Anda di halaman 1dari 50

Oleh:

Sarah Nurulaini S. (4151161558)


Ajeng Ayu Gandasari (4151161542)

Pembimbing:
Lukmana Lokarjana, dr., Sp.B-KBD, FInaCS
Definisi
Suatu keganasan yang tumbuh di dalam
struktur saluran usus besar
Introduksi
• Ca colon merupakan keganasan paling banyak
pada traktus gastrointestinal
• Insidensi meningkat seiring bertambahnya usia
• ♂ > ♀ (♂: ♀ = 3:2)
• Tanda dan gejala bergantung pada:
1. Lokasi tumor
2. Ukuran tumor
3. Ada/tidaknya metastasis
• 20% kasus datang sebagai kasus emergensi
karena obstruksi intestinal akut
Anatomi (1)
• Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan
panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari
sekum sampai kanalis ani
• Diameter usus besar > usus kecil. Rata-rata ±2,5 inchi (±6,5
cm), tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil
• Usus besar dibagi menjadi:
– Sekum
– Kolon
• Kolon ascendens
• Kolon transversum
• Kolon descendens
• Sigmoid.
– Rektum
Saunders. 2010. Fieldman: Sleisenger and Fordtran’s Gastrointestinal and Liver Disease 9th ed. Elsevier
Anatomi (2)
• Vaskularisasi
– Sekum, kolon ascendens, dan bagian kanan kolon
transversum  cabang a. mesenterika superior
(a.ileokolika, a. kolika dextra & a. kolika media)
– Kolon transversum bagian kiri, kolon desendens, kolon
sigmoid, dan sebagian besar rektum  a. mesenterika
inferior (a.kolika sinistra, a.sigmoid & a. hemoroidalis
superior)
– Kolon asenden dan kolon transversum  v.
mesenterika superior
– Kolon desenden, sigmoid, dan rektum  v.
mesenterika inferior.
Anatomi (3)
• Lymphatic Drainage
– Nodus limfatikus epicolic, paracolic, intermediate,
dan principal
• Inervasi
– Simpatik via ganglion mesenteruka superior dan
inferior
– Parasimpatik via n. vagus dan pelvic nerves
– Colonic motility oleh ANS
Histologi
Fisiologi
• Menyerap air, vitamin, dan elektrolit
• Ekskresi mukus
• Adanya bakteri komensal, degradasi bilirubin,
produksi vitamin K
• Penyimpanan feses dan mendorongnya keluar
Epidemiologi (1)

Indonesia urutan ke-10


(2,75%) setelah kanker lain
(leher rahim, payudara,
kelenjar getah bening, kulit,
nasofaring, ovarium, jaringan
lunak, dan tiroid)

Kejadian kanker terbanyak ke-3 di dunia Sander MA. 2008. Profil Penderita Kanker Kolon
dan Rektum di RSUP Hasan Sadikin Bandung
Poston G. Tait D. 2011. Colorectal Cancer: Diagnosis and
Management of Colorectal Cancer. Dalam NICE Clinical
Guidelines. National Institute for Health and Clinical
Excellence. Manchester

10
Epidemiologi (2)
Distribusi kanker pada usus besar

Poston G. Tait D. 2011. Colorectal Cancer: Diagnosis and Management of Colorectal Cancer. Dalam NICE Clinical Guidelines. National
Institute for Health and Clinical Excellence. Manchester
Faktor Risiko
• Familial Adenomatous Polyposis (FAP)
• Hereditary nonpolyposis colon cancer (Lynch syndrome I & Lynch
syndrome II)
• Riwayat keluarga dengan carsinoma colorectal
– 1 orang 1st degree relatives
– > 1 orang dari keluarga
– Keluarga yang didiagnosis ca colorectal <45 tahun
• Usia > 50 tahun
• Inflammatory Bowel Disease (Ulcerative Colitis & Crohn Disease)
• Diet yang buruk (konsumsi daging merah ↑, konsumsi lemak ↑,
and konsumsi serat ↓)
• Konsumsi alkohol dan merokok
• Ureterosigmoidostomy (100-500x meningkatkan risiko)
Patogenesis (1)
Underwood JCE. 2007 (A) sel epitel tunggal yang bertransformasi menjadi sel tumor karena proses
karsinogenik. (B) sel abnormal mengalami ploriferasi untuk memproduksi kumpulan sel. (C)
proliferasi lebih lanjut membentuk tumor jinak, suatu polip non-invasif yang menonjol keluar dari
permukaan mukosa. (D) sel mengalami transformasi lebih lanjut karena perubahan genetik, lesi
berubah menjadi ganas (karsinoma). (E,F) lesi ganas yang sudah terbentuk menginvasi pembuluh
darah dan kelenjar limfe,
14
Tahapan Terbentuknya Sel Neoplastik Minimal dibutuhkan
3 perubahan genetik:
• ekspresi
telomerase
• inaktivasi gen
supresor tumor
• ekspresi onkogen

Underwood JCE. 2007. Celuler and Moleculer Event in Carcinogenesis. Dalam General and Sistemic Pathology Fourth Edition. USA:
Elsevier 15
• Well-differentiated
Histologi • Moderately well
(Cappel MS.
2005) differentiated
• Poorly differentiated

•A
Dukes •B
Klasifikasi (Sjamsuhidajat-
dJong, 2010))
•C
•D

TNM system •T
(American
Cancer Society. •N
2013)
•M

www.cancerresearchuk.org

16
Klasifikasi berdasarkan TNM
T Tx

Tis
Tidak bisa mendiskripsikan seberapa jauh tumor primer tumbuh karena
informasi yang tidak lengkap
Kanker insitu, tumbuh hanya sebatas mukosa tapi tidak mencapai
Klasifikasi
muskularis mukosa
T1 Kanker tumbuh sampai lapisan submukosa
T2 Kanker tumbuh sampai lapisan muskularis propia
T3 Kanker tumbuh sedalam lapisan muskularis propia dan lapisan paling luar
dari kolon dan rektum tapi tidak seluruhnya
Klasifikasi berdasarkan Dukes :
T4 T4a  kanker tumbuh sampai lapisan serosa (biasanya disebut visceral
Dukes A : terbatas di dinding usus
peritoneum), lapisan paling luar pada usus
Dukes B : menembus lapisan muskularis
T4b  kanker tumbuh sedalam dinding kolon dan rektum dan dekat atau
mukosa
menginvasi jaringan/organ terdekat
Dukes C : metastasis kelenjar limfe
N Nx Tidak bisa mendeskripsikan kelenjar limfe karena informasi yang kurang
C1 : beberapa kelenjar limfe dekat
lengkap
N0 Tidak ditemukan kanker pada kelenjar limfe terdekat
tumor primer
N1 N1 ditemukan sel kanker pada 1-3 kelejar limfe terdekat
C2 : dalam kelenjar limfe jauh
1a  ditemukan 1 kelenjar limfe terdekat
Dukes D : metastasis jauh
1b  ditemukan 2-3 kelenjar limfe terdekat
Riwanto I. Hamami AH. Pieter J. Tjambolang T. Ahmadsyah I.
1c  ditemukan deposit sel kanker dalam jumlah kecil pada lemak sekitar
2010. Bab 37 Usus Halus, Apendiks, Kolon dan Anorektum.
kelenjar limfe Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat – de Jong Edisi 3.
N2 N2  ditemukan sel kanker pada 4 atau lebih kelenjar limfe terdekat Jakarta: EGC
2a  ditemukan 4-6 kelenjar limfe terdekat
2b  ditemukan 7 atau lebih kelenjar limfe terdekat

M M0 Tidak ada metastasis jauh


M1 M1a  metastasis jauh pada 1 organ atau kelompok kelenjar limfe jauh
M1b  metastasis jauh lebih dari 1 organ atau kelompok kelenjar limfe
jauh, atau menyebar pada daerah yang jauh dari peritonium

17
Tanda dan Gejala
• Gejala umumnya tidak ada (asimptomatis)
sampai late stage
• Pasien biasanya datang dengan keluhan:
– Nyeri perut
– Keluar darah dari anus
– Perubahan dalam BAB
– Penurunan BB
– Massa di perut
Tanda dan Gejala
Berdasarkan Lokasi Massa
Kolon Dextra kolon Sinistra
Gejala Jarang terjadi stenosis & >> Stenosis dan obstruksi karena
obstruksi karena feses feses sudah padat
masih cair
• Penurunan BB • Konstipasi
• Lemah badan • BAB terpecah-pecah
• Perdarahan • BAB berdarah warna merah terang
• Nyeri kolik
• Diare pada obstruksi parsial
Tanda Defisiensi zat besi Obstruksi usus besar
Anemia
Pucat
Spoon nail
Glossitis
Cheilitis
Tanda dan Gejala Lain
• Invasi lokal
– Gejala tractus urinarius
– Gejala tractus genitalia wanita
• Metastasis
– Hepar (nyeri perut kanan atas, ikterik)
– Paru-paru (batuk)
– Tulang (anemia leukoeritroblastik)
Diagnosis
• Anamnesis: Riwayat • Lainnya:
lengkap penyakit – FOBT
• Pemeriksaan fisik – Stool cytology
• Pemeriksaan rutin – CEA
(observasi) – IHC markers
• Confirmatory biopsy – Molecular markers
– CXR oncogenes
– Barium enema – DNA flow cytometry
– Colonoscopy
– USG – Immunoscintigraphy
– CECT abdomen- pelvis – Screening investigations
– Virtual colonoscopy
– MRI
– PET
• Gold standard:
Colonoscopy + Biopsy
Pemeriksaan Penunjang (1)
Fecal Occult Blood Stool DNA (sDNA)
Test (FOBT) test Lab Darah

• guaiac-based • Mendeteksi • Darah Lengkap


(gFOBT) adanya mutasi gen • Tes fungsi hepar
• immunochemical • Jika (+) disarankan • Tumor marker 
tests (iFOBT) untuk colonoscopy CEA, CA 19-9
• Jika (+) disarankan
untuk colonoscopy

Konsentrasi CEA dalam


darah
(Underwood JCE. 2007)
Pemeriksaan Penunjang (2)
• CEA (Carsinoembryonic Antigen)
– Sensitivitas sedang, spesifisitas buruk
– Normal: <2.5ng/ml. Meningkat: >5ng/ml
– Nilai yang sangat tinggi pada stadium lanjutPemeriksaan
preop harus dilakukan untuk:
• Menentukan prognosis kanker
• Menentukan tingkat dasar untuk perbandingan dg postop
– Nilai ↑ preop: prognosis buruk
– Nilai ↑ preop: prognosis buruk
– Nilai N/↑ postop: gagal normalisasi pascaoperasi =
incomplete resection
– Nilai bertahan dan meningkat progresif setelah normalisasi
pascaoperasi: rekuren
Pemeriksaan Penunjang (2)
• Barium enema
Filling defect dengan destruksi pola mukosa
dalam konfigurasi yang anular (apple core sign)
Pemeriksaan Penunjang (3)
• Diagnostic Colonoscopy
– Golden standard untuk mendeteksi Ca Colon, dengan
pemeriksaan biopsi
– Metode screening yang direkomendasikan pada
pasien usia > 50 tahun dengan risiko sedang Ca Colon
– Sensitivitas tinggi, dapat mendeteksi polip ukuran
besar (>1 cm), dengan persentasi miss sekitar 6%
– Sensitivitas sedang untuk mendeteksi polip ukuran
kecil (<0,6 cm), dengan persentasi miss sekitar 27%
– Ca Colon jarang miss dikarenakan ukurannya yang
besar dibandingkan adenoma
A typical tubular adenoma in the colon Exophitic colon cancer
Pemeriksaan Penunjang (4)
• CT-Scan
– Dapat digunakan untuk menentukan staging TNM
– Membantu mendeteksi metastasis jauh
Screening

Leddin D. Hunt R. Champion M. Cockeram A. 2004. Canadian Association of Gastroenterology and The Canadian
Digestive Health Foundation: Guidelines on Colon Cancer Screening. Dalam Can J Gastroenterology Vol 18 No 2
February 2004. Pulsus Group Inc
Leddin D. Hunt R. Champion M. Cockeram A. 2004. Canadian Association of Gastroenterology and The Canadian
30Can J Gastroenterology Vol 18 No 2
Digestive Health Foundation: Guidelines on Colon Cancer Screening. Dalam
February 2004. Pulsus Group Inc
Penatalaksanaan
COL-1

COL-2

31
COL-3

Benson AB. Arnoletti JP. Chan E. Chen YJ. 2012. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology Colon Cancer
Version 2.2012. National Comprehensive Cancer Network
COL-4

COL-5

33
COL-6

Benson AB. Arnoletti JP. Chan E. Chen YJ. 2012. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology Colon Cancer
Version 2.2012. National Comprehensive Cancer Network
COL-7

Benson AB. Arnoletti JP. Chan E. Chen YJ. 2012. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology Colon Cancer
Version 2.2012. National Comprehensive Cancer Network
COL-8

COL-9

36
COL-10

Benson AB. Arnoletti JP. Chan E. Chen YJ. 2012. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology Colon Cancer
Version 2.2012. National Comprehensive Cancer Network
COL-11

Benson AB. Arnoletti JP. Chan E. Chen YJ. 2012. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology Colon Cancer
Version 2.2012. National Comprehensive Cancer Network
COL-C
COL-C
COL-C

Benson AB. Arnoletti JP. Chan E. Chen YJ. 2012. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology Colon Cancer
Version 2.2012. National Comprehensive Cancer Network
COL-C

Benson AB. Arnoletti JP. Chan E. Chen YJ. 2012. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology Colon Cancer
Version 2.2012. National Comprehensive Cancer Network
COL-E

Benson AB. Arnoletti JP. Chan E. Chen YJ. 2012. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology Colon Cancer
Version 2.2012. National Comprehensive Cancer Network
Terapi Bedah (Judy H. 2004)

• Prinsip terapi bedah :


– Reseksi en-blok pada tumor dan organ yang terinvasi
– Reseksi terhadap kelenjar getah bening yang
berhubungan
– Penilaian intraoperatif terhadap liver dan rongga
peritoneum

Judy H. 2004. Colorectal Cancer: Surgical Intervention. Division of Colorectal Surgery, Department of Surgery, Queen Mary
Hospital
Pilihan Terapi Pembedahan (Judy H. 2004)

• Polypectomy endoscopy
• Eksisi transanal
• Reseksi kolon
 Laparoskopi vs laparotomi
 Colectomy  mengangkat kanker dari jaringan
normal
 Hemikolectomi kanan  untuk tumor di caecum, kolon assending, fleksura
hepatic, dan kolon transversum
 Hemikolektomi kiri  untuk tumor di fleksura lienalis dan kolon desenden
 Kolektomi sigmoid atau sigmoidectomy  untuk tumor di kolon sigmoid
 Colostomy  px dgn perforasi/obstruksi,
memungkinkan usus tidak dapat disambung
kembali
• Reseksi rektum
– Reseksi abdominoperineal :
• Menghilangkan seluruh rektum dan anus
• Letaknya sangat rendah &sangat dekat dengan sphingter
• Sdh tdk dianjurkan
– Pembedahan sphincter
• Reseksi anterior
• Reseksi anterior bawah

Cagir B. Troustle DR. Rectal Cancer. Diakses online pada http://emedicine.medscape.com/article/281237-


46
overview#aw2aab6b2b2
– Hartman procedure  Kanker rektum direseksi
seperti pembentukan kolostomi, rektum dan anus
yang tersisa ditinggal
– Eksenterasi panggul
• Untuk stadium lanjut sudah invasi organ sekitarnya (♂
kandung kemih, ♀ rahim)
• Reseksi en-blok untuk kanker rektum dan organ yang
terinvasi dengan atau tanpa anastomosis usus.

Judy H. 2004. Colorectal Cancer: Surgical Intervention. Division of Colorectal Surgery, Department of Surgery,
Queen Mary Hospital
• Evaluasi preoperatif
• Terapi preoperatif
– kanker stadium lanjut  terapi neoadjuvant
kemoterapi sebelum pembedahan
• Persiapan preoperatif
– Pembatasan diet selama 2-3 hari sebelum operasi.
Pasien hanya diperbolehkan minum air putih 1 hari
sebelum operasi.
– Malam sebelum operasi, pasien diberikan laxative
secara oral atau supposituria
– Antibiotik profilaksis
Judy H. 2004. Colorectal Cancer: Surgical Intervention. Division of Colorectal Surgery, Department of Surgery,
Queen Mary Hospital
Komplikasi Pembedahan
• Komplikasi dari anastomosis (bocor,
stenosis)
• Pendarahan
• Kerusakan struktur sekitar
• Peritonitis

Judy H. 2004. Colorectal Cancer: Surgical Intervention. Division of Colorectal Surgery, Department of Surgery,
Queen Mary Hospital

Anda mungkin juga menyukai