18 kilometer dari Kota
Kalianda. Perjuangan Radin Inten II melawan Belanda sangat membekas di hati
masyarakat Lampung. Terlebih, pada tahun 1986, pemerintah Republik Indonesia
menetapkan Radin Inten II sebagai pahlawan nasional dengan SK No. 082 tanggal 23
Oktober 1986. Saat ini, nama Radin Inten diabadikan menjadi nama beberapa di
Lampung, seperti Bandara hingga Universitas Islam Negeri (UIN) Radin Inten
Lampung.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan paparan tentang Budaya Arakan Keratuan Darah Putih diatas, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Ratu Darah Putih merupakan anak kandung dari Syarif Hidayatulloh (Sunan Gunung
Jati) dengan Putri Sinar Alam (Ratu Dipugung), yang selanjutnya memegang
kedudukan sebagai raja di Keratuan Darah Putih, Desa Kuripan Kecamatan Penengahan
Kabupaten Lampung Selatan

2. Budaya Arakan Keratuan Darah Putih biasanya dilaksanakan pada upacara adat
pernikahan maupun khitanan

3. Keseluruhan rangkaian arakan Keratuan Darah Putih dilaksanakan secara tertib dan
khidmat, serta petugas-petugas arakan sudah disesuaikan dengan jabatannya dalam
Keratuan Darah Putih, misalnya : Petugas penyecakh himbokh, pasukan jaga pamuk,
pasukan tuping, petuga umbul-umbul, pittcak khakkot, petugas sekhedapan, petugas
tari-tarian, khudat, pasukan jaga pati, petugas pengasanan dan pengitopan, petugas
setiakh, petugas penawit khatu, dan petugas dunungan

4. Lokasi makam Ratu Darah Putih terletak di Desa Kuripan Kecamatan Penengahan
Kabupaten Lampung Selatan

5. Lokasi makam Radin Intan II yang sering disambangi oleh peziarah local maupun
dari luar Lampung yang merupakan tempat wisata religi di Desa Gedung Harta
Kecamatan Penengahan Lampung Selatan

6. Pakaian khas Keratuan Darah Putih

7. Tari-tarian Keratuan Darah Putih merupakan kekayaan non benda Keratuan Darah
Putih

8. Hubungan kekerabatan antara Ratu Darah Putih dengan Radin Intan


3.2 Saran

Terkait dengan hal tersebut, saya menyarankan beberapa hal untuk diperhatikan, seperti:
1. Para generasi penerus wajib mengetahui sejarah dan kebudayaan daerahnya dengan
banyak membaca artikel maupun bertanya langsung kepada Tokoh adat dan masyarakat
setempat

2. Dengan mempelajari sejarah dan kebudayaan di daerahnya diharapkan mampu untuk


memberikan informasi terkait dan menyebarluaskan kepada pemangku pendidikan atau
masyarakat lainnya

3. Agar dikenal masyarakat luas


DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin, Kompetisi Pemerintahan Adat dan Pemerintah Daerah pada Masa Otonomi Daerah (Studi Elit
Lokal, Tuntutan, dan Klaim pada Masyarakat Adat Keratuan Darah Putih), Tesis, Hal. 102-103

https://keratuandarahputih.wordpress.com/2016/11/17/arakan-keratuan-darah-putih/

https://lampungtoday.com/2021/02/25/mengenal-sejarah-ratu-darah-putih-di-desa-kuripan-lampung-
selatan-awal-mula-penyebaran-islam-di-lampung-selatan/

https://radarcom.id/2018/08/20/asal-usul-dan-hubungan-keratuan-darah-putih-dengan-syarief-
hidayatullah-ii/

https://www.lampungselatankab.go.id/web/2022/10/14/wisata-sejarah-makam-pahlawan-raden-intan-ii/

https://regional.kompas.com/read/2022/01/12/104013378/profil-radin-inten-ii-asal-silsilah-keturunan-
perjuangan-dan-akhir-hidup?page=all

Anda mungkin juga menyukai