Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PRAKTIK PROFESIONAL BIDAN


PENTINGNYA REFLEKSI KRITIS DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

Dosen Pengampu :
Elly Wahyuni, SST, M.Pd

Di Susun Oleh :
Kelompok 7
1. Mahffira Piarti Putri P05140320023
2. Ananda Tiara Junisti P05140320004
3. Marissa Dwi Saputri P05140320024
4. Luthfiah Fatinnisa P05140320022
5. Yunita P05140320048
6. Shakira Danti Anggraini P05140320038

POLTEKKES KEMEKES BENGKULU


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PROFESI
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang


telah memberikan banyak nikmatnya kepada penulis sehingga atas berkat
danrahmat serta karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “PENTINGNYA REFLEKSI KRITIS DALAM PRAKTIK
KEBIDANAN ” ini sesuai dengan waktu yang penulis rencanakan. Terima kasih
penulis sampaikan juga kepada Dosen Pembimbing yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk mengerjakan tugas ini, sehingga penulis menjadi
lebih mudah mengerti dan memahami tentang PRAKTIK PROFESIONAL
BIDAN.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung
telahmembantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara
moril maupun materil. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kesalahan,kekurangan dan kehilapan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu saran
dan kritiktetap penulis harapkan demi perbaikan makalah ini kedepan. Akhir kata
penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Bengkulu, 3 April 2023

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Cara Berpikir Kritis........................................................................... 3
B. Langkah–Langkah Dalam Memecahkan Masalah............................. 5
C. Proses Pengambilan Keputusan Berpikir Kritis Dalam Kebidanan 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat
esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek
kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam
pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah
menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini. Manajemen asuhan
kebidanan merupakan suatu proses pemecahan masalah dalam kasus kebidanan
yang dilakukan secara sistematis. Sebagai seorang profesi bidan harus
memanfaatkan kompetensinya, sumber daya pikirnya untuk berpikir kritis agar
menegakkan suatu diagnosa kebidanan yang tepat sehingga tercapai
pengambilan keputusan dan menghasilkan asuhan yang bermutu. Kajian ini
bertujuan untuk menganalisis salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang
profesi bidan yaitu berpikir kritis. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah
dengan melakukan analisis dan kajian pustaka terhadap beberapa referensi yang
mendukung. Beberapa referensi dikutip dan dikaji kemudian dibuat analisisnya
terkait dengan topic kajian ini.
Berpikir kritis merupakan seni, gambaran sikap sebagai bidan dalam
menganalisis, mengevaluasi sesuatu yang ia lihat, mengklarifikasi yang di dengar,
metode pengetahuan untuk berfikir logis dan berargumen serta aplikasi dari ilmu
yang dipahami untuk membuat suatu keputusan dan memutuskan sesuatu setelah
hal tersebut ia yakini. Setelah keputusan terbentuk maka bidan dapat bejalan
ketahap tindakan dalam manajemen asuhan kebidanan. Setiap melakukan
tindakan manajemen asuhan kebidanan, seorang. Profesi bidan selalu berpikir
kritis dan menjelaskan tujuan dari setiap tindakan tersebut. Asuhan kebidanan
pada ibu hamil adalah asuhan yang diberikan bidan pada ibu hamil untuk
mengetahui kesehatan ibu dan janin serta untuk mencegah dan menangani secara
dini kegawatdaruratan yang terjadi pada saat kehamilan, yang pelaksanaannya
dilakukan berdasarkan manajemen kebidanan.

4
Dalam proses pemberian asuhan, bidan diharapkan mampu menentukan
kebutuhan akan pengumpulan data dasar berdasarkan keluhan klien, dan mampu
menginterpretasikan data-data tersebut dengan tepat sehingga diagnosis yang
ditetapkan sesuai dengan keadaan klien. Kemudian dalam menatalaksana kasus,
asuhan-asuhan yang diberikan bidan harus sesuai dengan bukti ilmiah yang
terpercaya. Dalam proses ini, dibutuhkan keahlian bidan dalam berfikir kritis. Di
bawah ini dijelaskan lebih rinci tentang keterkaitan antara proses berfikir kritis.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengertian critical thinking (berfikir kritis)?
2) Bagaimana karakteristik berfikir kritis?
3) Bagaimana metode berfikir kritis?
4) Bagaimana manfaat berfikir kritis?

C. Tujuan
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan berpikir kritis mahasiswa dan diperoleh faktor yang
paling signifikan untuk kemudian meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
kemampuan berpikir kritis.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cara berpikir kritis


Dalam usaha menjadi seorang pemikir kritis perlu kesadaran dan
keterampilan untuk memaksimalkan kerja otak melalui langkah-langkah berpikir
kritis yang baik sehingga kerangka berpikir dan cara berpikir tersusun dengan
pola yang baik. Namun demikian, berpikir kritis sulit diukur karena merupakan
suatu proses bukan hasil yang dapat dilihat. Suatu bentuk berpikir kritis dapat
berupa seseorang yang terus mempertanyakan asumsi, mempertimbangkan
konteks (kejelasan makna), menciptakan dan mengeksplorasi elternatif dan
terlibat dalam skeptisisme reflektif (pemikiran yang tidak mudah percaya atas
informasi yang diterima.
Langkah dalam berfikir kritis :
1. Mengenali masalah
2. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan
Pengetahuan luas dan informasi penting terkait masalah perlu untuk
menilaisesuatu secara tepat dan akurat
3. Mengevaluasi data, fakta serta pernyataan
4. Mengenali asumsi-asumsi Asumsi : sesuatu yang tidak secara
eksplisit dinyatakan oleh orang lain
5. Mencermati hubungan logis antara masalah dan jawaban
6. Menggunakan Bahasa yang tepat, jelas dan khas (Tidak BIAS)
7. Menemukan cara-cara yang kreatif untuk menangani masalah
8. Menarik kesimpulan/pendapat dari isu/persoalan yang dibahas
Menurut Kneedler dari Statewide History Social Science Assessment
Advisory Committe dalam Surya (2011) mengemukakan langkah berpikir kritis
sebagai berikut :
1. Mengenali masalah (defining and clarifying problem )
a. Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok
b. Membandingkan kesamaan dan perbedaanc.

6
c. Memilih informasi yang relevand.
d. Merumuskan atau memformulasi masalah
2. Menilai informasi yang relevan.
a. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar (judgment)
b. Mengecek konsistensic.
c. Mengidentifikasi asumsid.
d. Mengenali kemungkinan faktor stereotipe.
e. Mengenali kemungkinan bias, emosi, propaganda, salah penafsiran
kalimat (semantic slanting )
f. Mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi
3. Pemecahan masalah/penarikan kesimpulan
a. Mengenali data yang diperlukan dan cukup tidaknya data
b. Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan atau
pemecahan masalah atau kesimpulan yang diambil.
Bhisma mengemukakan bahwa untuk melatih berpikir kritis, seorang perlu
menyadari dan menghindari adanya kecenderungan untuk melakukan kesalahan-
kesalahan yang menyebabkan orang tidak berpikir kritis, antara lain sebagai
berikut :
1. Dalam suatu argumen terlalu mengeneralisasi posisi atau keadaan. Sebagai
contoh, dalam suatu argumen terdapat kecenderungan untuk mengira
semua orang tahu, padahal tidak setiap orang tahu. Demikian juga mengira
semua orangtidak tahu, padahal ada orang yang tahu. Pemikir kritis
berhati-hati dalammenggunakan kata “semua”, atau “setiap”. Lebih aman
menggunakan kata “sebagian besar”, atau “beberapa”.
2. Menyangka bahwa setiap orang memiliki bias (keberpihakan) di bawah
sadar, lalumempertanyakan pemikiran refleksif yang dilakukan orang lain.
Pemikir kritis harusbersedia untuk menerima kebenaran argumen orang
lain. Perdebatan tentangargumen bisa saja menarik, tetapi tidak selalu
berarti bahwa argumen sendiribenar.
3. Mengadopsi pendapat yang ego-sensitif. Nilai-nilai, emosi, keinginan,
danpengalaman seorang mempengaruhi keyakinan dan kemampuan orang

7
untuk memiliki pemikiran yang terbuka. Pemikir kritis harus
menyingkirkan kesalahan inidan mempertimbangkan untuk menerima
informasi dari luar
4. Mengingat kembali keyakinan lama yang dipercaya dengan kuat tetapi
sekarangditolak
5. Kecenderungan untuk berpikir kelompok, suatu keadaan di mana
keyakinan seorang dibentuk oleh pemikiran orang-orang disekitarnya
daripada apa yang dialami atau saksikan
Proses berpikir kritis yang dideskripsikan Wolcott dan Lynch dalam
Sujanto (2004) adalah :
1. Mengidentifikasi masalah informasi yang relevan dan semua dugaan
tentangmasalah tersebut
2. Mengeksplorasi interpretasi dan mengidentifikasi hubungan yang ada
3. Menentukan prioritas alternatif yang ada dan mengkomunikasikan
kesimpulan
4. Mengintegrasikan, memonitor dan menyaring strategi untuk penanganan
ulang masalah.

B. Langkah – langkah dalam memecahkan masalah


Prinsip utama dalam menetapkan suatu masalah adalah mengetahui fakta
kemudian memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi data menjadi
fakta objektif dan menentukan luasnya masalah tersebut. Pemecahan masalah
merupakan aktivitas mental yang tinggi dalam teori belajar seperti yang
dikemukakan oleh Gagnedalam Warli (2006) yang mengungkapkan bahwa teori
belajar dapat dikelompokkanmenjadi 8 tipe belajar, yaitu :
1. Belajar isyarat (signal learning )
2. Belajar stimulus respon (stimulus-response learning )
3. Rangkaian gerak (motor chaining )
4. Rangkaian verbal (verbal chaining )
5. Belajar membedakan (discrimination learning )
6. Belajar konsep (concepted learning)

8
7. Belajar aturan (rule learning)
8. Pemecahan masalah (problem solving )
Berdasarkan urutan tersebut menunjukkan bahwa pemecahan masalah
merupakan tahapan teori belajar tertinggi sehingga dalam pelaksanaan pemecahan
masalah membutuhkan suatu strategi. Strategi dalam pemecahan masalah menurut
Polya dan Pasmed dalam Depdiknas (2004) yaitu :
1. Mencoba-coba
Biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum pemecahan
masalah dengan trial and error
2. Membuat diagram
Berkaitan dengan pembuatan sketsa atau gambar untuk mempermudah
memahami masalahnya dan mempermudah mendapatkan gambaran umum
penyelesaian.
3. Mencobakan pada soal sederhana
Berkenaan dengan penggunaan contoh-contoh khusus yang lebih mudah
dansederhana sehingga gambaran umum penyelesaian masalahnya akan
lebih mudah dianalisis dan akan lebih mudah ditemukan
4. Membuat table
Untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan fikiran sehingga
segala sesuatunya tidak hanya dibayangkan oleh otak dengan kemampuan
terbatas
5. Menemukan pola
Berkaitan dengan mencari keteraturan-keteraturan sehingga memudahkan
dalam penyelesaian masalah
6. Memecah tujuan
Berkaitan dengan pemecahan tujuan umum yang hendak dicapai menjadi
satuatau beberapa tujuan bagian yang akan digunakan sebagai batu
loncatan
7. Memperhitungkan setiap kemungkinan

9
Berkaitan dengan penggunaan aturan yang dibuat sendiri oleh pelaku
selama proses pemecahan masalah sehingga dapat dipastikan tidak ada
satupun alternatif yang terabaikan
8. Berpikir logis
Berkaitan dengan penggunaan penalaran ataupun penarikan kesimpulan
yang sah atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada
9. Bergerak dari belakang
Menganalisis cara mendapatkan tujuan yang hendak dicapai. Dengan
strategi iniawal dari pemecahan masalah dari yang diinginkan atau
ditanyakan lalu menyesuaikannya dengan yang diketahui
10. Mengabaikan hal yang tidak mungkin
Dari berbagai alternatif yang ada, alternatif yang sudah jelas tidak
mungkin agar dicoret/diabaikan sehingga perhatian dapat tercurah pada
hal-hal yang tersisa dan masih mungkin saja.
Prosedur dalam memecahkan masalah menurut Rebori dalam Rahayu
(2008) adalah :
1. Menemukan adanya masalah
2. Mengidentifikasi dan menemukan penyebab utama dari suatu masalah
3. Menghasilkan beberapa alternatif solusi
4. Menentukan alternatif solusi
5. Mengembangkan suatu rencana Tindakan
6. Penerapan
Proses pemecahan masalah menurut Berry Beyer dalam Nasution (1999)
adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan masalah/ soal
a. Menyadari adanya problem atau persoalan
b. Melihat maknanya
c. Mengusahakan agar masalah itu dapat dikendalikan
2) Mengembangkan jawaban sementara
a. Meneliti dan mengklasifikasi data yang ada
b. Mencari hubungan, membuat tafsiran yang logis

10
c. Merumuskan hipotesis
3) Menguji jawaban sementara
a. Mengumpulkan data/ bukti
b. Menyusun data/ bukti
c. Menganalisis data/ bukti
4) Mengembangkan dan mengambil kesimpulan
a. Mengevaluasi hubungan antara bukti dan hipotesis
b. Merumuskan kesimpulan
5) Menerapkan kesimpulan pada data atau pengalaman baru
a. Menguji dengan bukti baru
b. Membuat generalisasi tentang hasilnya
Dalam pemecahan masalah ada empat langkah fase penyelesaian menurut
Polya dalam Warli (2006) yaitu :
1. Memahami masalah
Seseorang akan mampu menyelesaikan masalah dengan benar apabila
memahami masalah yang diberikan.
2. Merencanakan penyelesaian
Fase ini sangat bergantung pada pengalaman seseorang dalam
menyelesaikan masalah. Seseorang akan cenderung lebih kreatif apabila
memiliki pengalaman yang bervariatif.
3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana
Penyelesaian masalah segera dilaksanakan apabila penyusunan rencana
telah disusun
4. Melakukan pengecekan kembali
Melakukan pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulai dari fase
pertama hingga fase ke tiga
Pemecahan masalah menurut Gagne dalam Ruseffendi (1991) melalui lima
langkah yang harus dilakukan yaitu :
1. Menyajikan dalam bentuk yang lebih jelas
2. Menyatakan masalah dalam bentuk yang operasional (dapat dipecahkan)

11
3. Menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang
diperkirakan baik untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah itu.
4. Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh
hasilnya(pengumpulan data, pengolahan data dll), hasilnya mungkin lebih
dari satu
5. Memeriksa kembali (mengecek) apakah hasil yang diperoleh itu benar atau
mungkin memilih alternatif pemecahan yang terbaik
Salah satu faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan dalam
penyelesaian suatu masalah adalah kurang tepat dalam mengidentifikasi masalah.
Kualitas hasil penyelesaian masalah tergantung pada keakuratan dalam
mengidentifikasi masalah. Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang
tersedia, nilai, sikap dan pengalaman pembuat keputusan serta waktu penyelesaian
masalah terutama pada saat pengumpulan data dan mengorganisir data.
Langkah-langkah dalam pemecahan masalah pada gambar dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang
dihadapi
Untuk memahami hakikat suatu masalah merupakan sesuatu yang
tidak mudah, karena masalah yang sebenarnya dihadapi sering terselubung
dan tidak terlihat jelas. Oleh karena itu diperlukan keahlian, pendidikan
dan pengalaman untuk membuat diagnosa yang tepat
2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan
Pengumpulan data atau informasi dilakukan secara
berkesinambungan melalui proses yang sistematis sehingga upaya untuk
mengantisipasi keadaan/masalah yang mungkin timbul akan lebih mudah
dilaksanakan, seperti :
 Merencanakan kemungkinan menduga masalah yang akan datang
 Pemecahan masalah
 Memahami masalah yang lalu
 Pengambilan keputusan
 Mengenalkan perubahan Akan Datang Kini Lampau

12
a. Apakah masalah yang dihadapi diketahui dengan jelas?
b. Apakah keadaan yang dihadapi merupakan masalah
sebenarnya?
c. Apakah sistem pelaporan di dalam organisasi sudah
memungkinkan untuk prediksi secara tepat?
3. Mengolah data dan fakta
Fakta-fakta dan data yang telah terkumpul dengan baik diolah
secara sistematis yang akhirnya akan merupakan suatu informasi yang
akan digunakan sebagai bahan untuk pengambilan keputusan. Analisa
fakta dan data perlu dihubungkan dengan serangkaian pertanyaan :
a. Situasi yang bagaimanakah yang menimbulkan masalah?
b. Apa latar belakang dari masalah itu?
c. Apa pengaruh dan hubungan antara masalah yang dihadapi dengan
tujuan, rencana dan kebijakan yang ada?
d. d.Apa konsekuensi atas keputusan yang diambil?
e. e.Apakah waktu pengambilan data tepat?
f. f.Siapa yang akan bertugas mengambil tindakan?

4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah


Baik buruknya suatu keputusan yang diambil tergantung pada
kemampuan menganalisa kekuatan dan kelemahan alternatif yang
dihadapi. Dalam usaha menganalisa alternatif yang ada, seseorang perlu
memperhitungkan :
a. Siapa yang terlibat/ dipengaruhi oleh alternatif?
b. Tindakan apa yang diperlukan?
c. Reaksi apa yang mungkin timbul?
d. Dimana sumber reaksi tersebut?
e. Interaksi apa yang diperlukan?
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil

13
Pada point 5 dan 6 seseorang menentukan keputusan yang akan
diambil dalam rangka memecahkan suatu permasalahan. Setiap
pengambilan keputusan tentu disertai dengan risiko. Pada umumnya
pilihan diambil dari beberapa alternatif jika diduga bahwa pilihan tersebut
akan memberikan manfaat yang paling besar untuk jangka waktu panjang
maupun jangka pendek. Namun demikian, perlu dipertimbangkan juga
bahwa risiko yang menyertai.
7. Evaluasi
Untuk mengadakan penilaian yang baik diperlukan obyektivitas
dalam melakukan penilaian atau evaluasi. Biasanya suatu hal yang sangat
sukar bagi seseorang untuk menilai dirinya sendiri secara obyektif. Oleh
karena itu pelaksanaan penilaian dapat diserahkan kepada pihak ketiga
yang tidak terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk
memperoleh tingkat obyektivitas setinggi mungkin. Pada proses evaluasi
perlu diperhatikan mengenai tempat, penanggung jawab serta waktu
pelaksanaan kegiatan.

C. Proses pengambilan keputusan berpikir kritis dalam kebidanan


Pengambilan keputusan perlu dilakukan oleh bidan dalam melaksanakan
manajemen kebidanan terutama bidan manajer pada setiap tingkatan bagian
diinstitusi pelayanan. Banyak waktu yang dihabiskan oleh seorang manajer untuk
menyelesaikan masalah dan membuat keputusan secara kritis. Salah satu faktor
yangberpengaruh terhadap keberhasilan dan kegagalan seorang manajer adalah
ketrampilan dalam pengambilan keputusan.Suatu model proses yang adekuat
sebagai dasar teori untuk memahami dan mengaplikasikan ketrampilan berpikir
kritis menurut Marquest & Houston (2010) perlu digunakan untuk meningkatkan
kemampuan pengambilan keputusan. Ada lima langkah kritis dalam penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan, yaitu :
1. Penetapan Tujuan
Penetapan tujuan harus jelas dan konsisten dengan pernyataan
filosofi individu atau organisasi. Jika aspek tersebut tidak terpenuhi maka

14
kemungkinan keputusan yang dibuat berkualitas buruk. Handoko (2009)
mengemukakan hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang manajer
adalah menemukan dan memahami masalah untuk diselesaikan agar
perumusan masalah menjadi jelas.
2. Mengumpulkan data secara cermat
Setelah manajer menentukan atau merumuskan masalah dan
tujuan, manajer harus menentukan data-data yang dibutuhkan untuk
membuat keputusan yangtepat (Handoko, 2009). Pengumpulan data
dimulai dengan mengidentifikasi masalah atau kesempatan untuk
mengambil keputusan dan berlanjut ke proses penyelesaian masalah.
Ketika mengumpulkan informasi, manajer harus berhati-hati agar data
yang dimilikinya dan orang lain tidak salah fakta.
3. Membuat banyak alternatif
Semakin banyak alternatif yang dapat dibuat dalam penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan maka semakin besar kesempatan
menghasilkan keputusan akhir. Dengan tidak membatasi hanya pada satu
alternatif yang jelas, orang akan mampu untuk menerobos pola kebiasaan
atau pengekangan berpikir dan memungkinkan munculnya gagasan baru.
Menurut Handoko (2009) setelah membuat alternatif keputusan, manajer
harus mengevaluasi alternatif tersebut untuk menilai keefektifitasannya,
dan langkah selanjutnya adalah memilih alternatif terbaik yang akan
digunakan dalam pengambilan keputusan
4. Berpikir logis
Selama proses penyelesaian masalah seseorang harus menarik
inferensi (simpulan) informasi dan mempertimbangkan informasi serta
alternatif secara cermat. Kesalahan berlogika pada titik ini akan
mengarahkan pada kualitas keputusan yang kurang baik. Ada beberapa
cara berpikir yang tidak logis, seperti terlalu menggeneralisasi, afirmasi
konsekuensi, dan berargumen dengan analogi.
5. Memilih dan bertindak secara efektif

15
Mengumpulkan informasi yang adekuat, berpikir logis, memilih
diantara banyak alternatif, dan memahami pengaruh nilai-nilai individu
tidaklah cukup. Dalam analisis akhir, seseorang harus bertindak. Banyak
orang yang menunda untuk bertindak karena mereka kurang berani
menghadapi konsekuensi pilihan yang mereka ambil. Pada tahap ini
manajer perlu memperhatikan berbagai resiko dan ketidakpastian sebagai
konsekuensi keputusan yang telah dibuat, karena dengan mengambil
langkah tersebut manajer dapat menentukan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan untuk menanggulangi hambatan dan tantangan yang akan
terjadi (Handoko, 2009).

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berpikir kritis dapat berupa seseorang yang terus mempertanyakan
asumsi, mempertimbangkan konteks (kejelasan makna), menciptakan dan
mengeksplorasi elternatif dan terlibat dalam skeptisisme reflektif
(pemikiran yang tidak mudah percaya atas informasi yang diterima.
Langkah dalam berfikir kritis :
1. Mengenali masalah
2. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan
Pengetahuan luas dan informasi penting terkait masalah perlu untuk
menilaisesuatu secara tepat dan akurat
3. Mengevaluasi data, fakta serta pernyataan
4. Mengenali asumsi-asumsi Asumsi : sesuatu yang tidak secara eksplisit
dinyatakan oleh orang lain
5. Mencermati hubungan logis antara masalah dan jawaban
6. Menggunakan Bahasa yang tepat, jelas dan khas (Tidak BIAS)
7. Menemukan cara-cara yang kreatif untuk menangani masalah
8. Menarik kesimpulan/ pendapat dari isu/ persoalan yang dibahas
Prinsip utama dalam menetapkan suatu masalah adalah mengetahui
fakta kemudian memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi
data menjadi fakta objektif dan menentukan luasnya masalah tersebut.
Strategi dalam pemecahan masalah menurut Polya dan Pasmed dalam
Depdiknas (2004) yaitu :
1. Mencoba-coba
2. Membuat diagram
3. Mencobakan pada soal sederhana
4. Membuat table
5. Menemukan pola
6. Memecah tujuan

17
7. Memperhitungkan setiap kemungkinan
8. Berpikir logis
9. Bergerak dari belakang
10. Mengabaikan hal yang tidak mungkin
Pengambilan keputusan perlu dilakukan oleh bidan dalam
melaksanakan manajemen kebidanan terutama bidan manajer pada setiap
tingkatan bagian diinstitusi pelayanan.
Ada 5 langkah kritis dalam penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan, yaitu :
1. Penetapan Tujuan
2. Mengumpulkan data secara cermat
3. Membuat banyak alternatif
4. Berpikir logis
5. Memilih dan bertindak secara efektif

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini diharapkan agar para pembaca
mengetahui sebagai calon bidan, kita dapat mengetahui dan menguasai
pentingnya refleksi kritis dalam praktik kebidanan, dan para pembaca
dapat mengambil manfaat dalam makalah ini untuk dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://xdocs.tips/doc/makalah-askeb-kehamilan-2-283gq6w9q4n6
https://id.scribd.com/document/533929665/2-Proses-Berpikir-Kritis-Dalam-
Kebidanan

19

Anda mungkin juga menyukai