Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH DIETETIK 2

PENATALAKSANAAN DIET KANKER

DISUSUN OLEH :

ANISA ISHAK (K211 16 703)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahasa Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Penatalaksanaan Diet
Kanker. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas perkuliahan, yaitu sebagai
tugas terstruktur mata kuliah Dietetik 2 Tahun Akademik 2017/2018 di Program
Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

Penulis harapkan semoga makalah ini dapat memberikan suatu manfaat bagi
kita semua dan memiliki nilai ilmu pengetahuan.

Segala sesuatu di dunia ini tiada yang sempurna, begitu pula dengan
makalah ini. Saran dan kritik sangatlah penulis harapkan demi kesempurnan
makalah berikutnya.

Makassar, 10 Oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kanker ....................................................................................... 3
B. Prevalensi Kanker ....................................................................................... 4
C. Faktor Penyebab Kanker ...............................................................................
D. Hubungan Makanan dan Minuman dengan Kanker .....................................
E. Senyawa Karsinogenik Pada Makanan .........................................................
F. Manajemen ...................................................................................................
G. Skrining Gizi .................................................................................................
H. NCP (Nutrition Care Process) ......................................................................
I. Diagnosis Gizi ..............................................................................................
J. Monitoring-Evaluasi .....................................................................................
K. Peran Gizi Pada Penyakit Kanker .................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di


seluruh dunia, dan jumlah kasus baru diperkirakan akan meningkat secara
signifikan selama dekade-dekade berikutnya (Arends et al., 2017). Hal ini
sejalan dengan pernyataan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada
Kabinet Indonesia Bersatu, Siti Fadilah Supari (2005), menyatakan bahwa
kanker telah menjadi ancaman serius bagi masyarakat Indonesia. Begitu pula
dalam sambutannya ketika membuka Temu Ilmiah Dokter Bedah Onkologi
Indonesia ke-1 (1st International Scientific Meeting di Indonesia Society of
Surgical Oncologyst/ISSO), beliau menyatakan bahwa jumlah pasien kanker
di Indonesia mencapai 6% dari 200 juta lebih penduduk Indonesia (Media
Indonesia, 2005). Bahkan telah diperkirakan bahwa menjelang permulaan
abad ke-21, peta penyakit di Indonesia akan mendekati peta penyakit di
negara maju dimana penyakit kanker berada pada urutan ketiga penyebab
terjadinya kematian setelah penyakit kardiovaskuler dan kecelakaan
(Tambunan, 1995 dalam Lumungga 2009).
Di Amerika Serikat, lebih dari 450.000 orang meninggal dunia setiap
tahun karena penyakit kanker. Sekitar 70-90% dari penyakit kanker tersebut
berkaitan dengan lingkungan dan gaya hidup (life style). Kurang Iebih 30%
dari kematian tersebut karena rokok. Faktor-faktor keturunan (genetik),
radiasi, polusi dan eksposur lainnya memberikan kontribusi 45.000-90.000
kematian. Dari seluruh penyakit kanker yang disebabkan faktor lingkungan,
sekitar 40-60% berhubungan dengan faktor gizi. Dalam tahun 1984, 22% dari
seluruh kematian di Amerika Serikat, disebabkan karena kanker. Dan 965.000
kasus baru yang didiagnosis menderita kanker, 483.000 di antaranya
meninggal dunia. Diperkirakan 60-70% kanker disebabkan karena faktor
lingkungan, terutama makanan dan rokok (Sudiman, 1991).
Oleh karena sangat pesatnya pertambahan penderita kanker, sangat
penting bagi masyarakat untuk menghindari penyakit kanker dengan
mengetahui faktor-faktor penyebab kanker dan melakukan tindakan
pencegahan agar kanker tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya dengan
salah satu caranya yaitu melakukan terapi diet kanker.

B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian kanker ?
2. Berapa prevalensi kanker ?
3. Apakah faktor penyebab kanker ?
4. Bagaimana hubungan makanan dan minuman dengan kanker ?
5. Apa saja senyawa karsinogenik pada makanan ?
6. Bagaimana manajemen diet pada pasien kanker?
7. Bagaimana skrining gizi pada pasien kanker ?
8. Bagaimana proses NCP (Nutrition Care Process) pada pasien kanker?
9. Bagaimana diagnosis gizi pada pasien kanker ?
10. Bagaimana monitoring dan evaluasi pada pasien kanker ?
11. Bagaimana peran gizi pada penyakit kanker ?

C. Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui :
1. Pengertian kanker
2. Prevalensi kanker
3. Faktor penyebab kanker
4. Hubungan makanan dan minuman dengan kanker
5. Senyawa karsinogenik pada makanan
6. Manajemen diet pada pasien kanker
7. Skrining gizi pada pasien kanker
8. NCP (Nutrition Care Process) pada pasien kanker
9. Diagnosis gizi pada pasien kanker
10. Monitoring dan evaluasi pada pasien kanker
11. Peran gizi pada penyakit kanker
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kanker

Kanker merupakan suatu proses perubahan pada pertumbuhan sel dan


regulasi sel yang tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas
normal), menyerang jaringan biologis di dekatnya, bermigrasi ke jaringan
tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau system limfatik sehingga disebut
metastasis (Ari Wijayanti, 2017).
Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan pembentukan
populasi sel yang terlepas dari regulasi pertumbuhan yang normal, replikasi,
dan diferensiasi, dan yang menginvasi jaringan sekitar atau jauh. Kanker
berkembang ketika sebuah klon sel abnormal mendapatkan kemampuan
untuk melepaskan diri dari regulasi itu. Pada dasarnya penyakit kanker
disebabkan oleh fungsi sel abnormal dan abnormalities ini merupakan akibat
dari mutasi yaitu perubahan struktur nukleotid DNA, paling sering dialami
selama hidup (mutasi somatic). Namun demikian, pada beberapa kasus yang
langka tetapi penting, seperti poliposis familial koli, abnormalitis dapat
diwariskan (mutasi germline) (Wiseman, 2016).

B. Prevalensi Kanker

Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok


penyakit tidak menular (Non-communicable diseases atau NCD). NCD
merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Dari 57 juta kematian pada
tahun 2008, 63% (36 juta kematian) disebabkan oleh NCD, terutama oleh
karena penyakit kardiovaskuler (17 juta kematian), kanker (7,6 juta
kematian), penyakit paru kronis (4,2 juta kematian) dan diabetes (1,3 juta
kematian). Sekitar seperempat dari jumlah kematian akibat NCD di dunia
terjadi pada usia sebelum 60 tahun. Angka kematian akibat NCD lebih tinggi
dibandingkan dengan jumlah seluruh kematian karena penyebab lainnya.
Berbeda dengan pendapat secara umum, 80% kematian akibat NCD justru
terdapat di negara-negara dengan berpendapatan rendah-menengah. NCD
merupakan penyebab kematian tertinggi di sebagian besar negara-negara di
Amerika, Mediterania Timur, Eropa, Asia Tenggara dan Pasifik Barat (WHO,
2010).
Kematian akibat NCD diproyeksikan meningkat 15% secara global
antara tahun 2010 dan 2020, hingga mencapai 44 juta kematian. Peningkatan
tertinggi (diperkirakan sebesar 20%) akan terjadi di negara-negara Afrika,
Asia Tenggara dan Mediterania Timur. Akan tetapi negara-negara yang
diperkirakan mempunyai jumlah angka kematian tertinggi pada tahun 2020
adalah Asia Tenggara (10,4 juta kematian) dan Pasifik Barat (12,3 juta
kematian) (WHO, 2010).
Seperti halnya pada NCD, sebagian besar kejadian dan kematian akibat
kanker juga terdapat pada negara-negara kurang-sedang berkembang. Secara
umum, 53% dari jumlah total kasus kanker baru dan 60% dari jumlah
kematian akibat kanker terdapat di negara-negara kurang-sedang
berkembang. Pada laki-laki, kanker prostat merupakan penyakit kanker
terbanyak di negara-negara maju (643.000 kasus, 20,2% dari total kasus
kanker baru), akan tetapi hanya 5,6% (197.000 kasus) di negara kurang
berkembang. Sedangkan kanker paru (530.000 kasus atau 15.3%), merupakan
penyakit kanker yang terbanyak di negara-negara kurang-sedang
berkembang. Pada wanita, jenis kanker yang terbanyak adalah kanker
payudara, yaitu diperkirakan sebesar 715.000 kasus baru di negara maju dan
577.000 di negara kurang-sedang berkembang (IARC, 2008).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
didapatkan prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000
penduduk. Angka prevalensi kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan
adalah kanker payudara dan kanker leher rahim, sedangkan pada laki-laki
adalah kanker paru dan kanker kolorektal (Ari Wijayanti, 2017).

C. Faktor Penyebab Kanker


Karsinogenesis adalah beberapa tahapan biologis proses perkembangan
dari sel normal hingga mengalami transformasi menjadi sel kanker. Tahapan
tersebut yaitu, inisiasi, promosi, dan progresi. Tahap inisiasi ketika terjadi
transformasi sel sebagai akibat dari interaksi sel tubuh dengan zat yang
bersifat karsinogenik, yaitu zat-zat kimia, radiasi, atau virus (ilmu gizi).
Berdasarkan banyak riset didapatkan beberapa factor resiko kanker,
diantaranya adalah factor usia, perilaku hidup, pola makan, serta keturunan.
Beberapa kelompok faktor yang sudah ditetapkan dan diketahui dapat
meningkatkan resiko terjadinya penyakit kanker karena meningkatkan
kemungkinan mutasi dalam DNA yang turut menyebabkan ciri disregulasi sel
kanker. Beberapa faktor dapat secara langsung merusak DNA seperti virus
tertentu atau zat kimia karsinogen, dan yang lain dapat mengawali replikasi
sehingga meningkatkan kesempatan faktor lain untuk beroperasi, seperti
faktor pertumbuhan atau infalamsi. Faktor gizi dapat bekerja secara langsung,
baik melalui satu atau lebih dari mekanisme tersebut ataupun melalui
interaksi dengan mekanisme tersebut.

Tabel 1.1 Hubungan antara faktor gizi dan lokasi kanker yang sering
ditemukan
Penyebab yang Faktor gizi Faktor gizi yang Faktor gizi yang
Lokasi Kanker diketahui yang meningkatkan masih diselidiki
menurunkan resiko
resiko
Kandung kemih Merokok
tembakau
Payudara Laktasi ↓↓ Alkohol ↑↑
(pramenopause) Obesitas ↓ Pertumbuhan
yang lebih besar
di awal
kehidupan ↑
Payudara Laktasi ↓↓ Alkohol ↑↑
(pascamenopaus Aktivitas fisik Pertumbuhan
e) ↓ yang lebih besar
di awal
kehidupan ↑↑
Obesitas ↑↑
Obesitas pusat ↑
Penambahan
BB orang
dewasa ↑
Serviks Human Folat ↓
papiloma virus
Kolorektum Aktivitas fisik Daging olahan Vitamin D ↓
↓↓ dan daging Ikan dan unggas ↓
Makanan merah
yang Obesitas ↑↑
mengandung Pertumbuhan
polisakarida yang lebih besar
bukan pati di awal
(serat kehidupan↑↑
makanan) ↓ Alcohol ↑
Makanan (wanita), ↑↑
tinggi Ca ↓ (pria)
Bawang putih

Endometrium Aktivitas fisik Obesitas ↑↑


↓ Obesitas sentral

Kandung Batu empedu Obesitas ↑


empedu
Ginjal Merokok Obesitas ↑↑
sigaret
Hati Hepatitis dan Aflatoksin ↑↑
sirosis (viral, Alkohol ↑
alkoholik)
Paru Merokok, Buah-buahan Suplemen ß-
radon ↓ karoten dosis
tinggi ↑↑
Arsen ↑↑
Mulut, laring, Merokok Buah-buahan
dan faring dan sayur- Alcohol ↑↑
mayur ↓
Nasofaring Virus Epstein - Ikan asin ala
Barr Contonese
Osefagus Merokok Buah-buahan Obesitas
Tembakau dan sayur- (adenokarsinom
mayur ↓ a) ↑↑
Alcohol ↑↑
Minuman panas
(maté)
Ovarium Pertumbuhan
yang lebih besar
di awal
kehidupan↑
Pankreas Merokok Makanan Obesitas ↑ Aktivitas fisik ↓
Tembakau yang Obesitas sentral
mengandung ↑
folat ↓ Pertumbuhan
yang lebih besar
di awal
kehidupan↑
Prostat Makanan Makanan tinggi Vitamin E ↓
yang Ca ↑ Vitamin D ↓
mengandung
selenium ↓
Lambung Buah-buahan Asupan tinggi
dan sayur- garam ↑
mayur ↓
Kulit Radiasi Arsenic ↑
ionisasi
Keterangan : ↑↑, faktor gizi penyebab yang secara meyakinkan meningkatkan resiko; ↑,
faktor gizi penyebab yang kemungkinan meningkatkan resiko; ↓↓, faktor gizi penyebab
yang secara meyakinkan menurunkan resiko; ↓, faktor gizi penyebab yang kemungkinan
menurunkan resiko (Wiseman, 2016).

D. Hubungan Makanan dan Minuman dengan Kanker


1. Sayur-mayur dan buah-buahan
Kategori yang luas ini mencakup beragam makanan nabati yang dapat
mempengaruhi resiko kanker. Berdasarkan ilmu tumbuh-tumbuhan tidak
terdapat perbedaan yang jelas antara kategori buah (bagian tanaman yang
menghasilkan biji) dan sayur-mayur (deskripsi makanan yang
berhubungan dengan cara memasukkan makanan itu sebagai bagian dari
diet). Meskipun dalam kelompok tersebut terdapat kesamaan komposisi,
beragam sayur-mayur dan buah-buahan dapat mempunyai komposisi yang
sangat berbeda dalam hubungannya dengan mikronutrien atau non nutrien.
Komponen sayur-mayur dan buah-buahan yang relevan dengan
peranannya dalam mempengaruhi resiko kanker sebagai berikut :
a. Polisakarida bukan pati/serat makanan dapat difermentasi oleh flora
kolon untuk menghasilkan senyawa butirat (senyawa yang
mempertahankan diferensiasi normal sel-sel kolon).
b. Vitamin C dan E serta karotenoid dapat bertindak sebagai antioksidan
untuk mencegah oksidasi dan mungkin kerusakan DNA, lipid, serta
protein lainnya.
c. Glukosinolat yang ditemukan dalam sayur-mayur brasika
d. Flavonoid yang meliputi fitoestrogen dari kacang kedelei dan kacang
polong lainnya terdiri dari beberapa antioksidan dan secara potensial
memiliki khasiat anti estrogen
e. Folat yang merupakan unsur penting untuk metabolisme DNA yang
normal dan pengaturan ekspresi gen
f. Senyawa sulfur dari spesies Alium (bawang merah, bawang putih) yang
mealui ekperimen memperlihatkan potensi antikanker tetapi bukti yang
kuat pada manusia kurang terdapat.
2. Daging, ikan, unggas, dan susu
Asupan yang tinggi pada prosuk hewani ini yang menjadi ciri khas pada
Negara dengan pendapatan yang tinggi, berhubungan dengan penyakit
kanker tertentu. Komponen makanan yang berhubungan dengan produk
hewani dan relevan dengan peranannya pada penyakit kanker meliputi :
a. Zat besi yang berlimpah dalam daging dan produk daging sebagai heme
dan berada dalam bentuk yang lebih mudah diasimilasi daripada dalam
bentuk non-organik dalam sayur-mayur.
b. Kalsium pada dasarnya ditemukan dalam susu dan produk susu di
negara barat dengan pendapatan yang tinggi, tetapi di banyak bagian
dunia, kalsium bukan merupakan bagian utama makanan.
c. Vitamin D terutama ditemukan dalam produk hewani tetapi juga berasal
dari pembentukan endogen dalam kulit.
d. Lemak total dapat berasal dari sumber hewani maupun nabati, tetapi
sumber lemak yang lebih menonjol di negara dengan pendapatan yang
tinggi adalah produk hewani.
e. Asam lemak dapat memberikan akibat yang khusus pada penyebab
kanker.
3. Makanan pokok yang mengandung pati
Faktor yang berhubungan dengan makanan berpati dan relevan dengan
setiap dampak penyakit kanker meliputi polosakarida bukan pati. Jenis
karbohidrat nonglisemik ini telah lama dikaitkan sebagai faktor protektif
terhadap kanker kolorektal. Bukti epidemiologi yang baik menunjukkan
bahwa asupan serat makanan yang tinggi berhubungan dengan risiko
kanker kolorektal yang rendah. Baik polisakarida pati resisten maupun
bukan pati tidak di cerna dalam usus halus dan menjadi substrat bagi flora
kolon yang akan memfermentasi KH yang tidak tercerna atau serat pangan
tersebut untuk melepaskan asam-asam lemak rantai pendek termasuk asam
butirat.
4. Selenium
Sumber makanan yang kaya akan selenium meliputi kacang-kacangan
(khususnya kacang Brasil), shellfish (makanan laut yang bercangkang
seprti kerang, udang, kepiting) dan daging. Selenium merupakan kofaktor
sejumlah enzim termasuk enzim glutation peroksidase, merupakan
antioksidan yang utama.
5. Garam
Penyebab utama kanker lambung yang sduah disepakati berupa H. pylori.
Asupan garam yang tinggi kelihatan berinteraksi dengan kondisi ini untuk
memengaruhi risiko kanker tersebut.
6. Alkohol
Alkohol dikelompokkan sebagai karsinogen oleh WHO International
Agency for Research on Cancer. Konsumsi alkohol yang tinggi
meningkatkan risiko kanker mulut, laring, dan faring karena alcohol
bekerja secara sinergis dengan kebiasaan merokok (Wiseman, 2016).

E. Senyawa Karsinogenik Pada Makanan

Diseluruh dunia, kontaminasi makanan dan minuman tetap merupakan


masalah yang serius. Kadar arsen yang tinggi di dalam air minum, seperti di
Bangladesh dan kontaminasi aflatoksin pada biji-bijian seperti di Cina dan
Afrika, menjadi kontaminan utama yang sudah diketahui dan berkaitan
dengan penyakit kanker.

1. Salah satu molekul kimia karsinogenik yang terdapat pada makanan


panggang adalah Hidrokarbon Aromatik Polisiklik (HAP). Molekul HAP
adalah molekul kimia yang tersusun atas dua atau lebih cincin aromatik.
Pemanasan bahan organik pada suhu tinggi, misalnya pemangggangan,
diketahui dapat menyebabkan terbentuknya senyawa hidrokarbon aromatik
polisiklik melalui reaksi pemecahan bahan organik menjadi fragmen yang
sederhana (pirolisis) dan pembentukan senyawa aromatik dari fragmen
tersebut (pirosintetik) (Morret dkk., 1999; Cano-Lerida dkk., 2008)
(Marliana and Liong).
2. Aflatoksin merupakan toksin dan karsinogen yang berasal dari infestasi
jamur pada biji-bijian (grain) yang di simpan dalam kondisi hangat dan
lembab yang khas di daerah sub tropis Asia.
3. Menggoreng KH berpati dengan sushu yang tinggi akan menghasilkan
akrilamida dengan jumlah yang signifikan.

F. Manajemen
Beberapa tindakan atau terapi yang ditetapkan pada pasien kanker
perbedaannya terletak pada jenis tindakan, yaitu tergolong kepada
manajemen/asuhan medis atau asuhan gizi. Dengan mencegah malnutrisi
diharapkan dapat mencegah angka infeksi, komplikasi, meningkatkan respon
kemoterapi/radioterapi yang dapat berdampak pada penekanan biaya,
peningkatan performa dan mengurangi hambatan sosial.

Tabel 1.2 Manajemen Asuhan Medis dan Asuhan Gizi Pasien Kanker
Asuhan Medis Asuhan Gizi
Bedah Mencegah/mengoreksi defisiensi zat
Radiasi gizi
Kemoterapi Mengurangi penurunan BB
Bioterapi Memaksimalkan asupan per oral
Hematopoeietic Cell Transplant Enteral nutrition
(HCT) Parenteal nutrition
(Ari Wijayanti, 2017).

Sebagai contoh pasien yang diberikan Diet Ketogenik (KD)


berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Schmidt, dkk (2011) melakukan
studi percontohan untuk menyelidiki kelayakan KD dan pengaruhnya
terhadap kualitas hidup pasien dengan tumor metastasis tingkat lanjut.
Pasien tumor menunjukkan peningkatan kebutuhan perifer akan asam
lemak dan protein. Sebaliknya, tumor memanfaatkan glukosa sebagai sumber
utama pasokan energi mereka. Dengan demikian, makanan yang memasok
pasien kanker dengan cukup lemak dan protein untuk tuntutannya sambil
membatasi tumor karbohidrat (CHO) berkembang, bisa menjadi strategi yang
membantu dalam memperbaiki situasi pasien.

Enam belas pasien dengan tumor metastasis tingkat lanjut


diinstruksikan untuk mengikuti KD (kurang dari 70 g CHO per hari) dengan
bahan makanan normal dan diberi aditif makanan tambahan untuk
mencampur protein/lemak goyang untuk menyederhanakan periode intervensi
3 bulan. Kualitas hidup [dinilai oleh EORTC QLQ-C30 (versi 2)], parameter
serum dan parameter kesehatan umum ditentukan pada awal, setelah setiap
dua minggu masa tindak lanjut. Efek perubahan diet pada metabolisme
dipantau setiap hari dengan mengukur keton-keton.

Seorang pasien tidak mentolerir makanan dan keluar dalam waktu 3


hari. Di antara mereka yang mentolerir makanan, dua pasien meninggal lebih
awal, satu berhenti setelah 2 minggu karena alasan pribadi, mereka merasa
tidak mampu mengikuti diet setelah 4 minggu, satu berhenti setelah 6 dan dua
berhenti setelah 7 dan 8 minggu. Karena perkembangan penyakit ini,
seseorang harus berhenti setelah 6 minggu untuk melanjutkan kemoterapi dan
lima menyelesaikan periode intervensi 3 bulan. Lima pasien yang
melanjutkan kemoterapi setelah 6 minggu melaporkan fungsi emosional yang
meningkat dan kurang insomnia, sementara beberapa parameter kualitas
hidup lainnya tetap stabil atau memburuk, menggambarkan penyakit mereka
yang secara lanjut. Kecuali sembelit sementara dan kelelahan, tidak
menemukan efek samping yang parah, terutama tidak ada perubahan
kolesterol atau lipid darah.

Data percontohan ini menunjukkan bahwa KD cocok untuk pasien


kanker lanjut sekalipun. KD tidak memiliki efek samping yang parah dan
dapat memperbaiki aspek kualitas parameter kehidupan dan darah pada
beberapa pasien dengan tumor metastasis tingkat lanjut (Schmidt et al., 2011).

G. Skrining Gizi
Sesuai dengan Arends (2016) setiap pasien kanker perlu dilakukan
skrining gizi, dengan tujuan untuk menapis pasien berdasarkan risiko
malnutrisi. Metode skrining gizi harus bersifat interdisiplin dilakukan di awal
rawat, dievaluasi ulang, dan di monitor selama masa perawatan dan masa
pemulihan. Metode yang dapat digunakan adalah Malnutrition Screening
Tools (MST).
Berdasarkan hasil MST didapatkan beberapa kategori risiko malnutrisi
dan anjuran tindak lanjut seperti pada bagan di bawah ini :
Alur Penatalaksanaan Risiko Malnutrisi (Sumber: Ferguson et al, 1999)

Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Sedang


MST= 0-1 MST= 2-3 MST= 2-3
Asupan baik dan Asupan kurang ada Asupan kurang ada
tidak ada penurunan BB penurunan BB
penurunan BB

Skrining Ulang Dianjurkan Dukungan Dianjurkan Dukungan


setelah 7 hari rawat atau Terapi Gizi Terapi Gizi
1 minggu kemudian Rujuk ke Dietisien dalam Rujuk ke Dietisien dalam
waktu 48-72 jam waktu 24 jam

Konsul Dietisien/ Asesmen Gizi

Risiko/Diagnosis Malnutrisi

(Ari Wijayanti, 2017).

H. NCP (Nutrition Care Proses)


Menurut AND (2013) pengkajian gizi secara mendalam diperlukan
untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan mengidentifikasi
masalah gizi. Berikut beberapa hal yang perlu dikaji lebih mendalam pada
pasien kanker :
1. Data antropometri: BB, TB dan LILA
2. Data laboratorium terkait gizi: Albumin serum, prealbumin, transferin, C-
reactive protein (CRP), dan lain-lain sesuai kebutuhan
3. Pemeriksaan fisik/klinis: Mual, muntah, diare, mukositis, perubahan indera
perasa, xerostamia, anoreksia, konstipasi, begah, nyeri abdomen.
4. Data terkait gizi dan makanan: selera makan, pola makan, asupan makanan
per oral, jangka waktu penurunan asupan makanan, akses makanan,
pengetahuan tentang gizi dan makanan, dan penggunaan suplemen
(vitamin dan mineral)
5. Data standar pembanding: kebutuhan gizi (estimasi/perhitungan,
pengukuran), referensi nilai normal uji laboratorium dan sebagainya.
Berikut beberapa metode estimasi/perhitungan kebutuhan gizi :
a. Kebutuhan energy
Menurut Mifflin-St Jeor (1990) :
 Laki-laki : REE= 10W+6,25H-5A+5
 Perempuan : REE= 10W+6,25H-5A-161
REE = Resting Energy Expenditure (kkal/hari);W = Berat Badan (kg);
H = Height (cm); A = Usia (tahun)
Menurut ASPEN (2007) dan ADA (2006)
Berdasarkan kondisi EN atau PN
b. Kebutuhan protein
Menurut Russell dan Malone (2009), dalam menentukan kebutuhan
protein perlu mempertimbangkan tingkat malnutrisi, kondisi penyakit,
tingkat stress, kemampuan metabolism, dan penggunaan protein.
Berikut kebutuhan protein pada kondisi :
 HCT : 1,5-2,0 g/kg BBA/hr
 Stress berat : 1,5-2,5 g/kg BBA/hr
Berdasarkan consensus pedoman pemberian Enteral Nutrition (ESPEN,
2006) dan Parenteral Nutrition (ESPEN, 2009) :
 Minimum : 1 g/kg BB/hari
 Target : 1,2-2 g/kg BB/hari
c. Kebutuhan cairan
Kebutuhan cairan yang direkomendasikan untuk dewasa 30-35 mL/kg
BB/hari (Hurst dan Gallagher, 2006) atau 1 mL/1 kkal kebutuhan
individu (Russell dan Malone, 2009).
d. Kebutuhan vitamin dan mineral
Berdasarkan MCR (2007), para ahli menganjurkan setiap orang
(termasuk pasien kanker) untuk tidak mengkonsusmsi suplemen sebagai
pencegahan. Karena terbukti bahwa konsumsi vitamin dosis tinggi
berefek pada perkembangan sel kanker. Suplemen cenderung tidak
sesuai dengan AKG, sehingga dianjurkan setiap hari mengkonsumsi
sumber vitamin-mineral dan antioksidan alami dari makanan yang
beragam warnanya, buah-buahan dan sayur-sayuran, dan gandum utuh
(Grant et al, 2010) (Ari Wijayanti, 2017).

I. Diagnosis Gizi
Menurut AND (2012), diagnosis gizi adalah mengidentifikasi masalah
gizi yang dapat diselesaikan dan atau ditingkatkan dengan intervensi gizi.
Ada 2 fungsi intervensi gizi :
1. Perencanaan: tujuan yang jelas, target spesifik, terukur, memungkinkan
untuk dicapai, danbersifat individual, untuk mengontrol/meminimalkan
sign/symptomps, atau efek samping terapi medis terhadap status gizi
pasien.
2. Implementasi: perskripsi diet (modifikasi komposisi zat gizi, bentuk,
frekuensi, dan jalur pemberian makanan).
Beberapa terminologi intervensi yang dapat diterapkan pada pasien
kanker menurut AND (2013) :
1. Pemberian diet/makanan/zat gizi
2. Edukasi gizi
3. Konseling gizi
4. Koordinasi asuhan gizi (Ari Wijayanti, 2017).

J. Monitoring-Evaluasi
Menurut Grant dan Hamilton (2012), professional di bidang dietetik
perlu memperhatikan dan mengukur target asuhan gizi pasien dengan cara
melakukan monitoring dan evaluasi, yaitu :
1. Menentukan dan menetapkan target outcome maupun perubahan untuk di
monitor, di ukur, dan di evaluasi
2. Mendokumentasikan data tersebut
Selain target outcome terkait asupan makanan, juga diperlukan aktivitas
fisik yang cukup bagi pasien kanker. Aktifitas fisik sangat bermanfaat untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, perlu dikaji, perencanaan dan
pengawasan oleh tenaga professional (Ari Wijayanti, 2017).

K. Peran Zat Gizi pada Penyakit Kanker


a) Efek Nutrisi yang dapat menunjang terjadinya Kanker
Salah satu zat gizi yang berkaitan dengan penyebab terjadinya
kanker adalah Lemak. Konsumsi lemak yang berlebih dapat meningkatkan
risiko terjadinya kanker. Hal ini disebabkan lemak bersifat Cancer
Promoting. Adanya lemak dalam tubuh membuat zat yang bersifat
karsinogenik, zat yang membentuk terjadinya kanker, berkembang.
Beberapa cara zat gizi lemak menjadi penunjangtimbulnya kanker,
diantaranya adalah :
a. Sebagai penyebab: tubuh mengeluarkan hormon tertentu secara
berlebihan, diantaranya sekresi horman esterogen yang berlebih
menunjang tumbuhnya kanker payudara.
b. Sebagai penyebab: sekresi cairan empedu yang berlebih menuju usus
yang selanjutnya oleh mikroorganisme di kolon di ubah menjadi zat
karsinogenik.
Asam lemak Poliunsaturated (PUFA) yang mengalami proses
hidrogenasi akan membentuk asam lemak Trans (Trans - fatty acid) yang
cenderung menunjang timbulnya kanker danmerangsang pembentukan
kolesterol.
Konsumsi alkohol dan merokok secaraberlebihan dapat
menimbulkan kanker di daerahkepala dan leher. Konsumsi alkohol
berlebihandapat menyebabkan kanker mulut, kanker tenggorokan, dan
kanker hati (Kusumawardani, N. 1996).
b) Efek Pengobatan Kanker Terhadap Masukan Zat gizi
Pengobatan yang dilakukan pada penderita kanker umumnya adalah
melalui terapi radiasi, operasi,dan kemoterapi. Pengobatan tersebut
mempunyai efek menghambat masukan zat-zat gizi yang penting bagi
tubuh. Pada pasien kanker dalam kurun waktu tertentu akan mengalami
penurunan status gizi atau akan mengalami Cachexia, yang mana pasien
menjadi sangat kurus, lemah,dan kurang gizi.
Pengobatan dengan radiasi pada pasien kanker dapat menimbulkan
berbagai efek pada saluran pencernaan. Bagian kepala, leher, thorax,
esophagus, dan abdomen yang terkena radiasi dapat menimbulkan
berbagai gangguan pada saluran pencernaan, seperti mulut kering, radang
tenggorokan, kerusakan gigi, dan gusi, serta gangguan indra perasa dan
penciuman. Radiasi pada thorax dapat menimbulkan dysphagia (gangguan
menelan), dan bila di daerah abdomen dapat menyebabkan terjadinya
malabsorbsi zat-zat gizi, gastritis, nausea, vomiting, diare, yang
selanjutnya dapat merusak bagian lain di saluran pencernaan..
Pengobatan kanker dengan kemoterapi, efeknya tidak hanya
berdampak pada tubuh yang terkena kanker saja tetapi dapat
mempengaruhi kondisi tubuh secara keseluruhan. Sel-sel tubuh yang
semula normal dapat menjadi rusak. Apabila kerusakan telah mencapai
saluran gastrointestinal maka akan terjadi diare, konstipasi, dan
malabsorbsi. Meskipun demikian efek pada saluran gastrointestinal ini
hanya berlangsung sementara. Setelah beberapa hari akan tumbuh sel-sel
baru dan selanjutnya fungsi saluran gastrointestinalpun dapat normal
kembali.
Pengobatan kanker dengan operasi dilakukan untuk menghilangkan
tumor atau meringankan gangguan yang menyertainya. Masalah gizi yang
mungkin timbul bergantung dari bagian tubuh mana yang dioperasi dan
prosedur operasi pengangkatan tumor yang dilakukan. Agar dapat
memenuhi kebutuhan gizi secara optimal maka diet yang diberikan harus
selalu dimodifikasi sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien (Stump,
E.S. 1992 ).
c) Penanganan Nutrisi Terhadap Efek Samping Terapi Pengobatan Pasien
Kanker
1. Gigi yang tanggal, pasien di lebih sensitif terhadap temperatur yang
ekstrim (terlalu panas atau dingin), dan rasa manis. Makanan
sebaiknya dalam kondisi hangat (suhu ruang).
2. Xerotomia, mulut kering karena atrofi membran mukus, menyebabkan
kesulitan dalam menelan dan mengunyah dapat menggunakan
pengganti kelenjar ludah, lip balm, permen rendah kalori, saus/gravie.
Meningkatkan intake cairan, makanan yang halus dan berkuah (soup,
semur, dll). Makanan dihidangkan semenarik mungkin, dengan
potongan yang lebih kecil, dapat dibantu dengan diberi sedikit minum
dalam setiap suapan.
3. Untuk pasien yang mengalami masalah gigi hindari gula, makanan
yang manis, diberi sodium flouride 3x sehari. Diperlukan perawatan
disekitar mulut setiap hari.
4. Saliva yang kental dapat memperburuk keadaan karies. Sebaiknya
tidak terlalu sering diberi roti dan makanan berminyak. Makanan
diberikan dalam bentuk halus.
5. Pada pasien kanker dengan gangguan pada mulut dan tenggorokan
(stomatitis, mucoaitis, esophagitis) yang disebabkan oleh local
bleeding, akan sering mengalami rasa sakit pada saluran pencernaan
bagian atas. Makanan yang diberikan sebaiknya dalam bentuk, tekstur,
dan konsistensi yang sesuai dengan kondisi pasien yaitu dapat
diberikan makanan saring dengan bumbu tidak merangsang dan tajam.
Sebelum makan, mulut pasien harus dalam keadaan bersih (bilas
dengan air dan NaHCO3). Hindari makanan yang asam dan asin.
Cairan atau minuman diberikan secara teratur dengan bantuan
sedotan, baik makanan dingin ataupun hangat. Makanan diberikan
dalam porsi kecil.
6. Dysgeusia (Mouth Blindness), yaitu penolakan terhadap makanan.
Makanan sebaiknya dihidangkan dengan penampilan, warna, dan
aroma yang semenarik mungkin. Makanan dengan rasa agak asam
atau segar. (contoh : Lemonade/sari buah lemon) dapat membantu
pasien menstimulasi indra perasa. Hidangkan makanan dengan rasa
yang enak, makanan yang disukai umumnya adalah sayuran segar,
makanan ringan, buah olive/zaitun, acar, dan daging yang dihidangkan
bersama saus.
7. Anoreksia, umumnya umumnya terjadi karena adanya depresi,
perubahan fungsi panca indra yang disebabkan oleh tumor. Makanan
diberikan dalam porsi kecil dan sering, diupayakan menghidangkan
makanan yang segar, makanan kesukaannya dan menciptakan suasana
makan senyaman mungkin bagi pasien.
8. Pada pasien yang disertai diare, intake serat kasar dibatasi. Laktose
intolerance dapat terjadi akibat terapi radiasi dan obat. Kurangi
makanan yang berlemak, tingkatkan intake cairan dan kalium,
makanan dihidangkan dalam suhu ruang atau dingin.
9. Pada pasien yang disertai konstipasi diberikan makanan tinggi serat
dan cairan. Meningkatkan konsumsi sayuran, buah-buahan, susu, dan
biji-bijian.
10. Makanan dengan temperatur dingin dapat lebih diterima dibandingkan
dengan makanan yang panas. Dapat diberikan minuman dingin,
makanan berkuah bening, es krim, gelatin, buah semangka, melon,
anggur, ketimun, ataupun kecang asin.
11. Rasa kesepian atau kesendirian dapat mempengaruhi nafsu makan
pasien. Waktu makan sebaiknya selalu bersama-sama atau ditemani.
12. Pada pasien yang mengalami malabsorbsi, dapat diberikan makanan
parenteral sesuai dengan kondisi pasien.
13. Pada pasien dengan kondisi anemia, sebaiknya diberi diet seimbang
dengan protein bernilai biologi tinggi, cukup vitamin B kompleks,
besi, dan vitamin C.
14. Pasien dengan kondisi rasa cepat kenyang sebaiknya diberi minuman
yang berkalori, makanan porsi kecil dan sering.
15. Pada pasien dengan kemoterapi, hindari pemberian makan dan
minuman 2 jam setelah terapi untuk mencegah mual, muntah,
keracunan pada jantung, ginjal, dan paru-paru.
16. Pada pasien dengan radiasi enteritis dapat terjadi diare bila secara
langsung sebelum atau sesudah terapi diberi makan dan minum
(Pemberton, C.M. 1989).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Kanker merupakan suatu proses perubahan pada pertumbuhan sel dan
regulasi sel yang tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas
normal), menyerang jaringan biologis di dekatnya, bermigrasi ke jaringan
tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau system limfatik sehingga
disebut metastasis.
2. Faktor penyebab kanker: umur, tembakau, sinar matahari, zat-zat kimia,
infeksi virus dan bakteri diet, kegemukan/kurang gerak, alkohol, hormon
dan riwayat keluarga.
3. Beberapa tindakan atau terapi yang ditetapkan pada pasien kanker
perbedaannya terletak pada jenis tindakan, yaitu tergolong kepada
manajemen/asuhan medis atau asuhan gizi. Dengan mencegah malnutrisi
diharapkan dapat mencegah angka infeksi, komplikasi, meningkatkan
respon kemoterapi/radioterapi yang dapat berdampak pada penekanan
biaya, peningkatan performa dan mengurangi hambatan sosial.

B. Saran
Setelah memaparkan makalah tentang kanker ini kami berharap pembaca
dapat mengantisipasi kanker dengan mengubah pola hidup yang kurang baik
dan mengubah menjadi pola hidup yang lebih baik lagi serta meperhatikan
pola konsumsi makanan.
DAFTAR PUSTAKA

Arends, J., Bachmann, P., Baracos, V., Barthelemy, N., Bertz, H., Bozzetti, F.,
Fearon, K., Hütterer, E., Isenring, E. & Kaasa, S. 2017. ESPEN guidelines
on nutrition in cancer patients. Clinical Nutrition, 36, 11-48.

Lumungga. 2009. Dukungan Sosial pada Pasien Kanker, Perlukah?. USU Press.
Medan.

Sudiman, H. 1991. Faktor Gizi Pada Penyakit Kanker. http://www.kalbe.co.id/


Diakses tanggal 09 Oktober 2017.

Ari Wijayanti, D., MPH, RD 2017. Penatalaksanaan Diet Kanker. In: PROF. DR.
HARDIANSYAH, M., I DEWA NYOMAN SUPARIASA,MPS (ed.) Ilmu
Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC.

Wiseman, M. 2016. Gizi dan Kanker. In: JIM MANN, A. C. (ed.) Buku Ajar Ilmu
Gizi. 4 ed. Jakarta: EGC.
WHO. 2010. World Cancer Report .WHO Press: France

IARC .2008. Current status and future directions of breast and cervical cancer
prevention and early detection in Belarus.WHO Press: France.

Marliana, N. L. N. & Liong, S. PENGARUH PROSES PENGOLAHAN


TERHADAP KANDUNGAN SENYAWA BENZO (a) PIREN DALAM
DAGING IKAN BAKAR.

Schmidt, M., Pfetzer, N., Schwab, M., Strauss, I. & Kämmerer, U. 2011. Effects
of a ketogenic diet on the quality of life in 16 patients with advanced
cancer: A pilot trial. Nutrition & metabolism, 8, 54.

Stump Eacot, S.1992.Nutrition and Diagnosis. Lea and Febiger : USA.

Pemberton, C.M. 1988. Mayo Clinical Diet Manual A Handbook of Dietary


Practice. Decker Inc : USA.
Arends, J., Bachmann, P., Baracos, V., Barthelemy, N., Bertz, H., Bozzetti, F.,
Fearon, K., Hütterer, E., Isenring, E. & Kaasa, S. 2017. ESPEN guidelines
on nutrition in cancer patients. Clinical Nutrition, 36, 11-48.
Ari Wijayanti, D., MPH, RD 2017. Penatalaksanaan Diet Kanker. In: PROF. DR.
HARDIANSYAH, M., I DEWA NYOMAN SUPARIASA,MPS (ed.) Ilmu
Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC.
Marliana, N. L. N. & Liong, S. PENGARUH PROSES PENGOLAHAN
TERHADAP KANDUNGAN SENYAWA BENZO (a) PIREN DALAM
DAGING IKAN BAKAR.
Schmidt, M., Pfetzer, N., Schwab, M., Strauss, I. & Kämmerer, U. 2011. Effects
of a ketogenic diet on the quality of life in 16 patients with advanced
cancer: A pilot trial. Nutrition & metabolism, 8, 54.
Wiseman, M. 2016. Gizi dan Kanker. In: JIM MANN, A. C. (ed.) Buku Ajar Ilmu
Gizi. 4 ed. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai