Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN.

V DENGAN KASUS
NEOPLASMA OVARIUM KISTIK DI RUANG PERAWATAN
PINANG 2 RSUP WAHIDIN SUDIROHUSODO

Oleh :

Kelompok 3
Fauzia ayu pratiwi Sri Wahyuni
Indrianti Arimurti putri Harmawati
Hikmah sari Andi Marsida
Andi kurniawan Nurul Asfiah
Nur Hikmah Reski Amelia

PERSEPTOR LAHAN PERSEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XX


DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS
FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan Keperawatan Maternitas terkait gangguan sistem reproduksi:
Neoplasma Ovarium Kistik ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.

Penulis sangat berharap laporan pendahuluan ini dapat berguna dalam


rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai gangguan sistem
reproduksi, khususnya Neoplasma Ovarium Kistik. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan laporan pendahuluan yang telah penulis buat untuk masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga laporan pendahuluan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun


yang membacanya. Sekiranya laporan pendahuluan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya,
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.

Makassar, 22 Juni 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT.............................................................1-5

A. Definisi Neoplasma Ovarium Kistik.............................................................1

B. Klasifikasi Neoplasma Ovarium Kistik........................................................1

C. Etiologi Neoplasma Ovarium Kistik ...........................................................3

D. Patofisiologi Neoplasma Ovarium Kistik.....................................................3

E. Pemeriksaan Penunjang Neoplasma Ovarium Kistik...................................4

F. Komplikasi Neoplasma Ovarium Kistik.......................................................5

G. Penanganan Neoplasma Ovarium Kistik......................................................5

BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN............................................7-24

A. Pengkajian.....................................................................................................7

B. Diagnosis Keperawatan...............................................................................10

C. Intervensi Keperawatan...............................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang
banyak menyerang wanita. Perjalanan penyakit yang sillent killer atau secara diam
diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah
terserang kista ovarim dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba
dari luar atau perut yang tampak membesar (Manuaba, 2019).
Kista ovarium adalah bentuk neoplasma pada ovarium yang bersifat jinak,
memiliki struktur dinding yang tipis, mengandung cairan serosa, dan sering terjadi
pada wanita dimasa reproduksinya, sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi, dan pelepasan
sel telur dari ovarium (Owen, 2018).
Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2018, kejadian kanker
meningkat menjadi 18,1 juta kasus baru dimana 9,6 juta kematian diakibatkan
oleh kanker. Kista ovarium sendiri memiliki risiko yaitu mengalami degenerasi
keganasan menjadi kanker, disamping itu dapat mengalami torsi atau terpuntir
sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi bahkan sampai
kematian. Oleh karena itu kista ovarium merupakan masalah penting yang
menyangkut kualitas kesehatan reproduksi wanita (Wiknjosastro, 2019).
Menurut data WHO (2018) di seluruh dunia terdapat 234.000 wanita yang
terdiagnosis kista ovarium dan sekitar 53,40 % meninggal. Di Amerika Serikat
pada tahun 2015 diperkirakan jumlah penderita kista ovarium sebanyak 32.680
wanita dengan angka kematian sebesar 54,57 %. Angka kejadian kista ovarium di
Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 23.400 orang dan meninggal sebanyak
13.900 orang (59,40%). Hal ini disebabkan karena penyakit ini pada awalnya
bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi
metastasis sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut (Kemenkes, 2017).
Terdapat beberapa penatalaksanaan medis pada pasien dengan kista
ovarium, dimana kondisi kistanya sudah membesar yakni melalui tindakan
pembedahan (operasi) laparatomi. Akibat dari prosedur pembedahan pada pasien

1
akan mengalami gangguan rasa nyaman nyeri. Nyeri merupakan suatu sensori
subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial yang dirasakan dalam kejadian
kejadian dimana terjadi kerusakan (Perry & Potter, 2010).
Nyeri merupakan salah satu dari gejala fisik yang muncul pada pasien,
permasalahan fisik yang terjadi pada pasien dapat mempengaruhi kondisi
psikologis, keluhan psikologis yang dirasakan oleh pasien dengan neoplasma
dapat berupa kecemasan (Doadd et al, 2018). Tindakan dalam mengatasi nyeri
yang dirasakan pasien dapat dilakukan melalui dua cara yaitu terapi farmakologi
dan nonfarmakologi. Terapi nonfarmakologi mencakup pendekatan secara fisik,
agar nyeri berkurang, memperbaki disfungsi fisik, mengubah respon fisiologis,
dan mengurangi ketakutan yang berhubungan dengan imobilitas terkait nyeri.
Perilaku kognitif memiliki tujuan untuk mengubah persepsi dan perilaku pasien
terhadap nyeri, dan mengajarkan pasien untuk dapat mengontrol nyeri dengan
baik seperti menggunakan distraksi dengan tepat, berdoa, mendengarkan musik,
pemberian relaksasi nafas dalam serta pemberian relaksasi imajinasi termbimbing
(Perry & Potter, 2010). Terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri akibat
pengangkatan kista ovarium adalah Terapi Murrotal. Terapi Murrottal adalah rekaman
Al-qur’an ( pembaca Al-Quran) yang dilantunkan al- quran (Kuncoro, 2015).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan neoplasma ovarium kistik pada
Nn.V di ruangan pinang di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui hasil pengkajian kasus neoplasma ovarium kistik
pada Nn.V di ruang pinang di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusudo
b. Untuk mengetahui diagnosis keperawatan kasus neoplasma ovarium
kistik pada Nn.V di ruang pinang di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusudo

2
c. Untuk mengetahui rencana keperawatan kasus neoplasma ovarium
kistik pada Nn.V di ruang pinang di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusudo
d. Untuk mengetahui implementasi keperawatan kasus neoplasma
ovarium kistik pada Nn.V di ruang pinang di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusudo
e. Untuk mengatahui evaluasi keperawatan kasus neoplasma ovarium
kistik pada Nn.V di ruang pinang di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusudo

BAB II
KONSEP NEOPLASMA OVARIUM KISTIK

A. Definisi Neoplasma Ovarium Kistik


Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk
seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh.Kantung ini bisa
berisi zat gas, cair, atau setengah padat.Dinding luar kantung menyerupai
sebuah kapsul.Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat
kanker yang berisi material cairan atau setengah cair (Nugroho, 2014).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal
pada ovarium yang membentuk 9 seperti kantong. Kista ovarium secara

3
fungsional adalah kista yangdapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan
siklus mentsruasi (Williams, 2015).
Kista ovarium merupakan penyakit tumor jinak yang bertumbuh pada
indung telur perempuan. Biasanya berupa kantong kecil yang berbeda dengan
penyakit kanker yang berisi cairan atau setengah cairan (Prasanti, 2018).

B. Klasifikasi Neoplasma Ovarium Kistik


Klasifikasi kista ovarium dibagi menjadi 2 yaitu (Joyce M.Black 2014):
1. Kista Ovarium Non Neoplastik (Fungsional):
a. Kistoma ovari simpleks, kista yang permukaannya rata dan halus,
biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar.
Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna
kuning.
b. Kistodema ovari musinosum, bentuk kista multilokular, biasanya
unilateral dan dapat tumbuh menjadi besar.
c. Kistadenoma ovari serosum, kista yang berasal dari epitel
germinativum, kista ini dapat membesar.
d. Kista dermoid, teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal
berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan
endoterm. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis
2. Kista Ovarium Plastik (Abnormal):
a. Kistadenoma
Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi kista.Kista ini
juga dapat menyerang ovarium kanan atau kiri.Gejala yang timbul
biasanya akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti vesika
urinaria sehingga dapat menyebabkan inkontinensia atau retensi. Jarang
terjadi tapi mudah menjadi ganas terutama pada usia di atas 45 tahun
atau kurang dari 20 tahun.
b. Kista coklat (endometrioma)
Terjadi karena lapisan di dalam rahim tidak terletak di dalam rahim
tapi melekat pada dinding luar indung telur. Akibatnya, setiap kali

4
haid, lapisan ini akan menghasilkan darah terus menerus yang akan
tertimbun di dalam ovarium dan menjadi kista. Kista ini dapat terjadi
pada satu ovarium.Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama ketika
haid atau bersenggama.
c. Kista dermoid Dinding
kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal
dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah keganasan, 22
seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur
melalui proses partenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri
mendadak diperut bagian bawah karena torsi tangkai kista.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang
berada di luar rahim.Kista ini berkembang bersamaan dengan
tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan
nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorrhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.
g. Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan
melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan.
Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Untuk kista
23 polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus
dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan
gangguan dan rasa sakit.

5
C. Etiologi Neoplasma Ovarium Kistik
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan
terbentuknya kista akibat gangguan pembentukan hormon dihipotalamus,
hipofisis atau di indung telur sendiri (ketidakseimbangan hormon). Kista
folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal
mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang
terjadi didalam korpus luteum indung telur yang fungsional dan dapat
membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang
berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein
biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami.
Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di
ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus
luteum, sel telur (Setiati 2015).

D. Patofisiologi Neoplasma Ovarium Kistik


Fungsi ovarium yang normal tergantung pada sejumlah hormon, dan
kegagalan salah satu pembentukan hormon dapat mempengaruhi fungsi
ovarium tersebut. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh
wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi
ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan, gagal berinvolusi, gagal mereabsorbsi cairan dan
gagal melepaskan sel telur, sehingga menyebabkan folikel tersebut menjadi
kista. Setiap hari ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut folikel de graff. Pada pertengahan 28 siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2
cm dengan kista di tengah-tengah (Prawirohardjo, Sarwono 2014). Bila tidak
terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan

6
pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum
mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama
kehamilan (Williams, Rayburn F 2015).

E. Pemeriksaan Penunjang Neoplasma Ovarium Kistik


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan kista
ovarium sebagai berikut (Williams, Rayburn F 2015):
1. Laparaskopi
pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor
itu.
2. Ultrasonografi
pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik
atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut
yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam
tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan
bubur barium dalam colon disebut di atas.
4. Pap smear
untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya
kanker atau kista.
5. Pemeriksaan darah CS – 125 (menilai tinggi rendahnya kadar protein pada
darah)

F. Komplikasi Neoplasma Ovarium Kistik


Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium adalah (Yatim 2015):

7
1. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan
sedikit-sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan
menimbulkan kondisi kurang darah (anemia)
2. Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis
3. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula
sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih
sering pada waktu persetubuhan
4. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri)
5. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air
besar (konstipasi).

G. Penanganan Neoplasma Ovarium Kistik


1. Observasi
Kebanyakan kista ovarium terbentuk normal yang disebut kista fungsional
dimana setiap ovulasi. Telur di lepaskan keluar ovarium, dan terbentuklah
kantung sisa tempat telur. Kista ini normalnya akan mengkerut sendiri
biasanya setelah 1-3 bulan. Oleh sebab itu, dokter menganjurkan agar
kembali berkonsultasi setelah 3 bulan untuk meyakinkan apakah kistanya
sudah betul-betul menyusut
2. Pemberian Hormone
Pengobatan gejala hormone yang tinggi, dengan pemberian obat pil KB
(gabungan estrgen dan progesteron) boleh di tambahkan obt anti androgen
dan progesterone cypoteronasetat
3. Terapi bedah atau operasi
Cara perlu mempertimbangkan umur penderita, gejala dan ukuran besar
kista. Pada kista fungsional dan perempuan yang bersangkutan masih
menstruasi, biasanya tidak dilakukan pegobatan dengan operasi, tetapi bila
hasil pada sonogram, gambaran kista bukan kista fungsional, dan kista
berukuran besar, biasanya dokter menganjurkn mengangkat kist dengan

8
operasi, begitu pula bila perempuan 32 sudah menopause, dan dokter
menemukan adanya kista, seringkali dokter yang bersangkutan
mengangkat kista tersebut dengan jalan operasi meskipun kejadian kanker
ovarium jarang ditemukan. Akan tetapi bila si perempuan berusia 50-70
tahun, maka resiko tinggi terjadi kanker (Yatim,2015)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pola asuhan keperawatan yang tepat adalah melalui proses perawatan
yang dimulai dari pengkajian yang diambil adalah merupakan respon klien,
baik respon biopsikososial maupun spiritual, kemudian ditetapkan suatu
rencana tindakan perawatan untuk menuntun tindakan perawatan. Dan untuk
menilai keadaan klien, diperlukan suatu evaluasi yang merujuk pada tujuan
rencana perawatan klien dengan neoplasma ovarium kista (Novelia, 2017).
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama , umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku, status perkawinan,
diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no RM dan alamat.
b. Identitas Penanggung Jawab
c. Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan alamat.
2. Riwayat Kesehatatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang diungkapkan saat dilakukan pengkajian.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Perjalanan penyakit klien sebelum, selama, perjalanan dan sesampainya
dirumah sakit hingga saat dilakukan pengkajian tindakan yang

9
dilakukan sebelumnya dan pengobatan yang didapat setelah masuk
Rumah Sakit.
c. Riwayat Menstruasi
Kaji menarche, siklus mens, banyaknya haid yang keluar, keteraturan
mens, lamanya, keluhan yang menyertai.
d. Riwayat Obstetri
Kali tanggal partus,jenis partus.
e. Riwayat Keluarga Berencana
KB idien, jenis kontrasepsi yang digunakan sejak kapan.
f. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan penyakit yang pernah dialami.
g. Riwayat Pernikahan
Kaji usia pernikahan,lamanya pernikahan.
h. Riwayat Seksual
Kaji usia pertama kali melakukan hub seks
i. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang mempunyai penyakit yang sama.
j. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari
1) Personal hygiene
Kaji kebiasaan personal hygiene klien meliputi keadaan kulit,
rambut, mulut, gigi dan vulva hygiene.
2) Pola Makan
Kebiasaan makan dalam porsi makan, frekuensi, alergi atau tidak.
3) Pola Eliminasi
a) BAB
Kaji frekuensi, warna, bau, konsistensi atau keluhan saat BAB.
b) BAK
Kaji freekuensi, warna, bau & keluhan saat berkemih.
4) Pola Aktivitas & Latihan
Kaji kegiatan dalam pekerjaan & kegiatan diwaktu luang sebelum
selama di RS.

10
5) Pola Tidur & Istirahat
Kaji waktu, lama tidur per hari, kebiasaan saat tidur & kesulitan.
k. Riwayat Psiko Sosial dan Spiritual
1) Psikososial
Respon klien terhadap penyakit yang diderita saat ini.
2) Spiritual
Kaji kegiatan keagamaan klien yang sering dilakukan dirumah dan
diRS.
3. Pemeriksaan Fisik
Kaji keadaan umum, kesadaran, BB dan tinggi badan , dan TTV
a. Kepala
Keluhan pusing, warna rambut, keadaan dan kebersihan
b. Mata
Kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera kornea
c. Hidung
Kesimetrisan, keadaan kebersihan , penciuman
d. Mulut
Kelembaban mukosa bibir, keadaan gigi
e. Telinga
kelainan bentuk, keadaan dan fungsi
f. Leher
Kaji adanya pembengkakan, pembesaran kelenjar tiroid
g. Daerah dada
Keluhan sesak, bentuk, nyeri dada auskultasi suara jantung, frekuensi
nadi dan TD.
h. Abdomen
Kaji adanya massa pada abdomen , distensi, bising usus, nyeri tekan
i. Genetalia eksterna
Pengeluaran sekret dan perdarahan , warna, bau keluhan gatal dan
kebersihan
j. Ekstremitas

11
Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian dan kesulitan
pergerakan.
4. Pemeriksaan penunjang
Pre op : kaji hemoglobin, pembekuan darah dan USG.

12
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

N Diagnosis Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan Rasional


O
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Definisi : Pengalaman keperawatan selama 3x24 jam Observasi
sensorik atau emosional diharapkan mampu menangani a. Lakukan pengamatan pada lokasi, Observasi:
yang berkaitan dengan masalah nyeri dengan kriteria karakteristik, durasi, frekuensi, a. Agar mengetahui lokasi,
kerusakan jaringan hasil: kualitas dan intensitas nyeri. karakteristik, durasi, frekuensi,
aktual atau fungsional, kualitas dan intensitas nyeri
dengan onset mendadak a. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri. b. Mengetahui skala nyeri
atau lambat dan b. Meringis menurun c. Perhatikan respon nyeri pada wajah c. Melihat respon nyeri pada wajah
berintensitas ringan c. sikap protektif menurun klien. klien
hingga berat yang d. Gelisah menurun d. Identifikasi faktor yang memperberat d. Mengetahui factor yang
berlangsung kurang dari e. Frekuensi nadi membaik serta meringankan nyeri. memperberat nyeri
3 bulan. f. Kesulitan tidur menurun e. Identifikasi pengetahuan tentang e. Menilai tingkat pengetahuan nyeri
Penyebab : g. Tekanan darah membaik nyeri. terhadap nyeri
a. Agen pencedera h. Pola napas membaik f. Mengetahui budaya terkait respon
fisiologis (mis. i. Nafsu makan membaik f. Identifikasi budaya terkait respon nyeri
inflamasi, iskemia, j. Proses berfikir membaik nyeri. g. Mengetahui keberhasilan dari terapi
neoplasma) k. Menarik diri menurun g. Pantau keberhasilan terapi komplementer yang dilakukan
b. Agen pencedera l. Berfokus pada diri sendiri komplementer yang telah dilakukan. h. Mengetahui tingkat kondisi pasien
kimiawi (mis. menurun h. Pantau efek samping pemberian obat
terbakar, bahan m. Diaforesis menurun anti nyeri. Terapeutik
kimia iritan) Terapeutik a. Untuk mengurangi rasa nyeri
c. Agen pencedera a. Beri teknik non farmakologis agar
fisik (mis. abses, rasa nyeri berkurang. b. Untuk mengurangi nyeri
amputasi, terbakar, b. Kontrol lingkungan agar rasa nyeri
terpotong, bisa menurun. c. Untik memberi kenyamanan kepada
mengangkat berat, c. Bantu fasilitasi istirahat dan tidur. klien
d. prosedur operasi, d. Pada saat pemilihan strategi untuk
trauma, latihan fisik mengatasi nyeri itu patut untuk

13
berlebihan) mempertimbangkan sumber dan jenis
Batasan Karakteristik dari nyeri itu sendiri. Edukasi
Gejala dan Tanda Edukasi a. Agar pasien mengetahui penyebab,
Mayor a. Beri penjelasan tentang penyebab, periode dan pemicu timbulnya rasa
Subjektif periode dan pemicu timbulnya rasa nyeri
a. Mengeluh nyeri nyeri
Objektif b. Agar pasien tau cara meredakan
a. Tampak meringis b. Ajarkan tentang cara meredakan nyeri nyeri
b. Bersikap protektif c. Anjurkan untuk memonitor rasa nyeri
(mis. waspada, sendiri c. Mengetahui frekuensi nyeri
posisi menghindari
nyeri) Kolaborasi Kolaborasi:
c. Gelisah a. Kolaborasikan tentang pemberian a. Bekerja sama dalam menurunkan
d. Frekuensi nadi analgesic untuk meredakan nyeri rasa nyeri
meningkat
e. Sulit tidur
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a. Tekanan darah
meningkat
b. Pola nafas berubah
c. Nafsu makan
berubah
d. Proes berfikir
terganggu
e. Menarik diri
f. Berfokus pada diri
sendiri
g. Diaforesis
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi
Definisi: Kondisi emosi keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi Observasi

14
dan pengalaman diharapkan tingkat ansietas a. Identifikasi penurunan tingkat energi a. Untuk mengetahui hal yang
subyektif individu menurun dengan Kriteria Hasil: ketidakmampuan berkonsentrasi, atau mengganggu kemampuan
terhadap objek yang a. Verbalisasi kebingungan gejala lain yang mengganggu
tidak jelas dan spesifik menurun kemampuan
akibat antisipasi bahaya b. Verbalisasi khawatir akibat b. Identifikasi teknik relaksasi yang b. Agar klien merasa lebih tenang
yang memungkinkan menurun pernah efektif digunakan
individu melakukan c. kondisi yang dihadapi c. Identifikasi kesediaan, kemampuan, c. Untuk mengetahui pemberian
tindakan untuk menurun dan penggunaan teknik sebelumnya teknik relaksasi
menghadapi ancaman. d. Perilaku gelisah menurun d. Periksa ketegangan otot, frekuensi
Batasan Karakteristik e. Perilaku tegang menurun nadi, tekanan darah, dan suhu d. Untuk mengetahiu frekuensi nadi,
Gejala dan Tanda f. Keluhan pusing menurun sebelum dan sesudah latihan TD, suhu, sebelum dan sesudah
Mayor g. Anoreksia menurun e. Monitor respons terhadap terapi dberikan terapi relaksasi
Subjektif h. Palpitasi menurun relaksasi e. Untuk mengetahui respon klien
a. Merasa Bingung i. Frekuensi pernapasan selama diberikan terapi relaksasi
b. Merasa khawatir menurun Terapeutik
j. Frekuensi nadi menurun Terapeutik
dengan akibat dan a. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa a. Agar klien merasa nyaman
kondisi yang k. Tekanan darah menurun
l. Diaforesis menurun gangguan dengan pencahayaan dan
dihadapi suhu ruang nyaman, jika
Objektif m. Tremor menurun
n. Pucat menurun memungkinkan b. Untuk meminta persetujuan klien
a. Sulit berkonsentrasi b. Berikan informasi tertulis tentang
b. Tampak Gelisah
o. Konsentrasi membaik c. Agar klien bisa lebih rileks
p. Pola tidur membaik persiapan dan prosedur teknik
c. Tampak Tegang relaksasi d. Agar klien dapat focus
q. Perasaan keberdayaan
d. Sulit Tidur’ membaik c. Gunakan pakaian longgar
Gejala dan Tanda r. Kontak mata membaik d. Gunakan nada suara lembut dengan
Minor irama lambat dan berirama Edukasi
s. Pola berkemih membaik
Subjektif t. Orientasi membaik a. Agar klien dapat memahami
a. Mengeluh Pusing Edukasi tindakan apa yang diberikan
b. Anoreksia a. Jelaskan tujuan manfaat, batasan, dan b. Agar klien lebih mengerti
c. Palpitasi jenis relaksasi yang tersedia (mis. c. Agar klien merasa lebih tenang
d. Merasa tidak musik, meditasi, napas dalam, d. Agar klien lebih focus
relaksasi otot progresif)
berdaya e. Agar klien bisa melakukan dengan
Objektif b. Jelaskan secara rinci intervensi mandiri
relaksasi yang dipilih

15
a. Frekuensi napas c. Anjurkan mengambil posisi nyaman f. Mengurangi ansietas klien
meningkat d. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
b. Frekuensi nadi relaksasi
meningkat e. Anjurkan sering mengulangi atau
c. Tekanan darah melatih teknik yang dipilih
meningkat f. Demonstrasikan dan latih teknik
d. Deaforesis relaksasi (mls. napas dalam,
e. Tremor peregangan, atau imajinasi terbimbing)
f. Muka tampak pucat
g. Suara bergetar
h. Kontak mata buruk
i. Sering berkemih
j. Berorientasi pada
masa lalu
3 Risiko Perdarahan Tujuan : Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
Definisi : Berisiko tindakan keperawatan selama 3 x Observasi : Observasi
mengalami kehilangan 24 jam, diharapkan tingkat a. Monitor tanda dan gejala perdarahan a. Perdarahan tidak terjadi
darah baik internal perdarahan menurun dengan b. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin b. Meminimalisir terjadi anemia
(terjadi di dalam tubuh) Kriteria Hasil: sebelum dan setelah kehilangan darah
maupun eksternal a. Kelembapan membran mukosa c. Monitor tanda-tanda vital ortostatik c. memperlihatkan perubahan-
(terjadi hingga keluar meningkat d. Monitor koagulasi (mls. prothrombin perubahan yang bersifat ortostatik
tubuh). b. Kelembapan kulit meningkat time (PT), partial thromboplastin time d. pencegahan hemostasis
Faktor Risiko: c. Kognitif meningkat (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin
a. Aneurisma d. Hemoptisis menurun dan/atau platelet)
b. Gangguan e. Hematemesis menurun Terapeutik Terapeutik
gastrointestinal (mis. f. Hematuria menurun a. Pertahankan bed rest selama a. pencegahan perdarahan lebih
ulkus lambung, g. Distensi abdomen menurun perdarahan banyak
polip, varises) h. Perdarahan pasca operasi b. Batasi tindakan invasif, jika perlu
c. Gangguan fungsi menurun Edukasi Edukasi
hati (mis. sirosis i. Hemoglobin membaik a. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan a. meminimalisir perdarahan
hepatitis) j. Hematokrit membaik b. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat b. meminimalisir teradi jatuh
d. Komplikasi k. Tekanan darah membaik ambulasi

16
kehamilan (mis. l. Denyut nadi apikal membaik c. Anjurkan menghindari aspirin atau c. menghindari penggumpalan darah
ketuban pecah m. Suhu tubuh membaik antikoagulan setelah operasi
sebelum waktunya, d. Anjurkan meningkatkan asupan d. meningkatkan asupan nutrisi
plasenta makanan dan vitamin K
previa/abrupsio, e. Anjurkan segera melapor jika terjadi e. mencegah syok
kehamilan kembar) perdarahan
e. Komplikasi pasca Kolaborasi Kolaborasi
partum (mis. atoni a. Kolaborasi pemberian obat pengontrol a. meningkatkan suplay darah dalam
uterus, retensi perdarahan, jika perlu tubuh
plasenta) b. Kolaborasi pemberian produk darah,
f. Gangguan koagulasi jika perlu
(mis.
trombositopenia)
g. Efek agen
farmakologis
h. Tindakan
pembedahan
i. Kurang terpapar
informasi tentang
pencegahan
perdarahan
j. Trauma
k. Proses keganasan
4 Risiko infeksi Tujuan : Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi
Definisi : Berisiko tindakan keperawatan selama … x Observasi
mengalami peningkatan 24 jam, diharapkan risiko infeksi a. Monitor tanda dan gejala infeksi Observasi
terserang organisme menurun dengan Kriteria Hasil: Teraupetik a. Merencanakan tindakan untuk
patogenik. a. Nafsu makan meningkat a. Pertahankan teknik aseptic pada pasien menghambat tanda dan gejala infeksi
Faktor Risiko b. Demam menurun berisiko tinggi Terapeutik
1) Penyakit kronis (mis. c. Kemerahan menurun Edukasi a. Mencegah terjadinya infeksi
diabetes. melitus). d. Nyeri menurun a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi Edukasi
2) Efek prosedur invasi. e. Bengkak menurun a. Memberikan pemahaman yang benar
3) Malnutrisi. f. Vesikel menurun kepada klien
4) Peningkatan paparan g. Cairan berbau busuk Sputum Perawatan Luka

17
organisme patogen berwarna hijau menurun Observasi Perawatan Luka
lingkungan. h. Drainase purulen menurun a. monitor karakteristik luka Observasi
5) Ketidakadekuatan i. Piuna menurun b. monitor tanda-tanda infeksi a. Untuk mengetahui tindakan yang
pertahanan tubuh j. Periode malaise Terapeutik akan dilakukan
primer : k. Periode menggigil menurun a. Lepaskan balutan dan plester secara b. Memantau adanya tanda-tanda
6) Gangguan peristaltik, l. Lelargi menurun perlahan infeksi
7) Kerusakan integritas m. Gangguan kognitif menurun b. bersihkan dengan cairan NaCL Terapeutik
kulit, n. Kadar sel darah putih c. ganti balutan sesuai jumlah eksudat a. Langkah awal untuk tindakan
8) Perubahan sekresi membaik Edukasi perawatan luka
pH, o. Kultur darah membaik a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi b. Menjaga kelembapan luka
9) Penurunan kerja p. Kultur urine membaik b. Anjurkan mengkonsumsi makanan c. Mencegah kontaminasi kuman
siliaris, q. Kultur area luka membaik tinggi kalori dan protein Edukasi
10) Ketuban pecah lama, a. Memberikan pemahaman yang benar
11) Ketuban pecah kepada klien
sebelum waktunya, b. Membantu proses penyembuhan
12) Merokok, luka
13) statis cairan tubuh.
14) Ketidakdekuatan
pertahanan tubuh
sekunder :
15) Penurunan
homolobin,
16) Imununosupresi,
17) Leukopenia,
18) Supresi respon
inflamasi,
19) Vaksinasi tidak
adekuat.
20) Kondisi Klinis
Terkait
21) AIDS.
22) Luka bakar.
23) Penyakit paru
obstruktif.

18
24) Diabetes melitus.
25) Tindakan invasi.
26) Kondisi penggunaan
terapi steroid.
27) Penyalahgunaan obat.
28) Ketuban Pecah
Sebelum Waktunya
(KPSW).
29) Kanker.
30) Gagal ginjal
31) Imunosupresi.
5 Konstipasi Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen Konstipasi
Definisi: penurunan tindakan keperawatan selama … x Observasi Observasi
defekasi normal yang 24 jam, diharapkan eliminasi fekal a. Periksa tanda dan gejala konstipasi
disertai pengeluaran membaik dengan Kriteria hasil :
a. Untuk mencegah terjadinya
b. Periksa pergerakan usus, karakteristik konstipasi
feses sulit dan tidak a. Kontrol pengeluaran feses feses (konsistensi, bentuk, volume, dan
tuntas serta feses kering Meningkat b. Mengetahui bising usus klien
warna)
dan berminyak b. Keluhan defekasi lama dan c. Untuk mengetahui penyebab
sulit Mengejan saat defekasi
c. Identifikasi faktor risiko konstipasi konstipasi
menurun (mis. obat-obatan, tirah baring, dan
Penyebab:
c. Distensi abdomen menurun diet rendah serat)
Fisiologis
d. Teraba massa pada rektal Terapeutik
a. Faktor Risiko
Fisiologis menurun a. Anjurkan diet tinggi serat
1) Penurunan motilitas e. Urgency menurun b. Lakukan masase abdomen, jika perlu Terapeutik
gastrointestinal f. Nyeri abdomen menurun Edukasi a. Dapat melancarkan proses BAB
2) Pertumbuhan gigi g. Kram abdomen menurun a. Anjurkan peningkatan asupan cairan, b. Dapat melancarkan sistem
tidak adekuat h. Konsistensi feses membaik jika tidak ada kontraindikasi pencernaan
3) Ketidakcukupan i. Frekuensi defekasi membaik b. Latih buang air besar secara teratur Edukasi
diet j. Peristaltik usus
a. Untuk membantu melancarkan bab
4) Ketidakcukupan Kolaborasi
asupan serat
b. Memberikan pemahaman mengenai
a. Kolaborasi penggunaan obat pencahar, latihan BAB secara teratur
5) Ketidakcukupan jika perlu
asupan cairan Kolaboorasi
6) Aganglionik (mis. a. Obat pencahar dapat membantu klien

19
penyakit dalam mengeluarkan feses
Hircsprung)
7) Kelemahan otot
abdomen
Psikologis
1) Konfusi
2) Depresi
3) Gangguan
emosional
Situasional
1) Perubahan
kebiasaan makan
(mis. jenis
makanan, jadwal
makan)
2) Ketidakadekuatan
toileting
3) Aktivitas fisik
harian kurang dari
yang dianjurkan
4) Penyalahgunaan
laksatif
5) Efek agen
farmakologis
6) Ketidakteraturan
kebiasaan defekasi
7) Kebiasaan menahan
dorongan defekasi
8) Perubahan
lingkungan
b. Kondisi Klinis
Terkait
1) Lesi/cedera pada
medula spinalis

20
2) Spina bifida
3) Stroke
4) Sklerosis multiple
5) Penyakit Parkinson
6) Demensia
7) Hiperparatiroidisme
8) Hipoparatiroidisme
Gejala dan Tanda
Mayor
Subjektif
a. Defekasi kurang dari
2 kali seminggu
b. Pengeluaran feses
lama dan sulit
Objektif
a. peristaltik usus
menurun
b. feses keras
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif
a. mengejaan saat
defekasi
Objektif
a. distensi abdomen
b. kelemahan umum
c. teraba massa pada
rektal
6 Defisit Nutrisi Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
Definisi: Asupan nutrisi tindakan keperawatan selama … x Observasi
tidak mencukupi untuk 24 jam, diharapkan status nutrisi a. Identifikasi alergi dan intoleransi
memenuhi kebutuhan membaik dengan Kriteria hasil : makanan a. nutrisi berperan dalam penyediaan
metabolisme tubuh a. Porsi makanan yang dihabiskan b. Identifikasi makanan yang disukai sumber energi, pengaturan
Penyebab meningkat c. Identifikasi status nutrisi metabolism tubuh, dan membangun

21
a. Ketidakmampuan b. Kekuatan otol pengunyah d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis jaringan tubuh.
menelan makanan.. meningkat nutrien b. Dengan konsultasi, kita dapat
b. Ketidakmampuan c. Kekuatan otot menelan e. Identifikasi perlunya penggunaan menentukan metode diet yang
mencerna makanan. meningkat selang nasogastrik memenuhi asupan kalori dan nutrisi
d. Serum albumin meningkat f. Monitor asupan makanan yang optimal.
c. Meningkatnya e. Verbalisasi keinginan untuk g. Monitor berat badan c. Faktor-faktor seperti nyeri,
kebutuhan meningkatkan nutrisi h. Monitor hasil pemeriksaan kelemahan, peng gunaan analgesik,
metabolisme tubuh. meningkat laboratorium dan imobilitas dapat menyebabkan
d. Ketidakmampuan f. Pengetahuan tentang pilihan anorexia.
mengabsorbsi makanan yang sehat meningkat Terapeutik d. Kondisi yang lemah lebih lanjut
nutrien. g. Pengetahuan tentang pilihan a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, dapat menurunkan keinginan dan
e. Faktor ekonomi h. minuman yang sehat jika perlu kemampuan klien anorexia un tuk
f. Faktor psikologis. meningkat b. Fasilitasi menentukan pedoman diet makanan.
Gejala dan tanda i. Pengetahuan tentang standar (mis. piramida makanan) e. Distribusi total asupan kalori yang
mayor j. asupan nutrisi yang tepat c. Sajikan makanan secara menarik dan merata sepanjang hari membantu
Subjektif meningkat suhu yang sesual mencegah distensi lambung sehingga
(tidak tersedia). k. Penyiapan dan penyimpanan d. Berikan makanan tinggi serat untuk selera makan mungkin akan
Objektif makanan yang aman meningkat mencegah konstipasi meningkat.
1. penurunan berat l. Sikap terhadap e. Berikan makanan tinggi kalori dan f. Pembatasan asupan cairan saat
badan minimal 10 % makanan/minuman sesuai tinggi protein makan mem bantu mencegah
di bawah rentang dengan tujuan kesehatan f. Hentikan pemberian makan melalui distensi lambung.
ideal). meningkat selang nasogatrik jika asupan oral g. Kurangnya kebersihan mulut
Gejala dan tanda m. Perasaan cepat kenyang dapat ditoleransi menyebabkan bau tidak sedap dan
minor menurun g. Berikan suplemen makanan, jika perlu menurunkan nafsu makan
Subjektif n. Nyeri abdomen menurun Edukasi h. Menyediakan makanan TKTP saat
1. Merasa cepat o. Sariawan menurun a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu lapar memungkinkan klien
kenyang. p. Rambut rontok menurun b. Ajarkan diet yang diprogramkan mengkonsumsi kalori dan protein
2. Nyeri/kram q. Diare menurun Kolaborasi yang adekuat.
abdomen. r. Berat badan menurun a. Kolaborasi pemberian medikasi
3. Penurunan nafsu s. Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum makan (mis. pereda nyeri,
makan. membaik antlemetik), jika perlu
Objektif t. Frekuensi makan membaik b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
1. Bising usus u. Nafsu makan membaik menentukan jumlah kalori dan jenis
hiperaktif. v. Bising usus membaik nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

22
2. Otot pengunyah w. Tebal lipatan kulit trisep
lemah. membaik
3. Otot menelan lemah. x. Membran mukosa membaik
4. Membran mukosa
pucat.
5. Sariawan.
6. Penurunan serum
albumin.
7. Rambut rontok.
8. Diare.
Kondisi klinis terkait
a. Parkinson.
b. Stroke.
c. Mobius sindroma.
d. Cerebral palsy.
e. Clept lip.
f. Clept palate.
g. Amyotropic lateral
sclerosis.
h. Kerusakan
neuromuskular.
i. Kanker.
j. Luka bakar.
k. Infeksi.
l. AIDS.
m. 13) Penyakit Cron's
7 Retensi Urine Setelah dilakukan tindakan Perawatan kateter urine
Definisi: Pengosongan keperawatan selama …X24 jam Observasi
kandung kemih yang diharapkan eliminasi urine a. Monitor kepatenan kateter urine
tidak lengkap membaik dengan kriteria hasil: b. Monitor tanda dan gejala infeksi Observasi
Penyebab a. Sensai berkemih meningkat saluran kemih a. Untuk memastikan kepatenan
a. Peningkatan tekanan b. Frekuensi BAK membaik c. Monitor tanda dan gejala obstruksi kateter urine
uretra c. Karakteristik urine membaik aliran urine b. Untuk mengetahui adanya tanda
b. Kerusakan arkus d. Monitor kebocoran kateter

23
refleks e. Monitor input dan output cairan dan gejala infeksi
c. Blok spingter c. Untuk mengetahui tanda dan gejala
d. Disfungsi neurologis obstruksi aliran urine
e. Efek agen d. Untuk memastikan adanta
farmakologis kebocoran pada kateter
Gejala dan Tanda e. Untuk mengetahui input dan output
Mayor cairan
Terapeutik
Subjektif: Terapeutik
a. Gunakan teknik aseptic
1. Sensasi penuh pada a. Untuk mengurangi risiko
b. Pastikan selang kateter dan kantung
kandung kemih terpaparnya kepada petugas
urine bebas dari lipatan
Objektif: b. Agar urine bisa mengalir degan
c. Pastikan kantung urine diletakkan di
1. Dysuria / anuria lancar
bawah ketinggian kandung kemih dan
2. Deistensi kandung c. Agar mempermudah
tidak di lantai
kemih tertampungnya urine
d. Lakukan irigasi rutin dengan cairan
Gejala dan Tanda d. Untuk membersihkan dan
isotonis
Mayor mencegah infeksi pada kandung
e. Kosongkan kantung urine jika sudah
Subjektif kemih
terisi setengah
1. Dribbling e. Agar kantung kemih tidak terlalu
f. Jaga privasi selama melakukan
Subjektif berat
Tindakan
1. inkontinensi berlebih f. Untuk menjaga kepercayaan pasien
Edukasi
2. residu 150 ml atau Jelaskan tujuan, manfaat Tindakan yang
lebih dilakukan
Kondisi klinis terkait Edukasi
1. Benigna prostat Memberikan informasi kepada pasien
hyperplasia dan keluarga pasien terkait Tindakan
2. Pembengkakan yang dilakukan
perineal
3. Cedera medula
spinalis
4. Rektokel
5. Tumor di saluran
kemih

24
25
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Nama mahasiswa : Kelompok 3


Tanggal pengkajian : 22 Juni 2022
Ruangan/RS : Pinang 2 Kamar 3.2

I. Data umum klien


No. Reg : 980347
Inisial : Ny V
Alamat : Dusun Buana Mukti
TglmasukRS : 22 Juni 2022
Tglpengkajian : 22 Juni 2022
Diagnosa medis : Neoplasma Ovarium Kistik
II. Masalah utama
Keluhan utama : Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah tembus belakang
Riwayat keluhan utama:
Mulai timbulnya : Sejak 5 bulan yang lalu
Sifat keluhan :Hilang timbul
Lokasi keluhan : Perut bagian bawah tembus belakang
Faktor pencetus : Pasien mengatakan nyerinya bertambah ketika bergerak
Keluhan lain : perut membesar
Pengaruhkeluhanterhadapaktivitas/fungsitubuh:-
Usaha klien untuk mengatasinya : Klien mengatakan berbaring di tempat tidur
III.Pengkajian Fisik
Seksualitas
Subyektif :
Usiamenarche: 15 tahun
Siklus haid: 14-20 hari
Durasihaid: 5-6 hari
✔Dismenorea
Rabas pervagina : -
Metode kontrasepsi terakhir : Tidak pernah
Status obstetri : G : 0 P : 0 A : 0
Obyektif :

26
PAP smear terakhir (tgl dan hasil) : -
Tes serologi (tgl dan hasil) : -
Makanan dan Cairan
Subyektif :
Masukan oral 4 jam terakhir :Nasi, ikan, sayur, air mineral
Mual/muntah : Tidak
Frekuensi makan : 3x/hari
Hilang nafsu makan : Tidak
Masalah mengunyah : Tidak ada
Konsumsi cairan : 1500 cc/hari
Obyektif :
BB: 54,5 kg
TB : 154 cm
Turgor kulit : Elastis
Membran mukosa mulut : Kering
Kebutuhan cairan : 2.760 cc
Pemeriksaan Hb, Ht (Tgl dan hasil) :terlampir
Eliminasi
Subyektif :
Frekuensi Defekasi : 2x sehari
Penggunaan Laksatif :Tidak ada
Waktu Defekasi terakhir : Senin 22/06/2022 jam 12.00 WITA
Frekuensi berkemih: 6-8 kali
Karakteristik urine : berwarna kuning
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan berkemih : Tidak ada
Riwayat penyakit ginjal : Tidak ada
Penyakit kandung kemih : Tidak ada
Penggunaan Diuretik : Tidak ada
Obyektif :
Pemasangan kateter :sebelum operasi tidak terpasang kateter, setelah operasi
terpasang kateter
Bising usus: 10x/menit
Karakteristik urine :Kuning
Konsistensi feces : padat

27
Warna Feces : Kuning, kecoklatan
Haemoroid: Tidak ada
Palpasi Kandung kemih (teraba/tidak teraba) : Teraba
Aktivitas/istirahat
Subyektif :
Pekerjaan :
Hobby : Menanam
Tidur malam (jam) : Klien mengatakan saat ini tidurnya baik-baik saja, dan tidur
selama 6-7 jam.
Tidur siang (jam) : Klien mengatakan tidur siangnya tidak menentu
Obyektif :
Status neurologis : Composmentis
GCS : 15 (E:4,M:6,V:5)
Pengkajian Neuromuskuler :
Muscle Stretch refleks (Bisep/trisep/brachioradialis/patela/axiles) : Normal
Rentang pergerakan sendi (ROM) : Sebelum operasi klien dapat bergerak bebas,
setelah operasi klien tidak dapat bergerak dengan bebas
Derajat kekuatan otot :
5 5
5 5

Kuku(warna) : Merah muda


Tekstur : Normal
Membran Mukosa : Normal
Konjungtiva : Anemis
Sklera : Putih
Hygiene
Subyektif :
Kebersihan rambut (frekuensi) : Klien mengatakan belum pernah keramas selama di
rumah sakit
Kebersihan badan : Klien mengatakan mandi 1 kali sehari. Dan selama di rumah sakit
hanya diberdihkan menggunakan tissue basah
Kebersihan gigi/mulut : Klien mengatakan mengosok gigi secara teratur tiap pagi.

28
Kebersihan kuku tangan dan kaki : Klien mengatakan memotong kuku jika terihat
panjang.
Objektif:
Cara berpakaian: Pakaian klien tampak bersih dan rapi
Kondisi kulit kepala: Bersih
Sirkulasi
Subyektif :
Riwayat penyaki tjantung: Tidak ada
Riwayat demam reumatik: Tidak ada
Obyektif :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Distensi vena jugularis (ada/tidak ada) : Tidak ada
Bunyi jantung :Normal
Frekuensi :
Irama (teratur/tidak teratur) : Teratur
Kualitas (kuat/lemah/Rub/Murmur) : Kuat
Ektremitas :
Suhu (hangat/akral dingin) : Hangat
CRT :<2 detik
Varises (ada/tidak ada) : Tidak ada
Nyeri/ketidaknyamanan
Subyektif :
Lokasi :Sebelum operasi Klien mengatakan lokasi nyeri pada perut bagian bawah
tembus belakang, setelah operasi nyeri dirasakan di perut pada luka bekas operasi
Intensitas (skala 0-10): Sebelum operasi 3 NRS, setelah operasi 5 NRS
Frekuensi : Hilang timbul
Durasi : Klien mengatakan 3-5 menit, setelah operasi ±10 menit
Faktorpencetus : Klien mengatakan nyerinya bertambah bila bergerak, begitupula
setelah operasi
Caramengatasi : Klien mengatakan hanya tidur ditempat tidur.
Faktoryangberhubungan: Terdapat kista
Objektif :
Wajah meringis

29
Melindungi area yang sakit
Pernafasan
Subyektif : Pasien mengatakan tidak memiliki masalah yterkait pernafasan
Objektif :
Frekuensi : 20x/ menit
Irama : Eupnea (pernapasan normal)
Bunyinafas : Vesikuler
Karakteristik sputum : Tidak ada
Hasil rontgen : -
Interaksi sosial
Subyektif:
Satuspernikahan : Belum Menikah
Lamapernikahan: -
Tinggal serumah dengan : Klien mengatakan tinggal bersama saudara
Obyektif
Komunikasi verbal/nonverbal dengan orang terdekat : Pasien tampak kooperatif saat
berkomunikasi, komunikasi dengan saudara terjalin baik.
Integritas ego
Subyektif
Perencanaan kehamilan : Tidak ada
Perasaan klien/keluarga tentang penyakit :Klien mengatakan merasa sedih karena
penyakit yang dialamidan takut jika operasinya tidak berjalan dengan lancar, pasien
berharap segera pulih seperti sedia kala.
Status hubungan :Klien mengatakan orang tuan dan saudara menjadi orang
terdekatnya.
Masalah keuangan : Tidak ada
Cara mengatasi stress : Sesekali membuka handphone
Obyektif
Status emosional (cemas,apatis, dll) : Cemas
Respon fisiologis yang teramati : Klien tampak cemas dan merasa sedih.
Agama : Islam
Muncul perasaan (tidak berdaya, putus asa, tidak mampu) : -
Neurosensori
Subyektif:

30
Pusing (ada/tidak ada): Tidak ada
Kesemutan/kebas/kelembaban (lokasi) : Klien mengatakan tidak ada
Keamanan
Subyektif:
Alergi/sensitivitas : Klien mengatakan tidak ada
Penyakit masa kanak-kanak : Klien mengatakan tidak ada
Riwayat imunisasi : Klien mengatakan tidak ada
Infeksi virus terakhir : Klien mengatakan tidak ada
Binatang peliharaan dirumah : Ayam
Masalah obstetrik sebelumnya : Klien mengatakan tidak ada
Jarak waktu kehamilan terakhir : klien belum menikah
Riwayat kecelakaan : Klien mengatakan tidak ada
Fraktur dislokasi : Klien mengatakan tidak ada
Pembesaran kelenjar : Tidak ada
Obyektif:
Integritas kulit : Nampak bersih
Cara berjalan : Sebelum operasi klien berjalan dengan normal, setelah operasi klien
Penyuluhan dan Pembelajaran
Subyektif:
Bahasa dominan : Bahasa Indonesia
Pendidikan terakhir : SMP Sederajat
Pekerjaan suami : belum kawin
Faktor penyakit dari keluarga : Tidak ada
Sumber pendidikan tentang penyakit : Dokter
Pertimbangan rencana pulang: -
Tanggal informasi diambil :22 Juni 2022
Pertimbangan rencana pulang : -
Tanggal perkiraan pulang : Belum ada
Ketersediaan sumber kesehatan terdekat : Rumah sakit
Pemeriksaan diagnostik :
Pemeriksaan Lab 30-05-2022
Nama Item Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Koagulasi
waktu bekuan Menit 4-10
waktu pendarahan Menit 1-7

31
PT 10.4 Detik 10-14
INR 1.00 --
APTT 25.7 Detik 22.0-30.0
KIMIA DARAH
Glukosa
GDS 121 mg/dl 140
Fungsi Ginjal
Ureum 17 mg/dl 10-50
Kreatinin 0.70 mg/dl L(<1.3) ; P(<1.1)
Fungsi Hati
SGOT 13 U/L <38
SGPT 14 U/L <41
Albumin 4.0 gr/dl 3.5-5.0
Elektrolit
Natrium 142 mmol/l 136-145
Kalium 3.2 mmol/l 3.5-5.1
Klorida 110 mmol/l 97-111
HEMATOLOGI RUTIN
WBC 9.5 10^3/ul 4.00-10.0
RBC 4.96 10^6/Ul 4.00-6.00
HGB 13.6 Gr/dl 12.0-16.0
HCT 41 % 37.0-48.0
MCV 83 fL 80.0-97.0
MCH 27 pg 26.5-33.5
MCHC 33 gr/dl 31.5-35.0
PLT 454 10^3/ul 150-400
RDW-SD fL 37.0-54.0
PDW 13.6 10.0-15.0
MPV 10.5 fL 10.0-18.0
P-LCR 9.5 fL 6.50-11.0
PCT % 13.0-43.0
NEUT 0.00 % 0.15-0.50
LYMPH 73.1 % 52.0-75.0
MONO 20.0 % 20.0-40.0
EO 5.4 10^3/ul 2.00-8.00
BASO 0.7 10^3/ul 1.00-3.00
RET 0.8 10^3/ul 0.00-0.10
LED I 10^3/ul 0.00-0.10
LED jam II mm (L <10, P <20)
Kesan : Leukositosis, Anemia
Terapi dan pengobatan
1. Fleet Enema 1 botol, rektal
2. Fleet Phosposoda ½ botol, oral

32
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1 Ds : Siklus haid tidak teratur Nyeri Kronis
- Lokasi : Sebelum operasi
Klien mengatakan lokasi nyeri Degenerasi ovarium
pada perut bagian bawah
tembus belakang, setelah Infeksi ovarium
operasi
- Mulai timbulnya : klien Neoplasma Ovarium Kistik
mengatakan Sejak 5 bulan
yang lalu Komplikasi peritonis
- Intensitas (skala 0-10) : 3 NRS
- Frekuensi : Hilang timbul peritonitis
- Durasi : Klien mengatakan 3-5
menit
sel melepaskan mediator
- Faktorpencetus :
nyeri: prostaglandin,
- Caramengatasi Klien
sitokinin
mengatakan hanya tidur
ditempat tidur.
impuls ke pusat nyeri diotak
- Faktoryangberhubungan:
Terdapat kista
di persepsikan
Do :
- Klien tampak melindungi Nyeri Kronis
daerah yang sakit
2 DS: Siklus haid tidak teratur Ansietas
- Klien mengatakan merasa
sedih karena penyakit yang degenerasi ovarium
dialami dan takut jika
operasinya tidak berjalan Infeksi ovarium
dengan lancar, pasien berharap
segera pulih seperti sedia kala. Neoplasma Ovarium Kistik
- Klien mengatakan pendidikan
terakhir SMP rencana operasi
DO:
Khawatir akibat dari rencana
- Klien tampak cemas dan sedih tindakan

Koping tidak efektif

Ansietas
3 Ds : Post operasi Nyeri akut
- Lokasi : Klien mengatakan
lokasi nyeri pada perut bagian Terputusnya jaringan kulit
luka bekas operasi
- Intensitas (skala 0-10) : 5 NRS Robekan pada jaringan saraf
- Frekuensi : Hilang timbul perifer
- Durasi : ±10 menit
Sel melepaskan mediator
- Setelah operasi klien nyeri : prostaglandin,
mengatakan tidak bisa tidur sitokinin
karena nyeri
Do : Impuls ke pusat nyeri di otak
- Klien nampak meringis
Sensori koteks otak : nyeri

Dipersepsikan

33
Nyeri akut
4 Do: Post operasi Resiko infeksi
- Pasien post operasi pengangkatan
kista ovarium Terputusnya jaringan kulit
- Terdapat luka post operasi pada
perut bagian bawah Luka operasi
- Terpasang kateter
Resiko infeksi
- Hasil lab kesan : leukositosi,
anemia

34
No Diagnosa keperawatan Luaran Rencana intervensi Rasional
1 Nyeri kronis berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
infiltrasi tumor dibuktikan dengan: keperawatan kepada Ny V Observasi
Ds : selama 3X24jam, diharap 1) Identifikasi skala nyeri 1) Untuk mengetahui skala nyeri
- Lokasi : Perut bagian bawah kan tingkat nyeri menurun Terapeutik 2) Untuk mengurangi rasa nyeri
tembus belakang, setelah operasi dengan kriteria hasil : 2) Berikan teknik nonfarmakologis yang dirasakan pasien
- Mulai timbulnya : Sejak 5 bulan  Keluhan nyeri untuk mengurangi rasa nyeri
yang lalu menurun (terapi murrotal Al-quran)
- Intensitas (skala 0-10) : 3 NRS  Skala nyeri menurun Edukasi 3) Agar klien dapat melakukan
- Frekuensi : Hilang timbul 3) Ajarkan teknik nonfarmakologis secara mandiri
- Durasi : 3-5 menit untuk mengurangi rasa nyeri
- Faktor pencetus : Pasien (terapi murottal Al-quran)
mengatakan nyerinya bertambah Kolaborasi
ketika bergerak 4) Kolaborasi pemberian analgetik 4) Untuk membantu mengu-rangi
nyeri
Do :
- Klien tampak melindungi daerah
yang sakit
2 Ansietas berhubungan dengan krisis Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi
situasional dibuktikan dengan: keperawatan kepada Ny V Observasi 1) Mengetahui hal-hal yang dapat
DS: selama 3X24 jam, 1) Identifikasi penurunan tingkat mengganggu fokus pasien
- Klien mengatakan merasa sedih diharapkan tingkat ansietas energi, ketidak mampuan
karena penyakit yang dialami dan menurun dengan kriteria berkonsentrasi, atau gejala lain
takut jika operasinya tidak berjalan hasil : yang mengganggu kemampuan
dengan lancar, pasien berharap  Verbalisasi khawatir kognitif 2) Mengetahui perubahan
segera pulih seperti sedia kala. akibat kondisi yang 2) Periksa ketegangan otot, frekuensi sebelum dan setelah dilakukan
DO: dihadapi menurun nadi, tekanan darah, dan suhu intervensi
- Klien tampak cemas dan sedih sebelum dan sesudah latihan
Terapeutik
3) Memfasilitasi lingkungan yang
3) Ciptakan lingkungan tenang dan
nyaman bagi pasien
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman
Edukasi 4) Pasien mengerti intervensi
4) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan latihan yang akan diberikan
dan jenis relaksasi yang tersedia
(relaksasi otot progresif) 5) Membantu pasien untuk
5) Anjurkan rileks dan merasakan merasa lebih rileks dan
sensasi relaksasi mereduksi kecemasan yang
6) Anjurkan sering mengulangi atau dirasakan
melatih teknik yang dipilih 6) Membantu mengurangi
perasaan cemas dan takut yang
dirasakan pasien.
3 Nyeri akut berhubungan dengan Agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
pencedera fisik dibuktikan dengan : keperawatan kepada Ny H Observasi
Ds : selama 3 X 24 jam, 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, 1) Mengetahui lokasi, karak
- Lokasi : Klien mengatakan lokasi diharapkan tingkat nyeri durasi, frekuensi, kualitas dan teristik, durasi, frekuensi,
nyeri pada perut bagian luka bekas menurun dengan kriteria intensitas nyeri. kualitas dan intensitas nyeri
operasi hasil : Terapeutik dari pasien.
- Intensitas (skala 0-10) : 5 NRS  Keluhan nyeri 2) Berikan teknik nonfarmakologis 2) Mengurangi tingkat nyeri
menurun untuk mengurangi rasa nyeri pasien/mengalihkan pasien
- Frekuensi : Hilang timbul (terapi Murrotal Al-quran).
 Skala nyeri menurun dari rasa nyerinya.
- Durasi : ±10 menit  Meringis menurun Edukasi
- Setelah operasi klien mengatakan 3) Ajarkan teknik nonfarmakologis 3) Memudahkan pasien untuk
tidak bisa tidur karena nyeri untuk mengurangi rasa nyeri mengontrol nyeri dengan cara
Do : terapi (Murrotal Al-quran). sederhana
- Klien nampak meringis Kolaborasi
4) Kolaborasi pemberian analgetik 4) Mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien
4 Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tinda kan Pencegahan Infeksi
efek prosedur invasive dibuktikan keperawatan kepada Ny V Observasi
dengan: selama 3 X 24 jam, 1) Monitor tanda dan gejala infeksi 1) Mengetahui ada atau tidak nya
Do: diharapkan tingkat infeksi Terapeutik tanda dan gejala infeksi
- Pasien post operasi pengangkatan membaik dengan kriteria 2) Cuci tangan sebelum dan sesudah 2) Mencegah terjadinya infeksi
kista ovarium hasil : kontak dengan pasien dan silang (nosokomial)
- Terdapat luka post operasi hari  Kemerahan menurun likngkungan pasie
pertama pada perut bagian bawah  Bengkak menurun 3) Pertahankan teknik aseptic pada 3) Mencegah dan memi nimalisir
 Nyeri menurun pasien berisiko tinggi resiko terjadinya infeksi pada

36
Edukasi luka
4) Jelaskan tanda dan gejala infeksi 4) Pasien dan keluarga mengerti
tanda dan gejala infeksi yang
dapat timbul pada lukanya.
Perawatan Luka
Observasi
1) Monitor karakteristik luka 1) Mengetahui kondisi luka se
belum dilakukan perawatan
2) Monitor tanda-tanda infeksi 2) Mengetahui adanya infeksi
pada luka sebelum dila kukan
Terapeutik perawatan
3) Lepaskan balutan dan plester 3) Agar tidak menimbulkan nyeri
secara perlahan saat plester dan balutan dilepas
4) Membersihkan & tidak
4) Bersihkan dengan cairan NaCl memper-parah kondisi luka
atau pembersih nontoksik 5) Mencegah dan meminimalisis
5) Pertahankan teknik steril saat terjadinya infeksi
melakukan perawatan luka 6) Pasien mengerti tanda dan
Edukasi gejala infeksi yang dapat
6) Jelaskan tanda dan gejala infeksi timbul pada lukanya

37
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
Diagnosis
Rabu, 22/06/22 15.00 1 Observasi 20.40 WITA
WITA (Nyeri - Mengkaji skala nyeri pasien menggunakan Numeric S : Klien mengatakan nyeri hilang timbul
Kronis) Rating Scale O : skal nyeri 3
Hasil : Skala nyeri 3NRS A : Nyeri Kronis
- Mengukur vital sign P : Lanjutkan intervensi
TD : 120/80 mmHg - Kaji skala nyeri
N : 86X/menit - Anjurkan melakukan teknik relaksasi napas
S : 36,9oC dalam
P : 20X/menit
Terapeutik
- Menganjurkan melakukan teknik relaksasi napas
dalam dan mendengarkan terapi Murrotal Al-quran).
Hasil : Pasien mengatakan merasa nyaman
Edukasi
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (relaksasi napas dalam)
Hasil: Pasien mengerti dan mampu melakukan
relaksasi napas dalam
Rabu, 22/06/22 18.00 2 Observasi 20.45 WITA
WITA (Ansietas) - Mengukur vital sign S : klien mengatakan merasa rileks
Hasil : O : klien Nampak rileks
TD : 123/73 mmHg TD : 120/86 mmHg
P : 20X/menit P : 20X/menit
N : 80X/menit N : 80X/menit
S : 36,5oC S : 36,3oC
- Mengkaji ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala A : ansietas teratasi
lain yang mengganggu kemampuan kognitif P : pertahankan intervensi
Hasil : klien mengatakan ia memikirkan penyakit dan - Ukur vital sign
rencana operasinya secara terus-menerus - Kaji ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
Terapeutik lain yang mengganggu kemampuan kognitif
- Modifikasi lingkungan yang tenang tanpa gangguan - Modifikasi lingkungan yang tenang tanpa
- Memberikan posisi nyaman pada klien gangguan
Hasil : posisi klien menjadi posisi semi fowler - Berikan posisi nyaman
- Menganjurkan klien rileks dan merasakan sensasi - Anjurkan klien rileks dan merasakan sensasi
relaksasi relaksasi
Hasil : klien mengatakan merasa nyaman
Edukasi
- Menjelaskan tujuan, manfaat, batasan relaksasi
Hasil : klien dan keluarga klien paham mengenai tujuan,
manfaat dan batasan teknik relaksasi
- Menganjurkan klien sering mengulangi atau melatih
teknik relaksasi secara mandiri
Hasil : Klien mau dan paham dalam melakukan teknik
relaksasi
Kamis, 23 Juni 2022 3 Manajemen Nyeri 20.45 WITA
16.30 WITA (Nyeri Observasi S : klien mengatakan masih nyeri pada luka bekas
Akut) - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, operasinya
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri. O : klien Nampak masih meringis
Hasil: Loksi di perut, skala 5 karakteristik seperti di TD : 120/86 mmHg
tusuk-tusuk, durasi ±10 menit, hilang timbul. P : 20X/menit
Terapeutik N : 80X/menit
- Memberikan teknik nonfarmakologis untuk S : 36,3oC
mengurangi rasa nyeri (relaksasi napas dalam). A : Masalah nyeri akut belum teratasi
Hasil: Setalah relaksasi napas dalam skala nyeri 5 P : Lanjutkan intervensi
Kolaborasi - Ukur vital sign
- Melakukan kolaborasi pemberian analgetik - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
Hasil: Pasien diberikan metamizol 1 gram intravena, mengurangi nyeri
skala nyeri 4 - Lakukan kolaborasi pemberian analgetik
Kamis, 23 Juni 2022 4 Observasi 20.50 WITA
15.30 WITA (Resiko - Memonitor tanda dan gejala infeksi S : klien mengatakan masih nyeri pada perut bekas
Infeksi) Terapeutik operasi
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan O : Terdapat luka post operasi hari pertama pada

39
pasien dan likngkungan pasie perut
- Mempertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko TD : 120/86 mmHg
tinggi P : 20X/menit
Edukasi N : 80X/menit
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi S : 36,3oC
A : Resiko infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Ukur vital sign
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
- Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko
tinggi

40
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan kasus
1. Pengkajian
Pada kasus yang kami angkat pasien dengan inisial Nn.V datang
dengan keluhan nyeri pada perut pada bagian bawah tembus belakang
klien mengatakan mulai timbulnya sejak 5 bulan yang lalu, nyeri
dirasakan hilang timbul, Pasien mengatakan nyerinya bertambah ketika
bergerak klien juga mengeluh perut membesar hal ini sejalan yang
dikatakan Manuaba (2019) bahwa gejala yang bisa timbul adalah
keluhan rasa tertekan, rasa penuh atau nyeri di daerah perut, rasa nyeri di
punggung bawah atau paha, gangguan saat berkemih, nyeri haid,
gangguan perdarahan saat haid. Kista yang membesar dapat
menyebabkan ovarium bergerak dan meningkatkan kemungkinan untuk
memutar ovarium yang dapat menimbulkan rasa sakit, yaitu nyeri.

Hasil pengkajian kenyamanan klien didapatkan klien mengeluh


nyeri Sebelum operasi 3 NRS, setelah operasi 5 NRS, Klien mengatakan
3-5 menit, setelah operasi ±10 menit, respon emosional klien wajah
tampak meringis. Penanganan medis yang dilakukan pada pasien dengan
kista ovarium yaitu tindakan operasi Salpingoooforektomi kanan +
kistektomi kiri yang mengakibatkan nyeri post operasi pasien Ny.V.

Dari hasil pengkajian Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi :


80x/menit didapatkan data usia menarche pasien 15 tahun dengan siklus
haid 14-20 hari dengan durasi haid: 5-6 hari dengan keluhan saat haid
dismenorea, hasil pengkajian nutrisi didapatkan pasien makan nasi, ikan,
sayur, makan 3 kali sehari, tidak ada keluhan mual muntah dengan
asupan cairan sebanyak 1500 cc/hari didapatkan bb: 54,5 kg tb : 154
cm, turgor kulit elastis, membran mukosa mulut kering, pada hasil
pengkajian eliminasi didapatkan frekuensi defekasi 2x sehari, tidak
menggunakan obat pencahar, frekuensi berkemih 6-8 kali, karakteristik
urine berwarna kuning. ebelum operasi Klien mengatakan lokasi nyeri
pada perut bagian bawah tembus belakang, setelah operasi nyeri
dirasakan di perut pada luka bekas operasi

Ansietas sering dirasakan oleh pasien yang akan menjalani


pembedahan., Ansietas disebabkan oleh ketakutan terhadap komplikasi
pembedahan dan anestesi. Ansietas yang tidak diatasi dapat
mempengaruhi proses operasi dan mengakibatkan penundaan operasi.
Kondisi psikologis Klien mengatakan merasa sedih karena penyakit
yang dialami dan takut jika operasinya tidak berjalan dengan lancar,
pasien berharap segera pulih seperti sedia kala, klien kurang paham
mengenai tindakan yang akan dilakukan, data objektif Klien tampak
cemas dan sedih,

Setelah tindakan operasi Terdapat luka post operasi pada perut


bagian bawah, Terpasang kateter , Hasil lab kesan : leukositosis, anemia,
sehingga pasien memiliko resiko tinggi mrngalami infeksi.

2. Diagnosis
Sebelum dilakukan tindakan operasi klien mengeluh nyeri dengan
skala 3 menggunakan metode NRS, yang dirasakan sejak 5 bulan yang
lalu, nyeri yang terjadi pada pasien dengan diagnosa kista ovarium
diakibatkan karena ovarium bergerak dan meningkatkan kemungkinan
untuk memutar ovarium sehingga menimbulkan nyeri, berdasarkan hasil
pengkajian maka diagnosa yang muncul adalah nyeri kronis,
penanganan medis yang akan dilakukan pada pasien Ny.V yaitu
tindakan operasi sehingga mengakibatkan pasien mengalami kecemasan
Karena takut dan kurang paham terhadap tindakan yang akan dilakukan,
hasil dari pengkajian status psikologis klien mengalami Ansietas.
Setelah dilakukan tindakan operasi maka menyebabkan terputusnya
kontinuitas jaringan kulit yang menyebabkan kerusakan pada jaringan
saraf perifer sehingga sel melepaskan mediator nyeri yaitu prostaglandin
dan sitokonin kemudian menyebabkan rangsangan ke thalamus sehingga

42
nyeri di persepsikan, dari hasil pengkajian pada pasien Ny.V maka kami
mengangkat diagnosa yaitu Nyeri akut. Jadi pada kasus kelolaan
masalah keperawatan yang diangkat yaitu nyeri kronis, ansietas, nyeri
akut dan resiko infeksi

3. Intervensi
Intervensi keperawatan yang diberikan pada Ny.V meliputi
Observasi, Terapeutik, Edukasi dan Kolaborasi.
a) Nyeri kronis berhubungan dengan dengan infiltrasi tumor
Untuk diagnosis nyeri kronis diberikan intervensi Manajemen
Nyeri. Tindakan observasi yang dilakukan dengan mengobservasi
keadaan klien dengan cara : identifikasi skala nyeri.Tindakan
keperawatan selanjutnya adalah terapeutik dengan cara: berikan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, Selanjutnya
tindakan keperawatan yang dilakukan adalah edukasi dengan
cara: ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri. Terakhir, tindakan kolaborasi seperti kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
b) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Untuk diagnosis ansietas diberikan intervensi terapi relaksasi.
Dengan melakukan observasi berupa: Identifikasi penurunan
tingkat energi, ketidak mampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
yang mengganggu kemampuan kognitif, Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
latihan, dan untuk tindakan teraupeutik dilakukan dengan cara:
Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman. Sedangkan untuk edukasi
yang dilakukan yaitu: Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis
relaksasi yang tersedia (relaksasi otot progresif) , Anjurkan rileks
dan merasakan sensasi relaksasi, Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang dipilih.
c) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

43
Untuk diagnosis nyeri akut diberikan intervensi Manajemen
Nyeri. Tindakan observasi yang dilakukan dengan mengobservasi
keadaan klien dengan cara : identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Tindakan keperawatan
selanjutnya adalah terapeutik dengan cara: berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri diberikan terapi benson.
Selanjutnya tindakan keperawatan yang dilakukan adalah edukasi
dengan cara: ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri. Terakhir, tindakan kolaborasi seperti kolaborasi
pemberian analgetik.
d) Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive
Diagnosis resiko infeksi diberikan intervensi pencegahan infeksi
dan perawatan luka.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan pada Ny.V diberikan selama dua hari
yaitu pada tanggal 22- 23 Juni 2022 dengan melaksanakan intervensi
yang telah disusun sesuai dengan kebutuhan klien. Pada tanggal 22 Juni
2022 tindakan dilakukan mulai pukul 15.00 WITA hingga pukul 18.00
WITA, sedangkan pada tanggal 23 juni 2022 tindakan dilakukan mulai
pukul 16.30 hingga pukul 15.30 WITA.
Implementasi keperawatan yang telah diberikan kepada Ny.V adalah
bentuk ikhtiar untuk dapat menyembuhkan pasien dari rasa sakitnya. Hal
ini berkaitan denga nisi kandungan ayat suci al-Quran di surat
alAn’am:6/17 Allah SWT berfirman :
“Dan jika Allah menumpakan sesuatu kemudharatan kepadamu,
maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan
jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu.”
Dalam tafsir Jalalain dijelaskan bahwa musiibah seperti sakit dan
kemiskinan tidak ada yang bisa mengangkatnya kecuali Allah SWT,
karena Allah SWT lah yang mendatangkan kebaikan seperti kesehatan

44
dan kecukupan. Oleh karena itu, perawat harus menjelaskan kepada klien
serta memberikan keyakinan bahwa klien harus tetap berdoa dan
berusaha agar Allah memberikan kesembuhan kepadanya. (As-Suyuthi
& Junaidi, 2011)
5. Evaluasi
a) Setelah dilakukan intervensi manajemen nyeri. Pasien masih
mengeluh nyeri sehingga diagnosis nyeri kronis belum teratsi dan
intervensi dilanjutkan
b) Setelah dilakukan intervensi manajemen terapi relaksasi pasien rasa
rileks, klien nampak sudah rileks, sehingga untuk diagnosis snsietas
sudah teratasi dan intervensi dihentikan.
c) setelah dilakukan intervensi manajemen nyeri. Pasien masih
mengeluh nyeri pada luka bekas operasinya, pasien nampak masih
meringis sehingga diagnosis nyeri akut belum teratasi dan intervensi
dilanjutkan
d) Untuk intervensi resiko infeksi pasien masih mengeluh nyeri pada
luka post operasinya dan terdapat luka post operasi hari pertama
pada perut, sehingga intervensi pencegahan infeksi dan perawatan
luka tetap dilanjutkan.

45
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Dari Hasil pengkajian pada Ny v dengan Neoplasma ovarium post


operasi Salpingoooforektomi kanan + kistektomi kiri dan didapatkan
keluhan nyeri Sebelum operasi 3 NRS, setelah operasi 5 NRS, Klien
mengatakan 3-5 menit, setelah operasi ±10 menit, respon emosional
klien wajah tampak meringis. Penanganan medis yang dilakukan pada
pasien dengan kista ovarium yaitu tindakan operasi
Salpingoooforektomi kanan + kistektomi kiri yang mengakibatkan
nyeri post operasi pasien Ny.V. Dari hasil pengkajian Tekanan
darah : 120/80 mmHg Nadi : 80x/menit didapatkan data usia
menarche pasien 15 tahun dengan siklus haid 14-20 hari dengan
durasi haid: 5-6 hari dengan keluhan saat haid dismenorea, hasil
pengkajian nutrisi didapatkan pasien makan nasi, ikan, sayur, makan
3 kali sehari, tidak ada keluhan mual muntah dengan asupan cairan
sebanyak 1500 cc/hari didapatkan bb: 54,5 kg tb : 154 cm, turgor
kulit elastis, membran mukosa mulut kering, pada hasil pengkajian
eliminasi didapatkan frekuensi defekasi 2x sehari, tidak
menggunakan obat pencahar, frekuensi berkemih 6-8 kali,

46
karakteristik urine berwarna kuning. ebelum operasi Klien
mengatakan lokasi nyeri pada perut bagian bawah tembus belakang,
setelah operasi nyeri dirasakan di perut pada luka bekas operasi klien
juga tampak cemas dan sedih
2. Diagnosa keperawatan pada Ny V adalah Nyeri kronis berhubungan
dengan infiltrasi tumor, Ansietas berhubungan dengan krisis
situasional, Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik,
Resiko infeksi dibuktikan dengan adanya post operasi pengangkatan
kista ovarium dan terdapat luka post operasi hari pertama pada perut
bagian bawah,
3. Intervensi Keperawatan pada Ny V adalah Manajemen nyeri, Terapi
relaksasi dan murotal al-quran, Pencegahan Infeksi dan perawatan
luka
4. Impementasi pada Ny V adalah sesuai dengan aktivitas intervensi
yang telah di tetapkan dan penerapan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (relaksasi napas dalam dan murotal alquran),
Memberikan posisi nyaman pada klien, Memonitor tanda dan gejala
infeksi , Mempertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi ,
Menjelaskan tanda dan gejala infeksi serta melakukan perawatan luka
5. Hasil Evaluasi pada Ny V didapatkan hasil bahwa masalah
keperawatan sebagian dapat teratasi.

B. SARAN

1. Instansi Pendidikan
Penulisan ini diharapkan sebagai bahan referensi masukan tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan neoplasma ovarium post
operasi Salpingoooforektomi kanan + kistektomi kiri.

2. Instansi Rumah Sakit


Hasil dari penulisan ini diharapkan agar dapat di terapkan oleh
perawat dalam memberi asuhan keperawatan khususnya terapi
relaxsasi nafas dalam, terapi murotall dalam mengtasi rasa nyeri dan
ansietas pada pasien dengan neoplasma ovarium ( kanker ovarium)
dan perawat dapat mengajarkan teknik ini pada pasien dan keluarga

47
sehingga masih dapat dilakukan oleh pasien dirumah sehingga
memperoleh hasil maksimal.

48
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, P. N. (2022). Asuhan Keperawatan Ansietas Pada Pasien Pre Operasi


Viterktomi Dengan General Anastesi Di Rumah Sakit Mata Bali Mandara
Provinsi Bali (Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes Denpasar Jurusan
Keperawatan 2022).

Joyce M.Black,Dkk. (2014). Buku keperawatan medical bedahEdisi 8. Jakarta:


EGC

Novelia, Dita. (2017). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker Serviks
Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Kebidanan RSUP DR. M.
Djamil Padang. Padang: Poltekkes Kemenkes Padang.

Nugroho, Taufan (2014). Obsgyn Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Prasanti Adriani, (2018). Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Dengan Kista Ovarium.
Https://Jurnal.Usu.Ac.Id/Index.Php/Gkre/Article/Viewfile/14141/8988

Prawirohardjo, Sarwono (2014). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Setiati, (2015). Buku Asuhan Keperawatan. Jogyakarta : Mitra Cendekia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI.

Williams, Rayburn F, (2015). Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.

Yatim, (2008). Penyakit Kandungan. Myoma,Kanker Rahim / Leher Rahim Dan


Indung Telur, Kista, serta gangguan lainnya. Jakarta:PustakaPopuler Obor
50

Anda mungkin juga menyukai