Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF

PASIEN DENGAN KANKER KANDUNG KEMIH

Disusun Untuk memenuhi Tugas Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif

Dosen pengampu Yunita Galih Yudanari, S.Kep.,Ns.,M.Kep

KELOMPOK IV
1. Marliana 012191002
2. Latifa Karlinda 012191008
3. Ranie Robiatul A 012191009
4. Choirunnisa Dyah Umno 012191015
5. Antoninho Coni Santana 012191023

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019

DAFTAR ISI
2

HALAMAN JUDUL………………………………………………. 1
DAFTAR ISI………………………………………………………. 2
KATA PENGANTAR……………………………………………... 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………. 4
A. Latar Belakang………………………………………………….. 4
B. Tujuan…………………………………………………………... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………... 5
A. Kanker Kandung Kemih …………………………………….... 5
1. Anatomi Fisiologi Kandung Kemih…………………………… 5
2. Kanker Kandung Kemih……………………………………… 6
3. WOC…………………………………………………………... 9
B. Asuhan Keperawatan Kandung Kemih …………………………. 11
1. Pengkajian …………………………………………………….. 11
2. Diagnosa Keperawatan………………………………………… 14
3. Intervensi Keperawatan………………………………………... 15
BAB IV PENUTUP………………………………………………… 21
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 21
B. Saran……………………………………………………………... 21
DAFTAR PUSTAKA 22

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
kuasaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif yang diampu Ibu
3

Yunita Galih Yudanari, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Makalah ini tidak akan selesai tepat pada
waktunya tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh orang yang berkaitan dalam
pembuatan makalah ini. Dalam membuat makalah ini tentu ada kurang dan salahnya,
sehingga kami memiliki harapan besar kepada pembaca agar memberikan kritikan
membangun. Kekurangan dan kesalahan hanyalah milik kami dan kebenaran hadirnya dari
Allah SWT.

Penulis

Ungaran, Oktober 2019

BAB I

PENDAHULUAN
4

A. Latar Belakang
Kanker kandung kemih adalah suatu penyakit non agresif yang terjadi didalam
lapisan sel transisi kandung kemih. Kanker kandung kemih sering kambuh secara
alami. Terkadang kanker kandung kemih ditemukan menyerang lapisan lebih dalam
pada jaringan kandung kemih (Jackson, & Keogh, 2014).
Kanker pada kandung kemih merupakan penyakit onkolgi yang sering
menyerang manusia pada usia 60 sampai 70 tahun dengan resiko paling tinggi pada
pria dibanding wanita. Kejadian kanker pada vesika urinaria selain dipengaruhi oleh
faktor hormonal juga dipengaruhi dengan kebiasaan merokok. Menurut salah satu
pengamatan histologis, diketahui bahwa 90% dari kejadian kanker kandung kemih
merupakan jenis karsinoma sel transisional dan 10% karsinoma sel skuamosa (Broker,
2009; Otto, 2005).
Peran perawat pada pasien dengan penyakit kanker kandung kemih adalah
untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif, memberikan edukasi
kepada individu dan keluarga tentang penyakit kanker kandung kemih untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga.
Oleh karena permasalahan tersebut, makalah ini disusun agar perawat mampu
memahami dengan baik mengenai kanker kandung kemih serta mampu menerapkan
asuhan keperawatan yang tepat bagi penderita kanker kandung kemih.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini disusun bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan
paliatif pada pasien dengan kanker kandung kemih.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang konsep dasar penyakit kanker kandung kemih
b. Menjelaskan pengkajian keperawatan pada pasien dengan kanker kandung
kemih
c. Menjelaskan prioritas masalah dan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
kanker kandung kemih
d. Menjelaskan intervensi keperawatan pada pasien dengan kanker kandung
kemih
e. Menjelaskan implementasi keperawatan pada pasien dengan kanker kandung
kemih
f. Menjelaskan evaluasi hasil dari tindakan yang dilakukan pada pasien dengan
kanker kandung kemih
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Kandung Kemih


1. Anatomi Fisiologi Vesica Urinaria (Kandung Kemih)
a. Anatomi Vesica Urinaria
Vesica urinaria terletak tepat dibelakang os.pubis di dalam rongga
pelvis. Pada orang dewasa, kapasitas maksimum vesika urinaria sekitar 500ml.
Vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat. Bentuk dan batas-batasnya
sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urin yang dikandungnya. Vesica
urinaria yang kosong pada orang dewasa terletak seluruhnya di dalam pelvis;
waktu terisi, dinding atasnya terangkat sampai masuk regio hypogastrica.
Pada anak kecil, vesica urinaria yang kosong menonjol di atas pintu atas
panggul; kemudian bila rongga pelvis membesar, vesica urinaria terbenam ke
dalam pelvis untuk menempati posisi seperti orang dewasa (Snell 2011).
Vesica urinaria yang kosong berbentuk piramid mempunyai apex,
basis, dan sebuah facies superior serta dua buah facies infero lateralis; juga
mempunyai collum. Apex vesicae dihubungkan dengan umbilicus dengan
ligamentum umbilicale medianum (sisa urachus). Basis atau facies poterior
vesicae, menghadap ke posterior dan berbentuk segitiga. Sudut
superolateralis merupakan tempat muara ureter, dan sudut inferior
merupakan tempat asal urethra.

b. Fisiologi Berkemih (Miksi)


Miksi merupakan suatu kerja refleks yang pada orang dewasa normal
dikendalikan oleh otak. Refleks berkemih dimulai bila volume urin mencapai
kurang lebih 300 ml. Reseptor regangan di dalam dinding vesica urinaria
terangsang dan impuls tersebut diteruskan kesusunan saraf pusat, dan orang
tersebut mempunyai kesadaran ingin berkemih. Sebagian impuls naik ke atas
melalui nervus splanchnici pelvici dan masuk ke segmen sacralis kedua,
ketiga, keempat medulla spinalis. Sebagian impuls aferen berjalan bersama
dengan saraf simpatik yang membentuk plexus hypogastricus dan masuk
segmen lumbalis pertama dan kedua medula spinalis (Snell 2011).
Impuls eferen parasimpatik meninggalkan medula spinalis dari
segmen sacralis kedua, ketiga, dan keempat lalu berjalan melalui serabut-
serabut preganglionik parasimpatik dengan perantara nervus splanchnici
pelvici dan plexus hypogastricus inferior ke dinding vesica urinaria, tempat
nervus tersebut bersinaps dengan neuron posganglionik. Melalui lintasan
saraf ini, otot polos dinding vesica urinaria (musculus detrusor vesicae)
berkontraksi dan musculus sphincter vesicae dibuat relaksasi, impuls eferen
juga berjalan ke musculus sphincter urethrae melalui nervus pudendus (S2,3,
dan 4) dan menyebabkan relaksasi. Bila urin masuk ke uretra, impuls aferen
tambahan berjalan ke medula spinalis dari uretra dan memperkuat refleks.
Miksi dapat dibantu oleh kontraksi otot-otot abdomen yang menaikkan
6

tekanan intra abdominalis dan tekanan pelvicus sehingga timbul tekanan dari
luar pada dinding vesica urinaria (Snell 2011).
Pada anak kecil miksi merupakan refleks sederhana dan terjadi bila
vesica urinaria mengalami peregangan. Pada orang dewasa, refleks regangan
sederhana ini dihambat oleh aktivitas cortex cerebri sampai pada waktu dan
tempat untuk berkemih tersedia. Serabut-serabut inhibitor berjalan ke bawah
bersama tractus corticospinalis menuju segmen sacralis kedua, ketiga, dan
keempat medula spinalis. Kontraksi musculus sphincter urethrae yang
menutup urethra dapat dikendalikan secara volunter; dan aktivitas ini dibantu
oleh musculus sphincter vesicae yang menekan leher vesica urinaria.
Pengendalian miksi secara volunter normalnya berkembang pada tahun kedua
dan ketiga kehidupan (Snell 2011).

2. Kanker Kandung Kemih


Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang
mengenai kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki (Nursalam
2009).
1) Faktor Resiko
Terdapat 3 hal penyebab terjadinya karsinoma:
a) Host
- Faktor Genetik
- Gaya Hidup
 Konsumsi makanan yang mengandung pemanis, perwarna,
pengawet dan penyedap rasa.
 Merokok dan konsumsi kopi jangka waktu lama.
- Konsumsi obat menggandung Cytoksan dan Cyclofosfamid
- Riwayat terapi radiasi di abdomen atau panggul.
b) Agent
Invasi kuman (parasit schistozomiasis yang terdapat pada siput)
c) Environment
Terpajan zat kimia (misal cat), pabrik rokok, terpapar senyawa ain
aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4 aminobifami.

2) Bentuk Tumor
Tumor yang sering ditemui berbentuk:
a) Papiler
b) Tumor non invasif (in situ)
c) Noduler (infiltrat)
d) Campuran antara papiler dan infiltrat

3) Tipe Histologi
Sebagian besar (±90%) tumor kandung kemih adalah karsinoma sel
transisional. Tumor ini bersifat multifokal, yaitu dapat terjadi di saluran
kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional, seperti di pielum,
ureter, uretra posterior. Sedangkan jenis yang lainnya adalah karsinoma
sel skuamosa (±10%) dan adenokarsinoma (±2%) (Nursalam 2009).
1. Adenokarsinoma
7

Ada tiga kelompok adenokarsinoma pada kandung kemih, yaitu:


a. Primer terdapat di kandung kemih, dan biasanya terdapat di
dasar serta di fundus kandung kemih. Pada beberapa kasus
sistitis, glandularis kronis, dan ekstrafia vesika pada
perjalanannya lebih lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi
adenokarsinoma kandung kemih.
b. Urakhus persisten (sisa duktus urakhus) yang mengalami
degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma
c. Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ
lain, diantaranya prostat, rektum, ovarium, lambung, mamae,
dan endometrium.
Prognosis adenokarsinoma buli-buli ini sangat jelek.
2. Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada
kandung kemih dan mengakibatkan sel epitel mengalami
metaplasia ganas. Rangsangan kronis ini terjadi karena:
a. Infeksi saluran kemih kronis
b. Batu kandung kemih
c. Kateter menetap yang dipasang dalam jangka waktu lama
d. Infestasi cacing Schistosomiasis pada kandung kemih
e. Pemakaian obat-obatan siklofosfamid secara intravesika

4) Patofisiologi
Kanker kandung kemih terjadi karena beberapa faktor yaitu,
usia Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50
tahun dan angka kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan.
Usia dapat menyebabkan imunitas seseorang turun sehingga rentan
terpapar oleh radikal bebas, selain itu lifestyle seperti kebiasaan
merokok dan bahan-bahan karsinogenik seperti pabrik jaket kulit
bagian pewarnaan. Kedua faktor ini akan masuk ke dalam sirkulasi
darah daan masuk ke dalam ginjal yang selanjutnya terfiltrasi di
glomerulus. Radikal bebas bergabung dengan urin secara terus
menerus dan masuk ke kandung kemih. Selanjutnya terjadi stagnasi
radikal bebas, radikal bebas mengikat elektron DNA dan RNA sel
transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Apabila terjadi
kerusakan DNA maka tubuh akan malukan perbaikan DNA jika
berhasil maka sela akan kembali normal, jika tidak maka akan terjadi
mutasi pada genom sel somatik. Mutasi dari genom sel somatik ada 3
hal yang terjadi pertama adalah pengaktifan onkogen pendorong
pertumbuhan, kedua perubahan gen yang mengandalikan pertumbuhan
dan yang terakhir adalah pengnonaktifan gen supresor kanker. Ketiga
hal tersebut mengakibatkan produksi gen regulatorik hilang.
Selanjutnya terjadi replikasi DNA yang berlebih. Akhirnya terjadi
kanker pada kandung kemih.

5) Manifestasi Klinik
a) Hematuria
8

Hematuria dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau penuh,


dan dapat dinyatakan sebagai hematuria awal atau terminal
hematuria, sebagian dari pasien kanker kandung kemih akan ada
pembuangan gumpalan-gumpalan darah dan bangkai-bangkai
busuk.
b) Iritasi kandung kemih
Tumor terbentuk di trigonum kandung kemih, lingkup patologi
meluas atau saat terjadi infeksi dapat menstimulasi sampai ke
kandung kemih sehingga menyebabkan fenomena sering buang air
kecil dan urgen.
c) Gejala obstruktif saluran kemih
Tumor yang lebih besar, tumor pada leher kandung kemih dan
penyumbatan gumpalan darah akan menyebabkan buang air
bahkan sampai retensi urin. Infiltrasi tumor ke dalam lubang
saluran kemih dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih,
sehingga menimbulkan nyeri pinggang, hidronefrosis dan fungsi
ginjal terganggu.
d) Gejala metastase
Invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung kemih
sekitarnya, organ lain atau metastasis kelenjar getah
panggulsimpul, akan menyebabkan nyeri di daerah kandung
kemih, uretra fistula vagina, dan edema ekstremitas bawah,
metastasis sampai organ yang lebih jauh, nyeri tulang dan
cachexia.

6) Pemeriksaan Diagnostik
a) Palpasi Bimanual
b) Pemeriksaan Laboratorium (darah rutin, faal ginjal,
urinalisis,sitologi urin, cell survey untuk mencari sel antigen, flow
cytometri mendeteksi kelainan kromosom sel)
c) Radiologi (BNO, IVP, USG, CT Scan, MRI, Sistokopi)

7) Penatalaksanaan
a) Hematuri dilakukan pemasangan three way kateter
b) TURB-T (Trans-Urethral Resection of Bladder-Tumor)
c) Cystektomi radikal atau parsial
d) Diversi Urine
e) Kemoterapi
f) Radioterapi
9

3. WOC (Web of Cautation)

Faktor-faktor resiko

Host Agent Environment

Geneti Life Riwayat Obat/ Invasi Pekerjaan (pabrik cat,


k style penyakit tindakan kuman penyamak kulit,
dahulu tembakau, pegawai
salon)

4P, ISK, Ca. Cytoksan, Parasit


merokok, Colon, Ca. cyclofosf (schistozomiasis
konsumsi Renal, Ca amide )
kopi Prostat,
Ca.
Rectum

Faktor-faktor resiko merangsang pertumbuhan


sel
Pertumbuhan sel-sel baru pada jaringan kandung
kemih
Proliferasi sel meningkat cepat kerusakan struktur fungsional kandung
kemih
Ancaman
Kanker kandung kemih Respon psikologis kematian

Lokal Sistemik MK:


Ansietas
Obstruktif Iritatif Anemi Hormo
a n

Kencin Pancaran Hematur FUNUD Hiperventila Renin , Aldostero


g melemah ia (frekuensi, si angiost n
sedikit urgensi, ensin
nocturia, Sesak
MK: nafas Vasokontrik
urge Gang
Gangguan si pembuluh
incontinens guan darah
eliminasi MK:
ia) pompa
Urin Ketidakef
Gangguan Na
ektifan Hipertensi
Pola Tidur dan K
Refluks pola nafas
10

oedema MK:
Hidroureter Penurunan
cardiac
MK: output
Hidronefrosis MK: Peningkatan
Nyeri volume
cairan
Mual muntah

Penurunan Aktivitas
MK: Mual

Penatalaksanaan

Non pembedahan Pembedahan (TURB-T,


(kemoterapi, irigasi Diversi Urin, Cystectomy)
kandung kemih,
farmakologi)
Stoma Post .op

MK : Gangguan MK : Resiko
Citra Tubuh infeksi

B. Asuhan Keperawatan Paliatif Kanker Kandung Kemih

Kanker Kandung Kemih Respon psikologis

Konflik Ancaman Kematian


Pengambilan
keputusan
11

Pembedahan/ efek
kemoterapi

Ansietas

Gangguan citra tubuh Mual Nyeri


Stress Berlebihan

Gg Pola Tidur Intoleran


1. Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik Aktivitas
Tahap pertama pada proses keperawatan adalah pengkajian. Tahap ini dilakukan
untuk mendapatkan data dari klien baik data subjektif maupun objektif.
a. Anamnesa
1) Data umum
Data umum berisi identitas diri pasien diantaranya Nama, Umur,Jenis
Kelamin, Agama, Suku Kebangsaan, Alamat, Pekerjaan, status
pernikahan,keluarga terdekat.
2) Riwayat Penyakit Masa Lalu
Menjelaskan tentang riwayat kesehatan klien masa lalu, masalah kesehatan
yang pernah dialami klien, penyakit klien dari sebelum sakit sekarang.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama klien : keluhan yang paling dirasakan klien.
Menjelaskan tentang yang dialami klien saat sakit ini, diawali dengan awal
timbul keluhan, awal timbul gejala, hal apa saja yang sudah dilakukan untuk
mengatasi masalah kesehatan sekarang sebelum pergi ke fasilitas kesehatan
sekarang.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berisi tentang kemungkinan adanya anggota keluarga dengan keluhan atau
penyakit sama sebelumnya atau sampai saat ini masih dialami, adanya
penyakit degeneratif. Dalam menuliskan riwayat kesehatan keluarga perawat
bisa menampilkan hasil pengkajian dengan Genogram agar lebih jelas
runtutan keluarga.
5) Pengobatan yang sedang dan pernah dilaksanakan
Misalnya sudah pernah mengkonsumsi obat tertentu (disebutkan jenis obat
dan dari mana berasal), kemoterapi paliatif, pembedahan paliatif, radioterapi
paliatif, dll.
6) Pengkajian Pola:
- Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih
Tanda : Perubahan kesadaran
- Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)
Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia, disritmia
- Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung
- Eliminasi
Gejala : Perubahan BAK
12

Tanda : Nyeri saat BAK, Urine bewarna merah


- Makanan & Cairan
Gejala : Mual muntah
Tanda : Muntah
- Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara (Vertigo)
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
- Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit pada daerah abdomen
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
- Interaksi Sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
- Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda : Terjadi kekambuhan lagi
- Seksualisasi
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turut
Tanda : Atrofi payudara, amenorea
- Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi
Tanda : Prestasi akademik tinggi

7) Kebutuhan Higiene
Perawat mengkaji kebutuhan higiene klien dan tingkat pemenuhannya.
8) Reproduksi
Didapatkan data mengenai reproduksi klien, pola menstruasi, pernah hamil
atau sedang hamil, punya anak berapa dengan umur masing-masing, sudah
atau belum menopause.
9) Mobilisasi
Kemampuan mobilisasi klien dalam kemandirian atau perlu bantuan. Tingkat
kemampuan aktivitas berpindah, berjalan, duduk, berdiri.
10) Faktor keamanan dan lingkungan
Kondisi lingkungan rumah tinggal, daerah industri padat penduduk rawan
terpapar karsinogen.
11) Faktor psikologis, sosial,ekonomi, kultural dan spiritual
Klien dengan penyakit paliatif kerap ditemui dengan masalah non
fisik maka harus dikaji mendalam mengenai faktor-faktor tersebut,
diantaranya sistem koping klien dan keluarga, support sistem dari lingkungan
sekitar termasuk keluarga. Penerimaan terhadap penyakit dan rangkaian
pengobatan. Kondisi psikologis klien dan keluarga, kondisi ekonomi keluarga
setelah klien terdiagnosa kanker. Bagaimana pemenuhan kebutuhan
spiritualnya, adakah budaya yang mempengaruhi pandangan klien dan
keluarga mengenai kanker tersebut.

b. Pemeriksaan fisik
Pada dasarnya pemeriksaan fisik pada tahap pengkajian dilakukan secara menyeluruh
dan merupakan data objektif karena berdasar pengamatan dan pengukuran.
13

1) Keadaan Umum dan Kesadaran


Baik secara kualitastif penilaian kesadaran, maupun secara kuantitatif pengkajian
skala koma Glascow
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah, nadi, suhu, dan frekuensi pernafasan.
3) Antopometri:
Berat Badan, Tinggi Badan, IMT
4) Pemeriksaan dari ujung rambut hingga kaki (head to toe)
Kepala : Rambut klien rontok, bentuk kepala, kulit kepala bersih atau kotor,
ada tidaknya benjolan dan udema sampai dengan wajah.
Mata : konjunctiva, besar pupil, reaksi pupil, sklera, palpebra, visus, lapang
pandang, gerakan ekstraokuler.
Hidung : adanya mimisan, polip, adanya sekret, pernafasan cuping hidung.
Bibir : mukosa bibir kering, pucat.
Gigi : perdarahan gigi, caries positif, berdih atau kotor.
Lidah : lidah tampak pucat atau tidak, bersih atau kotor.
Leher : kaji adanya benjolan atau pembesaran kelenjar getah bening, adanya
tekanan JVP.
Dada atau Thorax:
Inspeksi : pergerakan dinding dada, bentuk dada, lesi, irama nafas,
penggunaan otot bantu nafas.
Palpasi : kaji adanya benjolan, taktil fremitus, palpasi payudara wanita
Perkusi : batas paru dan jantung.
Auskultasi : suara paru dan jantung.
Abdomen :
Inspeksi : bentuk abdomen, kontur permukaan abdomen, retraksi,
adanya benjolan
Auskultasi : bising usus, bruit aorta
Perkusi : deteksi adanya gas, cairan atau massa di perut, batas organ
dalam abdomen.
Palpasi : deteksi benjolan
Ekstremitas : kaji kekuatan otot, kontraktur, spastik, kelemahan, ROM
Genitalia : kaji kebersihan, benjolan atau kelainan lainnya.
5) Pemeriksaan khusus pada pasien paliatif:
- Nyeri kronis (mengkaji dengan PQRST) dan efek yang ditimbulkan dari rasa
nyeri
- Luka
- Stoma
- Dekubitus
- Udema ekstremitas.

c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
- Hasil laboratorium patologi klinik
- Hasil laboratorium patologi Anatomi
2) Radiologi
- Rontgen
- USG
14

- CT scan dan MRI, dll.


3) Pemeriksaan penunjang lain.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang didapatkan kemudian dilakukan analisa data, sehingga
masalah keperawatan paliatif yang mungkin muncul pada kasus pasien dengan kanker
kandung kemih adalah:
a. Nyeri
b. Ansietas
c. Stress Berlebihan
d. Konflik Pengambilan keputusan
e. Gangguan Citra Tubuh
f. Gangguan Pola Tidur
g. Mual
h. Intoleran Aktivitas

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No. Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Nyeri berhubungan NOC: NIC :
dengan infiltrasi Pain Control Pain Management
Tumor, luka paska Setelah dilakukan
pembedahan asuhan selama 3 x 24, 1. Tentukan dampak nyeri
nyeri teratasi dengan terhadap kualitas hidup klien
Batasan kriteria hasil: (misalnya tidur, nafsu makan,
1. Kenali awitan nyeri aktivitas, kognitif, suasana
Karakteristik: hati, hubungan, kinerja kerja,
2. Jelaskan faktor
- Bukti nyeri dan tanggung jawab peran).
penyebab nyeri
dengan 3. Gunakan obat 2. Kontrol faktor lingkungan
menggunakan analgesik dan non yang mungkin menyebabkan
standar daftar analgesik respon ketidaknyamanan klien
periksa untuk 4. Laporkan nyeri (misalnya temperature
yang terkontrol ruangan, pencahayaan, suara).
pasien yang tidak
3. Pilih dan terapkan berbagai
dapat cara (farmakologi,
mengungkapnya nonfarmakologi, interpersonal)
- Keluhan tentang untuk meringankan nyeri.
karakteristik nyeri 4. Kaji rasa nyeri secara
dengan komprehensif untuk
menentukan lokasi,
menggunakan
karakteristik, onset/durasi,
standar instrumen frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri atau beratnya nyeri, dan faktor
- Ekspresi wajah pencetus.
nyeri 5. Observasi tanda-tanda non
Perubahan pada verbal dari ketidaknyamanan,
parameter fisiologis terutama pada klien yang
mengalami kesulitan
berkomunikasi.
15

2. Ansietas NOC: NIC :


berhubungan dengan Setelah dilakukan Pengurangan Kecemasan (5820)
perubahan besar tindakan keperawatan
(mis, status selama 2x24 jam 1. Gunakan pendekatan yang
kesehatan, fungsi ansietas dapat teratasi tenang dan meyakinkan
peran, status peran) dengan kriteria hasil : 2. Nyatakan dengan jelas
1. Perasaan gelisah harapan terhadap perilaku
Batasan karakteristik dari skala 2 cukup klien
: berat menjadi skala 3. Pahami situasi krisis yang
4 ringan terjadi dar perspektif klien
1. Gelisah 2. Wajah tegang dari 4. Dengarkan klien
2. Mengekspresikan skala 2 cukup berat 5. Puji/kuatkan perilaku yang
kekhawatiran menjadi skala 4 baik secara tepat
karena perubahan ringan 6. Identifikasi pada saat terjadi
dalam peristiwa 3. Rasa cemas yang perubahan tingkat kecemasan
dalam hidup disampaikan secara 7. Dorong keluarga untuk
3. Distress lisan dari skala 2 mendampingi klienn dengan
4. Kesedihan yang menjadi skala 4 cara yang tepat
mendalam 4. Tidak bisa 8. Bantu klien mengidentifikasi
5. Sangat khawatir mengambil situasi yang memicu
6. Peningkatan keputusan dari kecemasan
tekanan darah skala 2 menjadi 9. Kaji tanda verbal dan non
7. Penurunan lapang skala 4 verbal kecemasan
persepsi

3. Stress Berlebihan NOC : NIC :


berhubungan dengan Setelah dilakukan Peningkatan Koping (5230)
stressor tindakan keperawatan
selama 2x24 jam stress 1. Bantu pasien dalam
Batasan karakteristik berlebihan dapat mengidentifikasi tujuan
: teratasi dengan kriteria jangka pendek dan jangka
1. Gangguan hasil : panjang yang tepat
pengambilan 1. Konflik peran dari 2. Bantu pasien untuk
keputusan skala 2 menjadi menyelesaikan masalah
2. Dampak negative skala 4 dengan cara yang konstruktif
dari stress (mis, 2. Gangguan 3. Gunakan pendekatan yang
gejala fisik, hubungaan keluarga tenang dan memberikan
distress dari skala 2 menjadi jaminan
psikologis, skala 4 4. Bantu pasien mengidentifikasi
perasaan muak) 3. Merasa kurangnya informasi yang dia paling
3. Perasaan tertekan dukungan sosial tertarik untuk didapatkan
4. Stress berlebihan dari skala 2 menjadi 5. Dukung hubungan pasien
skala 4 dengan orang yang memiliki
4. Keterbatasan ketertarikan dan tujuan yang
kognitif dari skala 2 sama
menjadi skala 4 6. Berikan penilaian kemampuan
penyesuaian pasien terhadap
perubahan-perubahan dalam
citra tubuh, sesuai dengan
16

indikasi
7. Sediakan informasi actual
mengenai diagnosis,
penanganan, dan prognosis

4. Konflik Pengambilan NOC : NIC :


Keputusan Setelah dilakukan Konseling (5240)
beruhubungan tindakan keperawatan
dengan pengaruh selama 2x24 jam, 1. Bangun ubungan terapeutik
dalam pengambilan konflik pengambilan yang didasarkan pada rasa
keputusan keputusan dapat saling percaya dan saling
teratasi dengan kriteria menghormati
Batasan karakteristik hasil : 2. Tunjukan empati, kehangatan,
: 1. Mengidentifikasi dan ketulusan
informasi yang 3. Tetapkan lama hubungan
1. Distress dalam relevan konseling
mengambil 2. Mengidentifikasi 4. Tetapkan tujuan-tujuan
keputusan alternative pilihan 5. Sediakan privasi dan berikan
2. Menunda 3. Mengidentifikasi jaminan kerahasiaan
mengambil kemungkinan 6. Bantu pasien untuk
keputusan konsekuensi dari mengidentifikasi masalah atau
3. Bimbang masing-masing situasi yang menyebabkan
mengenai pilihan distress
pilihannya 4. Mengetahui konteks 7. Dukung ekspresi perasaan
4. Mempertanyakan sosial dari klien
aturan moral keinginan yang lain 8. Sediakan informasi factual
ketika membuat yang tepat dan sesuai
keputusan kebutuhan
5. Gangguan Citra NOC : NIC :
Tubuh berhubungan Setelah dilakukan 1. Mengkaji secara verbal dan
dengan penyakit tindakkan keperawatan non verbal respon klien
kanker kandung selama 2x24 jam terhadap tubuhnya
kemih gangguan citra tubuh 2. Memonitor frekuensi
dapat teratasi dengan mengkritik dirinya
kriteria hasil : 3. Jelaskan tentang pengobatan,
1. Body image positif perawatan, kemajuan dan
2. Mampu prognosis penyakit
mengidentifikasi 4. Dorong klien untuk
kekuatan personal mengungkapkan perasaanya
3. Mendeskripsikan 5. Fasilitasi kontak dengan
secara factual individu lain dalam kelompok
perubahan fungsi kecil
tubuh
4. Mempertahankan
interaksi sosial
6. Gangguan Pola Tidur NOC : NIC :
berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Determinasi efek-efek
nyeri paska tindakkan keperawatan medikasi terhadap pola tidur
pembedahan selama 2x24 jam 2. Jelaskan pentingnya tidur yang
gangguan pola tidur adekuat
17

klien dapat teratasi 3. Fasilitasi untuk


dengan kriteria hasil : mempertahankan aktivitas
1. Jumlah jam tidur sebelum tidur (membaca)
dalam batas normal 4. Ciptakan lingkungan yang
6-8 jam/ hari nyaman
2. Pola tidur, kualitas 5. Kolaborasi pemberian obat
dalam batas normal tidur
3. Perasaan segar 6. Diskusikan dengan pasien dan
sesudah tidur atau keluarga tentang teknik tidur
istirahat pasien
4. Mampu 7. Instruksikan untuk memonitor
mengidentifikasika tidur pasien
n hal-hal yang 8. Monitor waktu makan dan
mampu minum dengan waktu tidur
meningkatkan tidur 9. Monitor/ catat kebutuhan tidur
pasien setiap hari dan jam
7. Mual berhubungan NOC: NIC:
dengan programNausea and Vomitting Nausea Management
pengobatan Control
(kemoterapi) Tujuan: 1. Dorong pasien untuk
Setelah dilakukan memantau mual secara sendiri
Batasan tindakan keperawatan 2. Dorong pasien untuk
Karakteristik: selama 2x24 jam mual mempelajari strategi untuk
- Keengganan teratasi dengan kriteria mengelola mual sendiri
terhadap makanan hasil: 3. Lakukan penilaian lengkap
- Sensasi muntah 1. Mengenali awitan mual, termasuk frekuensi,
mual durasi, tingkat keparahan,
- Peningkatan
2. Menjelaskan faktor dengan menggunakan alat-alat
salivasi
penyebab seperti jurnal perawatan, skala
- Rasa asam didalam
3. Penggunaan anti analog visual, skala deskriptif
mulut
emetik duke dan indeks rhodes mual
- Peningkatan
dan muntah (INV) bentuk 2.
menelan 4. Identifikasi pengobatan awal
yang pernah dilakukan
5. Evaluasi dampak mual pada
kualitas hidup.
6. Pastikan bahwa obat
antiemetik yang efektif
diberikan untuk mencegah
mual bila memungkinkan.
7. Identifikasi strategi yang telah
berhasil menghilangkan mual
8. Dorong pasien untuk tidak
mentolerir mual tapi bersikap
tegas dengan penyedia layanan
kesehatan dalam memperoleh
bantuan farmakologis dan
nonfarmakologi
9. Promosikan istirahat yang
cukup dan tidur untuk
18

memfasilitasi bantuan mual


10. Dorong makan sejumlah kecil
makanan yang menarik bagi
orang mual
11. Bantu untuk mencari dan
memberikan suport emosional

Vomitting Management
1. Pastikan obat antiemetik yang
efektif diberikan untuk
mencegah muntah, bila
memungkinkan.
2. Posisikan klien untuk
mencegah aspirasi
3. Pertahankan jalan napas
melalui mulut
4. Berikan dukungan fisik selama
muntah
5. Berikan kenyamanan selama
episode muntah
6. Tunjukkan penerimaan muntah
dan berkolaborasi dengan
orang ketika memilih strategi
pengendalian muntah
7. Bersihkan area yang tekena
muntah setelah episode muntah
sebelum menawarkan lebih
banyak cairan untuk pasien
8. Mulailah cairan yang jelas dan
bebas dari karbonasi
9. Secara bertahap tingkatkan
cairan jika tidak ada muntah
terjadi selama 30 menit
10. Ajarkan penggunaan teknik
non pharmakological untuk
mengelola muntah
11. Kaji emesis untuk warna,
konsistensi, darah, waktu, dan
sejauh mana itu kuat.
12. Ukur atau estimasi volume
emesis.
13. Sarankan membawa kantong
plastik untuk muntah
penahanan.
14. Catat riwayat pengobatan awal
lengkap.
15. Identifikasi faktor-faktor yang
dapat menyebabkan atau
memberikan kontribusi untuk
muntah
19

8. Intoleran Aktivitas NOC : NIC :


berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Kolaborasikan dengan tenaga
imobilitas tindakkan keperawatan rehabilitasi medic dalam
selama 2x24 merencanakan program terapi
jamintoleransi klien yang tepat
dapat teratasi dengan 2. Bantu klien untuk
kriteria hasil : mengidentifikasi aktivitas
1. Berpartisipasi yang mampu dilakukan
dalam aktivitas 3. Bantu untuk memilih aktivitas
fisik tanpa disertai konsisten yang sesuai dengan
dengan kemampuan fisik, psikologi
peningkatantekanan dan social
darah, nadi dan RR 4. Bantu untuk mengidentifikasi
2. Mampu melakukan dan mendapatkan sumber yang
aktivitas sehari-hari diperlukan untuk aktivitas
secara mandiri yang diinginkan
3. Mampu bepindah 5. Bantu untuk mendapatkan alat
dengan atau tanpa bantuan aktivitas seperti kursi
bantuan alat roda, krek
6. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu klien membuat jadwal
latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/ keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motovasi diri
dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emosi,
social, dan spiritual
20

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung
kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun (Nursalam, 2009). Pada
90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten yang tidak disertai nyeri
(Shenoy, 2014). Penatalaksanaannya bisa disesuaikan dengan stadium dari kanker kandung
kemih, jika stadium Tis, Ta, T1 dapat dilakukan dengan reseksi transuretra (TUR) dan untuk
stadium T2-T4 bisa dilakukan sistektomi radikal (Shenoy, 2014).

B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada kanker kandung kemih dapat bertambah. Mohon kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan penulisan yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
21

Brunner &Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Bulechek, dkk. 2013. Nursing Intervention Classification. United Kongdom: Elsevier.

Jiang, Q dan Lizhong C. 2008. Karsinoma Ginjal dalam Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi2.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Keliat, Budi Ana dkk 2015. Nursing Diagnoses : Definition&Clasifications 2015-2017.


Jakarta:EGC

Moorhead,dkk. 2013. Nursing Outcome Classification. United Kingdom: Elsevier.

Nursalam & Batticaca, FB. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Yosef, Herman. 2007. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV. Infomedika

Anda mungkin juga menyukai