Anda di halaman 1dari 10

DEMAM TYPOID

OLEH :

BELLA PERMATA SARI


224110446

KELAS : 2B

DOSEN PENGAMPU : dr. WINANDA, MARS

POLTEKKES KEMENKES PADANG


TAHUN PELAJARAN
2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan banyak kemudahan
dan limpahan rezeki-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas kelompok dalam
membuat makalah “Demam Typoid”.

Kami sadar betul dalam penggarapan makalah ini tak lepas dari bantuan banyak pihak,
Selain itu, makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan
pengalaman dan pengetahuan kami. Kiranya, kami berharap adanya saran dan kritik untuk
makalah yang baru kami buat. Terakhir, kami berharap semoga makalah bisa memberi manfaat
yang banyak bagi pembaca.

Padang, Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Demam Typoid ........................................................................................................... 6
2.2 Epidemiologi Demam Typoid....................................................................................................... 6
2.3 Etiologi Demam Typoid ............................................................................................................... 6
2.4 Tanda dan Gejala Demam Typoid ................................................................................................ 7
2.5 Penularan Demam Typoid ............................................................................................................ 7
2.6 Pencegahan Demam Typoid ........................................................................................................ 8
2.7 Pengobatan Demam Typoid ......................................................................................................... 8
2.8 Program Pemberantasan Demam Typoid ..................................................................................... 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yangdisebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Salmonella adalah bakteri Gramnegatif, tidak berkapsul, mempunyai flagella
dan tidak membentuk spora.Bakteri ini akan mati pada pemanasan 57°C selama beberapa
menit.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak usia sekolah. Demam tifoid sering terjadi di
tempat dengan sanitasi yang buruk biasanya menyebar melalui makanan atau air yang
terkontaminasi.1 Sumber penularan utama demam tifoid adalah melalui tinja/feses yang sudah
mengandung S.typhi yang dapat mencemari makanan melalui perantara lalat, debu maupun
kebiasaan mencuci tangan yang buruk.
Debu yang berasal dari tanah yang mengering, membawa bahanbahan yang mengandung
kuman penyakit yang dapat mencemari makanan yang dijual di pinggir jalan. Debu tersebut
dapat mengandung tinja atau urin dari penderita atau carrier demam tifoid. Bila makanan dan
minuman tersebut dikonsumsi oleh orang sehat terutama anak-anak sekolah yang sering jajan
sembarangan maka rawan tertular penyakit infeksi demam tifoid. Setelah bakteri S.typhi masuk
kedalam tubuh kemudian akan berkembang biak dan menyebar ke dalam aliran darah.Masa
inkubasi demam tifoid umumnya sekitar 7-14 hari. Usus kecil bagian atas merupakan tempat
invasi yang utama.Meskipun demam tifoid menyerang semua usia, namun golongan terbesar
tetap pada usia kurang dari 20 tahun.Manifestasi klinis demam tifoid tergantung dari virulensi
dan daya tahan tubuh.Gejala dari demam tifod diantaranya demam naik turun,sakit kepala,
mual, sakit perut, diare dan lidah kotor disertai dengan ruam pada beberapa
kasus.Penatalaksanaan yang tidak adekuat mengakibatkan perdarahan pada usus bahkan
sampai kematian.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari demam typoid?
b. Apa epidemiologi dari demam typoid?
c. Apa etiologi dari demam typoid?
d. Apa saja tanda dan gejala dari demam typoid?
e. Bagaimana penularan dari demam typoid?
f. Apa pencegahan dari demam typoid?
g. Apa saja pengobatan demam typoid?
h. Apa program pemberantasan dari demam typoid?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa pengertian dari demam typoid
b. Untuk mengetahui epidemiologi dari demam typoid
c. Untuk mengetahui etiologi dari demam typoid
d. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala dari demam typoid
e. Untuk mengetahui bagaimana penularan dari demam typoid
f. Untuk mengetahui pencegahan dari demam typoid
g. Untuk mengetahui apa saja pengobatan demam typoid
h. Untuk mengetahui program pemberantasan dari demam typoid
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demam Typoid


Demam tifoid (typhoid fever) merupakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi bakteri ini terdapat pada makanan dan minuman dengan kebersihan
yang buruk dan daerah dengan sanitasi yang kurang baik. Penyakit ini merupakan salah satu
penyebab kematian dibeberapa Negara berkembang seperti Asia Tenggara termasuk Indonesia.
(Sri Darmawati, 2021).
Penyakit demam tifoid yang biasa disebut tipes merupakan penyakit menyerang bagian
saluran pencernaan. Selama terjadi infeksi, bakteri salmonella typhi bermultiplikasi dalam sel
fagositik mononuclear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah. Demam tifoid
termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang-undang nomor 6 tahun 1962 tentang
wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat
menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah (Idrus, 2020).

2.2 Epidemiologi Demam Typoid


Demam tifoid yang disebabkan oleh Salmonella enterica serovar Typhi ( S. thphi ) masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia khususnya di negara-negara sedang
berkembang, termasuk Indonesia. WHO memperkirakan terdapat 17 juta kasus demam tifoid
di seluruh dunia dengan kejadian 600.000 kasus kematian setiap tahunnya. Di negara-negara
dengan status endemis demam tifoid, 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga kejadian
yang sebenarnya 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap rumah sakit.
Di Indonesia, kejadian demam tifoid masih tinggi bahkan menempati urutan ketiga
diantara negara-negara di dunia. Penyakit ini didapat sepanjang tahun dengan angka kesakitan
pertahun mencapai 157/100.000 populasi di daerah semi pedesaan dan 810/100.000 populasi
di daerah perkotaan dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian dasar
kesehatan yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes tahun 2007
ditemukan prevalensi penderita demam tifoid sebesar 1,6%.
Demam Tifoid erat hubungannya dengan higienitas atau kebersihan. Bakteri penyebab
tifoid senang hidup di makanan kotor ataupun tanah sehingga bila seseorang mengonsumsi
makanan kotor dan saat daya tahan tubuhnya rendah, bakteri akan menyerang usus orang
tersebut. Selanjutnya, bakteri masuk ke dalam peredaran darah dan terjadinya penyakit tifoid.

2.3 Etiologi Demam Typoid


Adapun penyebab dari demam tifoid adalah Salmonella typhi dari genus salmonella.
Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan
mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa
minggu dialam bebas seperti didalam air, sampah, dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan
suhu 60o C selama 15 menit (Rahmat dkk, 2019). Bakteri Salmonella typhi biasa ditemukan
pada tinja dan urin, menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja atau
urin yang terkontaminasi atau tercemar. Pencemaran bakteri ini seringkali melalui muntahan,
urin, dan kotoran yang kemudian terbawa dikaki-kaki lalat dan mencemari makanan, minuman,
buah maupun sayuran (Zainurakhma, 2021).

Pada masa penyembuhan, pada penderita masih mengandung Salmonella spp didalam
kandung empedu atau di dalam ginjal Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi
karier sementara, sedang 2% yang lain akan menjadi karier yang merahun. Sebagian besar dari
karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk urinary
type. Kekambulan yang yang ringan pada karier demam tifoid, terutama pada karier jenis
intestinal,sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak jelas.

2.4 Tanda dan Gejala Demam Typoid


Setelah 7-14 hari tanpa keluhan atau gejala, dapat muncul keluhanan atau gejala yang
bervariasi mulai dari yang ringan dengan demam yang tidak tinggi, malaise, dan batuk kering
sampai dengan gejala yang berat dengan demam yang berangsur makin tinggi setiap harinya,
rasa tidak nyaman di perut, serta beraneka ragam keluhan lainnya.
Gejala yang biasanya dijumpai adalah demam sore hari dengan serangkaian keluhan kinis,
seperti anoreksia, mialgia, nyeri abdomen, dan obstipasi Dapat disertai dengan lidah kotor,
nyeri tekan perut, dan pembengkakan pada stadium lebih lanjut dari hati atau limpa atau kedua-
duanya 1.2 Pada anak, diaresering dijumpai pada awal gejala yang baru, kemudian dilanjutkan
dengan konstipasi. Konstipasi pada permulaan sering dijumpai pada orang dewasa.Walaupun
tidak selalu konsisten, bradikardi relatif saat demam tinggi dapat dijadikan indikator demam
tifoid.1.2 Pada sekitar 25% dari kasus, ruam makular atau makulo papular (rose spots) mulai
terlihat pada hari ke 7-10, terutama pada orang berkulit putih, dan terlihat pada dada bagian
bawah dan abdomen pada hari ke 10-15 serta menetap selama 2-3 hari
Sekitar 10-15% dari pasien akan mengalami komplikasi, terutama pada yang sudah sakit
selama lebih dari 2 minggu. 1,7 Komplikasi yang sering dijumpai adalah reaktif hepatitis,
perdarahan gastrointestinal, perforasi usus, ensefaopati tifosa, serta gangguan pada sistem
tubuh lainnya mengingat penyebaran kuman adalah secara herratogen. Bila tidak terdapat
komplikasi, gejala klinis akan mengalami perbaikan dalam waktu 2-4 minggu.

2.5 Penularan Demam Typoid


Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
SF yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita. typhoid dapat menularkan kuman salmonella
Thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat
akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan
dan makanan yang tercemar kuman salmonella Thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui
mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan
limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah
dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk
limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada
typhoid disebabkan oleh endotoksemia.
disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal
pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang
sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Masuknya kuman Salmonella typhi ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang
terkontaminasi kuman. Penularan kuman ini dapat melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi, feces, lalat yang membawa kuman tersebut, dan muntahan dari penderita
Typhoid. Sebagian kuman dimusnahkan di lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan
selanjutnya berkembang biak (Soegijanto, 2002). Kuman dapat hidup dan berkembang biak di
dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plague peyeri ileum distal dan kuman tersebut
mengeluarkan endotoksin yang selanjutnya kuman masuk ke dalam sirkulasi darah
(mengakibatkan bakteriemia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ
retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa yang selanjutnya akan dilakukan fagositosis.
Pada proses fagosit ini, kuman yang dapat difagosit akan mati, sedangkan yang tidak difagosit
akan tetap hidup dan menyebabkan bakteriemia kedua.

2.6 Pencegahan Demam Typoid


Strategi pencegahan yang dipakai adalah untuk selalu menyediakan makanan dan
minsanan yang tidak terkontaminasi, higiene perorangan terutama menyangkut kebersihan
tangan dan lingkungan, sanitasi yang baik, dan tersedianya air bersih sehari-hari Strategi
pencegahan ini menjadi penting seiring dengan munculnya kasus resistensi Selain strategi di
atas, dikembangkan pula vaksinasi terutama untuk para pendatang dari negara maju ke daerah
yang endemik demam tifoid.
Vaksin-vaksin yang sudah ada yaitu: 1,2 Vaksin Vi Polysaccharide Vaksin ini diberikan
pada anak dengan usia di atas 2 tahun dengan dinjeksikan secara subkutan atau intra-maskuler.
Vaksin ini efektif selama 3 tahun dan direkomendasikan untuk revaksinasi setiap 3 tahun
Vaksin ini memberikan efikasi perlindungan sebesar 70- 80%, Vaksin oral ini tersedia dalam
sediaan salut enterik dan cair yang diberikan pada anak usia 6 tahun ke atas. Vaksin diberikan
3 dosis yang masing-masing diselang 2 hari. Antibiotik dihindari 7 hari sebelum dan sesudah
vaksinasi .Vaksin ini efektif selama 3 tahun dan memberikan efikasi perlindungan 67- 82%.
VaksinVi-conjugate Vaksin ini diberikan pada anak usia 2-5 tahun dan memberikan efikasi
perlindungan 91,1% selama 27 bulan setelah vaksinasi. Efikasi vaksin ini menetap selama 46
bulan dengan efikasi perlindungan sebesar 89%.

2.7 Pengobatan Demam Typoid


Terapi pada denam tifoid adalah untuk mencapai keadaan bebas demam dan gejala,
mencegah komplikasi, dan menghindari kematian Yang juga tidak kalah penting adalah
eradikasi total bakteri untuk mencegah kekambuhan dan keadaan carrier.
Pemilihan antibiotik tergantung pada pola sensitivitas isolat Salmonella typhi setempat.
Munculnya galur Salmonella typhi yang resisten terhadap banyak antibiotik (kelompok MDR)
dapat mengurangi pilihan antibiotik yang akan diberikan.
Terdapat 2 kategori resistensi antibiotik yaitu resisten terhadap antibiotik kelompok
chloramphenicol, ampicillin, dan trimethoprimsulfamethoxazole (kelompok MDR) dan
resisten terhadap antibiotik fluoroquinolone. Nalidixic acid resistant Salmonella typhi
(NARST) merupakan petanda berkurangnya sensitivitas terhadap fluoroquinolone. Terapi
antibiotik yang diberikan untuk demam tifoid tanpa komplikasi berdasarkan WHO tahun 2011.
Antibiotik golongan fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofloxacin, dan pefloxacin)
merupakan terapi yang efektif untuk demam tiloid yang disebabkan isolat tidak resisten
terhadap fluoroquinolone dengan angka kesembuhan klinis sebesar 98%, waktu penurunan
demam 4 hari, dan angka kekambuhan dan fecal carrier kurang dari2% Fluoroquinolone
memiliki penetrasi ke jaringan yang sangat baik, dapat. membunuh Salmonella typhi
intraseluler di dalam monosit/makrofag, serta mencapai kadar yang tinggi dalam kandung
empedu dibandingkan antibiotik lain. Berbagai studi telah dilakukan untuk menilai efektivitas
fluoroquinolone dan salah satu luoroquinolone yang saat ini telah diteliti dan memiliki
efektivitas yang baik adalah levofloxacin. Studi komparatif, acak, dan tersamar tunggal telah
dilakukan untuk levofloxacin terhadap obat standar ciprofloxacin untuk terapi demum tifoid
tanpa komplikasi. Levofloxacin diberikan dengan dosis 500 mg 1 kali sehari dan ciprofloxacin
diberikan dengan dosis 500 mg 2 kali sehari masing-masing selama 7 hari.

2.8 Program Pemberantasan Demam Typoid


Program pemberantasan demam tifoid biasanya melibatkan upaya-upaya untuk
meningkatkan sanitasi, kebersihan, dan akses terhadap air bersih. Beberapa langkah yang
biasanya dilakukan dalam program ini antara lain:

a. Penyuluhan tentang Higiene Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang


pentingnya mencuci tangan dengan benar, memasak makanan dengan baik, dan menjaga
kebersihan lingkungan.
b. Pengelolaan Limbah Meningkatkan pengelolaan limbah cair dan padat untuk mengurangi
risiko kontaminasi air dan makanan.
c. Pelayanan Kesehatan Memastikan akses yang mudah dan terjangkau ke pelayanan
kesehatan untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.
d. Imunisasi Memberikan vaksinasi kepada masyarakat yang rentan terhadap demam tifoid.
e. Pengendalian Vektor Melakukan pengendalian populasi vektor seperti nyamuk dan lalat
yang dapat menjadi penyebar penyakit.
f. Pemantauan dan Pelaporan Memantau kasus demam tifoid untuk mendeteksi penyebaran
penyakit dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.
g. Pengobatan Memberikan pengobatan yang tepat kepada individu yang terinfeksi untuk
mencegah komplikasi dan penyebaran lebih lanjut.
Program ini biasanya dilakukan secara kolaboratif antara pemerintah, lembaga kesehatan,
dan masyarakat untuk mencapai hasil yang optimal.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komplikasi tifus abdominalis yang paling sering terjadi adalah komplikasi intestinal yaitu
perdarahan usus dan perforasi usus. Relaps adalah kekambuhan yang biasanya terjadi akibat
pengobatan tifoid dengan antibiotik kloramfenikol. Komplikasi demam tifoid dapat
dihindarkan dengan cara meningkatkan derajat daya tahan tubuh pasien dan memberikan
perawatan yang sebaik-baiknya pada pasien demam tifoid.

3.2 Saran
Mengadakan penyuluhan cara hidup sehat dan pencegahan penyakit demam tifoid kepada
masyarakat, terutama masyarakat dengan pendidikan yangkurang. Sebaiknya semua penderita
tifoid dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapat perawatan yang sempurna.
Sebaiknya penderita tifoid mendapat pengobatan sesuai dengan dosis dan ketentuan
pengobatan, untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai