DISUSUN OLEH:
KELOMPOK
1. ALFIRA FUJIRA
2. DESI ARISMA LUBIS
3. GHINA ASHIL LOQIANA
4. KEVINDO PUTRA JAYA
5. MONICA RAHMATIKA R.A
CI KLINIK CI KLINIK
( ) ( )
CI AKADEMIK
( )
A. Latar Belakang
Kesehatan mempunyai berbagai macam ruang lingkup yang harus dipenuhi,
salah satu ruang lingkup kesehatannya adalah kesehatan reproduksi yang merupakan
suatu komponen terpenting dalam hidup, karena berfungsi membantu manusia dalam
memiliki keturunan secara biologis (Ratnawati, 2018). Rendahnya pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi menjadi faktor resiko terjadinya gangguan kesehatan.
Salah satu gangguan kesehatan system reproduksi yang terjadi pada wanita adalah
kista ovarium (Dewinta,2020).
Kista ovarium merupakan jenis tumor jinak berupa kantong tidak normal
berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh di indung telur (ovarium). Kista ovarium
adalah suatu jenis tumor yang berupa kantong abnormal berisi cairan yang tumbuh
dalam indung telur (ovarium). Penyebab dari kista ovarium belum diketahui dengan
pasti, namun ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan kista ovarium yaitu
riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau payudara, faktor lingkungan seperti
palutan zat radio aktif, ketidakseimbangan hormon estrogen maupun progesteron,
siklus haid tidak teratur, menstruasi di usia dini ,penggunaan obat pelangsing tubuh
serta pola hidup yang tidak sehat (Wahyuni, 2012).
Beragam manifestasi klinis timbul pada pasien akibat kista ovarium.
Manifestasi klinis yang terjadi dapat berupa ketidaknyamanan pada abdomen, sulit
buang air kecil, nyeri panggul, dan nyeri saat senggama serta gangguan menstruasi
(Winkjosastro, 2013). Menurut Nugroho (2010), kebanyakan wanita yang mengalami
kista ovarium tidak memiliki gejala sampai periode tertentu, tetapi beberapa orang
dapat mengalami gejala seperti nyeri saat menstruasi, nyeri selama hubungan seksual,
dan kadang menimbulkan masalah dalam pengeluaran urine secara komplit.
Menurut data GLOBOCAN (IARC) TAHUN 2018, kejadian kanker
meningkat menjadi 18,1 juta kasus baru dimana 9,6 juta kematian diakibatkan oleh
kanker. Kanker ovarium adalah kanker ketujuh yang paling sering terjadi pada wanita
dan penyebab kematian ke delapan yang paling sering dari kanker pada wanita di
dunia. Pada 2018 ada 300.000 kasus baru. Berdasarkan studi baru-baru ini yang
mengumpulkan data dari 1.000 wanita di 39 negara menyatakan bahwa jumlah
wanita yang didiagnosis dengan kanker ovarium kemungkinan akan meningkat
menjadi 371.000 kasus baru per tahun pada tahun 2035. Menurut data Global Cancer
Incidence, Mortality and Prevalence (Globocan), kanker ovarium atau kanker indung
telur adalah kanker ketiga tersering pada wanita Indonesia, dengan angka kejadian di
tahun 2020 adalah 14.896 kasus dan angka kematian mencapai 9.581 kasus. Kanker
ovarium paling sering terjadi pada wanita usia post menopause yaitu 50-70 tahun.
Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang paling mematikan dengan angka
ketahanan hidup 5 tahun sekitar 43%.
Tingkat kematian kanker ovarium disebabkan oleh pertumbuhan tumor yang
gejalanya terlambat diketahui dan skrining yang kurang tepat sehingga baru
terdiagnosis pada stadium lanjut. Hanya 20% kanker ovarium terdiagnosis pada
stadium 1 (awal) ketika penyakit ini terbatas pada ovarium, padahal 90% pasien pada
stadium awal merespon dengan baik terapi yang ada. Stadium 2 yaitu ketika penyakit
bermetastasis ke organ genitalia sekitarnya atau daerah panggul. Pada stadium 3
penyakit telah bermetastasis ke kelenjar getah bening retroperitoneal atau daerah
abdomen ektrapelvis. Pada stadium 4 penyakit telah bermetastasis di luar daerah
peritoneum. Tingkat penyembuhan menurun secara substansial berdasarkan stadium.
Kanker ovarium bersifat heterogen melibatkan beberapa kelainan genetik dan
epigenetik. Mutasi dan kehilangan fungsi TP53 adalah salah satu kelainan genetik
yang paling sering pada kanker ovarium dan diamati pada 60-80% kasus sporadis
atau yang terkait keturunan.
Kista ovarium dapat mengakibatkan beberapa komplikasi salah satunya
adalah kista yang dapat berkembang tumbuh menjadi ganas atau kanker ovarium
(Rafsyam, 2008). Selain kista atau tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya. Adanya
asites dalam hal ini mencurigakan terjadinya keganasan pada kista. Massa kista
ovarium berkembang setelah massa menopause sehingga besar kemungkinan untuk
berubah menjadi kanker (maligna) (Wiknjosastro, 2014).
Kanker ovarium dapat terjadi komplikasi yaitu asites dan biasanya gejala
ditandai dengan mual.Mual salah satu masalah yang dihadapi pasien yang mengalami
kanker ovarium (Wiknjosastro, 2010). Mual yang dirasakan pasien dengan kanker
ovarium sangat mengganggu dan menimbulkan ketidaknyamanan karena banyak
yang mengira hanya ada masalah dibagian pencernaan, namun perlu menegakkan
diagnose dengan dilakukannya pemeriksaan penunjang. Mual adalah gejala yang
sering dijumpai pada pasien kanker ovarium, dengan insiden 15%-40% pada saat
didiagnosa (Marischa, 2017).Mual pada pasien kanker merupakan suatu fenomena
subjektif yang merupakan gabungan antara faktor fisik dan nonfisik. Untuk faktor
fisik, mual dapat berasal dari berbagai akibat dari terapi dan prosedur yang dilakukan
termasuk operasi, kemoterapi, dan radioterapi, mual yang dialami oleh pasien kanker
ovarium akan berdampak pada berkurangnya nafsu makan pasien dan pasien akan
kekurangan nutrisi atau gizi (Rasjidi, 2015).
Terdapat beberapa penatalaksanaan medis pada pasien dengan kista ovarium,
dimana kondisi kistanya sudah membesar yakni melalui tindakan pembedahan
(operasi) laparatomi. Akibat dari prosedur pembedahan pada pasien akan mengalami
gangguan rasa nyaman nyeri. Nyeri merupakan suatu sensori subjektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang aktual maupun potensial yang dirasakan dalam kejadian- kejadian
dimana terjadi kerusakan (Perry & Potter, 2010).
Pada pasien pasca terapi pembedahan kista ovarium akan mengalami masalah
yang berhubungan dengan nyeri, resiko infeksi, kurang perawatan diri serta masalah
yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Peran perawat diperlukan untuk
mengatasi masalah – masalah, antara lain dengan mengajarkan Teknik manajemen
nyeri dengan mengajarkan relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri, membantu
perawatan luka post operasi dengan Teknik aseptic untuk menghindari terjadinya
infeksi, membantu memenuhi kebutuhan personal hygine untuk memberikan rasa
nyaman dan mempertahankan kebersihan tubuh (Trihandayani,2016).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana “Asuhan
Keperawatan Pada Ny. S dengan Diagnosis Neoplasma Ovarium Kistik (NOK)
Suspect Malignancy Di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2023”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memahami “Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Diagnosis
Neoplasma Ovarium Kistik (NOK) Suspect Malignancy Di Ruang Rawat Inap
Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2023 ”.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. S Dengan Diagnosis Neoplasma
Ovarium Kistik (NOK) Suspect Malignancy Di Ruang Rawat Inap
Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2023.
b. Mampu menegakkan dan memprioritaskan diagnose keperawatan pada Ny.
S Dengan Diagnosis Neoplasma Ovarium Kistik (NOK) Suspect
Malignancy Di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2023.
c. Mampu membuat rencana tindakan keperawata pada Ny. S Dengan
Diagnosis Neoplasma Ovarium Kistik (NOK) Suspect Malignancy Di
Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2023.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny. S Dengan
Diagnosis Neoplasma Ovarium Kistik (NOK) Suspect Malignancy Di
Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2023.
e. Mampu melakukan evaluasi pada Ny. S Dengan Diagnosis Neoplasma
Ovarium Kistik (NOK) Suspect Malignancy Di Ruang Rawat Inap
Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2023.
f. Mampu melakukan pendokumentasian Ny. S Dengan Diagnosis Neoplasma
Ovarium Kistik (NOK) Suspect Malignancy Di Ruang Rawat Inap
Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2023.
g. Mampu menganalisis antara teori dan kasus yang didapatkan tentang
masalah pasien Neoplasma Ovarium Kistik (NOK) Suspect Malignancy Di
Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2023.
D. Manfaat
1. Bagi Ruangan Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi
Laporan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi rumah
sakit dan pelayanan kesehatan dalam meningkatkan dan mengoptimalkan asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien dengan masalah Neoplasma ovarium
kistik suspeck malignancy.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan
dalam memberikan asuhan keperawatan serta pengelolaan dan analisa kasus
khususnya tentang neoplasma ovarium kistik suspeck malignancy serta
meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang kasus tersebut.
3. Bagi Mahasiswa
Sebagai masukan dan informasi dalam melakukan asuhan keperawatan yang
berhubungan dengan gambaran secara umum baik dalam melakukan pengkajian,
menegakkan diagnosa keperawatan, menyusun intervensi keperawatan dan
melakukan implementasu serta evaluasi dari implementasi yang telah dilakukan
dalam upayapenanganan dari kasus neoplasma ovarium kistik suspeck
malignancy.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
6) Kista Stein-Leventhal
Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik,
dan permukaannya licin. Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini dikenal
dengan nama sindrom Stein-Leventhal dan kiranya disebabkan oleh
gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada penderita terhadap
gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi hormon
estrogen, hiperplasia endometrii sering ditemukan.
Gambar 2.2 Gambaran Kista Ovarium
4. Etiologi
Etiologi dari kanker ovarium masih belum diketahui secara pasti. Faktor
risiko yang diduga berperan dalam terjadinya kanker ovarium mencakup faktor
genetik, faktor reproduktif, dan faktor hormon.
1) Faktor Genetik
Faktor genetik cukup berperan dalam terjadinya kanker ovarium. Apabila
memiliki 1 anggota keluarga (first degree relative) yang pernah mengalami
kanker ovarium, maka risiko meningkat hingga 4-5% untuk juga mengidap
kanker ovarium. Risiko meningkat hingga 7% apabila memiliki 2 anggota
keluarga yang mengalami kanker ovarium. Sebanyak 5-10% kasus pasien
dengan kanker ovarium, pasti memiliki riwayat keluarga dengan kanker
ovarium pula.
2) Faktor reproduktif
Faktor reproduktif atau status paritas merupakan salah satu faktor
penting yang diduga berperan dalam terjadinya kanker ovarium. Risiko
terjadinya kanker ovarium epitelial tinggi pada wanita yang tidak memiliki
anak, dengan usia menarke muda, atau menopause lambat. Wanita yang
sudah pernah hamil (multipara) memiliki risiko 50% lebih rendah untuk
mengalami kanker ovarium dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah
hamil. Selain itu, penggunaan obat kontrasepsi oral juga dapat menurunkan
risiko terjadinya kanker ovarium.
3) Faktor Hormon
Diduga bahwa penggunaan hormon atau terapi hormon berkaitan
dengan peningkatan risiko terjadinya kanker ovarium. Berdasarkan sebuah
meta-analisis yang dilakukan oleh Liu et al, didapatkan hasil bahwa wanita
menopause yang mendapatkan hormone replacement therapy (HRT)
memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami kanker ovarium, terutama tipe
serosa dan tumor endometrioid. Mekanisme yang mendasari hubungan
antara risiko terjadinya kanker ovarium dengan penggunaan HRT masih
belum diketahui secara pasti, namun diduga berkaitan dengan pengaruh
estrogen dalam menstimulasi terjadinya proliferasi pada permukaan sel
epitel pada ovarium dan peran progesteron dalam meningkatkan apoptosis
pada sel ovarium. Baik reseptor estrogen maupun progesteron dapat
ditemukan pada permukaan ovarium normal, dan tumor ovarium
bersifat estrogen receptor positive.
4) Faktor lainnya
Faktor lain yang berperan dalam peningkatan risiko terjadinya kanker
ovarium yakni:
- Indeks masa tubuh tinggi meningkatkan risiko kanker ovarium
- Riwayat endometriosis
- Konsumsi laktosa berlebihan
- Riwayat post traumatic stress disorder/ PTSD
- Merokok
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Yatim (2010), yang perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosa kista ovarium adalah:
a. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing, apakah kistik atau
solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak. USG pada kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik
yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan
dinding-dinding yang tipis/tegas/licin dan di tepi belakang kista nampak
bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat
bersifat unilokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa).
Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes)
di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
b. CT-Scan
Akan didapat massa kistik berdinding tipis yang memberikan
penyangatan kontras pada dindingnya.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan
dengan CT-scan, serta ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk
darah. CT-scan mampu memberikan petunjuk tentang organ asal dari massa
yang ada, namun MRI tidak terlalu dibutuhkandalam beberapa/banyak kasus.
USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista ovarium dan
massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-scan.
d. CA-125
Perlu juga adanya pemeriksaan kadar protein di dalam darah yang disebut
CA-125. Kadar CA-125 akan meningkat pada perempuan subur, meskipun
tidak ada proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125 biasanya dilakukan
pada perempuan yang berisiko terjadi proses keganasan.
e. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista
atau tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menemukan sifat-sifat
tumor itu.
f. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat seperti gigi
dalam tumor (Wiknjosastro, 2013).
8. Penatalaksanaan Neoplasma Ovarium Kistik
a. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama
1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya
setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidakcuriga ganas
(kanker) (Nugroho, 2010).
b. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan operasi
harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada gejala akut, tindakan
operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung
pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan
jenis kista.
Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit (twisted)
dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan tindakan darurat
pembedahan (emergency surgery) untuk mengembalikan posisi ovarium.
Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim,
(2010) yaitu:
WOC PRE OP
Ovarium
Infeksi Ovarium
Terbentuknya
Intoleransi Kista
Aktivitas Intake tidak adekuat
Pembesaran Ovarium
Mu
al
Menahan organ sekitar
Rasa sebah di perut
WOC POST OP
Ovarium
Infeksi Ovarium
Menurunnya Ovulasi
Terbentuknya Kista
Post Operasi
Luka Operasi
Penurunan Kekuatan
Intoleransi Aktivitas
ASKEP TEORITIS
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, dan medikal record.
b. Alasan Klien Masuk Rumah Sakit
Keluhan utama yang biasanya dirasakan pasien yaitu merasa nyeri pada
daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, menstruasi yang
tidak berhenti.
c. Riwayat Kesehatan Klien
1. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah,
ada pembengkakan pada daerah perut, gangguan miksi, danpenurunan
berat badan.
Setelah operasi, pasien mengeluhkan nyeri pada luka post operasi,
pusing, serta kesulitan tidur.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah klien sebelumnya memilki riwayat menderita penyakit
seperti yang diderita sekarang.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita tumor atau kanker terutama
pada organ reproduksi.
4. Riwayat Menstruasi
Kapan pertama klien menstruasi (menarche), bagaimana siklusnya, ada atau
tidak nyeri haid (disminore), siklus menstruasi, jumlah, warna dan bau.
5. Riwayat Perkawinan : Berapa kali menikah, dan usia pernikahan.
6. Riwayat Keluarga Berencana : Apa alat kontrasepsi yang pernah
digunakan.
d. Nutrisi
Pada klien dengan kista ovarium biasanya terjadi penurunan nafsu makan
(anoreksia) sehingga terjadi penurunan berat badan yang signifikan, penurunan
lemak sub kutan, penurunan masa otot, karena intake yang tidak adekuat.
Dari pemeriksaan konjungtiva kien tampak anemis, Hb turun, klien dapat
mengalami anemia.
e. Eliminasi
Pada klien dengan kista ovarium dapat terjadi perubahan pola defekasi.
Perubahan eliminasi urine misalnya nyeri pada saat berkemih, hematuria. pada
klien dengan kista ovarium juga dapat terjadi perubahan bising usus, dan
distensi abdomen, sehingga pasien mengeluhkan sulit buang air besar.
f. Istirahat dan Tidur
Terdapat perubahan istirahat dan tidur seperti jam kebiasaan tidur. Faktor-
faktor yang mempengaruhi tidur misalnya ansietas, nyeri setelah operasi,
keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan.
g. Aktivitas dan Latihan
Adanya kelelahan atau keletihan yang disebabkan karena intake makanan yang
kurang akibat penurunan nafsu makan sehingga klien tidak dapat melakukan
aktifitas sehari-hari secara maksimal.
h. Pola Bekerja
Kaji apa pekerjaan klien, berapa jam dalam sehari bekerja dan ada tidaknya
perubahan selama sakit, biasanya klien akan lebih mudah lelah.
i. Genogram
Untuk melihat apakah ada anggota keluarga yang memilki riwayat penyakit
kanker.
j. Riwayat Lingkungan
Ada atau tidaknya terpapar radioaktif, atau zat karsinogen.
k. Psikososial
1. Persepsi diri
Adanya perubahan pada fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pola gambaran diri, rasa terisolasi,
harga diri rendah, dan mekanisme koping yang destruktif, kurang
percaya diri, perasaan tidak berdaya dan putus asa, disertai dengan
emosi labil dan kesulitan untuk mengungkapkannya. Selain itu adanya
kecemasan terhadap penyakit yang dideritanya, ekspresi wajah
meringis.
2. Pertahanan koping
Lamanya perawatan, perjalanan penyakit, perasaan tidak berdaya dapat
menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa perasaan marah,
cemas, takut, tidak sabaran, dan mudah tersinggung.
3. Sistem nilai dan kepercayaan
Mengkaji pola ibadah klien selama sakit dan keyakinan klien terhadap
agamanya.
4. Pengkajian Fisik
I. Pemeriksaan : vital sign (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu), keadaan
umum, BB, TB dan tingkat kesadaran.
II. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Meliputi warna rambut, kebersihan, apakah klien mengalami
kerontokan rambut, dan apakah ada benjolan pada kepala klien.
b. Mata
Meliputi apakah ada nya udema palpebra, konjungtiva anemis atau
tidak, apakah sklera ikterik atau tidak.
c. Abdomen
Kaji apakah klien mengalami distensi abdomen, acites, dan teraba
adanya massa.
d. Genitalia
Kebersihan organ genetalia, adanya keputihan (bau, kental).
III. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium : Hb (biasanya selama operasi pasien
mengalami perdarahan sehingga Hb rendah), Leukosit (dapat
menunjukkan gejala bila adanya infeksi pada luka post operasi),
Trombosit.
2. Pemeriksaan diagnostik : USG, CT-Scan abdomen, CA 125
2. Diagnosa keperawatan
a) Intoleransi Aktivitas
b) Nyeri akut
c) Perlambatan pemulihan pasca bedah
d) Gangguan rasa nyaman
e) Deficit nutrisi
3. Intervensi Keperawatan
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara
tepat
- Anjurkan teknik nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgesic
3. Perlambatan pemulihan Setelah dilakukan tindaka keperawatan selama … x Perawatan Luka
jam, maka diharapkan pemulihan pasca bedah Observasi :
pascabedah b.d meningkat, dengan kriteria hasil : - Monitor karakteristik luka
prosedur pembedahan - Kenyamanan meningkat - Monitor tanda-tanda infeksi
ekstensif d.d gangguan - Selera makan meningkat Terapeutik :
- Mobilitas meningkat - Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
mobilitas - Waktu penyembuhan meningkat - Cukur rambut di sekitar daerah luka jika perlu
- Bersihkan dengan cairan NaCL atau pembersih
nontoksik, sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
luka
NO. SDKI SLKI SIKI
- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
- Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
kondisi pasien
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
4. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x Terapi Relaksasi
jam, maka diharapkan status kenyamanan meningkat, Observasi :
b.d gejala penyakit d.d dengan kriteria hasil : - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
mengeluh tidak nyaman - Keluhan tidak nyaman menurun digunakan
- Kesulitan tidur menurun - Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan
- Lelah menurun darah dan suhu sebelum dan sesudah latihan
- Merintih menurun - Monitor respon terhadap relaksasi
- Pola tidur membaik Teraprutik :
- Ciptakan lingkungan tenang
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
dengan alat analgetik atau tindakan medis lain jika
perlu
Edukasi :
- Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
yang di pilih
- Demonstrasikan dan ltih teknik relaksasi
5. Deficit nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Nutrisi
… x jam, maka diharapkan status nutrisi Observasi :
membaik, dengan kriteria hasil : - Identifikasi status nutrisi
- Porsi makanan yang dihabiskan - Monitor asupan makanan
meningkat - Monitor berat badan
- Verbalisasi untuk meningkatkan nutrisi - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
meningkat Terapeutik
NO. SDKI SLKI SIKI
- Perasaan cepat kenyang menurun - Lakukan oral hygiene jika perlu
- Nyeri abdomen menurun - Sajikan makanan secara menarik dan suhu
- Diare menurun yang sesuai
- BB membaik - Berikan sumplemen makanan, jika perlu
- IMT membaik Edukasi
- Nafsu makan membaik - Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
4. Implementasi
Implementasi merupakan suatu penerapan atau juga sebuah tindakan yang
dilakukan dengan berdasarkan suatu rencana yang telah/sudah disusun atau
dibuat dengan cermat serta juga terperinci sebelumnya. Pendapat lain juga
mengatakan bahwa pengertian implementasi merupakan suatu tindakan atau juga
bentuk aksi nyata dalam melaksanakan rencana yang sudah dirancang dengan
matang. Dengan kata lain, implementasi ini hanya dapat dilakukan apabila sudah
terdapat perencanaan serta juga bukan hanya sekedar tindakan semata.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses identifikasi untuk mengukur/menilai apakah
suatu kegiatan atau juga program yang dilaksanakan itu sesuai dengan
perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Terdapat juga yang mengatakan
bahwa arti evaluasi ini ialah suatu kegiatan atau aktivtias mengumpulkan
informasi mengenai kinerja sesuatu (metode, manusia, peralatan), yang mana
informasi itu akan dipakai untuk bisa menentukan alternative terbaik didalam
membuat keputusan.
BAB III
LAPORAN
KASUS
2. Data Anak
Nama : Novelia
Umur : 17 Tahun
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Tanjung Raya Agam
Keluarga terdekat : Anak
yang mudah dihubungi
No.Hp 083839511793
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan saat ini
1). Keluhan utama masuk :
Ny. S masuk RSUD Dr. Achmad Moctar Bukittingi melalui IGD
pada tanggal 05 november 2023, jam 10.00 WIB dengan keluhan
Terasa nyeri dan bengkak di perut ± 1 bulan ini.
P : nyeri karna ada masa
Q : ditusuk-tusuk dan tegang
R : abdomen
S:6
T : saat ditekan
2). Keluhan saat ini (Waktu Pengkajian) :
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 07 November
2023 jam 19.00 WIB perut menyesak ke atas, nyeri perut terasa
tegang, panas, seperti ada yang menahan, mual, pusing saat dari
duduk ke berdiri.
d. Riwayat Kemoterapi
Ny. S mengatakan tidak ada melakukan kemo terapi sebelumnya
e. Riwayat perkawinan
Ny. S mengatakan menikah pada usia 19 tahum dan menikah ± 25
tahun lamanya. Ny. S mengakatan menikah hanya sekali dan Ny.S sudah
berpisah ± 9 tahun dan itu adalah suami pertamanya.
g. Riwayat Obstetri
1). Riwayat kehamilan : Ny. S mengatakan hamil pertama pada
umur 19 Tahun dan memiliki 5 orang
anak, selama hamil mengalami siklus
normal
2). Riwayat Persalinan : Ny. S mengatakan melahirkan secara
normal
3). Data keluarga berencana : Ny. S mengatakan tidak pernah ikut
program.
5. Data Psikologi
Ny. S mengatakan cemas dan pasien mengatakan ingin sembuh hingga bisa
beraktifitas seperti biasa.
6. Data Spritual
Ny. S mengatakan menjalankan sholat 5 kali sehari dan mengaji
4) Eliminasi
Kebiasaan BAK pasien sebelum sakit lebih 5-7 kali sehari, dengan
jumlah lebih kurang 500 cc, warna normal, kebiasaan BAB pasien 1 kali
sehari, warna kuning dengan konstipasi lembek.
5) Personal Hygiene
Kebiasaan mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari pagi dan
sore, selama di rumah sakit pasien mengatakan mandi 1 kali sehari.
9. Pemeriksaan Fisik
No. PRE OP POST OP
Keadaan Umum: Sedang Keadaan Umum: Sedang
Kesadaran : Compos Mentis Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 137/79 mmHg Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 87 x/menit Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,5oC Suhu : 36,2oC
Pernafasan : 20 x/Menit. Pernafasan : 22 x/Menit.
BB: 53 Kg BB: 53 Kg
Tiggi Badan : 147 Cm Tiggi Badan : 147 Cm
1. Kepala
Tidak terdapat ada benjolan, bentuk Tidak terdapat ada benjolan, bentuk
simetris, rambut berwarna hitam, simetris, rambut berwarna hitam,
tampak bersih, tidak ada ketombe dan tampak bersih, tidak ada ketombe dan
rontok. rontok.
2. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, Mata simetris kiri dan kanan,
konjungtiva anemis kiri dan kanan, konjungtiva anemis kiri dan kanan,
sklera ikterik kiri dan kanan, reflek sklera ikterik kiri dan kanan, reflek
cahaya positif kiri dan kanan, reflek cahaya positif kiri dan kanan, reflek
pupil sama kiri dan kanan. pupil sama kiri dan kanan.
3. Hidung
Pernafasan cuping hidung tidak ada Pernafasan cuping hidung tidak ada
serta tidak ada kelainan pada hidung. serta tidak ada kelainan pada hidung.
4. Mulut
Mukosa bibir tampak kering dan tidak Mukosa bibir tampak kering dan
ada kelainan tidak ada kelainan
5. Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan Telinga simetris kiri dan kanan
6. Leher
Tidak ada teraba kelenjer getah bening Tidak ada teraba kelenjer getah
bening
7. Jantung
I : iktus cordis tidak terlihat I : iktus cordis tidak terlihat
P : iktus cordis teraba P : iktus cordis teraba
P : redup P : redup
A : reguler A : reguler
8. Paru
I : pengembangan simetris, RR : 20 x/i I : pengembangan simetris, RR : 22
P : teraba vocalfremitus x/I
No. PRE OP POST OP
P : sonor P : teraba vocalfremitus
A : vesikuler P : sonor
A : vesikuler
9. Payudara
Simetris, tidak ada bekas luka, aerola Simetris, tidak ada bekas luka, aerola
bewarna kecoklatan, tidak ada benjolan bewarna kecoklatan, tidak ada
benjolan
10. Putting Susu
Papilla mamae bewarna kecoklatan Papilla mamae bewarna kecoklatan
11. Abdomen
I : abdomen bulat dan bengkak, tidak I : terdapat luka bekas post op, luka
ada luka operasi tertutup dengan perban, Panjang luka
A : bising usus normal ± 10 cm
P : timpani A : bising usus normal
P : nyeri tekan pada abdomen dan P : timpani
tegang P : nyeri dibagian bekas luka post op
12. Pirenium dan Genital
tidak ada kelainan, tidak ada tidak ada kelainan, tidak ada
pembengkakan, tidak ada lesi, vulva pembengkakan, tidak ada lesi, vulva
bersih bersih
13. Ekstermitas
Ekstremitas Atas : Ekstremitas Atas :
Terpasang IVFD pada ekstremitas atas Terpasang IVFD pada ekstremitas
kanan, CRT < 2 detik, tidak ada edema atas kanan, CRT < 2 detik, tidak ada
Ekstremitas Bawah : edema
Tidak ada edema, CRT < 2 detik Ekstremitas Bawah :
Tidak ada edema, CRT < 2 detik
10.Skrining Nyeri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis (stress) d.d nafsu makan menurun
Nama : Ny. S
Ruangan : Rawat Inap Kebidanan
No. RM 585170
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
- Anjurkan teknik nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgesic
2. Defisit Nutrisi b.d faktor Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x Manajemen Nutrisi
psikologis (stress) d.d nafsu jam, maka diharapkan status nutrisi membaik, Observasi :
makan menurun dengan kriteria hasil : - Identifikasi status nutrisi
- Porsi makanan yang dihabiskan meningkat - Monitor asupan makanan
- Verbalisasi untuk meningkatkan nutrisi - Monitor berat badan
meningkat - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Perasaan cepat kenyang menurun Terapeutik :
- Nyeri abdomen menurun - Lakukan oral hygiene jika perlu
- Diare menurun - Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
- BB membaik sesuai
- IMT membaik - Berikan sumplemen makanan, jika perlu
- Nafsu makan membaik Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
3. Intoleransi aktivitas b.d Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama....x Terapi Aktivitas
kelemahan d.d merasa lemah jam di harapkan toleransi aktivitas dapat teratasi Observasi :
dengan kriteria hasil - Identifikasi defisitt tingkat aktivitas
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari – - Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
hari menurun aktivitas tertentu
- Kekuatan tubuh bagian atas menurun - Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
NO. SDKI SLKI SIKI
- Keluhan lelah meningkat diinginkan
- Identifikasi respons emosional, fisik, sosial, dan
spiritual terhadap aktivitas.
Terapeutik :
- Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit
yang dialami
- Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang aktivitas
- Fasilitas memilih aktivitas dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial.
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. Ambulasi,
mobilisasi, dan perawatan diri)
- Fasilitasi mengembangkan motivasi dan
penguatan diri.
- Fasiliasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
- Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
- Berikan penguatan positif atas persitipasi dalam
aktivitas.
Edukasi :
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif dalam mnejaga fungsi dan
kesehatan.
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau
terapi, jika perlu.
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program aktivitas
jika perlu
- Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas jika perlu.
CATATAN PERKEMBANGAN PRE OP
Nama : Ny. S
Ruangan : Rawat Inap Kebidanan
No. RM 585170
A:
- Masalah belum
teratasi P :
- Intervensi di lanjutkan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d Selasa, Terapi Aktivitas S:
merasa lemah 07 November 2023 O: - Pasien mengatakan
- Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas pusing saat dari duduk ke
- Memonitor respon emosional, fisik, sosial, berdiri
dan spiritual terhadap aktivitas - Pasien mengatakan
- Mengidentifikasi makna aktivitas rutin dan dalam beraktivitas
waktu luang dibantu oleh keluarga
T: O:
- Memfasilitasi mengembangkan motivasi - Pasien tampak lelah
dan penguatan diri - Pasien tampak di bantu
- Memberikan penguatan positif atas keluarga dalam aktivitas
pastisipasi dalam aktivitas A:
E: - Masalah belum
- Mengajarkan cara melakukan aktivitas teratasi P :
yang dipilih - Intervensi dilanjutkan
CATATAN PERKEMBANGAN PRE OP
Nama : Ny. S
Ruangan : Rawat Inap Kebidanan
No. RM 585170
3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d mengeluh tidak nyaman
RENCANA KEPERAWATAN POST OP
Nama : Ny. S
Ruangan : Rawat Inap Kebidanan
No. RM 585170
Nama : Ny. S
Ruangan : Rawat Inap Kebidanan
No. RM 585170
Nama : Ny. S
Ruangan : Rawat Inap Kebidanan
No. RM 585170
A:
- Masalah
terataso P :
- Intervensi di hentikan
2. Perlambatan pemulihan pascabedah b.d Kamis, Perawatan Luka S:
prosedur pembedahan ekstensif d.d 09 November 2023 O: - Pasien mengatakan nyeri
gangguan mobilitas - Memonitor karakteristik luka berkurang namun masih
No DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI / TGL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
- Memonitor tanda-tanda infeksi terasa sedikit nyeri saat
T dilakukannya perawatan luka
- Melepaskan balutan dan plester secara pada abdomen post op
perlahan O:
- Membersihkan dengan cairan NaCl - Keadaan Umum : Baik
- Memasang balutan sesuai jenis luka - Kesadaran : CM
- Mempertahankan teknik steril saat - TD : 125 /80 mmHg
melakukan perawatan luka - N : 80 x/I
- Menjadwalkan perubahan posisi setiap 2 - Suhu : 36,1 oC
jam atau kondisi pasien - RR : 21 x/I
E: - P (Penyebab) : nyeri post op
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi - Q (Quality) : seperti ditusuk-
- Mengajarkan prosedur perawatan luka tusuk
secara mandiri - R (Region) : luka post op
- S (Skala Severitas) : 2
- T (Timing) : saat adanya
pergerakan
- Perban luka pasien
tampak bersih
- Luka pasien tampak kering
- Tidak ada tanda-tanda
infeksi
A:
- Masalah teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala Kamis, Terapi Relaksasi S:
penyakit d.d mengeluh tidak nyaman 09 November 2023 O: - Pasien mengatakan nyeri
- Memonitor respon terhadap relaksasi berkurang
- Memeriksa ketengan otot, frekuensi nadi, - Pasien mengatakan
tekanan darah, dan suhu sebelum dan kesulitan tidur menurun
sesudah latihan - Pasien mengatakan lelah
- Mengidentifikasi teknik relaksasi yang dalam aktivitas
pernah efektif digunakan menurun
O:
No DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI / TGL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
T: - Meringis tidak ada
- Menciptakan lingkungan tenang - Skala nyeri pada luka bekas
- Menggunakan pakaian longgar post op : 2
- Menjelaskan tujuan, manfaat, Batasan, - Keadaan umum : baik
dan jenis relaksasi yang tersedia - TD : 125 /80 mmHg
- Menganjurkan mengambil posisi yang - N : 80 x/I
nyaman - Suhu : 36,1 oC
- Menganjurkan rileks dam merasakan - RR : 21 x/I
sensasi relaksasi A:
E: - Masalah teratasi
- Mendemonstrasikan dan latih teknik P:
relaksasi - Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
D. Implementasi
Setelah melakukan suatu intervensi pada Ny.S yang dimana itu sesuai dengan
diagnose yang sudah ada dimana itu dari status keadaan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik sehingga medapatkan kriteria hasil yang diharapkan oleh
kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan kepada Ny.S yang dimana
dilakukan dengan bekerja sama dengan pasien, keluarga, tim medis yang ada di
ruangan tersebut dan juga kelompok.
1. Manajemen Nyeri
a. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b. Mengidentifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
TENS, hipnosis, akupresur, erapi musik, biofeedback, terapi pijat, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
f. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisisngan)
g. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
2. Manajemen Nutrisi
a. Mengidentifikasi status nutrisi
b. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan
c. Mengidentifikasi makanan yang di sukai
d. Memonitor asupan makanan
3. Terapi Aktivitas
a. Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas
b. Memonitor respons emosional, fisik, sosial, dan spritual terhadap aktivitas
c. Memfasilitasi makna aktivitas yang di pilih
d. Memfasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
e. Memberikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
f. Menjelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
g. Mengajarkan cara melakukan aktivitas yang di pilih
S : Subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diperbaiki
A. Kesimpulan
Dari hasil yang telah diuraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
Ginekologi Pada Pre dan Post NOK Suspect Malignancy maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian pada tanggal 07 November Tahun 2023 jam 19:00 WIB didapatkan data
dari pengkajian yaitu Pasien mengatakan Adapun keluhan yang didapatkan sebelum
operasi Pasien mengatakan perut menyesak ke atas, nyeri perut, panas, seperti ada
yang menahan, mual, pusing saat dari duduk ke berdiri. TD 139/79 mmHg, N: 87x/i,
RR: 20x/i, S: 36,5oC
Pengkajian pada tanggal 09 November Tahun 2023 jam 15:00 WIB didapatkan data
dari pengkajian yaitu Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi dan terasa saat
bergerak, lokasinya dipertengahan abdomen dengan skala nyeri 4, nyeri hilang
timbul dan sering muncul saat bergerak dan sering terbangun sewaktu-waktu karena
nyeri. TD 130/80 mmHg, N: 82x/i, RR: 22x/i, S: 36,2oC
2. Masalah keperawatan yang muncul ialah :
Pre Operasi NOK Suspek Malignancy
1. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis
2. Defisit Nutrisi b.d Faktor psikologis (Mis. Stres)
3. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan
2. Manajemen Nutrisi
3. Terapi Aktivitas
Post Operasi c
1. Terapi Aktivitas
2. Perawatan Luka
3. Terapi Relaksasi
4. Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat dicapai karena adanya kerja sama yang baik
antara klien, keluarga klien dan tim kesehatan. Hasil evaluasi pada Ny.S sudah
sesuai dengan harapan masalah teratasi dan klien di pulangkan.
PPNI 2017. Standar Diagnosa Keperawtan Indonesia : Definisi Indikator Diagnostik, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI 2019. Standar Luaran Keperawtan Indonesia : Definisi Dan Kriteria hasil
keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI 2018. Standar Intervensi Keperawtan Indonesia : Definisi Dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI