Anda di halaman 1dari 64

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S NEOPLASMA OVARIUM KISTIK (NOK)


SUSPECT MALIGNANCY PRE & POST OPERASI DI RUANG RAWAT INAP
KEBIDANAN RSUD ACMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
TAHUN 2023

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK

1. ALFIRA FUJIRA
2. DESI ARISMA LUBIS
3. GHINA ASHIL LOQIANA
4. KEVINDO PUTRA JAYA
5. MONICA RAHMATIKA R.A

CI KLINIK CI KLINIK

( ) ( )

CI AKADEMIK

( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
T.A. 2023/2024
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan mempunyai berbagai macam ruang lingkup yang harus dipenuhi,
salah satu ruang lingkup kesehatannya adalah kesehatan reproduksi yang merupakan
suatu komponen terpenting dalam hidup, karena berfungsi membantu manusia dalam
memiliki keturunan secara biologis (Ratnawati, 2018). Rendahnya pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi menjadi faktor resiko terjadinya gangguan kesehatan.
Salah satu gangguan kesehatan system reproduksi yang terjadi pada wanita adalah
kista ovarium (Dewinta,2020).
Kista ovarium merupakan jenis tumor jinak berupa kantong tidak normal
berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh di indung telur (ovarium). Kista ovarium
adalah suatu jenis tumor yang berupa kantong abnormal berisi cairan yang tumbuh
dalam indung telur (ovarium). Penyebab dari kista ovarium belum diketahui dengan
pasti, namun ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan kista ovarium yaitu
riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau payudara, faktor lingkungan seperti
palutan zat radio aktif, ketidakseimbangan hormon estrogen maupun progesteron,
siklus haid tidak teratur, menstruasi di usia dini ,penggunaan obat pelangsing tubuh
serta pola hidup yang tidak sehat (Wahyuni, 2012).
Beragam manifestasi klinis timbul pada pasien akibat kista ovarium.
Manifestasi klinis yang terjadi dapat berupa ketidaknyamanan pada abdomen, sulit
buang air kecil, nyeri panggul, dan nyeri saat senggama serta gangguan menstruasi
(Winkjosastro, 2013). Menurut Nugroho (2010), kebanyakan wanita yang mengalami
kista ovarium tidak memiliki gejala sampai periode tertentu, tetapi beberapa orang
dapat mengalami gejala seperti nyeri saat menstruasi, nyeri selama hubungan seksual,
dan kadang menimbulkan masalah dalam pengeluaran urine secara komplit.
Menurut data GLOBOCAN (IARC) TAHUN 2018, kejadian kanker
meningkat menjadi 18,1 juta kasus baru dimana 9,6 juta kematian diakibatkan oleh
kanker. Kanker ovarium adalah kanker ketujuh yang paling sering terjadi pada wanita
dan penyebab kematian ke delapan yang paling sering dari kanker pada wanita di
dunia. Pada 2018 ada 300.000 kasus baru. Berdasarkan studi baru-baru ini yang
mengumpulkan data dari 1.000 wanita di 39 negara menyatakan bahwa jumlah
wanita yang didiagnosis dengan kanker ovarium kemungkinan akan meningkat
menjadi 371.000 kasus baru per tahun pada tahun 2035. Menurut data Global Cancer
Incidence, Mortality and Prevalence (Globocan), kanker ovarium atau kanker indung
telur adalah kanker ketiga tersering pada wanita Indonesia, dengan angka kejadian di
tahun 2020 adalah 14.896 kasus dan angka kematian mencapai 9.581 kasus. Kanker
ovarium paling sering terjadi pada wanita usia post menopause yaitu 50-70 tahun.
Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang paling mematikan dengan angka
ketahanan hidup 5 tahun sekitar 43%.
Tingkat kematian kanker ovarium disebabkan oleh pertumbuhan tumor yang
gejalanya terlambat diketahui dan skrining yang kurang tepat sehingga baru
terdiagnosis pada stadium lanjut. Hanya 20% kanker ovarium terdiagnosis pada
stadium 1 (awal) ketika penyakit ini terbatas pada ovarium, padahal 90% pasien pada
stadium awal merespon dengan baik terapi yang ada. Stadium 2 yaitu ketika penyakit
bermetastasis ke organ genitalia sekitarnya atau daerah panggul. Pada stadium 3
penyakit telah bermetastasis ke kelenjar getah bening retroperitoneal atau daerah
abdomen ektrapelvis. Pada stadium 4 penyakit telah bermetastasis di luar daerah
peritoneum. Tingkat penyembuhan menurun secara substansial berdasarkan stadium.
Kanker ovarium bersifat heterogen melibatkan beberapa kelainan genetik dan
epigenetik. Mutasi dan kehilangan fungsi TP53 adalah salah satu kelainan genetik
yang paling sering pada kanker ovarium dan diamati pada 60-80% kasus sporadis
atau yang terkait keturunan.
Kista ovarium dapat mengakibatkan beberapa komplikasi salah satunya
adalah kista yang dapat berkembang tumbuh menjadi ganas atau kanker ovarium
(Rafsyam, 2008). Selain kista atau tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya. Adanya
asites dalam hal ini mencurigakan terjadinya keganasan pada kista. Massa kista
ovarium berkembang setelah massa menopause sehingga besar kemungkinan untuk
berubah menjadi kanker (maligna) (Wiknjosastro, 2014).
Kanker ovarium dapat terjadi komplikasi yaitu asites dan biasanya gejala
ditandai dengan mual.Mual salah satu masalah yang dihadapi pasien yang mengalami
kanker ovarium (Wiknjosastro, 2010). Mual yang dirasakan pasien dengan kanker
ovarium sangat mengganggu dan menimbulkan ketidaknyamanan karena banyak
yang mengira hanya ada masalah dibagian pencernaan, namun perlu menegakkan
diagnose dengan dilakukannya pemeriksaan penunjang. Mual adalah gejala yang
sering dijumpai pada pasien kanker ovarium, dengan insiden 15%-40% pada saat
didiagnosa (Marischa, 2017).Mual pada pasien kanker merupakan suatu fenomena
subjektif yang merupakan gabungan antara faktor fisik dan nonfisik. Untuk faktor
fisik, mual dapat berasal dari berbagai akibat dari terapi dan prosedur yang dilakukan
termasuk operasi, kemoterapi, dan radioterapi, mual yang dialami oleh pasien kanker
ovarium akan berdampak pada berkurangnya nafsu makan pasien dan pasien akan
kekurangan nutrisi atau gizi (Rasjidi, 2015).
Terdapat beberapa penatalaksanaan medis pada pasien dengan kista ovarium,
dimana kondisi kistanya sudah membesar yakni melalui tindakan pembedahan
(operasi) laparatomi. Akibat dari prosedur pembedahan pada pasien akan mengalami
gangguan rasa nyaman nyeri. Nyeri merupakan suatu sensori subjektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang aktual maupun potensial yang dirasakan dalam kejadian- kejadian
dimana terjadi kerusakan (Perry & Potter, 2010).
Pada pasien pasca terapi pembedahan kista ovarium akan mengalami masalah
yang berhubungan dengan nyeri, resiko infeksi, kurang perawatan diri serta masalah
yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Peran perawat diperlukan untuk
mengatasi masalah – masalah, antara lain dengan mengajarkan Teknik manajemen
nyeri dengan mengajarkan relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri, membantu
perawatan luka post operasi dengan Teknik aseptic untuk menghindari terjadinya
infeksi, membantu memenuhi kebutuhan personal hygine untuk memberikan rasa
nyaman dan mempertahankan kebersihan tubuh (Trihandayani,2016).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana “Asuhan
Keperawatan Pada Ny. S dengan Diagnosis Neoplasma Ovarium Kistik (NOK)
Suspect Malignancy Di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2023”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memahami “Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Diagnosis
Neoplasma Ovarium Kistik (NOK) Suspect Malignancy Di Ruang Rawat Inap
Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2023 ”.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. S Dengan Diagnosis Neoplasma
Ovarium Kistik (NOK) Suspect Malignancy Di Ruang Rawat Inap
Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2023.
b. Mampu menegakkan dan memprioritaskan diagnose keperawatan pada Ny.
S Dengan Diagnosis Neoplasma Ovarium Kistik (NOK) Suspect
Malignancy Di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2023.
c. Mampu membuat rencana tindakan keperawata pada Ny. S Dengan
Diagnosis Neoplasma Ovarium Kistik (NOK) Suspect Malignancy Di
Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2023.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny. S Dengan
Diagnosis Neoplasma Ovarium Kistik (NOK) Suspect Malignancy Di
Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2023.
e. Mampu melakukan evaluasi pada Ny. S Dengan Diagnosis Neoplasma
Ovarium Kistik (NOK) Suspect Malignancy Di Ruang Rawat Inap
Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2023.
f. Mampu melakukan pendokumentasian Ny. S Dengan Diagnosis Neoplasma
Ovarium Kistik (NOK) Suspect Malignancy Di Ruang Rawat Inap
Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2023.
g. Mampu menganalisis antara teori dan kasus yang didapatkan tentang
masalah pasien Neoplasma Ovarium Kistik (NOK) Suspect Malignancy Di
Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2023.

D. Manfaat
1. Bagi Ruangan Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi
Laporan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi rumah
sakit dan pelayanan kesehatan dalam meningkatkan dan mengoptimalkan asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien dengan masalah Neoplasma ovarium
kistik suspeck malignancy.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan
dalam memberikan asuhan keperawatan serta pengelolaan dan analisa kasus
khususnya tentang neoplasma ovarium kistik suspeck malignancy serta
meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang kasus tersebut.
3. Bagi Mahasiswa
Sebagai masukan dan informasi dalam melakukan asuhan keperawatan yang
berhubungan dengan gambaran secara umum baik dalam melakukan pengkajian,
menegakkan diagnosa keperawatan, menyusun intervensi keperawatan dan
melakukan implementasu serta evaluasi dari implementasi yang telah dilakukan
dalam upayapenanganan dari kasus neoplasma ovarium kistik suspeck
malignancy.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Neoplasma Ovarium Kistik


1. Definisi Neoplasma Ovarium Kistik
Kista ovarium merupakan pertumbuhan sel berlebih/abnormal pada
ovarium yang membentuk kista. Kista ovarium secara fungsional adalah kista
yang dapat bertahan dari siklus menstruasi sebagai respons terhadap aksi
hormonal. Kista ovarium merupakan gejala khas wanita yang ditandai dengan
adanya akumulasi cairan yang terbungkus membrane ovarium (Darmawati,
2021).
Kista ovarium merupakan benjolan yang membesar pada ovarium seperti
balon berisi cairan, kista ovarium neoplastic ini dapat dikatakan adanya
pertumbuhan sel – sel pada ovarium yang bersifat jinak, namun kemungkinan
bisa berkembang menjadi ganas yang mengarah ke ganasan disebut kanker
ovarium, dapat mengakibatkan kematian (Savitri et al,2020).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang berbentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah
kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi
(Sasmita,2020). Kista ovarium merupakan tumor jinak yang diduga timbul dari
bagian ovum yang normalnya menghilang saat menstruasi. Asalnya tidak
teridentifikasi dan terdiri dari sel-sel embrional yang tidak berdierensiasi. Kista
ini tumbuh lambat dan ditemukan selama pembedahan yang mengandung
material sebasea kental berwarna kuning yang timbul dari lapisan kulit
(Smeltzer, 2013).
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli serta penulis
dapat disimpulkan bahwa neoplasma adalah suatu pertumbuhan sel baru yang
terjadi dalam organ tubuh manusia. Sedangkan kista ovarium merupakan
neoplasma pada ovarium yang bersifat jinak, memiliki struktur dinding yang
tipis mengandung cairan serosa dan sering terjadi pada wanita.
2. Anatomi Fisiologi Ovarium
Ovarium (indung telur) terletak antara rahim dan dinding panggul, yang
digantung ke rahim oleh ligamentum ovari proprium dan ke dinding panggul oleh
ligamentum infundibulopelvicum. Indung telur adalah sumber hormonal wanita
yang paling utama, sehingga memiliki dampak kewanitaan dalam mengatur
proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih
berganti kiri dan kanan (Tambayong, 2010).
Sebuah ovarium terletak dikedua sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua ligamentum infundibulo pelvikum mengikat ovarium pada
tempatnya, pada bagian mesovarium ligamentum latum uterus, memisahkan
ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi spina illiaka anterior
superior, dan ligamentum ovari propium, yang mengikat ovarium ke uterus.
Pada palpasi, ovarium dapat digerakkan. Secara embriologi ovarium
memilikiasal yang sama (homolog) dengan testis pada pria. Bentuk ovarium ialah
oval dengan ukuran 2-4 cm, yang terhubung dengan uterus melalui lipatan
ligamentum latum dan ligamentum infudibulopelvikum ke sisi lateral dinding
pelvis.
Saat ovulasi, ukuran dari ovarium dapat berubah menjadi dua kali lipat
untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang
padat dan sedikit kenyal. Sebelum masa menarche, permukaan ovarium licin,
namun setelah maturasi seksual (menarche), luka parut akibat ovulasi dan ruptur
folikel yang berulang membuat permukaan ovarium menjadi lebih kasar.
Ovarium terdiri dari dua bagian, yaitu;
a. Korteks ovarii
1) Mengandung folikel primordial
2) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraf
3) Terdapat korpus luteum dan albicantes
b. Medula ovarii
1) Terdapat pembuluh darah dan limfe
2) Terdapat serat saraf
Ovarium terdiri dari dua lapisan utama, yakni : korteks bagian luar dan
medula di bagian pusat. Bagian hilum adalah awal hubungan ovarium ke
mesovarium yang mengandung saraf, pembuluh darah dan sel hilus. Oosit
terdapat di dalam folikel yang terletak di bagian dalam korteks, menempel
pada lapisan stromal. Bagian terluar korteks disebut tunica albuginea, bagian
permukaannya adalah lapisan tunggal kuboidial epitelium disebut juga sebagai
epitelium permukaan ovarium atau mesotelium ovarium. Dimana tipe epithelial
ovarian carcinoma terjadi paling banyak, yaitu sekitar 90% dari seluruh kanker
ovarium pada wanita. Lapisan stromal tersusun dari jaringan penghubung dan sel
interstitial yang berasal dari sel mesenkim dan mempunyai kemampuan untuk
merespon LH atau hCG dengan produksi androgen. Ovarium memiliki potensi
untuk aktif dalam proses steroidogenesis atau dalam membentuk tumor. Sel-sel
ini mirip dengan sel leydig penghasil testosteron di testi
Dua fungsi ovarium adalah memproses ovulasi dan memproduksi hormon
steroid gonat. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat banyak
folikel primordial. Di antara jarak selama masa suburnya (umumnya setiap
bulan), satu atau lebih folikel matang dan mengalami ovulasi. Ovarium juga
sebagai tempat utama produksi hormon seks steroid (esterogen, progesteron,
serta androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan serta fungsi wanita normal. Oleh sebab itu ovarium tidak dapat
hanya dipandang sebagai organ endokrin yang statis pada ukuran serta
fungsinya, namun dapat berkembang dan tergantung pada kekuatan peransangan
hormon gonadotropin. Gonad wanita adalah jaringan heterogen yang dapat
berubah siklusnya (Tambayong, 2010).
Gambar 2.1
Penampang Uterus (Tambayong, 2010)

3. Klasifikasi Neoplasma Ovarium Kistik


Semua tumor baik tumor jinak maupun tumor ganas mempunyai dua
komponen dasar yaitu parenkim dan stroma. Parenkim merupakan sel tumor
yang proliferatif, menunjukkan sifat pertumbuhan dan fungsi bervariasi
menyerupai fungsi sel asalnya (menentukan perilaku biologis tumor).Sedangkan
stroma adalah pendukung dari parenkim tumor itu sendiri yang terdiri dari
jaringan ikat dan pembuluh darah. Penyajian makanan pada sel tumor melalui
pembuluh darah dengan cara difusi.
Menurut Dumaris (2013) berdasarkan tingkat keganasannya kista terbagi
dua yaitu, non neoplastic dan neoplastic. Kista non neoplastik sifatnya jinak dan
biasanya akan mengempis sendiri setelah dua hingga tiga bulan.

Sementara, kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu


tergantung pada ukuran dan sifatnya (Prawirohardjo, 2012).
Kista Ovarium Neoplastik Jinak diantaranya :
1) Cystadenoma mucinosum
Jenis ini dapat mencapai ukuran yang besar. Ukuran yang terbesar
yang pernah dilaporkan adalah 328 pound. Tumor ini mempunyaibentuk
bulat, ovoid atau tidak teratur, dengan permukaan yang rata danberwarna
putih atau putih kebiru-biruan.
2)Cystadenoma serosum
Jenis ini lebih sering terjadi bila dibandingkan dengan mucinosum, tetapi
ukurannya jarang sampai besar sekali. Dinding luarnya dapat menyerupai kista
mucinosum. Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal ephitelium).
3) Kista dermoid
Tumor ini merupakan bagian dari teratoma ovary bedanya ialah bahwatumor
ini bersifat kistik, jinak dan elemen yang menonjol ialah eksodermal. Sel-
selnya pada tumor ini sudah matang. Kista ini jarang mencapai ukuran yang
besar. Penyebabnya saat ini belum diketahui secara pasti. Namun ada salah satu
pencetusnya yaitu faktor hormonal, kemungkinan faktor resiko (Wiknjosastro,
2013) yaitu :
 Faktor genetik atau adanya riwayat keluarga dengan kanker
ovariumataupun payudara.
 Faktor lingkungan (palutan zat radio aktif)
 Pola hidup yang tidak sehat
 Adanya ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron,
misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang meransang ovulasi
dan obat pelansing tubuh yang bersifat diuretik.
 Kebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah vagina.

Kista Ovarium Non Neoplastik diantaranya (Prawirohardjo, 2012) :


1) Kista Follikel
Kista ini berasal dari folikel yang menjadi besar semasa proses atresia
foliculi. Setiap bulan, sejumlah besar folikel menjadi mati, disertai kematian
ovum, disusul dengan degenerasi dari epitek folikel. Pada masa ini tampaknya
sebagai kista- kista kecil. Tidak jarang ruangan folikel diisi dengan cairan yang
banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar, yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan klinus. Biasanya besarnya tidak melebihi sebuah jeruk. (lemon).
Sering terjadi pada pubertas, climavterium dan sesudah salpingektomi. Tidak
jarang terjadi perdarahan yang masuk kedalam rongga kista, sehingga terjadi
suatu haematoma folikuler. Kista jenis ini tidak memberikan gejala yang
karakteristik, bahkan kadang- kadang tidak menunjukan gejala- gejala apapun.
Kurve suhu basal bersifat monofasis. Bila mencapai ukuran yang cukup besar,
kista tersebut dapat memberikan rasa penuh dan tidak enak pada daerah yang
dikenai. Seperti pada semua tumor ovari dapat menyebabkan torsi.
2) Kista Lutein
Kista ini dapat tejadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan.
Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum
haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus selalu terjadi pada masa
vascularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah
corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan berwarna kekuning-
kuningan. Secara perlahan- lahan resorpsi dari unsur- unsur darah,
sehingga akhirnya tinggalah cairan yang jernih, atau sedikit bercampur
darah. Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblas pada bagian
dalam lapisan lutein sehingga padakista corpus lutein yang tua, sel- sel
lutein terbenam dalam jaringan- jaringan perut.
3) Kista Korpus Luteum
Saat keadaan normal, korpus luteum lambat laun mengecil dan
menjadi korbus albicans. Terkadang korpus luteum mempertahankan diri
(corpus luteum persistens). Perdarahan yang sering terjadi didalamnya
menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat
karena darah tua. Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang daripada
kista follikel. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri
atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka.
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, amenoreadiikut
dengan perdarahn yang tidak teratur. Adanya kista dapat pula
menyebabkan rasa berat diperut bagian bawah dan perdarahan yang
berulang dalam kista dapat menyebabkan rupture. Rasa nyeri didalam
perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan
kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang
terganggu. Jika dilakukan operasi, gambaran yang khas kista korpus
luteum memudahkan pembuatan diagnosis. Penanganan kista korpus
luteum ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal ini,
dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus
luteum diangkat tanpa mengorbankan ovarium.
4) Kista inklusi germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium. Kista ini lebih banyak
terdapat pada wanita yang lanjut umurnya dan besarnya jarang melebihi
diameter 1 cm. kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada
pemeriksaan histologic ovarium yang diangkat waktu operasi. Kista
terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan
epitel kubik atau torak rendah daan isinya cairan jernihdan serus.
5) Kista endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip
dengan selaput yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan
berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista
coklat endometriosis karena berisi darah coklat kemerahan. Kista ini
berhubungan dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri
haid dan nyeri senggama. Kista ini berasal dari sel-sel selaput perut yang
disebut peritoneum. Penyebabnya bisa karena infeksi, kandungan
menahun, misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-
kumannya masuk ke dalam selaput perut melalui saluran indung telur.
Infeksi tersebut melemahkan daya tahan selaput perut, sehingga mudah
terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena berkaitan dengan
haid. Seperti diketahui saat haid tidak semua darah akan tumpah dari
rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut.
Kondisi ini merangsang sel-sel rusak yang ada diselaput perut mengidap
penyakit baru dengan endometriosis. Karna sifat penyusupannya yang
perlahan, endometriosis sering disebut kanker jinak.

6) Kista Stein-Leventhal
Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik,
dan permukaannya licin. Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini dikenal
dengan nama sindrom Stein-Leventhal dan kiranya disebabkan oleh
gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada penderita terhadap
gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi hormon
estrogen, hiperplasia endometrii sering ditemukan.
Gambar 2.2 Gambaran Kista Ovarium

Seperti setiap bulan, sejumlah besar folikel menjadi mati, disertai


kematian ovum yang disusul dengan degenerasi dari epitel follikel. Pada
periode ini nampaknya biasa terbentuk kista kecil. Akan tetapi menurut Owen
(2010), kista biasanya dapat terjadi pada :
a. Usia > 45 tahun dan nulipara
b. Ovulasi yang lebih dari 40 tahun serta menopause yang lambat.
c. Adanya riwayat kanker ovarium dalam keluarga khususnya saudara
perempuan dan ibunya.
d. Kehamilan pertama setelah berusia lebih dari 30 tahun.
Adapun factor pencetus kista ovarium ini yaitu factor hormonal.
Selain itu kemungkinan factor resikonya yaitu (Robbins, 2010) :
a. Factor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan
payudara.
Di dalam tubuh terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker, yang
disebut protoonkogen karena suatu sebab tertentu, seperti karena makanann
yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu, atau karena
radiasi. Protoonkogen inilah yang dapat berubah menjadi onkogen (gen
pemicu kanker).
b. Factor lingkungan (polutan zat radioaktif).
c. Gaya hidup yang tidak sehat
d. Ketidakseimbangan hormone estrogen dan progesterone, misalnya akibat
penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh
bersifat diuretic.
e. Kebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah vagina

4. Etiologi
Etiologi dari kanker ovarium masih belum diketahui secara pasti. Faktor
risiko yang diduga berperan dalam terjadinya kanker ovarium mencakup faktor
genetik, faktor reproduktif, dan faktor hormon.
1) Faktor Genetik
Faktor genetik cukup berperan dalam terjadinya kanker ovarium. Apabila
memiliki 1 anggota keluarga (first degree relative) yang pernah mengalami
kanker ovarium, maka risiko meningkat hingga 4-5% untuk juga mengidap
kanker ovarium. Risiko meningkat hingga 7% apabila memiliki 2 anggota
keluarga yang mengalami kanker ovarium. Sebanyak 5-10% kasus pasien
dengan kanker ovarium, pasti memiliki riwayat keluarga dengan kanker
ovarium pula.
2) Faktor reproduktif
Faktor reproduktif atau status paritas merupakan salah satu faktor
penting yang diduga berperan dalam terjadinya kanker ovarium. Risiko
terjadinya kanker ovarium epitelial tinggi pada wanita yang tidak memiliki
anak, dengan usia menarke muda, atau menopause lambat. Wanita yang
sudah pernah hamil (multipara) memiliki risiko 50% lebih rendah untuk
mengalami kanker ovarium dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah
hamil. Selain itu, penggunaan obat kontrasepsi oral juga dapat menurunkan
risiko terjadinya kanker ovarium.
3) Faktor Hormon
Diduga bahwa penggunaan hormon atau terapi hormon berkaitan
dengan peningkatan risiko terjadinya kanker ovarium. Berdasarkan sebuah
meta-analisis yang dilakukan oleh Liu et al, didapatkan hasil bahwa wanita
menopause yang mendapatkan hormone replacement therapy (HRT)
memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami kanker ovarium, terutama tipe
serosa dan tumor endometrioid. Mekanisme yang mendasari hubungan
antara risiko terjadinya kanker ovarium dengan penggunaan HRT masih
belum diketahui secara pasti, namun diduga berkaitan dengan pengaruh
estrogen dalam menstimulasi terjadinya proliferasi pada permukaan sel
epitel pada ovarium dan peran progesteron dalam meningkatkan apoptosis
pada sel ovarium. Baik reseptor estrogen maupun progesteron dapat
ditemukan pada permukaan ovarium normal, dan tumor ovarium
bersifat estrogen receptor positive.
4) Faktor lainnya
Faktor lain yang berperan dalam peningkatan risiko terjadinya kanker
ovarium yakni:
- Indeks masa tubuh tinggi meningkatkan risiko kanker ovarium
- Riwayat endometriosis
- Konsumsi laktosa berlebihan
- Riwayat post traumatic stress disorder/ PTSD
- Merokok

5. Manifestasi Klinis NOK


a. Tanda dan gejala pada kista ovarium yang sering muncul antara lain :
1) Menstruasi tidak teratur yang disertai nyer
2) Adanya perasaan penuh dan tertekan pada perut bagian bawah
3) Nyeri saat bersenggama.
4) Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Perdarahan lebih lama, mungkin
lebih pendek, atau tidak keluar menstruasi pada siklus biasa atau siklus
menstruasi yang tidak teratur.
b. Pada stadium awal gejala yang muncul dapat berupa ;
1) Gangguan haid
2) Apabila sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih (buang air keci)
3) Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan di bagian perut.
4) Nyeri saat bersenggama.
c. Pada stadium lanjut dapat berupa :
1) Ascites
2) Penyebaran ke omentum (lemak perut) dan organ-organ di dalamrongga
perut (usus dan hati)
3) Perut membuncit/ membesar, kembung, rasa mual serta perubahan nafsu
makan.
4) Gangguan buang air besar dan buang air kecil
5) Sesak nafas akibat adanya akumulasi cairan yang terjadi pada rongga dada
akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita
sangat merasa sesak nafas.

6. Patofisiologi Neoplasma Ovarium Kistik


Kista terdiri atas folikel pra ovulasi yang telah mengalami atresia
(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polo kistik, ovarium utuh
dalam FSH dan LH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah
normal sepanjang stadium folikuler daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi
dari normal, tetapi tidak memperhatikan lonjakan. Peningkatan LH yang terus
menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan
kelenjar adrenal. Folikel anavulasi berdegenerasi dan membentuk kista, yang
menyebabkan terjadinya ovarium polikistik (Robbins, 2010).
Kista bermetastase dengan invasi langsung struktur yang berdekatan
dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga
abdomen dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra
peritoneal dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis. Sering berkemih dan dysuria dan perubahan fungsi
gastrointestinal, teras penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang, dan
konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat tejadi pendarahan abnormal vagina
sekunder akibat hiperplasi endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen
beberapa tumor menghasilkan testoteron dan menyebabkan firilisasi (Yatim,
2010).

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Yatim (2010), yang perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosa kista ovarium adalah:
a. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing, apakah kistik atau
solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak. USG pada kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik
yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan
dinding-dinding yang tipis/tegas/licin dan di tepi belakang kista nampak
bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat
bersifat unilokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa).
Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes)
di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
b. CT-Scan
Akan didapat massa kistik berdinding tipis yang memberikan
penyangatan kontras pada dindingnya.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan
dengan CT-scan, serta ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk
darah. CT-scan mampu memberikan petunjuk tentang organ asal dari massa
yang ada, namun MRI tidak terlalu dibutuhkandalam beberapa/banyak kasus.
USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista ovarium dan
massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-scan.
d. CA-125
Perlu juga adanya pemeriksaan kadar protein di dalam darah yang disebut
CA-125. Kadar CA-125 akan meningkat pada perempuan subur, meskipun
tidak ada proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125 biasanya dilakukan
pada perempuan yang berisiko terjadi proses keganasan.
e. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista
atau tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menemukan sifat-sifat
tumor itu.
f. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat seperti gigi
dalam tumor (Wiknjosastro, 2013).
8. Penatalaksanaan Neoplasma Ovarium Kistik
a. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama
1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya
setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidakcuriga ganas
(kanker) (Nugroho, 2010).
b. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan operasi
harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada gejala akut, tindakan
operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung
pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan
jenis kista.
Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit (twisted)
dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan tindakan darurat
pembedahan (emergency surgery) untuk mengembalikan posisi ovarium.
Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim,
(2010) yaitu:

1) Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada pemeriksaan


sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya dokter
melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara ini, alat laparoskopi
dimasukkan ke dalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil
pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan.
2) Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan
laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara
laparotomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan
(kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan, operasi sekalian
mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar
limfe.
9. WOC

WOC PRE OP

Ovarium

Infeksi Ovarium

Sekresi Hormon Progesteron Meningkat,


HCG

Hiperstimulasi Ovarium Degeneratif


Tekanan sel saraf tumor

Tidak terjadi ovulasi, degeneratif pada kelenjer adrenal folikel


Gangguan Rasa Nyaman Nye Nyeri Akut
ri
Menurunnya Ovulasi Defisit Nutrisi
Penurunan kekuatan otot

Terbentuknya
Intoleransi Kista
Aktivitas Intake tidak adekuat

Pembesaran Ovarium
Mu
al
Menahan organ sekitar
Rasa sebah di perut
WOC POST OP

Ovarium

Infeksi Ovarium

Sekresi Hormon Progesteron Meningkat, HCG

Hiperstimulasi Ovarium Degeneratif

Tidak terjadi ovulasi, degeneratif pada kelenjer adrenal folikel

Menurunnya Ovulasi

Terbentuknya Kista

Operasi (Kistektomi / Laparatomi)

Post Operasi

Luka Operasi

Port d’ entri Diskontunuitas Jaringan

Perlambatan Nyeri Akut Gangguan Rasa Nyaman


Pemulihan Pasca

Penurunan Kekuatan

Intoleransi Aktivitas
ASKEP TEORITIS

1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, dan medikal record.
b. Alasan Klien Masuk Rumah Sakit
Keluhan utama yang biasanya dirasakan pasien yaitu merasa nyeri pada
daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, menstruasi yang
tidak berhenti.
c. Riwayat Kesehatan Klien
1. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah,
ada pembengkakan pada daerah perut, gangguan miksi, danpenurunan
berat badan.
Setelah operasi, pasien mengeluhkan nyeri pada luka post operasi,
pusing, serta kesulitan tidur.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah klien sebelumnya memilki riwayat menderita penyakit
seperti yang diderita sekarang.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita tumor atau kanker terutama
pada organ reproduksi.
4. Riwayat Menstruasi
Kapan pertama klien menstruasi (menarche), bagaimana siklusnya, ada atau
tidak nyeri haid (disminore), siklus menstruasi, jumlah, warna dan bau.
5. Riwayat Perkawinan : Berapa kali menikah, dan usia pernikahan.
6. Riwayat Keluarga Berencana : Apa alat kontrasepsi yang pernah
digunakan.
d. Nutrisi
Pada klien dengan kista ovarium biasanya terjadi penurunan nafsu makan
(anoreksia) sehingga terjadi penurunan berat badan yang signifikan, penurunan
lemak sub kutan, penurunan masa otot, karena intake yang tidak adekuat.
Dari pemeriksaan konjungtiva kien tampak anemis, Hb turun, klien dapat
mengalami anemia.
e. Eliminasi
Pada klien dengan kista ovarium dapat terjadi perubahan pola defekasi.
Perubahan eliminasi urine misalnya nyeri pada saat berkemih, hematuria. pada
klien dengan kista ovarium juga dapat terjadi perubahan bising usus, dan
distensi abdomen, sehingga pasien mengeluhkan sulit buang air besar.
f. Istirahat dan Tidur
Terdapat perubahan istirahat dan tidur seperti jam kebiasaan tidur. Faktor-
faktor yang mempengaruhi tidur misalnya ansietas, nyeri setelah operasi,
keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan.
g. Aktivitas dan Latihan
Adanya kelelahan atau keletihan yang disebabkan karena intake makanan yang
kurang akibat penurunan nafsu makan sehingga klien tidak dapat melakukan
aktifitas sehari-hari secara maksimal.
h. Pola Bekerja
Kaji apa pekerjaan klien, berapa jam dalam sehari bekerja dan ada tidaknya
perubahan selama sakit, biasanya klien akan lebih mudah lelah.
i. Genogram
Untuk melihat apakah ada anggota keluarga yang memilki riwayat penyakit
kanker.
j. Riwayat Lingkungan
Ada atau tidaknya terpapar radioaktif, atau zat karsinogen.
k. Psikososial
1. Persepsi diri
Adanya perubahan pada fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pola gambaran diri, rasa terisolasi,
harga diri rendah, dan mekanisme koping yang destruktif, kurang
percaya diri, perasaan tidak berdaya dan putus asa, disertai dengan
emosi labil dan kesulitan untuk mengungkapkannya. Selain itu adanya
kecemasan terhadap penyakit yang dideritanya, ekspresi wajah
meringis.
2. Pertahanan koping
Lamanya perawatan, perjalanan penyakit, perasaan tidak berdaya dapat
menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa perasaan marah,
cemas, takut, tidak sabaran, dan mudah tersinggung.
3. Sistem nilai dan kepercayaan
Mengkaji pola ibadah klien selama sakit dan keyakinan klien terhadap
agamanya.
4. Pengkajian Fisik
I. Pemeriksaan : vital sign (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu), keadaan
umum, BB, TB dan tingkat kesadaran.
II. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Meliputi warna rambut, kebersihan, apakah klien mengalami
kerontokan rambut, dan apakah ada benjolan pada kepala klien.
b. Mata
Meliputi apakah ada nya udema palpebra, konjungtiva anemis atau
tidak, apakah sklera ikterik atau tidak.
c. Abdomen
Kaji apakah klien mengalami distensi abdomen, acites, dan teraba
adanya massa.
d. Genitalia
Kebersihan organ genetalia, adanya keputihan (bau, kental).
III. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium : Hb (biasanya selama operasi pasien
mengalami perdarahan sehingga Hb rendah), Leukosit (dapat
menunjukkan gejala bila adanya infeksi pada luka post operasi),
Trombosit.
2. Pemeriksaan diagnostik : USG, CT-Scan abdomen, CA 125

2. Diagnosa keperawatan
a) Intoleransi Aktivitas
b) Nyeri akut
c) Perlambatan pemulihan pasca bedah
d) Gangguan rasa nyaman
e) Deficit nutrisi
3. Intervensi Keperawatan

NO. SDKI SLKI SIKI


1. Intoleransi Aktivitas Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama.....x Terapi Aktivitas
jam di harapkan toleransi aktivitas dapat teratasi Observasi :
dengan kriteria hasil - Identifikasi defisitt tingkat aktivitas
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari – - Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
hari menurun aktivitas tertentu
- Kekuatan tubuh bagian atas menurun - Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
- Keluhan lelah meningkat diinginkan
- Identifikasi respons emosional, fisik, sosial, dan
spiritual terhadap aktivitas.
Terapeutik :
- Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang
dialami
- Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi
dan rentang aktivitas
- Fasilitas memilih aktivitas dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial.
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. Ambulasi,
mobilisasi, dan perawatan diri)
- Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan
diri.
- Fasiliasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
- Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
- Berikan penguatan positif atas persitipasi dalam
aktivitas.
Edukasi :
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual,
dan kognitif dalam mnejaga fungsi dan kesehatan.
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau
terapi, jika perlu.
NO. SDKI SLKI SIKI
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program aktivitas jika
perlu
- Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas
jika perlu.

2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri


selama … x jam diharapkan nyeri dapat Observasi :
terkontrol dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi
- Keluhan nyeri pasien menurun frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
- Meringis pasien menurun - Identifikasi skala nyeri
- Skala nyeri berkurang - Identifikasi respon nyeri secara non
- Kegelisahan pasien menurun verbal
- Ketegangan otot pasien menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Kesulitan tidur pasien menurun memperingan nyeri
- Kemampuan menuntaskan aktivitas - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
pasien meningkat tentang nyeri
- TTV dalam batas normal - Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgesic
NO. SDKI SLKI SIKI

Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara
tepat
- Anjurkan teknik nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgesic
3. Perlambatan pemulihan Setelah dilakukan tindaka keperawatan selama … x Perawatan Luka
jam, maka diharapkan pemulihan pasca bedah Observasi :
pascabedah b.d meningkat, dengan kriteria hasil : - Monitor karakteristik luka
prosedur pembedahan - Kenyamanan meningkat - Monitor tanda-tanda infeksi
ekstensif d.d gangguan - Selera makan meningkat Terapeutik :
- Mobilitas meningkat - Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
mobilitas - Waktu penyembuhan meningkat - Cukur rambut di sekitar daerah luka jika perlu
- Bersihkan dengan cairan NaCL atau pembersih
nontoksik, sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
luka
NO. SDKI SLKI SIKI
- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
- Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
kondisi pasien
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
4. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x Terapi Relaksasi
jam, maka diharapkan status kenyamanan meningkat, Observasi :
b.d gejala penyakit d.d dengan kriteria hasil : - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
mengeluh tidak nyaman - Keluhan tidak nyaman menurun digunakan
- Kesulitan tidur menurun - Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan
- Lelah menurun darah dan suhu sebelum dan sesudah latihan
- Merintih menurun - Monitor respon terhadap relaksasi
- Pola tidur membaik Teraprutik :
- Ciptakan lingkungan tenang
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
dengan alat analgetik atau tindakan medis lain jika
perlu
Edukasi :
- Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
yang di pilih
- Demonstrasikan dan ltih teknik relaksasi
5. Deficit nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Nutrisi
… x jam, maka diharapkan status nutrisi Observasi :
membaik, dengan kriteria hasil : - Identifikasi status nutrisi
- Porsi makanan yang dihabiskan - Monitor asupan makanan
meningkat - Monitor berat badan
- Verbalisasi untuk meningkatkan nutrisi - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
meningkat Terapeutik
NO. SDKI SLKI SIKI
- Perasaan cepat kenyang menurun - Lakukan oral hygiene jika perlu
- Nyeri abdomen menurun - Sajikan makanan secara menarik dan suhu
- Diare menurun yang sesuai
- BB membaik - Berikan sumplemen makanan, jika perlu
- IMT membaik Edukasi
- Nafsu makan membaik - Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
4. Implementasi
Implementasi merupakan suatu penerapan atau juga sebuah tindakan yang
dilakukan dengan berdasarkan suatu rencana yang telah/sudah disusun atau
dibuat dengan cermat serta juga terperinci sebelumnya. Pendapat lain juga
mengatakan bahwa pengertian implementasi merupakan suatu tindakan atau juga
bentuk aksi nyata dalam melaksanakan rencana yang sudah dirancang dengan
matang. Dengan kata lain, implementasi ini hanya dapat dilakukan apabila sudah
terdapat perencanaan serta juga bukan hanya sekedar tindakan semata.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses identifikasi untuk mengukur/menilai apakah
suatu kegiatan atau juga program yang dilaksanakan itu sesuai dengan
perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Terdapat juga yang mengatakan
bahwa arti evaluasi ini ialah suatu kegiatan atau aktivtias mengumpulkan
informasi mengenai kinerja sesuatu (metode, manusia, peralatan), yang mana
informasi itu akan dipakai untuk bisa menentukan alternative terbaik didalam
membuat keputusan.
BAB III
LAPORAN
KASUS

DATA UMUM KLIEN


1. Identitas Pasien
Initial klien : Ny. S
Usia : 52 Tahun
Alamat : Tanjung Raya Agam
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SD
Status Perkawinan : Janda
Perkawinan ke : 1 (Satu)
Usia menikah : 19 Tahun
Lama pernikahan : 34 Tahun
Tanggal Pengkajian : 7 November
2023

2. Data Anak
Nama : Novelia
Umur : 17 Tahun
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Tanjung Raya Agam
Keluarga terdekat : Anak
yang mudah dihubungi
No.Hp 083839511793

3. Diagnosa dan Infromasi Medik yang penting saat masuk


Tanggal Masuk : 05-11-2023
No.medical Record 565170
Ruang Rawat : Kebidanan
Diagnosa Medik : NOK

4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan saat ini
1). Keluhan utama masuk :
Ny. S masuk RSUD Dr. Achmad Moctar Bukittingi melalui IGD
pada tanggal 05 november 2023, jam 10.00 WIB dengan keluhan
Terasa nyeri dan bengkak di perut ± 1 bulan ini.
P : nyeri karna ada masa
Q : ditusuk-tusuk dan tegang
R : abdomen
S:6
T : saat ditekan
2). Keluhan saat ini (Waktu Pengkajian) :
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 07 November
2023 jam 19.00 WIB perut menyesak ke atas, nyeri perut terasa
tegang, panas, seperti ada yang menahan, mual, pusing saat dari
duduk ke berdiri.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 07 November 2023 jam
Ny. S mengatakan tidak pernah di rawat sebelumnya.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ny. S mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai sakit
seperti inindan tidak ada juga penyakit keturunan.

d. Riwayat Kemoterapi
Ny. S mengatakan tidak ada melakukan kemo terapi sebelumnya

e. Riwayat perkawinan
Ny. S mengatakan menikah pada usia 19 tahum dan menikah ± 25
tahun lamanya. Ny. S mengakatan menikah hanya sekali dan Ny.S sudah
berpisah ± 9 tahun dan itu adalah suami pertamanya.

f. Riwayat haid/status Ginekologi


Ny. S mengatakan pertama kali datang haid
pada usia 13 tahun, siklus teratur, haid banyak pada hari pertama dan
kedua, warna merah, bau khas, tidak ada desminore pada saat haid.

g. Riwayat Obstetri
1). Riwayat kehamilan : Ny. S mengatakan hamil pertama pada
umur 19 Tahun dan memiliki 5 orang
anak, selama hamil mengalami siklus
normal
2). Riwayat Persalinan : Ny. S mengatakan melahirkan secara
normal
3). Data keluarga berencana : Ny. S mengatakan tidak pernah ikut
program.
5. Data Psikologi
Ny. S mengatakan cemas dan pasien mengatakan ingin sembuh hingga bisa
beraktifitas seperti biasa.

6. Data Spritual
Ny. S mengatakan menjalankan sholat 5 kali sehari dan mengaji

7. Data sosial ekonomi


Ny. S mengatakan berobat menggunakan BPJS

8. Aktivitas sehari –hari sebelum sakit dibandingkan dengan


selama dirawat
1) Dapat menolong diri sendiri
Ny. S mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri harus
bantuan yang minimum.
2) Nutrisi dan Cairan
Ny. S memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari, jenis makanan biasa
yaitu nasi + lauk pauk + sayuran. Pola makan teratur, tetapi selama dirawat di
rumah sakit makanan habis hanya seperempat porsi habis. Selama di rumah
sakit pasien makan 3 kali sehari.
3) Istirahat dan Kenyamanan
Sehat Sakit
Jam : 21.00 – 05.00 WIB Jam : 23.00 – 05.00 WIB
Lama : 6 – 8 jam/hari Lama : 5 – 6 jam/hari
Kebiasaan tidur : pasien mengatakan Kebiasaan tidur : pasien
jarang tidur pada siang hari. mengatakan saat sakit tidak ada
pada siang hari.

4) Eliminasi
Kebiasaan BAK pasien sebelum sakit lebih 5-7 kali sehari, dengan
jumlah lebih kurang 500 cc, warna normal, kebiasaan BAB pasien 1 kali
sehari, warna kuning dengan konstipasi lembek.

5) Personal Hygiene
Kebiasaan mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari pagi dan
sore, selama di rumah sakit pasien mengatakan mandi 1 kali sehari.
9. Pemeriksaan Fisik
No. PRE OP POST OP
Keadaan Umum: Sedang Keadaan Umum: Sedang
Kesadaran : Compos Mentis Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 137/79 mmHg Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 87 x/menit Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,5oC Suhu : 36,2oC
Pernafasan : 20 x/Menit. Pernafasan : 22 x/Menit.
BB: 53 Kg BB: 53 Kg
Tiggi Badan : 147 Cm Tiggi Badan : 147 Cm

1. Kepala
Tidak terdapat ada benjolan, bentuk Tidak terdapat ada benjolan, bentuk
simetris, rambut berwarna hitam, simetris, rambut berwarna hitam,
tampak bersih, tidak ada ketombe dan tampak bersih, tidak ada ketombe dan
rontok. rontok.

2. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, Mata simetris kiri dan kanan,
konjungtiva anemis kiri dan kanan, konjungtiva anemis kiri dan kanan,
sklera ikterik kiri dan kanan, reflek sklera ikterik kiri dan kanan, reflek
cahaya positif kiri dan kanan, reflek cahaya positif kiri dan kanan, reflek
pupil sama kiri dan kanan. pupil sama kiri dan kanan.
3. Hidung
Pernafasan cuping hidung tidak ada Pernafasan cuping hidung tidak ada
serta tidak ada kelainan pada hidung. serta tidak ada kelainan pada hidung.

4. Mulut
Mukosa bibir tampak kering dan tidak Mukosa bibir tampak kering dan
ada kelainan tidak ada kelainan
5. Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan Telinga simetris kiri dan kanan
6. Leher
Tidak ada teraba kelenjer getah bening Tidak ada teraba kelenjer getah
bening
7. Jantung
I : iktus cordis tidak terlihat I : iktus cordis tidak terlihat
P : iktus cordis teraba P : iktus cordis teraba
P : redup P : redup
A : reguler A : reguler
8. Paru
I : pengembangan simetris, RR : 20 x/i I : pengembangan simetris, RR : 22
P : teraba vocalfremitus x/I
No. PRE OP POST OP
P : sonor P : teraba vocalfremitus
A : vesikuler P : sonor
A : vesikuler
9. Payudara
Simetris, tidak ada bekas luka, aerola Simetris, tidak ada bekas luka, aerola
bewarna kecoklatan, tidak ada benjolan bewarna kecoklatan, tidak ada
benjolan
10. Putting Susu
Papilla mamae bewarna kecoklatan Papilla mamae bewarna kecoklatan
11. Abdomen
I : abdomen bulat dan bengkak, tidak I : terdapat luka bekas post op, luka
ada luka operasi tertutup dengan perban, Panjang luka
A : bising usus normal ± 10 cm
P : timpani A : bising usus normal
P : nyeri tekan pada abdomen dan P : timpani
tegang P : nyeri dibagian bekas luka post op
12. Pirenium dan Genital
tidak ada kelainan, tidak ada tidak ada kelainan, tidak ada
pembengkakan, tidak ada lesi, vulva pembengkakan, tidak ada lesi, vulva
bersih bersih
13. Ekstermitas
Ekstremitas Atas : Ekstremitas Atas :
Terpasang IVFD pada ekstremitas atas Terpasang IVFD pada ekstremitas
kanan, CRT < 2 detik, tidak ada edema atas kanan, CRT < 2 detik, tidak ada
Ekstremitas Bawah : edema
Tidak ada edema, CRT < 2 detik Ekstremitas Bawah :
Tidak ada edema, CRT < 2 detik

10.Skrining Nyeri

No. PRE OP POST OP


Pasien mengatakan nyeri dibagian Pasien mengatakan nyeri di bagian perut
abdomen dekat bekas luka post op
P (Profokatif/Penyebab): nyeri karna P (Profokatif/Penyebab ): nyeri post op
ada masa Q (Quality / Gambaran Nyeri): seperti
Q (Quality / Gambaran Nyeri): ditusuk- ditusuk-tusuk
No. PRE OP POST OP
tusuk dan tegang R(Region/Lokasi Nyeri) : abdomen
R(Region/Lokasi Nyeri) : abdomen dekat luka post op
S (Skala Severitas) : 6 S (Skala Severitas) : 5
T (Timing/Waktu Nyeri) : saat ditekan T(Timing/Waktu Nyeri) : saat bergerak

11.Hasil Pemeriksaan Penunjang


No. PRE OP POST OP
Pemeriksaan : 06/11/2023 Pemeriksaan : 09/11/2023
HGB : 11,2 g/dL HGB : 11,2 g/dL
RBC : 4,33 106/uL RBC : 4,33 106/uL
WBC : 7,93 103/uL WBC : 7,93 103/uL

12.Program Terapi Dokter


- Obat parenteral : IVFD NaCL 0,9% 20 tetes / menit
ANALISA DATA PRE OP

No Hari/ DATA MASALAH ETIOLOGI


Tanggal KEPERAWATAN
1. Selasa / DS: Nyeri Akut Agen pencedera fisiologis
07-11-2023 - Pasien mengatakan
pada perut terasa nyeri
dan nyesak ke atas
seperti ada yang
menahan
- Pasien mengatakan
nyeri terasa tegang
diperut.
- Pasien mengatakan
nyeri hilang timbul.
- Pasien mengatakan
lama nyeri selama 5-
10 menit .
DO:
- Adanya nyeri tekan
pada abdomen
- P
(Profokatif/Penyebab):
nyeri karna ada masa
- Q (Quality / Gambaran
Nyeri): ditusuk-tusuk
dan tegang
- R(Region/Lokasi
Nyeri) : abdomen
- S (Skala Severitas) : 6
- T (Timing/Waktu
Nyeri) : saat ditekan
2. Selasa / DS: Defisit Nutrisi Faktor psikologis ( mis.
07-11-2023 - Pasien mengatakan Stress )
mual
- Pasien mengatakan
nafsu makan menurun
- Pasien mengatakan
makan hanya habis ¼
porsi
DO:
- Makan tampak hanya
habis ¼ porsi
- BB/TB : 53 Kg / 147
Cm
- Pasien mual (+)
3. Selasa / DS : Intoleransi Aktivitas Kelemahan
07-11-2023 - Pasien mengatakan
pusing saat dari duduk
ke berdiri
- Pasien mengatakan
tidak bisa melakukan
aktivitas secara
mandiri dan harus
No Hari/ DATA MASALAH ETIOLOGI
Tanggal KEPERAWATAN
bantuan yang minimun
DO :
- Pasien tampak Lelah
- Dalam beraktivitas
pasien tampak di bantu
keluarga

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis d.d tampak meringis

2. Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis (stress) d.d nafsu makan menurun

3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d merasa lemah


RENCANA KEPERAWATAN PRE OP

Nama : Ny. S
Ruangan : Rawat Inap Kebidanan
No. RM 585170

NO. SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri Akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x Manajemen Nyeri
fisiologis d.d tampak meringis jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dengan kriteria Defenisi :
hasil : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
- Keluhan nyeri pasien menurun sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
- Meringis pasien menurun kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset
- Skala nyeri berkurang mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
- Kegelisahan pasien menurun hingga berat dan konstan.
- Ketegangan otot pasien menurun Observasi :
- Kesulitan tidur pasien menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi
- Kemampuan menuntaskan aktivitas pasien frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
meningkat - Identifikasi skala nyeri
- TTV dalam batas normal - Identifikasi respon nyeri secara non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
- Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgesic
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
NO. SDKI SLKI SIKI
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi :
- Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
- Anjurkan teknik nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgesic
2. Defisit Nutrisi b.d faktor Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x Manajemen Nutrisi
psikologis (stress) d.d nafsu jam, maka diharapkan status nutrisi membaik, Observasi :
makan menurun dengan kriteria hasil : - Identifikasi status nutrisi
- Porsi makanan yang dihabiskan meningkat - Monitor asupan makanan
- Verbalisasi untuk meningkatkan nutrisi - Monitor berat badan
meningkat - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Perasaan cepat kenyang menurun Terapeutik :
- Nyeri abdomen menurun - Lakukan oral hygiene jika perlu
- Diare menurun - Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
- BB membaik sesuai
- IMT membaik - Berikan sumplemen makanan, jika perlu
- Nafsu makan membaik Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan

3. Intoleransi aktivitas b.d Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama....x Terapi Aktivitas
kelemahan d.d merasa lemah jam di harapkan toleransi aktivitas dapat teratasi Observasi :
dengan kriteria hasil - Identifikasi defisitt tingkat aktivitas
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari – - Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
hari menurun aktivitas tertentu
- Kekuatan tubuh bagian atas menurun - Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
NO. SDKI SLKI SIKI
- Keluhan lelah meningkat diinginkan
- Identifikasi respons emosional, fisik, sosial, dan
spiritual terhadap aktivitas.
Terapeutik :
- Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit
yang dialami
- Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang aktivitas
- Fasilitas memilih aktivitas dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial.
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. Ambulasi,
mobilisasi, dan perawatan diri)
- Fasilitasi mengembangkan motivasi dan
penguatan diri.
- Fasiliasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
- Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
- Berikan penguatan positif atas persitipasi dalam
aktivitas.
Edukasi :
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif dalam mnejaga fungsi dan
kesehatan.
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau
terapi, jika perlu.
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program aktivitas
jika perlu
- Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas jika perlu.
CATATAN PERKEMBANGAN PRE OP

Nama : Ny. S
Ruangan : Rawat Inap Kebidanan
No. RM 585170

No DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI / TGL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI


1. Nyeri akut b.d agen pencedera Selasa, Manajemen Nyeri S:
fisiologis 07 November 2023 O: - Pasien mengatakan pada
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, perut terasa nyeri dan
durasi frekuensi,kualitas,intensitas nyeri menyesak ke atas seperti
- Mengidentifikasi skala nyeri ada yang menahan
- Mengidentifikasi respon nyeri secara - Pasien mengatakan nyeri
non verbal terasa tegang diperut.
- Mengidentifikasi faktor yang - Pasien mengatakan nyeri
memperberat dan memperingan nyeri hilang timbul.
T: - Pasien mengatakan lama
- Memberikan teknik nonfarmakologi nyeri selama 5-10 menit .
untuk mengurangi rasa nyeri.
- Mengontrol lingkungan yang O:
memperberat rasa nyeri - Pasien tampak meringis
E: - Adanya nyeri tekan
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri diabdomen
- Menganjurkan teknik nonfamakologis - P (Penyebab): nyeri karna
untuk mengurangi rasa nyeri ada masa
- Q (Quality) : di tusuk-tusuk
dan tegang
- R (Region) : abdomen,
tampak bengkak
- S (Skala Severitas) : 6
- T (Timing) : saat ditekan
A:
- Masalah Belum
teratasi P :
- Intervensi dilanjutkan
No DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI / TGL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
2. Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis Selasa, Manajemen Nutrisi S:
(stress) d.d nafsu makan menurun 07 November 2023 O: - Pasien mengatakan mual
- Mengidentifikasi status nutrisi - Pasien mengatakan
- Mengidentifikasi alergi dan intoleransi nafsu makan menurun
makanan - Pasien mengatakan makan
- Mengidentifikasi makanan yang disukai hanya habis ¼ porsi
- Memonitor asupan makanan - Pasien mengatakan nyeri
T: diabdomen
- Melakukan oral hygiene sebelum makan O:
E: - Tampak makan hanya habis
- Menganjurkan posisi duduk ¼ porsi
- BB/TB : 53 Kg / 147 Cm

A:
- Masalah belum
teratasi P :
- Intervensi di lanjutkan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d Selasa, Terapi Aktivitas S:
merasa lemah 07 November 2023 O: - Pasien mengatakan
- Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas pusing saat dari duduk ke
- Memonitor respon emosional, fisik, sosial, berdiri
dan spiritual terhadap aktivitas - Pasien mengatakan
- Mengidentifikasi makna aktivitas rutin dan dalam beraktivitas
waktu luang dibantu oleh keluarga
T: O:
- Memfasilitasi mengembangkan motivasi - Pasien tampak lelah
dan penguatan diri - Pasien tampak di bantu
- Memberikan penguatan positif atas keluarga dalam aktivitas
pastisipasi dalam aktivitas A:
E: - Masalah belum
- Mengajarkan cara melakukan aktivitas teratasi P :
yang dipilih - Intervensi dilanjutkan
CATATAN PERKEMBANGAN PRE OP

Nama : Ny. S
Ruangan : Rawat Inap Kebidanan
No. RM 585170

No DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI / TGL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI


1. Nyeri akut b.d agen pencedera Rabu, Manajemen Nyeri S:
fisiologis 08 November 2023 O: - Pasien mengatakan pada
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, perut masih terasa nyeri dan
durasi frekuensi,kualitas,intensitas nyeri menyesak ke atas seperti
- Mengidentifikasi skala nyeri ada yang menahan
- Mengidentifikasi respon nyeri secara - Pasien mengatakan nyeri
non verbal hilang timbul.
- Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri O:
T: - Pasien masih
- Memberikan teknik nonfarmakologi tampak meringis
untuk mengurangi rasa nyeri. - Masih adanya nyeri tekan
- Mengontrol lingkungan yang diabdomen
memperberat rasa nyeri - P (Penyebab): nyeri karna
E: ada masa
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri - Q (Quality): di tusuk-tusuk
- Menganjurkan teknik nonfamakologis dan tegang
untuk mengurangi rasa nyeri - R (Region) : abdomen,
tampak bengkak
- S (Skala Severitas) : 5
- T (Timing) : saat ditekan
A:
- Masalah Belum
teratasi P :
- Intervensi dilanjutkan dan
- pasien rencana operasi
No DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI / TGL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
2. Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis Rabu, Manajemen Nutrisi S:
(stress) d.d nafsu makan menurun 08 November 2023 O: - Pasien mengatakan
- Mengidentifikasi status nutrisi masih terasa mual
- Mengidentifikasi alergi dan intoleransi - Pasien mengatakan makan
makanan hanya 5 sendok
- Mengidentifikasi makanan yang disukai O:
- Memonitor asupan makanan - Makan pasien tampak habis
T: hanya ¼ porsi makan
- Melakukan oral hygiene sebelum makan - BB/TB : 53 Kg / 147 Cm
E:
- Menganjurkan posisi duduk A:
- Masalah belum
teratasi P :
- Intervensi di lanjutkan
- Pasien rencana operasi
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d Rabu, Terapi Aktivitas S:
merasa lemah 08 November 2023 O: - Pasien mengatakan
- Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas pusing sudah mulai
- Memonitor respon emosional, fisik, sosial, berkurang
dan spiritual terhadap aktivitas - Pasien mengatakan dalam
- Mengidentifikasi makna aktivitas rutin dan beraktivitas kadang mandiri
waktu luang dan kadang masih dibantu
T: oleh keluarga
- Memfasilitasi mengembangkan motivasi O:
dan penguatan diri - Pasien tampak di bantu
- Memberikan penguatan positif atas keluarga dalam aktivitas
pastisipasi dalam aktivitas - Pasien tampak lebih
E: bersemangat
- Mengajarkan cara melakukan aktivitas -
yang dipilih A:
- Masalah belum
teratasi P :
- Intervensi dilanjutkan
- Pasien rencana operasi
ANALISA DATA POST OP

No Hari / DATA MASALAH ETIOLOGI


Tanggal KEPERAWATAN
1. Rabu / DS: Intoleransi aktivitas Kelemahan
08-11-2023 - Pasien mengatakan
aktivitas dibantu oleh
keluarga
- Pasien mengatakan
nyeri pada luka post
operasi saat
bergerak
- Pasien mengeluh lelah
dalam beraktivitas
DO :
- Pasien tampak lemah
- Keadaan Umum:
Sedang
- Kesadaran : Compos
Mentis
- Tekanan darah :
130/80 mmHg
- Nadi : 82 x/menit
- Suhu : 36,2oC
- Pernafasan : 22
x/Menit.
2. Rabu / DS : Perlambatan pemulihan Prosedur pembedahan
08-11-2023 - Pasien mengatakan pascabedah ekstensif
nyeri pada luka post
operasi
- Pasien
mengatakan nyeri
hilang timbul
- Pasien mengeluh tidak
nyaman
DO :
- Luka post op ± 10 cm
- P (Penyebab) : nyeri
post op
- Q (Quality) :
seperti ditusuk-
tusuk
- R (Region) : abdomen
dekat luka post op
- S (Skala Severitas) : 5
- T (Timing) : saat
adanya
pergerakan
3. Rabu / DS : Gangguan rasa nyaman Gejala penyakit
08-11-2023 - Pasien mengeluh tidak
nyaman dengan luka
bekas post op karna
adanya nyeri
- Pasien mengeluh
Lelah
- Pasien mengatakan
No Hari / DATA MASALAH ETIOLOGI
Tanggal KEPERAWATAN
kadang suka terbangun
karna nyeri di luka
bekas post op
DO :
- Pasien tampak
meringis
- Keadaan Umum:
Sedang
- Kesadaran : Compos
Mentis
- Tekanan darah :
130/80 mmHg
- Nadi : 82 x/menit
- Suhu : 36,2oC
- Pernafasan : 22
x/Menit.

DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OP

1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d merasa lemah

2. Perlambatan pemulihan pascabedah b.d prosedur pembedahan ekstensif d.d gangguan


mobilitas

3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d mengeluh tidak nyaman
RENCANA KEPERAWATAN POST OP

Nama : Ny. S
Ruangan : Rawat Inap Kebidanan
No. RM 585170

NO. SDKI SLKI SIKI


1. Intoleransi aktivitas b.d Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama....x Terapi Aktivitas
kelemahan d.d merasa lemah jam di harapkan toleransi aktivitas dapat teratasi Observasi :
dengan kriteria hasil - Identifikasi defisitt tingkat aktivitas
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari – - Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
hari menurun aktivitas tertentu
- Kekuatan tubuh bagian atas menurun - Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
- Keluhan lelah meningkat diinginkan
- Identifikasi respons emosional, fisik, sosial, dan
spiritual terhadap aktivitas.
Terapeutik :
- Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit
yang dialami
- Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang aktivitas
- Fasilitas memilih aktivitas dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial.
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. Ambulasi,
mobilisasi, dan perawatan diri)
- Fasilitasi mengembangkan motivasi dan
penguatan diri.
- Fasiliasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
- Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
- Berikan penguatan positif atas persitipasi dalam
aktivitas.
Edukasi :
NO. SDKI SLKI SIKI
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif dalam mnejaga fungsi dan
kesehatan.
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau
terapi, jika perlu.
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program aktivitas
jika perlu
- Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas jika perlu.
2. Perlambatan pemulihan Setelah dilakukan tindaka keperawatan selama … x Perawatan Luka
pascabedah b.d prosedur jam, maka diharapkan pemulihan pasca bedah Observasi :
pembedahan ekstensif d.d meningkat, dengan kriteria hasil : - Monitor karakteristik luka
gangguan mobilitas - Kenyamanan meningkat - Monitor tanda-tanda infeksi
- Selera makan meningkat Terapeutik :
- Mobilitas meningkat - Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
- Waktu penyembuhan meningkat - Cukur rambut di sekitar daerah luka jika perlu
- Bersihkan dengan cairan NaCL atau pembersih
nontoksik, sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
- Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
kondisi pasien
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
NO. SDKI SLKI SIKI
3. Gangguan rasa nyaman b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x Terapi Relaksasi
gejala penyakit d.d mengeluh jam, maka diharapkan status kenyamanan Observasi :
tidak nyaman meningkat, dengan kriteria hasil : - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
- Keluhan tidak nyaman menurun digunakan
- Kesulitan tidur menurun - Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan
- Lelah menurun darah dan suhu sebelum dan sesudah latihan
- Merintih menurun - Monitor respon terhadap relaksasi
- Pola tidur membaik Teraprutik :
- Ciptakan lingkungan tenang
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
dengan alat analgetik atau tindakan medis lain
jika perlu
Edukasi :
- Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
yang di pilih
- Demonstrasikan dan ltih teknik relaksasi
CATATAN PERKEMBANGAN POST OP

Nama : Ny. S
Ruangan : Rawat Inap Kebidanan
No. RM 585170

No DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI / TGL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI


1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d Rabu, Terapi Aktivitas S:
merasa lemah 08 November 2023 O: - Pasien mengatakan aktivitas
- Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas dibantu keluarga
- Memonitor respon emosional, fisik, sosial, - Pasien mengatakan nyeri
dan spiritual terhadap aktivitas pada luka post op saat ada
- Mengidentifikasi makna aktivitas rutin dan pergerakan
waktu luang - Pasien mengatakan lelah
T: dalam beraktivitas
- Memfasilitasi mengembangkan motivasi O:
dan penguatan diri - Pasien tampak lemah
- Memberikan penguatan positif atas - Aktivitas pasien dibantu
pastisipasi dalam aktivitas - KU : sedang
E: - Kesadaran : CM
- Mengajarkan cara melakukan aktivitas - TD : 128/70 mmHg
yang dipilih - N : 80 x/I
- Suhu : 36,0 C
- RR : 20 x/I
A:
- Masalah belum
teratasi P :
- Intervensi dilanjutkan
2. Perlambatan pemulihan pascabedah b.d Rabu, Perawatan Luka S:
prosedur pembedahan ekstensif d.d 08 November 2023 O: - Pasien mengatakan nyeri
gangguan mobilitas - Memonitor karakteristik luka pada luka post op
- Memonitor tanda-tanda infeksi - Pasien mengatakan nyeri
T hilang timbul
- Melepaskan balutan dan plester secara O :
No DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI / TGL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
perlahan - Luka post op tertutup perban
- Membersihkan dengan cairan NaCl - Perban tampak bersih
- Memasang balutan sesuai jenis luka - P (Penyebab) : nyeri post op
- Mempertahankan teknik steril saat - Q (Quality) : seperti ditusuk-
melakukan perawatan luka tusuk
- Menjadwalkan perubahan posisi setiap 2 - R (Region) : luka post op
jam atau kondisi pasien - S (Skala Severitas) : 4
E: - T (Timing) : saat adanya
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi pergerakan
- Mengajarkan prosedur perawatan luka A:
secara mandiri - Masalah belum
teratasi P :
- Intervensi dilanjutkan
3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala Rabu, Terapi Relaksasi S:
penyakit d.d mengeluh tidak nyaman 08 November 2023 O: - Pasien mengeluh tidak
- Memonitor respon terhadap relaksasi nyaman pada luka post op
- Memeriksa ketengan otot, frekuensi nadi, - Pasien mengeluh Lelah
tekanan darah, dan suhu sebelum dan - Pasien megatakan terbangun
sesudah latihan saat tidur akibat nyeri luka
- Mengidentifikasi teknik relaksasi yang post op menurun
pernah efektif digunakan O :
T: - Meringis pada pasien
- Menciptakan lingkungan tenang menurun
- Menggunakan pakaian longgar - TD : 128/70 mmHg
- Menjelaskan tujuan, manfaat, Batasan, - N : 80 x/I
dan jenis relaksasi yang tersedia - Suhu : 36,0 C
- Menganjurkan mengambil posisi yang - RR : 20 x/I
nyaman A:
- Menganjurkan rileks dam merasakan - Masalah belum
sensasi relaksasi teratasi P :
E: - Intervensi dilanjutkan
- Mendemonstrasikan dan latih teknik
relaksasi
CATATAN PERKEMBANGAN POST OP

Nama : Ny. S
Ruangan : Rawat Inap Kebidanan
No. RM 585170

No DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI / TGL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI


1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d Kamis, Terapi Aktivitas S:
merasa lemah 09 November 2023 Terapi Aktivitas - Pasien mengatakan sudah
O: bisa miring kiri dan kanan
- Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas - Pasien mengatakan keluhan
- Memonitor respon emosional, fisik, sosial, lelah mulai menurun
dan spiritual terhadap aktivitas O:
- Mengidentifikasi makna aktivitas rutin dan - Wajah pasien tampak
waktu luang lebih cerah dan
T: bersemangat
- Memfasilitasi mengembangkan motivasi - Pasien sudah bisa mobilisasi
dan penguatan diri mandiri dan terkadang
- Memberikan penguatan positif atas masih di bantu keluarga
pastisipasi dalam aktivitas - Keadaan Umum : Baik
E: - Kesadaran : CM
- Mengajarkan cara melakukan aktivitas - TD : 125 /80 mmHg
yang dipilih - N : 80 x/I
- Suhu : 36,1 oC
- RR : 21 x/I

A:
- Masalah
terataso P :
- Intervensi di hentikan
2. Perlambatan pemulihan pascabedah b.d Kamis, Perawatan Luka S:
prosedur pembedahan ekstensif d.d 09 November 2023 O: - Pasien mengatakan nyeri
gangguan mobilitas - Memonitor karakteristik luka berkurang namun masih
No DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI / TGL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
- Memonitor tanda-tanda infeksi terasa sedikit nyeri saat
T dilakukannya perawatan luka
- Melepaskan balutan dan plester secara pada abdomen post op
perlahan O:
- Membersihkan dengan cairan NaCl - Keadaan Umum : Baik
- Memasang balutan sesuai jenis luka - Kesadaran : CM
- Mempertahankan teknik steril saat - TD : 125 /80 mmHg
melakukan perawatan luka - N : 80 x/I
- Menjadwalkan perubahan posisi setiap 2 - Suhu : 36,1 oC
jam atau kondisi pasien - RR : 21 x/I
E: - P (Penyebab) : nyeri post op
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi - Q (Quality) : seperti ditusuk-
- Mengajarkan prosedur perawatan luka tusuk
secara mandiri - R (Region) : luka post op
- S (Skala Severitas) : 2
- T (Timing) : saat adanya
pergerakan
- Perban luka pasien
tampak bersih
- Luka pasien tampak kering
- Tidak ada tanda-tanda
infeksi
A:
- Masalah teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala Kamis, Terapi Relaksasi S:
penyakit d.d mengeluh tidak nyaman 09 November 2023 O: - Pasien mengatakan nyeri
- Memonitor respon terhadap relaksasi berkurang
- Memeriksa ketengan otot, frekuensi nadi, - Pasien mengatakan
tekanan darah, dan suhu sebelum dan kesulitan tidur menurun
sesudah latihan - Pasien mengatakan lelah
- Mengidentifikasi teknik relaksasi yang dalam aktivitas
pernah efektif digunakan menurun
O:
No DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI / TGL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
T: - Meringis tidak ada
- Menciptakan lingkungan tenang - Skala nyeri pada luka bekas
- Menggunakan pakaian longgar post op : 2
- Menjelaskan tujuan, manfaat, Batasan, - Keadaan umum : baik
dan jenis relaksasi yang tersedia - TD : 125 /80 mmHg
- Menganjurkan mengambil posisi yang - N : 80 x/I
nyaman - Suhu : 36,1 oC
- Menganjurkan rileks dam merasakan - RR : 21 x/I
sensasi relaksasi A:
E: - Masalah teratasi
- Mendemonstrasikan dan latih teknik P:
relaksasi - Intervensi dihentikan
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah kelompok melakukan Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Fase


Ginekologi di Ruangan rawat inap kebidanan RSAM Bukittinggi Tahun 2023 dan disini
kelompok melakukan pembahasan untuk mengetahui kesenjangan antara tinjaun kasus
dengan tinjauan teori. Adapun pembahasan yang penulis pergunakan berdasarkan pendekatan
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyer et al., 1996). Tahap pengkajian
merupakan dasar utama dalam meberikan asuhan keperawatan sesai dengan
kebutuhan individu (klien). Karena itu kelompok melakukan pengkajian yang benar,
akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan dimana itu sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan respon klien. Selama proses pengkajian kelompok tidak
menemukan hambatan, pasien dan keluarga kooperatif sehingga mempermudah
penulis untuk mengumpulkan data. Penulis mengkaji dari semua aspek meliputi:
aspek bio-psiko-sosial-kultural-spiritual.
Adapun keluhan yang didapatkan sebelum operasi saat melakukan pengkajian pada
tanggal 07 November 2023 jam 19:00 WIB didapatkan data dari pengkajian yaitu
Pasien mengatakan perut menyesak ke atas, nyeri perut, panas, seperti ada yang
menahan, mual, pusing saat dari duduk ke berdiri. TD 139/79 mmHg, N: 87x/i, RR:
20x/i, S: 36,5oC
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2017) Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Fase Ginekologi
Di Ruangan Rawat Inap Kebidanan di RSAM Bukittinggi Tahun 2023 diatas,
kelompok mengemukakan 6 diagnosa keperawatan secara teori :
Pre Operasi NOK Suspek Malignancy
1. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis
Untuk diagnose diatas dibuktikan dengan Pasien mengatakan perut terasa nyeri
dan nyesak ke atas seperti ada yang menahan, pasien mengatakan nyeri pada
abdomen selama 5 menit, pasien mengatakan selama sakit hanya tidur 4-5 jam.
2. Defisit Nutrisi b.d Faktor psikologis (Mis. Stres)
Untuk diagnose diatas dibuktikan dengan Pasien mengatakan mual, pasien
mengatakan nafsu makan menurun dan makan hanya habis seperempat porsi.
3. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan
Untuk diagnose diatas dibuktikan dengan Pasien mengatakan pusing saat dari
duduk ke berdiri, pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas secara
mandiri dan harus bantuan yang minimum .
Post Operasi NOK Suspek Malignancy
1. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan
Untuk diagnose diatas dibuktikan dengan Pasien mengatakan aktivitas dibantu
oleh keluarga, pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi saat bergerak.
2. Perlambatan pemulihan pasca bedah b.d prosedur pembedahan ekstensif
Untuk diagnose diatas dibuktikan dengan Pasien mengatakan nyeri pada luka
post operasi, pasien mengatakan nyeri hilang timbul
3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
Untuk diagnose diatas dibuktikan dengan Pasien mengatakan tidak nyaman
dengan luka bekas post op karena adanya nyeri, pasien mengatakan mengeluh
lelah.
C. Intervensi
Adapun intervensi yang didapatkan kelompok dalam menyusun asuhan
keperawatan pada klien sesuai dengan diagnose yang sudah ditegakan sebelumnya
dan sesuai dengan yang dilakukan pengkajian sebelumnya kepada klien :
Pre Operasi NOK Suspek Malignancy
1. Tingkat nyeri : Manajemen nyeri
2. Status Nutri : Manajemen Nutrisi
3. Toleransi Aktivitas : Terapi Aktivitas

Post Operasi NOK Suspek Malignancy


1. Toleransi Aktivitas : Terapi Aktivitas
2. Pemulihan Pasca Bedah : Perawatan Luka
3. Status Kenyamanan : Terapi Relaksasi

D. Implementasi
Setelah melakukan suatu intervensi pada Ny.S yang dimana itu sesuai dengan
diagnose yang sudah ada dimana itu dari status keadaan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik sehingga medapatkan kriteria hasil yang diharapkan oleh
kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan kepada Ny.S yang dimana
dilakukan dengan bekerja sama dengan pasien, keluarga, tim medis yang ada di
ruangan tersebut dan juga kelompok.

Pre Operasi NOK Suspek Malignancy

1. Manajemen Nyeri
a. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b. Mengidentifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
TENS, hipnosis, akupresur, erapi musik, biofeedback, terapi pijat, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
f. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisisngan)
g. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
2. Manajemen Nutrisi
a. Mengidentifikasi status nutrisi
b. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan
c. Mengidentifikasi makanan yang di sukai
d. Memonitor asupan makanan
3. Terapi Aktivitas
a. Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas
b. Memonitor respons emosional, fisik, sosial, dan spritual terhadap aktivitas
c. Memfasilitasi makna aktivitas yang di pilih
d. Memfasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
e. Memberikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
f. Menjelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
g. Mengajarkan cara melakukan aktivitas yang di pilih

Post Operasi NOK Suspek Malignancy


1. Terapi Aktivitas
a. Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas
b. Memonitor respons emosional, fisik, sosial, dan spritual terhadap aktivitas
c. Memfasilitasi makna aktivitas yang di pilih
d. Memfasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
e. Memberikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
f. Menjelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
g. Mengajarkan cara melakukan aktivitas yang di pilih
2. Perawatan Luka
a. Mengidentifikasi penyebab luka bakar
b. Menggunakan teknik aseptik selama merawat luka
c. Membersihkan luka dengan cairan steril (mis, NaCL 0,9 %)
d. Melakukan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri
e. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
3. Terapi Relaksasi
a. Memonitor respons terhadap terapi relaksasi
b. Memeriksa ketengan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
c. Mengidentifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
d. Menciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
e. Menggunakan pakaian longgar
f. Menganjurkan mengambil posisi nyaman
g. Menganjurkan rileks dam merasakan sensasi relaksasi
E. Evaluasi
Evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. (Tarwoto &
Wartonah, 2011). Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi
atau muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan
tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan. Begitupun dengan 6 diagnosa yang sudah
ditegakan oleh kelompok dimana masing-masing evaluasi akan ditindak lanjuti
apapabila ada yang masih kurang pas dengan implementasi yang sebelumnya, begitu
juga dengan pasien yang keadaannya sudah membaik atau sudah pulang bahkan
pindah ruangan maka untuk evaluasi akan dihentikan. Format evaluasi mengguanakan
:

S : Subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diperbaiki

O : Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,


pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan

A : Analisa adalah membandingkan antara inormasi subjektif dan objektif dengan


tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau muncul masalah baru.

P : Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan


hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan ada masalah
baru, selesai (tujuan tercapai).
BAB V
PENUTUP

Setelah kelompok melakukan pengamatan dan melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada


Ny. S dengan Ginekologi di Ruangan Rawat Inap Kebidanan di RSAM Bukittinggi Tahun
2023, maka kelompok dapat menarik beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat
bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien dengan Ginekologi
pada Pre dan Post NOK Suspect Malignancy.

A. Kesimpulan

Dari hasil yang telah diuraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
Ginekologi Pada Pre dan Post NOK Suspect Malignancy maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian pada tanggal 07 November Tahun 2023 jam 19:00 WIB didapatkan data
dari pengkajian yaitu Pasien mengatakan Adapun keluhan yang didapatkan sebelum
operasi Pasien mengatakan perut menyesak ke atas, nyeri perut, panas, seperti ada
yang menahan, mual, pusing saat dari duduk ke berdiri. TD 139/79 mmHg, N: 87x/i,
RR: 20x/i, S: 36,5oC
Pengkajian pada tanggal 09 November Tahun 2023 jam 15:00 WIB didapatkan data
dari pengkajian yaitu Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi dan terasa saat
bergerak, lokasinya dipertengahan abdomen dengan skala nyeri 4, nyeri hilang
timbul dan sering muncul saat bergerak dan sering terbangun sewaktu-waktu karena
nyeri. TD 130/80 mmHg, N: 82x/i, RR: 22x/i, S: 36,2oC
2. Masalah keperawatan yang muncul ialah :
Pre Operasi NOK Suspek Malignancy
1. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis
2. Defisit Nutrisi b.d Faktor psikologis (Mis. Stres)
3. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan

Post Operasi NOK Suspek Malignancy


1. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan
2. Perlambatan pemulihan pasca bedah b.d prosedur pembedahan ekstensif
4. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
3. Beberapa tindakan mandiri keperawatan pada pasien dengan Ginekologi Pada NOK
Suspek Malignancy adalah :
Pre Operasi NOK Suspek Malignancy
1. Manajemen Nyeri

2. Manajemen Nutrisi

3. Terapi Aktivitas

Post Operasi c
1. Terapi Aktivitas

2. Perawatan Luka

3. Terapi Relaksasi

4. Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat dicapai karena adanya kerja sama yang baik
antara klien, keluarga klien dan tim kesehatan. Hasil evaluasi pada Ny.S sudah
sesuai dengan harapan masalah teratasi dan klien di pulangkan.

5. Pada dokumentasi perawat telah melakukan pengkajian pada pasien dengan


Ginekologi Pre dan Post Operasi NOK Suspek Malignancy melakukan perencanaan
tindakan terhadap pasien, melakukan tindakan keperawatan sesuai perencanaan, dan
melakukan evaluasi terhadap pasien dengan ginekologi Pre dan Post Operasi NOK
Suspek
B. Saran
Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan maka penulis mengemukakan
saran yang mungkin bermanfaat untuk penanganan khususnya terhadap pasien dengan
dengan Ginekologi Pada Pre dan Post Operasi NOK Suspek sebagai berikut :
1. Bagi Rumah Sakit
Seorang perawat perlu memperhatikan kondisi pasien secara komperhensif, tidak
hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yang
meliputi biopsiko-sosial-kultural-spiritual.
2. Bagi pendidikan
Diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat dengan cara
menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk memperoleh ilmu pengetahuan
tentang kegawatdaruratan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi
masalah.
3. Bagi pasien/ keluarga pasien
Diharapkan tetap memperhatikan kondisi selesai operasi sehingga tidak terjadi hal
yang tidak diinginkan seperti infeksi pada luka siap operaro dan tetap mencari
informasi yang mendukung bagaimana cara merawat luka.
4. Bagi penulis
Diharapkan dapat memperluas ilmu dan pengetahuannya tentang asuhan
keperawaratan pada pasien dengan Ginekologi Pre dan Post Operasi NOK Suspek
Malignancy
DAFTAR PUSTAKA

PPNI 2017. Standar Diagnosa Keperawtan Indonesia : Definisi Indikator Diagnostik, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI 2019. Standar Luaran Keperawtan Indonesia : Definisi Dan Kriteria hasil
keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI 2018. Standar Intervensi Keperawtan Indonesia : Definisi Dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai