Anda di halaman 1dari 25

Prof. Dr.

Elly Wahyudin, DEA


1. Faktor penentu pada normalisasi
fungsi kardiovaskuler
2. Aksi farmakologik obat vasoaktif
3. Aksi farmakologik obat vasoprotektif
4. Indikasi klinik obat vasoprotektif
berdasarkan pertimbangan efek
samping & interaksi obat
 Mekanisme neuronal melalui sistem saraf
sentral & otonom, terutama saraf simpatis
 Komponen otoregulasi perifer (regulasi volume
plasma dan tekanan darah oleh ginjal)
 Mekanisme humoral melalui komponen
endogen yg terdapat pada endotel vaskuler (NO,
Prostaglandin, Prostasiklin); sistem RAS
(korteks adrenal); sistem hormon (insulin dan
ADH)
 Keseimbangan elektrolit terutama pada kadar
ion kalsium, kalium, dan natrium dalam darah
1. Obat-obat Vasoaktif
2. Obat Kardio/vasoprotektor
Secara umum terdiri dari golongan obat yang
mempengaruhi aktivitas saraf simpatik:
1. Stimulator pelepasan noradrenalin

2. Stimulator pelepasan endotelin

3. Sarafotoksin S6c

Kegunaan klinis obat vasoaktif:


1. Hipotensi

2. Gagal jantung
3. Syok (kardiogenik)

4. Penyakit vaskuler perifer; Reynaud


Secara umum terdiri dari golongan obat yang
digunakan untuk terapi gangguna
kardiovaskuler, antara lain golongan:
1. Diuretik

2. Penghambat reseptor adrenergik-b dan -a


perifer
3. Agonis-a sentral

4. ACEi

5. Antagonis angiotensin
6. Vasodilator
7. Antagonis adrenergik perifer
 Efek diuresis  volume plasma & sekuncup
jantung menurun  cardiac output menurun 
tekanan darah menurun

 Diuretik yg sering digunakan untuk ggn


kardiovaskuler:
1. Golongan thiazid : khlortalidon, hidrokhlortiazid
(HCT), indapamid
2. Loop diuretik : bumetanid (bumex), furosemid
(lasix), torsemid
3. Diuretik hemat Kalium : amilorid, spironolacton,
triamteren
4. Inhibitor karbonik anhidrase : acetazolamid
 Aktivasi simpatetik pada otot jantung menimbulkan efek:
1. Inotropik positif
2. Kronotropik positif
3. Otomatisitas kardiak meningkat oleh peningkatan ion
kalsium intrasel
4. Repolarisasi dan restorasi fungsi  depolarisasi jantung
5. Reduksi efisiensi kardiak, konsumsi oksigen yang
meningkat dibandingkan dengan kerja jantung

 Efek ini menyebabkan penggunaan adrenalin dan


dobutamin untuk ggn syok menjadi terbatas, karena dpt
terjadi efek samping aktivasi simpatik yaitu infark
miokard.
 Aksi farmakologik:
1. Inotropik negatif
2. Kronotropik negatif

 Dengan demikian dapat digunakan untuk


terapi hipertensi dan menurunkan morbiditas
dan mortalitas penderita infark miokard.
 Carvedilol dan Metoprolol terbukti dapat
menurunkan mortalitas penderita gagal
jantung yang sedang mendapatkan terapi
digoksin, diuretik, dan ACEi.
 Berdasarkan ciri farmakodinamiknya terdiri
dari:
1. Golongan kardioselektif – memiliki afinitas
lebih besar terhadap reseptor b1 dibandingkan
dengan reseptor b2 (bisoprolol, metoprolol,
atenolol)
2. Golongan yg memiliki intrinsic
sympathomimetic activity (ISA) – agonis
parsial, dan terbukti tidak memiliki efek
kardioprotektif sehingga jarang/tidak
digunakan lagi (acebutolol, carteolol)
3. Golongan yg memiliki efek stabilisasi
membran (propanolol)
 Biasanya digunakan untuk gangguan vaskuler
seperti hipertensi, relatif tidak menimbulkan
efek takikardia namun dapat menembus sawar
darah otak sehingga terjadi efek samping
sentral seperti rasa lelah, mimpi, pingsan,
hipotensi ortostatik dan depresi.
 Indikasi klinis adalah apabila digunakan pada
penderita hipertrofi prostat benigna karena efek
memperlancar urinasi oleh relaksasi kapsul
prostat.
 Prazosin, Terazosin, Doxazosin
 Menstimulasi reseptor-a2 di otak sehingga
terjadi reduksi aliran simpatis dari pusat
vasomotor dan peningkatan tonus vagal;
menyebabkan:
1. Penurunan aktivitas simpatik bersamaan
dengan peningkatan aktivitas parasimpatik 
laju jantung menurun
2. Curah jantung sedikit menurun
3. Tahanan perifer total menurun
4. Reduksi aktivitas renin plasma
5. Refleks baroreseptor berkurang (blunted)
 Klonidin, Guanfasin, Metildopa
 Mekanisme aksi:
1. Inhibisi pelepasan norepinefrin setelah stimulasi
saraf simpatik  penurunan colume curah
jantung & tahanan perifer  penurunan TD
2. Hambatan refleks vasokonstriksi  hipotensi
postural
3. Efek samping meliputi impotensi, diare,
peningkatan bobot badan
 Apabila digunakan dalam jangka waktu lama dan
bersamaan dengan antidepresan trisiklik dan
simpatomimetik  hipertensi berat, sehingga
jarang digunakan.
 Reserpin
 Aksi langsung – memiliki efek relaksasi
pada otot polos vaskuler:
1. Antagonis kalsium
2. Aktivator kalium
3. Hidralazin
4. Minoksidil
 Aksi tak langsung:
1. ACE inhibitor
2. Antagonis reseptor angiotensin II (ARA)
3. Diuretik
 Memblok saluran ion kalsium sehingga
menyebabkan inhibisi influks ion kalsium ke dalam
sel, sehingga terjadi efek vasodilatasi.
 Aksi farmakologik juga berefek pada otot polos, otot
jantung, otot rangka, dan serebral.
 Golongan dapat dibagi atas:
1. Dihidropiridin : nifedipin, amlodipin, nicardipin
2. Fenilalkilamin : Verapamil
3. Benzodiazepin : Diltiazem
 Kegunaan klinis adalah pada terapi hipertensi,
profilaksis angina pectoris, fenomena Raynaud,
preventif aritmia supraventrikuler.
 Memiliki aksi antagonis terhadap ATP
intrasel otot jantung  saluran ion
kalium terbuka  hiperpolarisasi 
relaksasi otot polos vaskuler
 Kromokalim, Lemakalim, Nikorandil
 Tujuan terapi gagal jantung:
1. Meningkatkan efek natriuresis 
mengatasi udem pulmonari
2. Inhibisi RAS
3. Normalisasi beban kerja jantung
4. Relaksasi otot polos vaskuler
5. Inotropik positi
 Tujuan terapi:
1. Memperbaiki aliran darah koroner  suplai oksigen
meningkat
2. Menurunkan kerja jantung  kebutuhan oksigen
menurun
 Senyawa nitrat organik : nitrogliserin, gliseril trinitrat,
amil nitrit, isosorbid dinitrat, isosorbid mononitrat,
nikorandil. Bekerja dengan menyerupai aksi vasodilator
NO endogen:
1. Mereduksi konsumsi oksigen dgn menurunkan preload
dan afterload
2. Redistribusi aliran koroner melalui kolateral ke area
yang mengalami iskemia
3. Menghilangkan spasme koroner
 “Any preventable event that may cause or
lead to inappropiate medication use or
patient harm while the medication is in the
control of the healthcare professional,
patient, or consumer. Such events may be
related to professional practice, healthcare
products, procedures, and systems,
including prescribing; order
communication; product labeling,
packaging; and nomenclature;
compounding; dispensing; distribution;
administration; education; monitoring; and
use.”
National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention
(NCCMERP)
1. Wrong Drug
2. Wrong Dose
3. Wrong Route
4. Wrong Time
5. Wrong Patient

Legal Medicine, 7th Ed. American College of Legal Medicine, Elsevier.


C ORDERING T
O R
M A
M N
DISPENSING
U S
N C
I R
C ADMINISTERI I
NG P
A
T T
I I
MONITORIN O
O
G
N N

Legal Medicine, 7th Ed. American College of Legal Medicine, Elsevier.


1. Kurang pengetahuan tentang obat
2. Kurang informasi mengenai pasien
3. Pelanggaran peraturan
4. Kecerobohan/lupa
5. Kesalahan peresepan
6. Kesalahan identifikasi obat
7. Kesalahan interaksi
8. Kesalahan dosis
9. Kesalahan administrasi obat
10. Monitoring tidak adekuat
11. Ketersediaan obat
12. Kesalahan penyiapan obat
13. Kurangnya standarisasi
Karakteristik Prototipe
Low therapeutic index Digoksin, antikoagulan
Efek samping berat Steroid, kemoterapi
Toksisitas obat yg sama pd kelas NSAIDs, ACEIs
obat
Narkotik Morfin & narkotik lainnya
Obat-obat baru Temofloxacin
Penggunaan obat “off-label” Fenitoin
Interaksi farmakokinetik SSRIs
Obat dijual bebas Obat2 bebas

Anda mungkin juga menyukai