Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

CA BULI-BULI

DOSEN PENGAMPUH : Ns. Dirgantari Pademme, S.Kep ., M.Kep

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

SAMUEL E.C. TIJOW 201702077A


SAMSIA KELIAN 201702076A
ARMAWANDI F. LATUBA 201702012A
IRTAN HENDERIKA SIKOWAI 201702042A
RIZKY INDAH WIDIASTUTI 201702073A
FATMA HATIMA 201702030A
HAWANA 201702040A
PAULA T. MAGAWE 201702069A
EFON ULIMPA 2016020A

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SORONG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami naikan kehadirat tuhan yang masa esa, karena berkar kasih karuniannya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa ada halangan dan hambatan suatu
apapun. Dalam makalah yang kami buat ini, membahas mengenai CA BULI-BULI.
Dengan begitu makalah yang kami rangkum dan kami buat ini semoga dapat
mempermudah siapa saja yang membacanya. Dan semoga makalah yang kami buat ini dapat
diterima, apabila ada salah kata yang tertulis dalam makalah ini kami mohon maaf dan
terimah kasih.

Sorong, 10 Juni 2019


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………

Daftar Isi ……..……………………………..


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………
B. Tujuan Penulisan ……………………………………
C. Manfaat Penulisan ……………………………………

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ……………………………………
B. Etiologi .…………………………………...
C. Manifestasi klinis ……………………………………
D. Patofisiologi ……………………………………
E. Pemeriksaan Diagnostik ……………………………………
F. Komplikasi …………………………………...
G. Pengobatan …………………………………...
H. Pencegahan …………………………………...

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian klien …………………………………...
B. Diagnose keperawatan …………………………………...
C. Intervensi keperawata …………………………………...

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan …………………………………...

Daftar Pustaka …………………………………...


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ca buli adalah kanker yang ditandai dengan adanya total hematuria tanpa disertai rasa
nyeri dan bersifat intermiten. Pada karsinoma yang telah mengadakan infiltratif tidak jarang
menunjukkan adanya gejala iritasi dari buli-buli seperti disuria, polakisuria, frekuensi dan
urgensi dan juga biasa dengan keluhan retensi oleh bekuan darah (Purnomo, 2011).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2013, insiden kanker meningkat
dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Sedangkan jumlah
kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker
menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskuler.
Prevalensi penyakit kanker menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar
330.000 orang. Di seluruh dunia Ca buli menempati kedudukan sebesar 3% dari semua tumor
ganas. Ca buli sering terjadi pada dewasa berusia 50 sampai 60 tahun. Kini kanker keempat
paling sering pada laki-laki dan kesepuluh pada perempuan, kanker ini menyerang orang kulit
putih dua kali lebih sering dari pada orang kulit hitam. Ca buli sendiri dapat berbentuk
papiler, tumor non invasif (in situ), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler
dan invasif. Sebagian besar (90%) Ca buli adalah karsinoma sel transisional. Kanker ini
bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel
transisional yaitu di pielum, ureter atau uretra posterior, sedangkan jenis lainnya adalah
karsinoma sel skuamosa (10%) dan adenokarsinoma (2%) (Purnomo, 2011; Black & Hawks,
2014).
Dampak hematuria yang berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena
dapat menimbulkan penyulit berupa terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat
aliran darah, sehingga dapat menimbulkan syok hipovolemik/ anemi dan menimbulkan
urosepsis. Terjadinya penyumbatan atau obstruksi dapat menyebabkan terjadinya refluks
vesiko-ureter atau hedronefrosis. Apabila terjadi infeksi pada buli-buli akan menyebabkan
terjadinya kerusakan pada ginjal yang lama kelamaan mengakibatkan gagal ginjal (Purnomo,
2011).
Pasien yang didiagnosis dengan Ca buli metastasis biasanya diobati dengan
kemoterapi. Efek samping atau komplikasi dari kemoterapi atau BCG intravesika termasuk
iritasi kandung kemih, frekuensi, urgensi dan disuria. Manifestasi ini biasanya selesai dalam
1 atau 2 hari. Terkadang hematuria, demam, malaise, mual, menggigil, nyeri sendi dan gatal-
gatal dilaporkan. Manifestasi ini lebih representatif terhadap reaksi sistemik dan harus segera
dilaporkan (Black & Hawks, 2014).
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Ca buli yang
sedang menjalani kemoterapi adalah sebagai pelaksana, diharapkan klien mendapatkan
kembali kesehatannya melalui proses keperawatan yang dilakukan secara komperhensif dan
sistematis. Peran perawat terhadap penyakit kanker buli-buli dapat juga dilakukan dengan
cara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Terutama peran promotif melalui edukasi
atau memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai Ca buli dan terapi
kemoterapi, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, rasionalisasi, risiko efek samping
dan hasil yang diharapkan dari kemoterapi (Black & Hawks, 2014).
Jika tindakan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dilakukanmaka
kemungkinan angka kejadian penyakit kanker buli-buli dapat berkurang. Untuk itu tujuan
penulis membuat karya tulis ilmiah ini adalah memberikan asuhan keperawatan tentang
penyakit kanker buli-buli dan memberikan informasi terkait penyakit Ca buli.u

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Tn. G
dengan diagnosa medis Ca buli pro kemoterapi Rumah Sakit.

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui konsep penyakit Ca buli meliputi : definisi, faktor risiko, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan penatalaksanaan medis.
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan Ca buli yang meliputi :pengkajian, diagnosa, dan
fokus intervensi.
c. Menggambarkan dan menganalisis asuhan keperawatan pada Tn. Gyang meliputi :
pengkajian, diagnosa, intervensi dan evaluasi.

C. Manfaat Penulisan
1. Institusi pendidikan
Menambah referensi dalam bidang pendidikan, sehingga dapat menyiapkan perawat yang
berkompetensi dan berdedikasi tinggi dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistik,
khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan bedah pada Ca buli.
2. Profesi keperawatan
Mengetahui konsep dan proses keperawatan mengenai Ca buli, sehingga dapat
meminimalisasi terjadinya malpraktek profesi keperawatan.
3. Lahan praktik
Menambah referensi dalam upaya peningkatan pelayanan keperawatankhususnya perawatan
klien pasca pembedahan urologi.
4. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam melakukan penatalaksanaan pada pasien
dengan Ca buli.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Kanker kandung kemih adalah kondisi ketika sel di dalam kandung kemih tumbuh
tidak normal dan tidak terkendali, sehingga membentuk sel kanker. Jika sel kanker terus
tumbuh, sel kanker dapat menyebar ke jaringan di sekitar kandung kemih atau menyebar ke
organ lain yang lebih jauh seperti hati, tulang, dan paru-paru.

Kandung kemih adalah organ yang berfungsi menampung urine sebelum dibuang dari
tubuh. Urine dihasilkan oleh ginjal dan dibawa ke kandung kemih melalui saluran
penghubung yang disebut ureter. Pada saat proses buang air kecil, otot pada kandung kemih
berkontraksi dan mendorong urine keluar melalui saluran yang disebut uretra.
Jenis dan pengobatan kanker kandung kemih ditentukan oleh di sel mana kanker
tumbuh. Berikut ini merupakan jenis dari kanker kandung kemih yang dibedakan berdasarkan
jenis sel tempat kanker tumbuh.
Urothelial carcinoma. Jenis ini adalah yang paling umum pada kanker kandung
kemih. Kanker ini tumbuh pada sel urothelial, yaitu lapisan sel di dalam kandung kemih.
Squamous cell carcinoma. Squamous cell carsinoma atau karsinoma sel skuamosa(KSS)
merupakan jenis kanker kandung kemih yang juga tumbuh di sel urothelialyang berjenis
skuamosa. KSS kandung kemih berhubungan dengan iritasi kandung kemih yang
berkelanjutan, misalnya karena penggunaan kateter urine jangka panjang atau infeksi
kandung kemih
Adenocarcinoma. Jenis kanker ini tumbuh pada sel yang membuat kelenjar penghasil
lendir di kandung kemih. Sel kanker terbentuk setelah kandung kemih sering mengalami
peradangan.

B. Etiologi
Kanker kandung kemih terjadi karena ada perubahan struktur DNA (mutasi) pada sel
di dalam kandung kemih. Mutasi tersebut membuat sel yang ada pada kandung kemih
tumbuh tidak normal dan membentuk sel kanker. Namun, belum diketahui apa yang
menyebabkan sel pada kandung kemih berubah.
Para ahli menduga, perubahan sel pada kandung kemih terkait dengan paparan zat
kimia tertentu, seperti zat karsinogenik pada rokok. Kandung kemih seseorang yang
merokok, akan terpapar zat karsinogenik secara terus menerus. Paparan tersebut bisa memicu
mutasi pada sel kandung kemih, sehingga berisiko menyebabkan kanker kandung kemih.
Penting diketahui, orang yang merokok 4 kali lebih berisiko mengalami kanker kandung
kemih dibanding orang yang tidak merokok.
Selain rokok, kanker kandung kemih juga dicurigai dipicu oleh paparan zat kimia
industri seperti 4-Aminobiphenyl, Benzidine, Xenylamine, O-toluidine, Aniline dyes, dan
2-Naphthylamine yang digunakan pada industri pembuatan kulit, karet, tekstil, dan cat. Zat
kimia lain yang dicurigai dapat memicu tumbuhnya sel kanker kandung kemih adalah
arsenik. Etiologi yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Akan tetapi ada
kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:
1. Para pekerja di pabrik kimia (terutama cat), laboratorium pabrik korek api, tekstil,
pabrik kulit, dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan karsinogen (senyawa
air aromatik 2 naftilamin, bensidin, dan 4 aminobifamil).
2. Perokok aktif karena rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan
nitrosamine
3. Infeksi saluran kemih seperti E. Coli dan proteus spp yang menghasilkan nitrosamine
sebagai zat karsinogen
4. Sering mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat,
serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid melalui intravesika, fenasetin, opium, dan
antituberkulosis INH dalam jangka waktu lama
Selain rokok dan zat kimia industri, faktor risiko lain yang diduga dapat memicu kanker
kandung kemih adalah:
1. Berjenis kelamin pria.
2. Wanita yang mengalami menopauseterlalu awal (di bawah 40 tahun).
3. Pernah menjalani radioterapi daerah panggul atau dekat kandung kemih, misalnya
untuk pengobatan kanker usus.
4. Pernah menjalani kemoterapi dengan obat cisplatin atau cyclophosphamide.
5. Menderita infeksi saluran kemih dan batu kandung kemih menahun.
6. Menggunakan kateter urine jangka panjang.
7. Menderita skistosomiasis yang tidak diobati.
8. Pernah menjalani operasi prostat.
9. Menderita diabetes tipe 2.
10. Terdapat riwayat penyakit kanker dalam keluarga

C. Manifestasi Klinis
1. Kencing campur darah yang intermittent
2. Merasa panas waktu kencing
3. Merasa ingin kencing
4. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing
5. Nyeri suprapubik yang konstan
6. Panas badan dan merasa lemah
7. Nyeri pinggang karena tekanan saraf
8. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
D. Patofisiologi
Usia, Imunitas menurun, danRentan terpapar radikal bebasyang disebabkan oleh
Lifestyle (rokok) & Bahan Karsinogenik (pabrik jaket kulit bagian pewarnaan). Yang
kemudianBersirkulasi dalam darah. Dan Masuk ke ginjal. Terfiltrasi di glomerulus. Yang
mengakibatkan Radikal bebas bergabung dengan urin secara terus-menerus.Setelah itu Masuk
ke kandung kemih.Terjadi Stagnasi radikal bebas. Dan Radikal bebas mengikat elektron
DNA & RNA sel transisional Dengan Berhasil merusak Sel normal melalui Perbaikan DNA
yangGagal setelah itu terjadilah Kerusakan DNAMutasi pada genom sel somaticyang
meyebakan Pengaktifan oonkogen pendorong pertumbuhan,Perubahan gen yang
mengendalikan pertumbuhan, danPeng-non-aktifan gen supresor kankeryang mengakibatkan
Produksi gen regulatorik hilangsebab itu Replikasi DNA >>kemudian Enzim Telomerase
meningkat dan Ca Bladder Menghasilkan Enzim Mitomicin Detox di hati dan Hati bekerja
extra keras atau disebutHepatomegali.Penggunaan energi terfokus pada mitosis
selCa,Penambahan massa bladder mengakibatpeningkatan Tekanan Kandung Kemih, dan
Invasi ke jaringan sekitar.
Akibat peningkatan Tekanan Kandung Kemihterjadilah Reflux ureter & ginjal dan
peningkatan Retensi urin di ginjal. Akibat Penggunaan energi terfokus pada mitosis selCa
maka Vitamin B12, Asam Folat dipakai poliferasi DNA abnormaloo. akibat peningkatan
Tekanan Kandung Kemih juga dapat meyebabkan peningkatan Reflex miksi akibat
FrekuensiDisfungsi ginjalGagal Pola EliminasiEritopoetin qqqq Nutrisi RBC qq Hb qq
Tekana Hidrostatik glomerulus > Tekanan Kapsula Bowman GFR qq BUN ooRisiko
Gangguan Nutrisi < kebutuhanAnemia Konjungtiva pucatTutor 8 A.09 F.Kep UNPADInvasi
ke jaringan sekitarMerusak reseptor regang sensori Ke pembuluh darah sekitar Ruptur
pembulu darah HematuriaLimfogen Terbawa aliran limfaImpuls tidak dihantar ke saraf 2-4
Tidak ada rasa miksi InkontinensiaKe nodus limfa daerah pelvis Sel kanker replikasi terus-
menerus Pembersaran Limfa (Limfadenopati) Penekanan ujung saraf nyeri daerah pelvis
Nyeri Pelvis Gangguan Rasa nyaman (Nyeri)
E. Pemeriksaan Diagnostik
Setelah menanyakan perjalanan gejala pasien dan melakukan pemeriksaan fisik,
termasuk pemeriksaan colok dubur atau colok vagina (bagi wanita) untuk meraba
kemungkinan adanya benjolan, dokter akan menyarankan beberapa pemeriksaan penunjang
untuk mendiagnosis kanker kandung kemih, seperti:
1. Laboratorium
a. Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros
hematuria
b. Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam
urine
2. Tes urine
Urine pasien akan diperiksa agar diketahui kondisi kesehatannya.
3. Pencitraan
Pemeriksaan foto Rontgen saluran kemih dengan zat kontras (BNO-IVP), atau CT
scan saluran kemih (urografi) dapat dilakukan untuk melihat gambaran kandung kemih.
4. Sistoskopi
Prosedur ini memasukkan selang kecil yang dilengkapi kamera untuk melihat kondisi
di dalam kandung kemih.
5. Biopsi 
Dokter akan mengambil sampel jaringan dari kandung kemih untuk dilihat apakah ada
perubahan sel menjadi kanker.
Setelah ditetapkan pasien menderita kanker kandung kemih, dokter juga akan
menetapkan stadiumnya, guna menentukan pengobatan dan kesembuhan pasien. Kanker
kandung kemih dibagi menjadi 5 stadium, dari stadium 0 hingga stadium 4 dengan penjelasan
sebagai berikut:
1) Stadium 0. Kanker belum menyebar melewati lapisan kandung kemih.
2) Stadium I. Kanker telah menyebar melewati lapisan kandung kemih, tapi
belum mencapai lapisan otot di kandung kemih.
3) Stadium II. Kanker telah menyebar hingga lapisan otot di kandung kemih.
4) Stadium III. Kanker telah menyebar ke jaringan di sekitar kandung kemih.
5) Stadium IV. kanker telah menyebar ke organ lain selain kandung kemih.

F. Komplikasi
1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
3. Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi
G. Pengobatan
Pengobatan pada pasien kanker kandung kemih tergantung pada jenis kanker,
stadium, usia, dan kondisi kesehatan pasien secara umum.
1. Transurethral resection of bladder tumor(TURBT)
TURBT adalah prosedur operasi yang umum dilakukan untuk menangani kanker
kandung kemih stadium awal. Prosedur ini memasukkan alat yang disebut resectoscope ke
dalam kandung kemih melalui saluran pembuangan urine (uretra). Resectoscope tersebut
dilengkapi kawat khusus untuk mengangkat sel tumor. Jika jaringan kanker masih ada di
kandung kemih pasien setelah tumor diangkat, dokter akan menggunakan laser untuk
menghancurkan kanker tersebut.
Prosedur ini dilakukan dengan terlebih dulu memberikan obat bius pada pasien, bisa
dengan bius lokal atau bius total. Setelah prosedur TURBT selesai, dokter akan memasukkan
obat kemoterapi ke kandung kemih pasien untuk menghancurkan sel kanker yang tersisa dan
mencegah tumor tumbuh kembali.
2. Sistektomi
Sistektomi adalah operasi untuk mengangkat sebagian atau seluruh kandung kemih.
Pada Sistektomi parsial, dokter hanya mengangkat sebagian kandung kemih yang terdapat sel
kanker. Sistektomi parsial dilakukan jika kanker hanya terdapat pada sebagian kandung
kemih yang bisa dibuang tanpa membahayakan fungsi kandung kemih.
Pada sistektomi radikal, dokter akan mengangkat seluruh kandung kemih, sebagian
dari ureter, dan kelenjar getah bening di sekitarnya. Pada pasien pria, sistektomi radikal
mencakup pengangkatan prostat dan vesikula seminalis, sedangkan pada pasien wanita
melibatkan pengangkatan rahim, indung telur, dan sebagian vagina. Prosedur ini dilakukan
dengan memberi sayatan pada dinding perut bagian bawah. Prosedur sistektomi radikal dapat
mengakibatkan disfungsi ereksi pada pria, serta menopause dini dan infertilitas (kemandulan)
pada wanita. Prosedur sistektomi radikal juga bisa berisiko menimbulkan infeksi dan
perdarahan.
Pada pasien yang menjalani sistektomi radikal, dokter akan membuat kandung kemih
baru dengan mengambil jaringan di usus. Umumnya, kandung kemih baru memungkinkan
pasien untuk buang air kecil secara normal. Pada sejumlah kasus, pasien dengan kandung
kemih baru mengalami kesulitan untuk mengosongkan urine dan mungkin perlu
menggunakan kateter secara berkala untuk membuang semua urine dari kandung kemih baru.
3. Terapi intravesikal
Terapi ini umum diterapkan pada kanker stadium awal. Dokter akan memasukkan
obat langsung ke kandung kemih. Obat yang dimasukkan antara lain:
1) Immunotherapy. 
Dokter akan memancing sel tubuh melawan kanker di kandung kemih dengan
memasukkan bakteri Bacillus Calmette-Guerin (BCG) ke kandung kemih melalui
kateter. Terapi ini bisa dimulai beberapa minggu setelah pasien menjalani TURBT.
2) Kemoterapi intravesikal. 
Prosedur ini dijalankan dengan memasukkan obat-obat untuk melawan sel
kanker di kandung kemih melalui kateter. Kemoterapi juga dapat dilakukan melalui
suntikan pembuluh darah untuk stadium lebih lanjut, ketika sel kanker sudah
menyebar keluar dari kandung kemih.

4. Radioterapi
Pasien mungkin akan menjalani radioterapi 5 hari dalam sepekan untuk beberapa
minggu. Terapi ini biasanya direkomendasikan pada beberapa kondisi, seperti: Kanker
kandung kemih stadium awal.
Pasien dengan kanker kandung kemih stadium awal yang tidak bisa menjalani
prosedur bedah. Terapi lanjutan setelah TURBT atau sistektomi parsial. Sebagai pencegahan
atau pengobatan gejala kanker kandung kemih stadium lanjutan.
H. Pencegahan
Meski tidak ada cara yang terbukti bisa mencegah kanker kandung kemih, namun
faktor risiko penyakit ini bisa dikurangi dengan menjalani gaya hidup sehat seperti:
1. Berhenti merokok. 
Konsultasi pada dokter dan jalani semua metode untuk berhenti merokok, agar
zat karsinogenik tidak semakin menumpuk di dalam tubuh.
2. Hindari paparan kimia. 
Ikuti prosedur keselamatan dan gunakan alat pelindung diri untuk menghindari
paparan zat kimia di lingkungan kerja.
3. Banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayur.
 Kandungan antioksidan pada buah dan sayur bisa mengurangi risiko kanker.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

SOAL KASUS
Seorang pria bernama Tn. G yang berusia 48 tahun, yang datang ke Rumah Sakit
dengan keluhan kencing darah selama 3 Hari yang ini. Tn.Gjuga Merasa ingin kencing pada
malam hari. Sebelumnya Tn.G sudah meminum obat yang dibelinya dari apotek, tapi belum
juga ada perubahannya. Dan pada akhirnya Tn.G memutuskan untuk memeriksakannya ke
Rumah Sakit.

A. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien

Nama : Tn. G
Umur : 62 Th
Jenis Kelamin : Pria
No. Regester : 002
Agama : Kristen
Alamat : KM 9,5
Suku/Bangsa : Serui / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buru Bangunan
Tanggal MRS : 18 april 2019
Diagnosa Medis : CA BULI-BULI
B. Keluhan utama
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten,
merasa panas waktu kencing. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan
pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa
lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis

C. Riwayat penyakit sekarang.


Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas dan factor yang mempengaruhi atau
memperberat keluhan sehingga dibawa ke rumah sakit.
D. Riwayat penyakit dahulu
Yang perlu dikaji pasien pernah menderita penyakit batu buli – buli sebelumnya dan
penyakit yang pernah diderita pasien.
E. Riwayat penyakit keluarga.
Dalam pengkajian ini dalam keluarga ada yang menderita penyakit batu buli – buli
atau tidak, ada penyakit menurun atau menular.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Nafas :
Pada Inspeksi pernapasan berapa kali dalam satu menit, apa ada rektraksi otot – otot
bantu pernapasan, pada Auskultasi adakah suara nafas tambahan ronchi atau wheezing.
2. Darah :
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros
hematuria, Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine.
Pada auskultrasi didapatkan suara S1 dan S2 tungggal, tidak ada murmur.
3. Otak :
a. Tingkat kesadaran biasanya compos mentis
b. Kepala, leher :Pada post operasi batu buli – buli tidak mengalami gangguan
c. Mata :Pada post operasi batu buli – buli tidak mengalami gangguan.
d. Telinga, hidung, mulut dan tenggorokan :Pada post operasi batu buli – buli tidak
mengalami gangguan.
e. Motorik. : Pada pergerakan terjadi pengurangan aktivitas karena sakitnya (nyeri).
f. Sensorik : Pada penglihatan tidak terjadi penurunan tajam penglihatan
4. Kandung Kemih :
Sebelum operasi mengalami gangguan buang air kecil, kadang – kadang hematuri dan
nyeri waktu buang air kecil. Setelah operasi mengalami gangguan miksi spontan karena
terpasang Dower Kateter.
5. Perut :
Biasanya tidak mengalami gangguan buang air besar.
5. Tulang :
Adanya keterbatasan aktivitas akibat nyeri yang timbul dan tidak mengalami
gangguan ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah.

G. Riwayat psikologis.
Dalam hal ini yang perlu dikaji adalah tanggapan pasien mengenai penyakitnya stelah
dilakukan operasi dan bagaimana hubungan pasien dengan orang lain serta semangat dan
keyakinan pasien untuk sembuh.
H. Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bila tumor
sudah besar.
Palpasi, teraba tumor /msasa) suprapubic, pemeriksaan bimanual teraba tumor pada
dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b/d proses inflamasi
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker
ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian,
ekspresi nyeri, kelemahan
3. Perubahan eliminasi urine b/d iritasi ginjal, ureter, kandung kemih, obstruksi mekanik dan
peradangan ditandai dengan retensi urine
4. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal
(vomiting, diare)
5. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
6. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang
berhubungan dengan kanker, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi
lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan
mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat
7. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan atau kulit berhubungan dengan efek
radiasi dan kemoterapi
8. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder
dan sistem imun (efek kemoterapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
9. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, peningkatan
kebutuhan energi (status hipermetabolik)
10. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio
ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga
ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran,
perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik
11. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering
bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti
intruksi/pencegahan komplikasi.

C. Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi b/d proses inflamasi
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C
2. Wajah tidak tampak kemerahan
3. Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut

INTERVENSI
RASIONAL
a. Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alcohol
b. Anjurkan klien untuk menggunakan baju yang tipis.
c. Anjurkan klien untuk minum yang banyak
d. Berikan antiperitik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).
e. Pantau suhu pasien misalnya setiap 2 jam ( derajat dan pola); perhatikan mengigil/
diaforesis
f. Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan klien tempat tidur, sesuai indikasi.
Dapat membantu mengurangi demam. Catatan : Penggunaan air es/alcohol mungkin
menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu, alcohol dapat
mengeringkan kulit.
Pengeluaran panas secara evaporasi
Memperbaiki kehilangan cairan akibat febris dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,
Suhu 38,9o – 41.1oC menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
Suhu ruangan /jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan


syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi
kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan
perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam rasa nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
2. Klien mengatakan nyeri berkurang
3. Klien dapat mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas
yang mungkin.
4. Skala nyeri 3
5. Tanda tanda vital normal (TD : 120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C, RR : 16-24 x/menit,
N : 60-100 x/menit)
6. Wajah pasien tidak meringis atau rileks

INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
· Catat skala nyeri dan tanda-tanda vital
· Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan
musik atau nonton TV
· Anjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira,
dan berikan sentuhan therapeutic
· Berikan analgetik sesuai indikasi
e. Pantau tanda-tanda vital setiap 2 atau 4 jam
· Untuk mengetahui tingkat skala nyeri dan kondisi klien
· Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.
· Untuk mengurangi rasa nyeri
· Untuk mengetahui kondisi klien

3. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter,
obstruksi mekanik dan peradangan ditandai dengan oliguria.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam pola eliminasi klien kembali normal
Kriteria Hasil :
1. Berkemih dengan jumlah normal (1200-1500 ml/hari (dewasa), 300-1500 ml/hari (anak)
dan pola biasanya
2. Tidak mengalami tanda obstruksi (penyumbatan)
3. Input dan output cairan tubuh dalam batas normal

INTERVENSI
RASIONAL
· Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine,
· Dorong peningkatan asupan cairan.
· Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran.
· Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)
· Pertahankan patensi kateter tak menetap (uereteral, uretral atau nefrostomi).
· Berikan obat sesuai indikasi:
Antibiotika
Obat-obatan anti kanker
· Pantau ulang input dan output klien setiap 1 jam sekali
· Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi.
Peningkatan cairan dapat membilas bakteri, darah,
· Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada
SSP.
· Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit menunjukkan disfungsi ginjal
· Mungkin diperlukan untuk membantu kelancaran aliran urine.
· Mungkin diperlukan bila ada ISK
· Untuk mengetahui perubahan yang terjadi dari input dan output klien dan mengetahui
perkembangan kondisi klien

4. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal
(vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam cairan klien terpenuhi
Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda – tanda vital stabil
dan berat badan dalam rentang normal, nadi perifer normal, membran mukosa lembab, dan
turgor kulit baik.
2. Input dan output cairan tubuh dalam batas normal
3. Tanda tanda vital normal (TD : 120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C, RR : 16-24 x/menit,
N : 60-100 x/menit)

INTERVENSI
RASIONAL
· Awasi asupan dan haluaran urine
· Anjurkan intake cairan 7-8 gelas per hari sesuai kebutuhan individu.
· Timbang berat badan setiap hari
· Berikan cairan IV bila diperlukan.
· Berikan therapy antiemetik.
· Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin
· Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.
· Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan ginjal.
· Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
· Untuk mengetahu berat badan klien
· Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
· Mencegah/menghilangkan mual muntah.
· Mengetahui perubahan yang terjadi.
· Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan
suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi.

5. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam membran mukosa oral membaik
Kriteria Hasil :
1. Membran mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi
2. Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
3. Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan rongga
mulut.

INTERVENSI
RASIONAL
· Ajarkan klien tentang metode pemeliharan oral hygine.
· Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam,
hindarkan makanan yang keras.
· Amati dan jelaskan pada klien tentang tanda superinfeksi oral.
· Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi.
· Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, topikal lidocaine, antimikrobial mouthwash
· Kultur lesi oral.
· Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut dan gigi.
· Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada membran mukosa.
· Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.
· Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi.
· Tindakan/terapi yang dapat menghilangkan nyeri, menangani infeksi dalam rongga
mulut/infeksi sistemik.
· Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang tepat.

6. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik


yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan
(anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue,
ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria Hasil :
1. Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda
malnutrisi
2. Klien mengerti terhadap perlunya intake yang adekuat
3. Klien berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya

INTERVENSI
RASIONAL
· Pantau persentase jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan, timbang BB
tiap hari, catat hasil pemerikasaan protein total, albumin, osmolalitas.
· Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang
adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
· Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang
terlalu manis, berlemak dan pedas.
· Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau
keluarga.
· Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin
· Berikan pengobatan sesuai indikasi seperti :
Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
· Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan
infus.
· Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.
· Timbang dan ukur berat badan, serta amati penurunan berat badan.
· Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan
· Kalori merupakan sumber energi.
· Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan
nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.
· Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
· Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan
penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.
· Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status
kesehatan klien.
· Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat
sesuai kebutuhan.
· Memberikan informasi tentang status gizi klien.
· Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.

7. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan atau kulit berhubungan dengan
efek radiasi dan kemoterapi
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam integritas jaringan membaik
Kriteria Hasil :
1. Keadaan luka membaik
2. Terjadi peningkatan penyembuhan luka yang cepat
3. Tidak ada tanda-tanda komplikasi lebih lanjut
INTERVENSI
RASIONAL
· Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker; perhatikan kerusakan /
perlambatan penyembuhan luka.
· Ubah posisi dengan sering
· Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, salep dan bedak kecuali
diizinkan oleh dokter.
· Berikan salep topikal misalnya, sulfadiazin perak (Silvadene ) dengan tepat
· Efek kemerahan dan/atau kulit samak (reaksi radiasi) dapat terjadi dalam area radiasi.
Ulserasi, heilangan rambut, kehilangan dermis, ada reaksi alergi dapat terjadi pada beberapa
agen kemoterapi.
· Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/jaringan yang tidak perlu
· Dapat meningkatkan iritasi/reaksi secara nyata
· Mungkin digunakan untuk mencegah infeksi/memudahkan penyembuhan bila terjadi
luka bakar kimia (ekstravasasi)

8.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan
sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam meminimalkan terjadinya proses
penyebaran infeksi
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi
2. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal
3. Tanda tanda vital normal (TD : 120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C, RR : 16-24 x/menit,
N : 60-100 x/menit)

INTERVENSI
RASIONAL
· Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal
yang sama
· Jaga personal hygine klien dengan baik
· Monitor temperatur
· Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi
· Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur
· Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets
· Berikan antibiotik bila diindikasikan
· Pantau ulang temperatur
· Pantau CBC, WBC, granulosit, platelets
· Mencegah terjadinya infeksi
· Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup
· Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi
· Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi
· Mencegah terjadinya infeksi
· Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi
· Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi
organisme penyebab infeksi
· Untuk mengetahui kondisi mengenai temperatur klien yang terbaru
· Mengetahui sekaligus memantau kondisi klien

9. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, peningkatan


kebutuhan energi (status hipermetabolik)
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam klien tidak mengalami keletihan
Kriteria Hasil :
1. Klien melaporkan adanya perbaikan rasa berenergi
2. Klien dapat melakukan aktivitas yang diinginkan sesuai toleransi atau kemampuan

INTERVENSI
RASIONAL
· Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Libatkan orang terdekat
dalam jadwal perencanaan
· Dorong pasien untuk melakukan apa saja yang mungkin misalnya mandi duduk,
bangun dari kursi, berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan
· Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas misalnya perubahan pada TD atau frekuensi
jantung/pernapasan
· Dorong masukan nutrisi,·Kolaborasi dalam pemberian O2 suplemen sesuai indikasi
· Rujuk pada terapi fisik/okupasi
· Periode istirahat sering diperlukan untuk memperbaiki/menghemat energi.
· Meningkatkan kekuatan/stamina dan kemampuan pasien menjadi lebih aktif tanpa
kelelahan yang berarti
· Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi,
keseimbangan cairan, dan reaksi terhadap aturan terapeutik
· Masukan/penggunaan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energi untuk
aktivitas
· Adanya anemia/hipoksemia menurunkan ketersediaan O2 untuk ambilan selular dan
memperberat keletihan
· Latihan yang terprogram setiap hari dan aktivitas membantu pasien
mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan tonus otot, meningkatkan rasa sejahtera.
Penggunaan alat adaptasi dapat membantu menghemat energi.
10. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio
ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga
ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran,
perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam pasien dapat mendemonstrasikan
hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
2. Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
3. Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.

INTERVENSI
RASIONAL
· Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
· Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri
informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
· Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam
pengobatan.
· Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
· Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
· Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
· Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.
· Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.
· Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
· Dapat menurunkan kecemasan klien.
· Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.
· Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi
dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
· Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
· Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
· Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.
· h. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk
penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.

11. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan


dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering
bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti
intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam klien dan keluarga paham tentang
penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan
siap.
2. Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur
tersebut.
3. Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo-
batan.
4. Bekerjasama dengan pemberi informasi.

INTERVENSI
RASIONAL
· Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan
informasi yang tidak diperlukan.
· Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan,
therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
· Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi tentang
penyakitnya.
· Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
· Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan
adanya eritema, ulcerasi.
· Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.
· Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
· Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien
tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker.
· Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
· Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.
· Mengetahui sampai sejauh mana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit
klien.
· Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
· Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta
masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.
· Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
· Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
· Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta
kesalahan pengertian.
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Bedasarkan teori yang tertulis bahwa,Kanker kandung kemih adalah kondisi ketika sel
di dalam kandung kemih tumbuh tidak normal dan tidak terkendali, sehingga membentuk
sel kanker.

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Ca buli yang
sedang menjalani kemoterapi adalah sebagai pelaksana, diharapkan klien mendapatkan
kembali kesehatannya melalui proses keperawatan yang dilakukan secara komperhensif dan
sistematis.
DAFTAR PUSTAKA

Basuki. 2012. Dasar-dasar urologi. Malang : Sagung Seto


Smeltzer. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Nursalam, 2009. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai